Anda di halaman 1dari 11

HAKEKAT RUANG DAN WAKTU

29 May 2009 by wongalus

Bagi yang suka belajar ilmu filsafat, tulisan ini sekedar mengingatkan
pelajaran PENGANTAR FILSAFAT. Tujuan pemuatan artikel sederhana ini
tidak lain agar bisa menjadi dasar pemahaman kita terhadap dunia fisik
ditinjau dari kacamata sains. Salam.Wong Alus

Dalam memahami alam fisik dari quark – atom – unsur – molekul


organik/anorganik – sampai jagad raya ini, kita tidak dapat meninggalkan
pengertian mengenai ruang dan waktu. Pengertian ruang dan waktu
menurut para ahli seperti yang dikemukakan dalam Kattsoff (1996)(4)
adalah sebagai berikut :

Menurut ajaran Newton ruang dan waktu adalah objektif, mutlak dan bersifat
universal. Ruang mempunyai tiga matra, yaitu atas-bawah, depan belakang,
kiri kanan. Sedangkan waktu hanya bermatra depan belakang. Di dalam
ruang kita dapat pergi ke setiap arah; di dalam waktu kita hanya dapat pergi
ke depan. Untuk dapat menjelaskan bahwa ruang dan waktu bersifat mutlak,
maka Newton mengemukakan hukum gerakan yang hakiki dari fisika kuno
sebagai berikut :”Suatu benda terus berada dalam keadaan diam atau
bergerak, kecuali apabila mendapat pengaruh dari suatu keadaan yang
terdapat di luar dirinya. Jika sesuatu benda dalam keadaan bergerak, maka
ia akan tetap bergerak, kecuali jika ada sesuatu – sesuatu kekuatan – yang
mengubah gerakan tersebut. Gerakan merupakan akibat suatu kekuatan
yang mempengaruhi massa”. Jadi di sini gerakan bersifat mutlak yang terjadi
di dalam ruang dan waktu; dengan demikian ruang dan waktu juga bersifat
mutlak.
Gagasan-gagasan mengenai ruang dan waktu yang bersifat mutlak di atas
ternyata menemui kesukara-kesukaran karena timbulnya paradoks-paradoks
maupun setelah ditemukannya hukum relatifitas oleh Einstein serta
kesukaran-kesukaran dalam pengamatan.

Paradoks yang terkenal dikemukakan oleh Zeno (kira-kira 490 – 430 S.M.), ia
menyatakan bahwa banyak keganjilan akan terjadi jika orang mengatakan
bahwa gerakan merupakan suatu kenyataan. Salah satu paradoks
dikemukakan di sini yaitu “anak panah yang melayang” (Jika kita memiliki
anak panah ukuran 3 meter berarti menempati ruang sepanjang 3 meter,
kemudian anak panah itu kita lepaskan dan bergerak dari tempat yang satu
ke tempat yang lain. Setiap saat dalam keadaan melayang anak panah
tersebut tetap berukuran 3 meter berarti menempati ruang sepanjang 3
meter. Sedangkan kita mengatakan bahwa berukuran sepanjang 3 meter
berarti menempati ruang sepanjang 3 meter dan berhubung dengan itu,
maka setiap saat dalam keadaan melayang anak panah tersebut berada
dalam keadaan diam. Maka dalam hal ini terdapat suatu contradictio in
terminis).

Kesukaran berkenan dengan pengamatan, misalnya apakah benar sesuatu


yang terlihat antara dua obyek adalah suatu ruang ?. Gambaran
pengamatan pada bola mata kita bermatra dua, dan jarak (ruang) yang kita
alami berasal dari tangkapan indrawi dalam otot mata. Ini berarti bahwa
yang kita tangkap itu bukanlah ruang sebagai kenyataan, melainkan sekedar
jarak-jarak yang memisahkan obyek-obyek, karena seandainya tidak
terdapat obyek di situ, maka tidak ada sesuatupun yang kita lihat. Jika
demikian, maka gerakan , waktu dan ruang mengacu pada suatu obyek
tertentu. Jadi jika tidak ada obyek, maka tidak mungkin kita dapat
menangkap ruang, waktu dan gerakan yang mutlak dalam kenyataannya.

