Oleh:
Ir. Herry Vaza, MEngSc. 2)
Ir. Idwan Suhendra 3)
Abstrak
1
) Disajikan pada konferensi regional teknik jalan ke-6 di Denpasar 18-19 Juli 2002
2
) Kepala Bidang Rencana dan Evaluasi, Bapekin, Dep. Kimpraswil.
3
) Kepala Proyek Pembangunan Jembatan, PT Hutama Karya.
1
1. Pendahuluan
Jembatan Mahakam-2 atau juga disebut dengan Jembatan Kutai
Kartanegara-1, merupakan suatu pembangunan proyek berteknologi
dan beresiko tinggi, dimana faktor ketidak-pastian atas keberhasilan
pelaksanaan yang masih tinggi karena tingkat pengetahuan atas
konstruksi dan metoda pelaksanaan yang masih rendah, maka untuk
memperkecil resiko yang terjadi, perencanaan yang komprehensif dan
pelaksanaan yang inovatif sangatlah dibutuhkan untuk menunjang
keberhasilan dalam melaksanakan pembangunan proyek tersebut.
Jembatan Mahakam-2 di Kalimantan Timur dengan bentang utama 270
meter, adalah jembatan gantung ke-3 (tiga) yang dibangun di Indonesia
setelah Jembatan Mamberamo (235 m) di Papua dan Jembatan Barito
(230 m) di Kalimantan Selatan.
Walaupun ketiganya merupakan jembatan gantung jenis suspension,
tapi secara teknis ketiga jembatan tersebut mempunyai karakteristik
struktur yang berbeda dan metoda pelaksanaan yang berbeda pula.
Perbedaan yang paling utama pada proses pembangunan Jembatan
Mahakam-2 dibandingkan dengan pembangunan jembatan gantung
lainnya adalah pada penggunaan peralatan bantu pelaksanaan yang
diciptakan pada masa pelaksanaan yang mengandalkan pada peralatan
standar yang umumnya tersedia di Indonesia seperti winch untuk
mengangkat rangka jembatan dan penggunaan peluncur untuk
pemasangan clamp yang biasanya menggunakan peralatan heavy duty
lifting jack yang dikombinasikan dengan penggunaan ponton dan
crawler crane. ------------ orang Indonesia.
2
jalurnya dengan panjang total 710 meter. Semua lantai jembatan
adalah beton bertulang K-350/U-40 dengan wearing course berupa aspal
HRS setebal 40mm.
Struktur bangunan bawah berupa pondasi tiang pancang baja ∅ 600
mm dan ∅ 1000 mm yang diisi dengan beton bertulang mutu K-300/U-
40 dengan kedalaman penetrasi bervariasi antara 40 sampai 60 meter.
Masing-masing tiang pada tiap kelompok pondasi disatukan oleh pile
cap dari beton bertulang K-350/U-40.
Panjang jembatan utama adalah 470 meter berupa jembatan gantung
tiga bentang. Beban lantai jembatan dipindahkan pada kabel utama
melalui kabel hanger diameter 63 mm yang dipasang tiap 10 meter.
Jumlah kabel utama jembatan (suspension cable) ujung-ujung yang
dilengkapi dengan socket adalah 2x19 buah yang ditumpu secara jepit
pada sadel-utama dan disebar serta dijangkarkan pada eye-bar dari
blok angkur secara pin melalui spread-saddle.
Struktur kaki-kaki tower berupa rangkaian 4 buah pipa baja ∅ 600 mm
setinggi 37 meter yang bertumpu pada konstruksi beton setinggi 15
meter.
3
terpasang, bundel 19 strand, keseluruhan strand tidak mengalami
puntiran pada sumbu kabel, sehingga disebut sebagai Equal Lay.
Eye-bar pada blok fitting terbuat dari High strength steel SM-520YB dan
dipasang pada Blok Angkur dengan mengikuti pola 2-5-5-5-2. Pola
pemasangan eye-bar berbeda dengan pola strand Kabel. Hal ini untuk
mempermudah detail dari blok angkur.
