Anda di halaman 1dari 8

Yang perlu saya garis bawahi adalah kata premature.

Dalam dunia medis bayi yang


bobotnya kurang dari 2500 gram maka bayi tersebut dikatakan premature atau memiliki
berat badan rendah.

Bayi yang memiliki berat badan rendah sangat rentan terhadap suhu disekitarnya, suhu
tubuh yang normal untuk anak-anak adalah 35,5oC sampai 37,5oC. Sedangkan suhu bayi
prematuree sangat tergantung oleh suhu ruangannya, apabila suhu ruangan terlalu dingin
maka suhu bayi premature tersebut bisa juga mengalami kedinginan sehingga dapat
membekukan darahnya yang mungkn bisa berakhir dengan kematian.

Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginan bayi tersebut maka diperlukan perawatan
secara medis, dan Anda bisa menggunakan Metode Kanguru untuk mengurangi resiko
kematian pada bayi premature.

PENGERTIAN
Metode Kanguru adalah sebuah metode perawatan bayi yang baru lahir dengan cara
meletakan bayi di dada ibu (skin to skin) untuk menyalurkan kehangatan pada bayi.
Tujuannya kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi dapat menurunkan hilangnya panas
melalui konduksi dan radiasi serta bertujuan untuk mempertahankan neutral thermal
environment/NTE, yaitu kisaran suhu lingkungan sehingga bayi dapat mempertahankan
suhu tubuhnya tetap normal dengan metabolisme basal minimum dan kebutuhan oksigen
terkecil. Metoda ini dapat juga dilakukan untuk bayi sehat. Sehingga dengan kontak
langsung kulit ibu bayi ini kebutuhan dasar dari bayi berupa kehangatan, ASI, kasih
sayang dan perlindungan bisa dipenuhi.

Metode Kanguru ditemukan sejak tahun 1983, sangat bermanfaat untuk merawat bayi
yang lahir dengan berat badan rendah baik selama perawatan di rumah sakit ataupun di
rumah

CARA MELAKUKAN METODE KANGURU


• Beri bayi pakaian, topi , popok dan kaus kaki yang telah dihangatkan lebih dahulu
• Letakkan bayi di dada ibu, dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu dan pastikan
kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu. Posisikan bayi dengan siku dan
tungkai tertekuk , kepala dan dada bayi terletak di dada ibu dengan kepala agak
sedikit mendongak.
• Dapat pula memeakai baju dengan ukuran lebih besar dari badan ibu , dan bayi
diletakkan diantara payudara ibu, baju ditangkupkan, kemudian ibu memakai
selendang yang dililitkan di perut ibu agar bayi tidak terjatuh.
• Bila baju ibu tidak dapat menyokong bayi , dapat digunakan handuk atau kain
lebar yang elastik atau kantong yang dibuat sedemikian untuk menjaga tubuh
bayi.
• Ibu dapat beraktivitas dengan bebas, dapat bebas bergerak walau berdiri , duduk ,
jalan, makan dan mengobrol. Pada waktu tidur , posisi ibu setengah duduk atau
dengan jalan meletakkan beberapa bantal di belakang punggung ibu.
• Bila ibu perlu istirahat , dapat digantikan oleh ayah atau orang lain.
• Dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan persiapan ibu, bayi, posisi bayi,
pemantauan bayi, cara pamberian asi , dan kebersihan ibu dan bayi.

KEUNTUNGAN MENGGUNAKAN METODE


KANGURU:
• Meningkatkan hubungan emosi ibu – anak
• Menstabilkan suhu tubuh , denyut jantung , dan pernafasan bayi
• Meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi dengan lebih baik
• Mengurangi lama menangis pada bayi
• Memperbaiki keadaan emosi ibu dan bayi
• Meningkatkan produksi ASI
• Menurunkan resiko terinfeksi selama perawatan di rumah sakit
• Mempersingkat masa rawat di rumah sakit
• Mempercepat kenaikan berat badan bayi
• Menstabilkan denyut jantung dan pernapasan
• Memperpanjang waktu tidur
• Menciptakan suasana nyaman dan mengurangi stress pada bayi

KRITERIA BAYI UNTUK METODE KANGURU


• Bayi dengan berat badan ≤ 2000 g
• Tidak ada kelainan atau penyakit yang menyertai
• Refleks dan kordinasi isap dan menelan yang baik
• Perkembangan selama di inkubator baik
• Kesiapan dan keikut sertaan orang tua, sangat mendukung dalam keberhasilan.
Kangoroo mother care (KMC) adalah kontak kulit diantara ibu dan bayi secara dini, terus
menerus dan dikombinasi dengan pemberian ASI eksklusif. Tujuannya agar bayi kecil
tetap hangat. Dapat dimulai segera setelah lahir atau setelah bayi stabil.