Menurut ajaran Einstein, ruang dan waktu bersifat relatif. Ruang tergantung
pada pengamatnya. Ruang merupakan semacam hubungan antara benda-
benda yang diukur dengan cara-cara tertentu. Dengan demikian apabila
pengukurannya dilakukan dengan cara yang berbeda, maka hasilnyapun
akan berbeda. Waktu juga bersifat relatif karena hasil pengukuran terhadap
hubungan-hubungan yang menyangkut waktu tergantung pada pengertian
keserampakan (simultaneity); karena apabila sesuatu terjadi, misalnya
ledakan, maka kuatnya bunyi ledakan akan berbeda di berbagai tempat.
Selanjutnya H.A. Lorentz membuat suatu teori “ persamaan transformasi”
yang melukiskan hubungan antara cara-cara pengukuran jarak – juga cara-
cara pengukuran waktu – yang menyangkut dua pengamat yang mempunyai
kerangka acuan yang berbeda dan berada dalam keadaan bergerak secara
lurus, yang saling mendekati.

Di sini didapatkan sebenarnya jarak merupakan sekedar ukuran untuk


menentukan ruang; demikianpun dengan transformasi dengan waktu dan
hubungannya dengan ruang; Kita tidak akan pernah mengetahui waktu
secara tepat apabila tidak memperhitungkan koordinat ruang dan sebaliknya
kita tidak akan mengetahui ruang dari suatu obyek bila tidak
memperhitungkan koordinat waktu. Sesungguhnya tidak ada waktu yang
bersifat mandiri / mutlak, tidak ada ruang yang terpisah dari waktu atau
waktu yang terpisah dari ruang yang ada hanyalah ruang-waktu. Akhirnya
mulai saat ini kita harus memandang ruang dan waktu secara kontinuum,
jalin-menjalin secara tidak terpisahkan, yang satu tidak mungkin ada tanpa
yang lainnya; keduanya merupakan satu kesatuan yang menyebabkan
timbulnya segenap kenyataan. Dengan demikian waktu, ruang merupakan
sekedar matra dari ruang-waktu.

Menurut Alexander, jika kita berusaha memehami ruang dan waktu dalam
keadaan apa adanya, maka yang terjadi ialah bahwa kita berusaha
memahami benda-benda serta kejadian-kejadian dalam keadaannya yang
paling sederhana serta paling mendasar dalam ruang (extension) serta
bertahan dalam waktu (enduring), dengan segenap sifat-sifat yang dipunyai
oleh kedua macam ciri tersebut. Baik ruang maupun waktu tidak berada
sendiri-sendiri secara terpisah, dan kedua-duanya tampil di depan kita
secara empiris. Jika tidak ada waktu, maka tidak mungkin ada bagian dari
ruang, bahkan yang ada hanyalah kehampaan belaka; dan demikian pula
halnya dengan ruang, dalam hubungannya dengan waktu.

Selanjutnya, sehubungan dengan itu tidak mungkin ada titik-titik yang


menyusun ruang, tanpa sekelumit waktu yang dapat menimbulkan gagasan
kejadian-kejadian murni (pure events) sehingga dapatlah dikatakan bahwa
ruang – waktu merupakan keadaan yang nyata yang paling dalam dan
merupakan tempat persemaian bagi apa saja yang ada di alam ini. Ruang
dan waktu merupakan sesuatu yang menjadi sumber bagi adanya segala
sesuatu, sedangkan kejadian-kejadian yang murni merupakan penyusun
terdalam dari apa saja yang bereksistensi. Apabila kejadian-kejadian murni
tersebut membentuk suatu pola tertentu, maka munculah kualitas-kualitas
fisik tertentu, misalnya sebuah elektron dengan ciri-cirinya. Jadi materi
merupakan sesuatu yang pertama-tama muncul dari ruang – waktu.

Sebagai contoh kita perhatikan partikel subatom, seperti sebuah electron.


Bagaimana kita menggambarkan partikel tersebut ? Tidak seorangpun dapat
melihat suatu partikel subatom; partikel ini mungkin berupa sejenis
perubahan dalam ruang pada suatu waktu tertentu; artinya suatu kejadian
yang murni yang hanya dapat disimak melalui kejadian-kejadian tertentu
yang dicatat oleh “ pointer-reading”, misalnya oleh instrumen mikroskop
elektron. Hasil-hasil penggabungan kejadian-kejadian murni menimbulkan
materi yang lebih rumit dan mempunyai sifat-sifat tertentu pula. ###

Posted in FILSAFAT RUANG-WAKTU | Tagged hakekat ruang waktu, mutlak,


relatif | 17 Comments

Like

Be the first to like this post.

17 Responses

on 1 June 2009 at 02:31 celetukan segar

Manakah yang lebih dulu, ruang ataukah waktu?

Apakah dapat dikatakan ruang sejajar dengan istilah wadah, sedangkan


waktu dengan isi?
Benarkah sesuatu ini bermula dari waktu nol (disebut juga Zero Time)?