4
menjadi tumpuan plat buhul rangka. Jenis hubungan antara ujung
hanger dengan clamp maupun hubungan ujung hanger dengan plat
buhul rangka adalah sendi bebas, yang dibentuk dengan memberikan
konstruksi spherical bearing pada masing-masing hubungan.
Jumlah keseluruhan hanger adalah 88 buah, sesuai dengan jumlah
clamp ber-penggantung. Sedangkan panjang hanger bervariasi antara
4,520 meter hingga 35,810 meter. Panjang hanger ini sesuai dengan
elevasi kelengkungan kabel utama dan chamber rangka.
Konstruksi hanger merupakan material High Strength Low Alloy
Structural Steel berprofil ulir di kedua sisinya. Adapun properties
materialnya sebagai berikut :
- Tegangan tarik minimal = 555 MPa
- Tegangan leleh minimal = 700 MPa
- Perpanjangan elastis = 20% (maksimal)
3. Pre-Camber Tower
Pre-camber tower dengan penarikan kabel back stayed..................
Berbagai metode untuk pemasangan struktur atas jembatan gantung
telah dibuat dengan mengacu dari berbagai sumber dan pengalaman.
Mengingat pelaksanaan pemasangan struktur atas jembatan gantung
semacam ini tidak banyak didapati, maka studi pustaka tentang
jembatan gantung sangat diperlukan. Karakteristik dan perilaku struktur
atas jembatan gantung yang dipelajari melalui berbagai pustaka
ditambah logika dan perhitungan/analisa teknik serta perencanaan yang
matang, didapatlah suatu metode yang paling efektif dan aman. Metode
pemasangan struktur atas jembatan gantung selalu disempurnakan
seiring dengan pelaksanaan.
Asumsi-asumsi yang dipergunakan untuk pemasangan struktur atas
jembatan gantung antara lain :
a. Kekakuan Tower yang terpasang perlu dicek kembali, karena
struktur tower terbentuk akibat pemasangan in-situ dan pipa pada
tower diisi dengan beton, sehingga terjadi perbedaan kekakuan
antara tower yang satu dengan lainnya.
5
b. Jembatan mempunyai struktur yang asimetris, sehingga setelah
pemasangan bangunan atas jembatan, terjadi selisih gaya
horisontal yang cukup besar, yang bekerja pada ujung Tower
gantung.
c. Pada perhitungan, selisih gaya horisontal tersebut akan
menyebabkan ujung tower bergeser sejauh 14 cm kearah tengah
bentang.
d. Untuk mengantisipasi kondisi tersebut diatas, unuk
mempermudah pelaksanaan dan memperkecil kegagalan dalam
pelaksanaan, maka tower ditarik kearah side span (setelah tes
kekakuan tiang) sejauh 16,5 cm pada tower arah Tenggarong dan
sejauh 17,9 cm kearah Samarinda.
Sebelumnya back stay digunakan untuk tes kekakuan tower terhadap
gaya horizontal yang bekerja di puncak tower. Dari hasil tes kekakuan
diperoleh bahwa kekakuan Tower 1 = 0,185 mm/ton dan kekakuan
Tower 2 = 0,198 mm/ton.
Back stay ini akan digunakan terus selama pemasangan 2x19 buah
kabel utama. Back stay baru akan dilepas setelah seluruh kabel
terpasang dan defleksi tower baik Tower 1 maupun Tower 2 adalah 148
+ 5% mm.
6
Manfaat dan cost efektifness..... dongkrak/idle time krn teknik
pembebanan/ teknik pemasang kabel dan kecepatan
7
Konstruksi clamp terbuat dari baja tuang daktil (Ductile Iron Casting)
FCD-60, dengan properties materialnya sebagai berikut :
- Tegangan tarik minimal = 588 MPa
- Tegangan leleh minimal = 392 MPa
- Perpanjangan elastis = 2% (minimal)
Launching
Device
Winch 10t
Winch 10t
8
Dengan Menggunakan Spider Beam..........................