KMC atau yang kita kenal dengan metode kangguru dapat dilakukan dirumah sakit atau
di rumah setelah bayi pulang. Bayi tetap bisa dirawat dengan metode kangguru meskipun
belum bisa menyusu, berikan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara
pemberian minum.

Pengertian
• Posisi kangguru : Kontak antara ibu dan bayi dari kulit ke kulit.
• nutrisi secara kangguru: ASI dini dan eksklusif
• Dukungan secara kangguru: Jangan memisahkan ibu dan bayi.
KEUNTUNGAN YANG DI DAPAT DARI METODE KANGURU BAGI
PERAWATAN BAYI :
1. Meningkatkan hubungan emosi ibu dan bayi.
2. Menstabilkan suhu tubuh , denyut jantung , dan pernafasan bayi
3. Meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi dengan lebih baik
4. Mengurangi stress pada ibu dan bayi
5. Mengurangi lama menangis pada bayi
6. Memperbaiki keadaan emosi ibu dan bayi
7. Meningkatkan produksi ASI
8. Menurunkan risiko terinfeksi selama perawatan di rumah sakit
9. Mempersingkat masa rawat di rumah sakit
Lama dilakukannya metode KMC (metode kangguru)
1. Dilakukan sampai bayi berat badan 2500gr atau mendekati 40 minggu atau sampai
bayi merasa tidak nyaman lagi dengan metode tersebut, misalnya sering bergerak,
gerakan ekstremitas (tangan dan kaki) berlebihan. Atau bila dilakukan KMC bayi
menangis.
2. Bila ibu lelah dan ingin beristirahat, dapat digantikan ayah, saudara atau petugas
kesehatan. Bila tidak ada yang bisa menggantikan, bayi diberi pakaian hangat dan topi
dan diletakkan di boks bayi dalam ruangan yang hangat.
3. Bila bayi sudah tidak nyaman lagi dengan metode kangguru, maka ibu sebaiknya
menyapih bayi, dan sebagai penggantinya dapat melakukan kontak kulit lagi pada waktu
bayi sehabis mandi, atau kapan saja bayi menginginkan.
Pakaian dan posisi ibu dan bayi
1. Berilah bayi pakaian, topi, popok dan kaus kaki yang hangat.
2. Letakkan bayi di dada ibu:
- Dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu, dan lihat apakah kepala bayi sudah ada di
depan dada ibu.
- Posisikan bayi dalam “frog position” yaitu fleksi pada siku dan tungkai, kepala dan
dada bayi terletak di dada ibu dengan kepala agak keatas (ekstensi).
3. Tutupi bayi dengan pakaian ibu ditambah dengan selimut yang hangat.
- Tidak perlu baju khusus bila baju yang ibu kenakan sudah cukup hangat dan nyaman
selama kontak bayi dengan kulit ibu.
- Pada waktu udara dingin, kamar harus hangat.
- Bila baju ibu tidak dapat menahan berat bayi, ibu dapat menggunakan handuk atau kain,
kain lebar yang elastik, atau kantong yang dibuat sedemikian rupa untuk menjaga tubuh
bayi.
- Dapat pula memakai baju dengan ukuran lebih besar dari badan ibu. Bayi diletakkan
diantara payudara ibu. Baju ditangkupkan kemudian ibu memakai selendang yang
dililitkan di perut ibu agar bayi tidak terjatuh.

Bagaimana dengan aktifitas ibu


1. Ibu dapat bebas bergerak walau berdiri, duduk, jalan, makan bahkan mengobrol.
2. Pada waktu tidur, metode kangguru ini dapat dilaksanakan dengan cara posisi ibu
setengah duduk atau dengan meletakkan bantal di belakang punggung ibu.

