1. Pajak Pusat
2. Pajak Daerah
1. Pajak Pusat
Pajak pusat merupakan pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat, yang
dalam hal ini dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak. Pajak pusat meliputi :
2. Pajak Daerah
Pajak daerah merupakan pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah, yang
dalam hal ini ditangani oleh Dinas Pendapatan Daerah, antara lain :
a. Propinsi
b. Kabupaten
Pajak Hotel
Pajak Reklame
Pajak Restoran
Pajak Hiburan
Pajak Penerangan Jalan
Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
Sumber : www.pajak.go.id
Tema : Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal memegang peranan yang cukup penting dalam menstabilkan tingkat
kegiatan ekonomi, dan menciptakan tingkat kegiatan ekonomi ke arah tingkat yang
dikehendaki. Pandangan ini dalam buku Keynes yang sekarang menjadi landasan
dalam perkembangan teori makroekonomi. Pandangan atau keyakinan ini sangat
berbeda sekali dengan yang dianut ahli-ahli ekopnomi dan pihak pemerintah di
dalam zamanya ahli-ahli ekonomi Klasik. Ahli ekonomi Klasik menekankan tentang
perlunya menjalankan anggaran belanja seimbang. Mereka menekankan tentang
perlunya menjalankan sistem pasar bebas dan mengurangi campur tangan
pemerintah, termasuk kebijakan fiskal yang aktif dalam perekonomian. Lalu apakah
kebijakan fiskal itu memang diperlukan atai tidak dalam memajukan pertumbuhan
perekonomian didaalm suatu negara?
Di dalam kebijakan fiskal juga dikenal suatu istilah “kebijakan fiskal diskresioner”
atau “discretionary fiscal policy”. Kebijakan ini dapatlah diartiakan sebagai langkah-
langkah pemerintah untuk mengubah pengeluaranya atau pemungutan pajaknya
dengan tujuan untuk :
• Mengurangi gerak naik turun tingkat kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu, dan
• Menciptakan suatu tingkat kegiatan ekonomi yang mencapai tingkat konsumsi
tenaga kerja yang tinggi, tidak menghadapi masalah inflasi dan selalu mengalami
pertumbuhan yang memuaskan.
Dari penjelasan mengenai arti dari kebijakan fiskal diskresioner ini dapat disimpulkan
bahwa terdapat dua macam alat yang digunakan oleh pemerintah untuk
menjalankan kebijakan tersebut, yaitu membuat perubahan-perubahan ke atas
pengeluaranya dan membuat perubahan-perubahan ke atas pajak yang dipungutnya.
Sedangkakan dalam pelaksanaanya kedua alat kebijakan fiskal diskresioner tersebut
dapat digunakan secara tersendiri atau merupakan gabungan daripada kedua-
duanya. Maka pada hakikatnya kebijakan fiskal diskresioner dapat dibedakan dalam
3 bentuk, yaitu :
Membuat perubahan ke atas pengeluaran pemerintah.
Membuat perubahan ke atas sistem pemungutan pajak.
Secara serentak membuat perubahan dalam pengeluaran pemerintah dan sistem
pemungutan pajak.
Jika diatas telah dijelaskan kebijakan fiskal di sektor dalam negeri, maka sekarang
akan dijelaskan kebijakan fiskal di sektor luar negeri. Di dalam sektor luar negeri
kebijakan ini memiliki istilah lain yaitu, Kebijakan memindah pengeluaran. Di dalam
kebijakan ini pengeluaran para pelaku ekonomi tidak berkurang, hanya di pindah dan
digeser pada bidang yang tidak terlalu berisiko memperburuk perekonomian.
Kebijakan ini dapat dilakukan secara paksa dan dapat juga dipergunakan dengan
memakai rangsangan. Secara paksa kebijakan ini ditempuh dengan cara :