Jika bermula dari waktu nol, apakah mungkin istilah ruang nol menjadi
ada?

on 1 June 2009 at 10:53 wong alus

Yth Mas Segar>

Ruang dan waktu adalah kategori pengalaman tempat semua fakta bisa
bereksistensi. Tanpa ruang dan waktu, sesuatu hal tidak bisa dikatakan
nyata-nyata ada. Sebagaimana mimpi, ide, ataupun calon kupu-kupu yang
masih berupa aktus potensi. Mereka belum ada dalam ruang dan waktu,
namun tetap ADA.

Ruang dan waktu bebarengan lahirnya, sehingga tidak bisa mana yang
lebih dulu lahir. Sebab dua kategori ini sebagai syarat mutlak sesuatu itu
bisa bereksistensi. Saya percaya, semua ini bermula dari waktu nol dan juga
ruang nol Kecuali oleh Sang Konseptor waktu yang tidak mengenal bilangan
nol hingga ruang yang tidak terhingga.

Bagaimana menurut panjenengan?

Salam asah asih dan asuh…

on 1 June 2009 at 17:59 celetukan segar

Menurut saya ruang adalah semacam sesuatu yang harus mewadahi


sesuatu hal. Sedangkan waktu adalah semacam ketentuan atau kesepakatan
dengan tanda tertentu, untuk menjelaskan sebuah perjalanan fenomena
tertentu.
Namun yang menjadi kesulitan bagi pemahaman saya adalah jika
disimbolkan ruang adalah wadah, dan waktu adalah isinya. Tentu akan
terjadi kontra-pengertian dengan pernyataan “Ketika (kata ketika dianggap
sebagai perwakilan dari waktu) ia memasuki ruangan”.

on 2 June 2009 at 01:56 tomy

Filsafat memang sangat menggairahkan Mas, terima kasih sudah banyak


berbagi. Panjenengan sungguh2 produktif saya sampai kepontal-pontal
*bahasa apa tuh* mengikutinya.

Belum komen2 dulu Mas saya lagi asyik membaca postingan


Panjenengan.

Lebih lanjut tentang NLP saya tunggu :D

on 2 June 2009 at 03:03 wong alus

Bila analoginya adalah sebagaimana yang Mas Segar paparkan,


sepertinya kita akan mendapatkan kebingungan juga.

Yang paling mudah adalah baik ruang maupun waktu tidak berada sendiri-
sendiri secara terpisah, dan kedua-duanya tampil di depan kita secara
empiris. Keduanya menjadi prasyarat bagi berlangsungnya kejadian-
kejadian.

Jika tidak ada waktu, maka tidak mungkin ada bagian dari ruang, bahkan
yang ada hanyalah kehampaan belaka; dan demikian pula halnya dengan
ruang, dalam hubungannya dengan waktu.

Terima kasih mas. Semoga Tuhan memberkati Panjenengan sekeluarga.


Salam yang meruang dan mewaktu, dimanapun dan kapanpun berada.
on 2 June 2009 at 13:24 celetukan segar

Apakah di dalam ruang dan waktu tersebut, masing-masing juga


mengenal dualisme?

Jika ada, apakah ruang dan waktu itu bisa terbagi menjadi dua bagian,
yaitu yang mewujud dan meng-abstrak?

Terima kasih atas jawabannya. Ma’af nanya terus.

Semoga begitu pula hal yang sama melimpah pada Panjenengan dan
keluarga!

on 2 June 2009 at 15:13 wongalus

Dualisme tidak perlu diadakan. Ruang dan waktu sesungguhnya hanyalah


sebuah konsep abstrak dalam akal pikiran kita untuk mempermudah
manusia memahami kejadian-kejadian. Karena sebuah konsep, maka ruang
waktu bisa mulur dan mungkret sesuai dengan persepsi masing-masing
orang. Seperti ketika menunggu seseorang, waktu bisa lama dan ruang bisa
sempit. Di mata kita: benda padat, namun dalam ilmu fisika benda padat
ternyata juga adalah pergerakan ion-ion dan seterusnya…dan seterusnya

Terkait dengan adanya hal yang berwujud kongkret dan abstrak, itu pun
bukan karena konsep ruang dan waktu, itu hanya pemahaman untuk
mempermudah kita menunjukkan kategori BEING-nya. Misalnya sesuatu itu
ada yang kongkret berarti ada dalam ruang dan waktu, sesuatu itu masih
ada dalam kemungkinan berarti belum ada dalam ruang dan waktu dan
seterusnya…
Ngapunten bila jawabannya tidak memuaskan. Terima kasih.

on 2 June 2009 at 17:03 celetukan segar

Mengutip kata-kata Tukul Arwana :

“PUAS-PUAS, (NGGAK PAKAI) SOBEK-SOBEK MULUTMU!”

