Anda di halaman 1dari 4

Berdasarkan dari Lembaga yang mengelolanya, pajak dibedakan menjadi :

1. Pajak Pusat
2. Pajak Daerah

1. Pajak Pusat

Pajak pusat merupakan pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat, yang
dalam hal ini dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak. Pajak pusat meliputi :

 Pajak Penghasilan (PPh)


 Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
 Pajak Penjualan Barang yang Tergolong Mewah (PPnBM)
 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
 Bea Meterai

2. Pajak Daerah

Pajak daerah merupakan pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah, yang
dalam hal ini ditangani oleh Dinas Pendapatan Daerah, antara lain :
a. Propinsi

 Pajak Kendaraan Bermotor (baik di darat maupun diatas air)


 Bea Balik Nama (BBN) Kendaraan Bermotor (baik di darat maupun
diatas air)
 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas air
 Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan

b. Kabupaten

 Pajak Hotel
 Pajak Reklame
 Pajak Restoran
 Pajak Hiburan
 Pajak Penerangan Jalan
 Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C

Sumber : www.pajak.go.id
Tema : Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal memegang peranan yang cukup penting dalam menstabilkan tingkat
kegiatan ekonomi, dan menciptakan tingkat kegiatan ekonomi ke arah tingkat yang
dikehendaki. Pandangan ini dalam buku Keynes yang sekarang menjadi landasan
dalam perkembangan teori makroekonomi. Pandangan atau keyakinan ini sangat
berbeda sekali dengan yang dianut ahli-ahli ekopnomi dan pihak pemerintah di
dalam zamanya ahli-ahli ekonomi Klasik. Ahli ekonomi Klasik menekankan tentang
perlunya menjalankan anggaran belanja seimbang. Mereka menekankan tentang
perlunya menjalankan sistem pasar bebas dan mengurangi campur tangan
pemerintah, termasuk kebijakan fiskal yang aktif dalam perekonomian. Lalu apakah
kebijakan fiskal itu memang diperlukan atai tidak dalam memajukan pertumbuhan
perekonomian didaalm suatu negara?

Dengan menggunakan kebijakan fiskal pemerintah dapat mempengaruhi besarnya


jurang deflasi atau jurang inflasi yang wujud dalam perekonomian. Apabila terdapat
jurang deflasi tingkat kegiatan ekonomi belum mencapai potensinya yang maksimal
dan pengangguran wujud. Dalam kedaaan seperti ini pengeluaran agregat perlu
dinaikan. Kebijakan pemerintah itu akan menaikan tingkat kegiatan ekonomi dan
megurangi pengangguran. Langkah yang paling yang dapat dilakukan pemerintah
untuk mencapai tujuan itu adalah dengan menambah pengeleuaranya. Bersama
dengan langkah ini, untuk menjamin agar jurang defalsi dapat diperkecil sejauh
mungkin, pemerintah dapat pula mengurangi pajak yang dipungutnya dari para
penerima pendapatan dan perusahaan-perusahaan. Langkah-langkah yang
dijalankan pemerintah ini berkecondongan akan menimbulkan anggaran belanja
defisit. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa kebijakan anggaran belanja
defisit adalah satu langkah pemerintah yang dapat dialkukan untuk mengatasi
depresi dan pengangguran.

Di dalam kebijakan fiskal juga dikenal suatu istilah “kebijakan fiskal diskresioner”
atau “discretionary fiscal policy”. Kebijakan ini dapatlah diartiakan sebagai langkah-
langkah pemerintah untuk mengubah pengeluaranya atau pemungutan pajaknya
dengan tujuan untuk :
• Mengurangi gerak naik turun tingkat kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu, dan
• Menciptakan suatu tingkat kegiatan ekonomi yang mencapai tingkat konsumsi
tenaga kerja yang tinggi, tidak menghadapi masalah inflasi dan selalu mengalami
pertumbuhan yang memuaskan.

