Anda di halaman 1dari 6

Pengertian

Dengue Haemoragic Fever (DHF) atau


lebih sering dikenal sebagai Demam Berdarah
Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut
dengan ciri-ciri demam, manifestasi
perdarahan, dan bertendensi mngakibatkan
renjatan (syok) yang dapat menyebabkan
kematian (Mansjoer, 2000: 419).
DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah
penyakit yang disebabkan oleh karena virus
dengue yang termasuk golongan abrovirus
melalui gigitan nyamuk Aedes Aegygti betina.
Penyakit ini biasa disebut Demam Berdarah
Dengue (Hidayat, 2006: 123)

Etiologi
Dengue Hemoragic Fever disebabkan oleh virus
Dengue, yang termasuk dalam genus Flavirus,
keluarga Flafiviridae. Virus ini masuk ke dalam tubuh
melalui vector berupa nyamuk Aedes Aegipty dan
beberapa spesies lainnya seperti Aedes Albopictus dan
Aedes Polynesiensis, (Hidayat, 2006: 123).
Seseorang yang digigit oleh nyamuk yang
membawa virus ini akan tertulari dan akan mengalami
viremia yang menunjukkan tanda-tanda khas seperti
demam, nyeri otot dan atau sendi yang disertai
leucopenia, ruam, limfadenopati, trombositipenia, dan
diathesis hemoragik (Sudoyo, 2006: 1732).
Tanda dan gejala :
a. Demam atau riwayat demam akut antar 2-7 hari,
b. Keluhan pada saluan pencernaan, mual, muntah,
anoreksia, diare, konstipasi.
c. Keluhan sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit
kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi, nyeri ulu
hati, dan lain-lain.
d. Temuan-temuan laboratorium yang mendukung
adanya trombositopenia (kurang atau sama dengan
100.000/mm3.

Anatomi Fisiologi Sistem Sirkulasi

System sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan


makanan dan oksigen dari traktus digestivus dan dari
paru-paru ke seluruh sel-sel tubuh. Selain itu sistem
sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa
metabolisme dari sel-sel ke ginjal, paru-paru yang
merupakan tempat ekskresi sisa-sisa metabolisme.organ-
organ sirkulasi :

a. Jantung
b. Pembuluh darah
c. Darah
(Pearce, 2006: 121)
Komplikasi dari DHF adalah:
a. Perdarahan
b. Kegagalan sirkulasi
c. Hepatomegali
d. Efusi Pleura

(Hadinegoro, 2006: 23)

Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnostik DHF perlu
dilakukan berbagai pemeriksaan penunjang,
diantaranya adalah pemeriksaan laboratorium
dan pemeriksaan radiologi :
a. Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan darah
 Pemeriksaan urine
 Pemeriksaan Serologi
b. Pemeriksaan Radiology
 Foto thorax
 Pemeriksaan USG
(Hadinegoro, 2006: 17)
Patofisiologi

Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan


nyamuk aedes aegypty. Pertama – tama yang terjadi
adalah viremia yang mengakibatkan penderita
mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-
pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah
pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan. Selain itu
juga terjadi peningkatan permeabilitas dinding kapiler
sehingga cairan keluar dari intraseluler ke ekstraseluler.

Akibatnya terjadi pengurangan volume plasma,


penurunan tekanan darah, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi dan mengakibat renjatan/ syok
hipovolemik. Plasma merembes sejak permulaan demam
dan mencapai puncaknya saat renjatan. Pada pasien
dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang
sampai 30% atau kurang. Bila renjatanhipovolemik yang
terjadi akibat kehilangan plasma tidak segera diatasi,
maka akan terjadi anorekma jaringan, asidosis
metabolik, dan kematian. Dan hal lain yang mungkin
terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening,
pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa
(Splenomegali). Terjadinya trobositopenia, menurunnya
fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi
(protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab
terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan
saluran gastrointestinal pada DHF.

( Wong, 2003 )
Terapi yang dilakukan :

1. Tirah baring
2. Makanan lunak
3. Medikamentosa yang bersifat
simtomatis
4. Anti biotik diberikan bila terdapat
kekawatiran infeksi sekunder
5. Terapi cairan (NaCl, RL)
( Rudolf, 2006 )

Diagnosa Keperawatan :
1. Peningkatan suhu tubuh b.d proses
inflamasi sekunder DHF
2. Resiko terjadinya syok hipovolemik b.d
perdarahan yang berlebihan
3. Resiko kurang volume cairan vaskuler b.d
output yang berlebih
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
b.d intake makanan yang tidak adekuat,
akibat mual, muntah, dan idak nafsu
makan
( Carpenito, Lynda Juall, 2001 )
Pengkajian :

1. Pola Nutrisi dan Metabolik


Gejala : Penurunan nafsu makan, mual muntah, haus, sakit saat menelan.
Tanda : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor, nyeri tekan pada
ulu hati.
2. Pola eliminasi
Tanda : Konstipasi, penurunan berkemih, melena, hematuri, (tahap lanjut).
3. Pola aktifitas dan latihan
Tanda : Dispnea, pola nafas tidak efektif, karena efusi pleura.
4. Pola istirahat dan tidur
Gejala : Kelelahan, kesulitan tidur, karena demam/ panas/ menggigil.
Tanda : Nadi cepat dan lemah, dispnea, sesak karena efusi pleura, nteri
epigastrik, nyeri otot/ sendi.
5. Pola persepsi sensori dan kognitif
Gejala : Nyeri ulu hati, nyeri otot/ sendi, pegal-pegal seluruh tubuh.
Tanda : Cemas dan gelisah.
6. Persepsi diri dan konsep diri
Tanda : Ansietas, ketakutan, gelisah.
7. Sirkulasi
Gejala : Sakit kepala/ pusing, gelisah
Tanda : Nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, dispnea,
perdarahan nyata (kulit epistaksis, melena hematuri), peningkatan hematokrit
20% atau lebih, trombosit kurang dari 100.000/mm.
8. Keamanan
Gejala : Adanya penurunan imunitas tubuh, karena hipoproteinemia.
9. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi :
a) Keadaan umum pasien : lemah.
b) Kesadaran : kompomentis, apatis, somnolen, soporocoma, koma refleks,
sensibilitas, nilai gasglow coma scale (GCS).
c) Tanda-tanda vital : tekanan darah (hipotensi), suhu (meningkat), nadi
(takikardi), pernafasan (cepat).
d) Keadaan : kepala (pusing), mata, telinga, hidung (epistaksis), mulut
(mukosa kering, lidah kotor, perdarahan gusi), leher, rektum, alat
kelamin, anggota gerak (dingin), kulit (ptekie).
e) Sirkulasi : turgor (jelek).
f) Keadaan abdomen :
Inspeksi : datar
Palpasi : teraba pembesaran pada hati
Perkusi : bunyi timpani
Auskultasi : peristaltik usus

Anda mungkin juga menyukai