Anda di halaman 1dari 3

Batik Indramayu

Indramayu – Batik Indramayu termasuk dalam jenis Batik Pesisir jika dilihat dari jenis pola-
pola yang ada, mayoritas motif batik yang digunakan di Indramayu hadir dalam kegiatan
penangkapan ikan di laut. Motif batik di Indramayu banyak mendapat pengaruh besar dari
gambar atau motif kaligrafi dari Arab, Cina atau daerah Jawa Tengah / Jawa Timur.

Karakteristik menonjol dari Batik Indramayu


adalah ranggam dinyatakan flora dan fauna bahkan, dengan borgol dan banyak garis lengkung
yang lancip (riritan), latar belakang putih dan warna gelap dan banyak titik-titik yang dibuat
dengan teknik cocolan jarum, dan bentuk dari isen-isen (sawut) yang pendek dan kaku. Motif
Etong, misalnya, menggambarkan berbagai satwa laut yang dibawa pulang oleh setelah ikan laut
seperti ikan, udang, cumi, ubur-ubur dan kepiting. Motif Kapal Terdampar menyiratkan bahwa
kapal nelayan berada pada batu yang sedang terdampar. Motif Ganggeng, sesuai dengan nama
yang menjelaskan jenis rumput laut yang ditemukan di Pantai Utara Jawa.

Sedangkan motif Kembang Gunda adalah tanaman yang tinggal


di pesisir pantai dan bisa menjadi lauk pecel. Selain menjelaskan kegiatan di pesisir, batik motif
khas Indramayu juga menggambarkan bahwa ada kegiatan sehari-hari seperti Motif Swastika,
Motif Merak Ngibing, Motif Kereta Kencana, dan Motif Rombeng Jati. Motif Swastika diilhami
oleh masa penjajahan Jepang, menggambarkan simbol kekerasan yang terjadi selama penjajahan
Jepang. Merak Ngibing diilhami oleh motif yang indah burung merak. Sementara motif Kereta
Kencana merupakan gambaran Raja Wilarodra yang sedang berada di kandang kuda kerajaan.
[Batikkita]
Tags: Batik Indramayu, burung merak, Gunda, jenis rumput, kandang kuda, motif, Raja
Wilarodra, Timur, yang

10
Oct 10

Motif Larangan Khusus Keluarga Keraton

Larangan adalah salah satu motif hias kain batik yang menunjukkan tingkat kebangsawanan
dalam keluarga keraton. Bahkan corak tersebut terbagi-bagi dan sangat terbatas di kalangan
keraton.

Mari kita tengok ragam motif larangan yang terdapat pada batik Yogyakarta,

1. Jenis parang rusak, sembagen huk dan garuda ageng adalah motif yang digunakan oleh para
penguasa, putera mahkota dan permaisuri/istri raja.
2. Motif semen yang bersaya garuda ganda maupun tunggal, khusus untuk pada anggota keluarga
yang bergelar pangeran keturunan penguasa.
3. Sedangkan, untuk motif semen tanpa bentuk sayap, kawung, rujak sate, udan liris adalah motif
yang digunakan keluarga jauh bergelar raden mas.

10
Oct 10

Batik Vorstenlanden vs Batik Pesisir

Batik telah dikenal pada zaman penjajahan Belanda. Banyak para noni yang kepincut dengan
keindahan corak dari kain batik hasil kreasi warga pribumi.  Pada zaman itu, batik dibagi
menjadi dua kelompok berdasarkan daerah pembatikan dan ciri khasnya.

1. Batik Vorstenlanden, yaitu batik yang berasal dari Solo dan Yogyakarta. Batik yang memiliki
warna khas sagon, indigo, hitam, dan putih ini seringkali terinspirasi latar budaya Hindu-Budha.
2. Batik Pesisir, yaitu batik yang berasal dari kawasan pesisir, seperti Garut, Cirebon, dll. Batik
mereka kerap memiliki ragam hias yang bernuansa naturalis dan terpengaruh budaya asing.
Selain, itu corak warna batik pesisir lebih beraneka ragam.
10
Oct 10

Mengapa Ragam Hias Batik Berlimpah?

Anda pasti tahu betapa kayanya ragam hias kain batik di Indonesia. Ternyata keragaman tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Faktor letak dari daerah penghasil batik yang bersangkutan


2. Kepercayaan dari masyarakat, serta adat istiadat yang dianut daerah tersebut
3. Kondisi alam sekitar, seperti binatang dan tanamannya, yang kerap menginspirasi sebuah hiasan
4. Adanya pengaruh dari daerah di sekitarnya
5. Karakter dan pola kehidupan dari masyarakat penghasil batik tersebut

Kelima poin inilah yang membuat setiap daerah memiliki kekhasan dan ragam hias yang
berbeda.

2
Oct 10

2 Oktober adalah Hari Batik

Setelah resmi diakuikan sebagai milik Indonesia, Presiden SBY menetapkan bahwa tanggal 2
Oktober sebagai hari batik. Tanggal ini bertepatan dengan waktu diberikannya penghargaan oleh
UNESCO di Abu Dhabi.

Penghargaan ini sangat layak untuk mendapatkan apresiasi. Apalagi, sebelumnya sempat terjadi
persengketaan dengan Malaysia tentang kepemilikan dari seni batik tersebut. Selain itu,
penghargaan ini menunjukkan kemenangan atas kepemilikan budaya nasional.

Oleh karena itu, mengingat perjuangan mendapatkan pengakuan tersebut tidak muda, maka
sangat penting untuk terus menjaga dan tidak melupakan kesenian batik. Sehingga diharapkan
masyarakat lebih mengenal seni batik, atau minimal mengenakan batik setiap tanggal 2 Oktober.

Anda mungkin juga menyukai