Spider Beam adalah frame sepanjang 12,40 m yang terbuat dari
rangkaian pipa 3”. Spider Beam ini dilengkapi alat angkat berupa hook
dan seling di masing-masing ujungnya. Hook tersebut mengait cross
beam rangka. Pengangkatan rangka dengan cara menarik seling Spider
Beam dengan winch 30 ton yang berada di atas Angkur 1 dan Angkur 2.
Lifting Spider Beam ke atas main cable dengan crane 50 Ton. Setelah
sampai di atas main cable, masing-masing kaki Spider Beam diklem ke
kabel pada posisi dimana rangka akan diangkat. Pastikan Spider Beam
tidak bergeser pada saat lifting rangka.
Spider beam dapat berpindah-pindah posisinya dengan cara meluncur
di atas konstruksi rol yang menumpu pada kabel utama. Untuk
membantu penarikan spider beam ke posisinya digunakan winch.
LiftingRangka
Marking rangka pada hanger harus dihitung dan direncanakan kembali,
karena sag (kelengkungan) kabel yang terjadi ternyata lebih besar dari
rencana. Sehingga untuk membentuk chamber rangka sesuai yang
diinginkan diperlukan marking hanger yang baru. Chamber rangka yang
digunakan sebagai acuan marking hanger adalah Chamber for
Construction.
Langkah-langkah lifting rangka adalah sebagai berikut :
9
a. Pastikan marking hanger untuk posisi buhul rangka sudah tersedia
dan spider beam sudah terpasang dengan stabil dan kokoh di atas
main cable.
b. Cek defleksi tower (TTD) sebelum ereksion baik T1 maupun T2.
c. Tarik ponton yang sudah tersusun blok-blok rangka dengan tug
boat ke main span, pada posisi dimana rangka akan dipasang.
d. Stabilkan posisi ponton dengan penjangkaran atau dengan
ditahan dengan tug boat.
e. Kaitkan hook spider beam pada seling pengangkat yang terlilit
pada cross girder rangka. Tiap blok rangka sudah disiapkan titik
angkat berupa seling dia.25mm yang dililitkan pada girder.
f. Angkat rangka dengan cara menarik seling spider beam dengan
winch di A1 dan A2. Penarikan harus diatur sehingga rangka tidak
miring dan stabil selama penarikan. Penarikan dihentikan setelah
keempat buah hanger masuk ke plat buhul rangka serta spherical
bearing dan nuts hanger bisa terpasang.
g. Dekatkan salah satu ujung rangka bawah dengan ujung rangka
lain yang sudah terpasang sebelumnya dengan cara ditarik
manual dengan seling yang dikaitkan pada ujung rangka. Tahan
tarikan sehingga antara ujung rangka satu dengan yang lain
sudah hampir pada posisinya.
h. Hubungkan antar blok rangka pada plat buhulnya dengan 1 baut
terlebih dahulu (atau pin yang tersedia) sehingga membentuk
hubungan engsel.
10
i. Pasang SCH-3 atas, yang menghubungkan kedua blok rangka.
Untuk memudahkan memasang baut plat buhul batang SCH-3
(segmen atas), diatur dengan menaikkan atau menurunkan posisi
ujung terluar rangka dengan tarik/release seling spider beam atau
dibantu dengan dorongan jack yang diletakkan pada beberapa
hanger.
j. Lengkapi dan kencangkan semua baut penghubung kedua blok
rangka sampai 60%.
k. Posisikan nut hanger pada markingnya, kemudian release jack
pada hanger (atau kendorkan tarikan spider beam) sehingga
rangka duduk pada nut hanger.
l. Pastikan bahwa clamp terluar (pada hanger rangka paling ujung)
dan clamp terdekat dengan tower tidak bergeser dan
kekencangan bautnya masih 80%.
m. Cek kembali defleksi tower (TTD) baik T1 maupun T2 serta cek
batang-batang rangka pada posisi sekitar tower strap.
n. Lepaskan hook spider beam dari rangka, selanjutnya spider beam
digeser ke posisi berikutnya dengan ditarik winch 6 ton yang
berada di A1 & A2.
o. Bandingkan hasil cek defleksi tower (TTD) tersebut dengan
rencana. Apabila defleksi tower T1 dan T2 setelah pemasangan
blok rangka masih melengkung ke arah darat (out-ward),
pemasangan blok rangka berikutnya bisa dilanjutkan. Sedangkan
apabila defleksi tower (TTD) sudah tertarik ke arah sungai (in-
ward), maka sebelum lifting blok berikutnya harus dilakukan
penarikan TTD ke arah darat (out-ward) dengan cara
mengencangkan nuts hanger side span sesuai analisa teknis.
