Energi surya merupakan salah satu energi yang sedang giat dikembangkan saat ini
oleh Pemerintah Indonesia karena sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai potensi
energi surya yang cukup besar.Berdasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun dari
18 lokasi di Indonesia, radiasi surya di Indonesia dapat diklasifikasikan berturut-turut
sebagai berikut: untuk kawasan barat dan timur Indonesia dengan distribusi penyinaran di
Kawasan Barat Indonesia (KBI) sekitar 4,5 kWh/m 2 /hari dengan variasi bulanan sekitar
10%; dan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) sekitar 5,1 kWh/m 2 /hari dengan variasi
bulanan sekitar 9%. Dengan demikian, potesi angin rata-rata Indonesia sekitar 4,8 kWh/m
2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 9%.
Pemanfaatan energi surya sebagai sumber energi listrik ditargetkan akan mencapai
25 MW pada tahun 2020. Selain untuk memenuhi listrik pedesaan, energi surya diharapkan
juga mampu berperan sebagai salah satu sumber energi alternatif di wilayah perkotaan,
yang dimanfaatkan untuk lampu penerangan jalan, penyediaan listrik untuk rumah
peribadatan, sarana umum, sarana pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas,
posyandu, dan rumah bersalin, kantor pelayanan umum pemerintah, hingga untuk pompa
air yang digunakan untuk pengairan irigasi atau sumber air bersih.
Sel surya mampu beroperasi dengan baik di hampir seluruh belahan bumi yang
tersinari matahari, sejak dari Maroko hingga Merauke, dari Moskow hingga Johanesburg,
dan dari pegunungan hingga permukaan laut. Sel surya dapat digunakan tanpa polusi, baik
polusi udara maupun suara, dan di segala cuaca. Sel surya juga telah lama dipakai untuk
memberi tenaga bagi semua satelit yang mengorbit bumi nyaris selama 30 tahun. Sel surya
tidak memiliki bagian yang bergerak, namun mudah dipindahkan sesuai dengan kebutuhan.
Semua keunggulan sel surya di atas disebabkan oleh karakteristik khas sel surya yang
mengubah cahaya matahari menjadi listrik secaralangsung.
Pada sistim elektrikal, sebuah Kristal semikonduktor (silikon) yang bersifat konduktor
baik sekaligus isolator baik ditambahkan sejumlah kecil unsur lain melalui proses doping –
suntikan dengan unsur lain. Bila ditambahkan sedikit fosfor, kristal silikon tadi akan menjadi
silikon tipe-N (negatif). Bila ditambahkan sedikit boron, kristal silikon tadi akan menjadi
silicon tipe–P (positif). Silikon tipe-P dan silikon tipe-N dapat dipersatukan untuk
membentuk suatu junction (batas lapisan) semikonduktor. Cahaya matahari gelombang
pendek yang datang (terdiri dari partikel partikel foton) menembus semikonduktor silikon
sampai batas lapisan (junction) tadi akan memaksa elektron untuk meninggalkan kristal
silikon dan meninggalkan lubang elektron. Terbentuk pasangan lubangelektron, dimana
elektronnya bermuatan negatif, dan lubang tempat asalnya bermuatan positif. Medan
elektrik yang terdapat pada batas lapisan akan menghalangi lubang dan elektron untuk
bersatu kembali. Silikon tipe-N akan menjadi kutub negatif, silikon tipe-P akan menjadi
kutub positif dan terjadilah alat pembangkit listrik kecil yang mendapatkan energinya dari
cahaya matahari. Alat ini disebut sel surya atau sel fotovoltaik.
Orientasi Bangunan.
Orientasi kolektor surya/modul fotovoltaik (PV) sangat kritis bagi arah hadap optimum
kolektor terhadap radiasi matahari. Karena lintasan matahari terhadap bumi berbeda dari
satu lokasi ke lokasi lainnya, sedangkan umumnya kolektor surya berkedudukan tetap
(kecuali “tracking collector”), maka orientasi kolektor yang terpasang pada bangunan
(bidang atap atau dinding) harus tepat untuk mengusahakan radiasi matahari maksimum. -
Bagi lokasi dibelahan bumi utara, orientasi kolektor adalah arah selatan - Bagi lokasi
dibelahan bumi selatan, orientasi kolektor adalah arah utara. Bagi lokasi dikhatulistiwa
(Indonesia), orientasi kolektor adalah arah barat-timur.
Gambar 9. Skematik Orientasi Kolektor Menurut Lokasi Geografis
Rekomendasi
Berdasarkan hasil kajian tahun 2002 melalui pengamatan dilapangan dan studi
literatur, maka untuk penerapan dan membangun model sistem PLTH Surya yang
berkelanjutan perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
Penentuan Lokasi Sistem PLTH Surya
a. Kondisi Lokasi
1. Lokasi yang dipilih adalah lokasi yang belum atau tidak terjangkau oleh
jaringan listrik PLN dalam kurun waktu 5 tahun mendatang.
2. Lokasi dapat dicapai kendaraan, baik lewat darat maupun laut untuk
pengangkutan peralatan pembangkit dan perlengkapan sistem jaringan.
3. Untuk penempatan dan pengelolaan pembangkit diperlukan lahan
yang layak serta mempunyai status hukum yang jelas.
4. Diutamakan pola pemukiman penduduk mengelompok dalam suatu
lokasi, mengingat sistem pembangkit PLTH Surya bersifat terpusat
(centralized).
b. Calon Pelanggan
1. Penduduk desa memiliki kemampuan adaptasi dan bersedia menerima
teknologi sistem PLTH Surya-Diesel
2. Adanya kemampuan dan kemauan penduduk untuk membayar biaya
pemakaian listrik sesuai dengan tarif yang diberlakukan.
3. Adanya potensi masyarakat untuk mengembangkan perekonomian
daerah setempat melalui usaha industri perdesaan.