Dari penjelasan mengenai arti dari kebijakan fiskal diskresioner ini dapat disimpulkan
bahwa terdapat dua macam alat yang digunakan oleh pemerintah untuk
menjalankan kebijakan tersebut, yaitu membuat perubahan-perubahan ke atas
pengeluaranya dan membuat perubahan-perubahan ke atas pajak yang dipungutnya.
Sedangkakan dalam pelaksanaanya kedua alat kebijakan fiskal diskresioner tersebut
dapat digunakan secara tersendiri atau merupakan gabungan daripada kedua-
duanya. Maka pada hakikatnya kebijakan fiskal diskresioner dapat dibedakan dalam
3 bentuk, yaitu :
Membuat perubahan ke atas pengeluaran pemerintah.
Membuat perubahan ke atas sistem pemungutan pajak.
Secara serentak membuat perubahan dalam pengeluaran pemerintah dan sistem
pemungutan pajak.

Jika diatas telah dijelaskan kebijakan fiskal di sektor dalam negeri, maka sekarang
akan dijelaskan kebijakan fiskal di sektor luar negeri. Di dalam sektor luar negeri
kebijakan ini memiliki istilah lain yaitu, Kebijakan memindah pengeluaran. Di dalam
kebijakan ini pengeluaran para pelaku ekonomi tidak berkurang, hanya di pindah dan
digeser pada bidang yang tidak terlalu berisiko memperburuk perekonomian.
Kebijakan ini dapat dilakukan secara paksa dan dapat juga dipergunakan dengan
memakai rangsangan. Secara paksa kebijakan ini ditempuh dengan cara :

• Mengenakan tarif / quota, dengan tindakan ini diharapkan masyarakat akan


memindah konsumsinya ke komoditi buatan dalam negeri, karena dengan
dikenakannya kedua hambatan perdagangan tersebut, harga komoditi impor
menjadi mahal.
• Mengawasi pemakaian valuta asing, hal ini dapat dilakukan dengan
memperhatikan maksud dan tujuan orang membutuhkan dan menggunakan valuta
asing. Kemudahan akan diberikan kepada mereka yang akan menggunakan valuta
asing tersebut untuk mengespor komoditi yang membantu terpenuhinya kebutuhan
rakyat banyak dan demi meningkatnya produktivitas perekonomian.
Sedangkan kebijakan memindah pengeluaran yang dilakukan dengan rangsangan
dapat ditempuh dengan cara :

• Menciptakan rangsangan-rangsangan ekspor, misalnya dengan mengurangi pajak


komoditi ekspor, menyederhanakan prosedur ekspor, memberantas pungutan liar
dan biaya-biaya siluman yang turut membebani harga komoditi ekspor.
• Menyetabilkan upah dan harga di dalam negeri, dengan demikian akan lebih
memberi iklim yang lebih sehat bagi masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi
produk dalam negeri. Dengan upah yang stabil akan ada kepastian pendapatan bagi
masyarakat. Dan dengan kepastian harga, konsumen akan lebih tenang dan
menghindarkan dari tindakan spekulasi.
• Melakukan devaluasi. Devaluasi adalah suatu tindakan pemerintah dengan
menurunkan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar. Dengan kata lain,
devaluasi menyebabkan semakin banyak rupiah yang harus dikorbankan untuk
mendapatkan satu unit dolar. Namun akibat positif yang ditimbulkanya adalah
semakin murahnya nilai komoditi ekspor Indonesia di pasar dunia. Dengan demikian
tujuan mendasar dilakukanya devaluasi adalah untuk meningkatkan volume transaksi
komoditi ekspor Indonesia. Harapanya dengan peningkatan tersebut, pnerimaan
negara dari sektor perdagangan luar negeri dapat meningkat, sehingga diperoleh
dana pembangunan yang lebih banyak.

Anda mungkin juga menyukai