Nanti Wong Alus, disarankan nggak usah ikut-ikutan mengutip perkataan


Peppy (temannya Tukul Arwana), seperti ini :

“ANDA PUAS, KAMI LEMAS.”

on 2 June 2009 at 18:46 wongalus

hehehe….. indahnya berbagi kebingungan, tetap panjenenganlah ahli


bikin seger suasana, mas. SEKARANG, KEMBALI KE LAPTOP!

Salam sejahtera

on 5 June 2009 at 17:04 wongalus

Yth Mas Tomi, terima kasih atas kesempatan mampir di gubuk sederhana
ini. Bagi saya pribadi, blog adalah sebuah kesempatan untuk saling bertukar
gagasan dan ide yang sangat kita perlukan bersama untuk memajukan diri
dalam mengarungi bahtera hidup yang serba tidak pasti ini.

Semoga bisa mengantarkan kita semua pada satu KESIMPULAN YANG


BERUPA RANGKUMAN ATAS PERJALANAN HIDUP KITA. Saya percaya TUHAN
SANGAT-SANGAT SERIUS terhadap pergelaran alam semesta ini, termasuk
keseriusan-NYA menempatkan sebutir debu di tengah ruang. Hanya saya,
dan mungkin juga banyak orang yang barangkali menganggap hidup ini
main-main dan menyikapi KESERIUSAN-TUHAN dengan setengah hati.

Artikel lebih lanjut tentang Neuro Linguistic Programming, ngapunten bila


harus bersabar dulu.. Semoga terus bersemangat untuk saling berbagi
dalam pencarian hakikat. Salam ikhlas.

on 23 August 2009 at 15:23 Azzie Iskandar

seperti yg ada di kitab…. bagi kamu 1000thn, bagi kami hanya 1 thn,
alhamdulillah

on 12 December 2009 at 11:12 Sang Hyang Jagad

mau bicara apa y?

wis lah pokoknya bicara

semestinya ada satu lg

sbb jika kita bicara mengenai ruang dan waktu pastinya kita melibatkan
hal ini

apakah itu?? ada yg tahu g nih “iki seriouse sanes jogregan”

pokoknya saya sudah bicara.. maturnuwun sanget…pareng..salam

on 21 February 2010 at 14:28 deep blue

waktu dan tubuh apakah bisa menghasilkan jarak


on 21 February 2010 at 17:13 wongalus

@sdr: deep blue: Jauh dekatnya jarak dihasilkan oleh pikiran kita sendiri.

on 23 September 2010 at 14:59 Kasdi Suma Raharja

Nuwun sewu Wong Alus nimbrung. Wah panjenengan kok apa-apa bisa :
kejawen, filsafat, ilmu pengetahuan, dan cara menggunakan bahasa, kabeh
nuduhake menawa panjenengan dudu sebaene titah. Gek-gek panjenengan
piyayi sing sawetara iki tak batin : “Karo sapa ya aku ngudi kasampurnaning
ngelmu?”. Aku pengin ngudi apa sing kok duweni lho Wong Alus, nanging
piye carane ya? Aku ora duwe cukup waktu jalaran tugas padinanku
minangka PNS. Nanging aku percaya mbuh kapan wektune aku bakal
ngangsu kawruh marang panjenengan, ora ketang lumantar blog iki.

on 2 October 2010 at 15:58 sigwar

terima kasih mantap tulisannya bikin dahi be kernyit2, kalo pemahaman


saya yang awam ini waktu itu ada karena ada proses perubahan yang terjadi
di ruang jadi apabila kita berada pada keadaan yang gelap sama sekali dan
kita tak bisa menemukan dan mengamati perubahan maka kita tidak
menemukan waktu, mungkin itu yang akan terjadi pada alam kubur bagi
orang2 yang tidak mendapat siksa mereka seperti baru bangun tidur
sebentar saja ketika hari perhitungan Allah tiba

on 10 November 2010 at 22:28 guruiler

Salam,
berdasarkan uraian diatas, apakah dpt ditarik kesimpulan bahwa ruang-
waktu adlah sebuah “TITIK” ketika dilahirkan bersama? Lalu memuai menjadi
seakan-akan terpisah karena kita lebih kecil dari ruang-waktu?

Maaf dibagian lain blog ini ada yg berkomentar ruang-waktu terpisah sejak
awal tapi sejajar? Apakah terpiash secara diskrit? atau lahir langsung po

Anda mungkin juga menyukai