Dalam hal ini rangka side span digunakan sebagai counter-weight
terhadap pemasangan rangka di main span.
p. Dengan cara yang sama dilakukan ereksion blok rangka
berikutnya. Urutan pemasangan blok-blok rangka adalah sebagai
berikut :
11
12
DETAIL Pemasangan Clamp dan Kabel Hanger
A. Persiapan Metode, Alat dan Bahan
Pemasangan clamp dan hanger dilaksanakan dengan dua metode.
Untuk arah side span clamp dipasang pada main cable terlebih dahulu,
kemudian diikuti dengan pemasangan hanger. Hal ini disebabkan
rangka di side span sudah terpasang sehingga apabila hanger
diluncurkan bersama clamp, akan membentur rangka.
1. Alat
a. Launching Tools 4 unit
b. Winch 10 Ton 2 buah
c. Crane 35 Ton 1 buah
d. Ponton 120 ft 1 buah
e. Tug Boat 1 buah
f. Compressor 150 psi 1 unit
g. Impact Wrench 2 buah
2. Bahan
a. Seling dia. 10mm 1 ls
13
5. Buat lokasi kerja di tiap tower untuk perangkain clamp, hanger
dan Launching Tool.
6. Pasang clamp tipe C3 pada posisi di samping tiap-tiap tower,
baik arah darat maupun arah sungai dengan permukaan packer
menempel/ tertumpu pada permukaan main saddle. Kekencangan
baut clamp C3 ini adalah 80%.
7. Pemasangan clamp di side span :
a. Persiapkan Launching Tool pada posisi dekat dengan spread
saddle.
b. Angkat rangkain clamps ke dekat Launching Tool dengan cara
ditarik winch, kemudian rangkaikan clamp tersebut pada
Launching Tool.
c. Tarik Launching Tool ke arah Tower menuju marking clamp
yang telah ditentukan pada kabel utama.
d. Pemasangan clamp harus urut dimulai dari posisi dekat tower,
terus menuju ke posisi clamp terakhir dekat spread saddle
Angkur.
e. Lepaskan clamps dari Launching Tool dan luncurkan Launching
Tool kembali ke dekat spread saddle untuk perangkain clamp
berikutnya.
f. Pasang clamp pada main cable dan kencangkan bautnya hingga
mencapai 80%.
g. Dengan cara yang sama lakukan pemasangan clamp dan
hanger yang lain.
8. Pemasangan clamp dan hanger di main span
a. Persiapkan Launching Tool pada posisinya, baik pada Tower T1
dan T2.
b. Angkat rangkain clamps ke dekat Launching Tool dengan cara
ditarik winch, kemudian rangkaikan clamp tersebut pada
Launching Tool.
c. Setelah clamp dirangkai di Launching Tools, angkat hanger dan
rangkaikan pada clamp tersebut. Pemasangan clamp dan
14
hanger dilaksanakan secara urut dimulai dari center line main
span.
d. Luncurkan Launching Tool bersama-sama rangkain clamp dan
hanger ke arah Tower menuju marking clamp yang telah dibuat
pada main cable.
e. Lepaskan rangkain clamp dan hanger dari Launching Tool dan
tarik Launching Tool kembali ke dekat Tower untuk perangkain
clamp dan hanger berikutnya.
f. Pasang clamp pada main cable dan kencangkan bautnya hingga
mencapai 80%.
g. Dengan cara yang sama lakukan pemasangan clamp dan
hanger yang lain.
15