Bagaimana dengan nutrisi dan pertumbuhan bayi


1. Posisi KMC ideal untuk menyusui bayi
2. Ibu dapat melakukan pemberian ASI, tidak perlu cemas hanya saja cara menyusui dan
perlekatan yang benar perlu dipelajari.
3. Bila ibu tidak dapat menyusui, beri ASI peras dengan menggunakan salah satu
alternatif cara pemberian minum.
4. Pantau jumlah ASI yang diberikan oleh ibu, jangan sampai bayi dehidrasi dan berikan
ASI tanpa jadwal dalam arti kapanpun bayi bisa minum ASI.
http://www.kangaroomothercare.com Buku panduan manajemen masalah bayi baru lahir untuk dokter, perawat,
bidan di rumah sakit rujukan dasar,2003.

Page 1 of 4
Meski namanya kanguru, metode ini bukan berasal dari Australia, melainkan
dikembangkan di Kolombia. Nama kanguru digunakan karena metode penanganan bayi
prematur atau bayi berat lahir rendah (BBLR)-yaitu kurang dari 2.500 gram-ini meniru
perilaku binatang asal Australia yang menyimpan anaknya di kantung perutnya, sehingga
diperoleh suhu optimal bagi kehidupan bayi.

Menurut dr Imral Chair SpA(K) dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan
Ketua I Perkumpulan Perinatologi Indonesia (Perinasia) dalam seminar "Orientasi
Metode Kanguru" yang diselenggarakan Forum Promosi Kesehatan Indonesia, Rabu
(23/5), bayi prematur maupun bayi cukup bulan yang lahir dengan berat badan rendah,
terutama di bawah 2.000 gram, terancam kematian akibat hipotermia-yaitu penurunan
suhu badan di bawah 36,5 derajat Celcius-di samping asfiksia (kesulitan bernapas) dan
infeksi.

Hipotermia terjadi karena evaporasi atau menguapnya cairan (air ketuban/air) dari kulit
bayi yang basah, radiasi, atau kehilangan panas karena udara ruangan lebih dingin
dibanding tubuh bayi, konduksi atau kehilangan panas karena bayi bersentuhan dengan
benda yang lebih dingin (alas tidur dingin atau popok basah), serta konveksi jika bayi
telanjang terkena aliran udara dingin.
"Suhu tubuh ideal bayi adalah 36,5-37 derajat Celcius. Bayi akan kedinginan dan stres
kalau suhu tubuhnya di bawah 36,5 derajat Celcius. Jika suhunya di bawah 32 derajat
Celcius, bayi akan mengalami cold injury yang ditandai dengan muka, ujung tangan, dan
ujung kaki berwarna merah terang, bagian tubuh lain pucat, kadang-kadang terjadi
pengerasan kulit yang kemerahan, serta pembengkakan terutama di punggung," papar
Imral.

Faktor risiko hipotermia, antara lain bayi lahir tidak segera dikeringkan, terlalu cepat
dimandikan, setelah dikeringkan tidak segera diberi pakaian, tutup kepala dan dibungkus,
tidak segera didekapkan pada tubuh ibu, bayi baru lahir dipisah dari ibunya, tidak segera
disusui ibunya, bayi berat lahir rendah, dan bayi sakit.

Perawatan bayi dengan metode kanguru bisa digunakan sebagai pengganti perawatan
dengan inkubator. Caranya, dengan mengenakan popok dan tutup kepala pada bayi yang
baru lahir. Kemudian, bayi dile-takkan di antara payudara ibu dan ditutupi baju ibu yang
berfungsi sebagai kantung kanguru. Posisi bayi tegak ketika ibu berdiri atau duduk, dan
tengkurap atau miring ketika ibu berbaring. Hal ini dilakukan sepanjang hari oleh ibu
atau pengganti ibu (ayah atau anggota keluarga lain).

Suhu optimal didapat lewat kontak langsung kulit ibu dengan kulit bayi (skin to skin
contact). Suhu ibu merupakan sumber panas yang efisien dan murah. Kontak erat dan
interaksi ibu-bayi akan membuat bayi merasa nyaman dan aman, serta meningkatkan
perkembangan psikomotor bayi sebagai reaksi rangsangan sensoris dari ibu ke bayi.

METODE kanguru (kangaroo mother care), menurut Prof dr Hadi Pratomo MPH DrPH
dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), pertama kali
dikembangkan Dr Edgar Rey di Bogota, Kolombia, tahun 1978. Kemudian dilanjutkan
Dr Hector Martinez dan Dr Luis Navarette. Hal ini dilakukan untuk mengatasi
kelangkaan fasilitas dan sumber daya rumah sakit untuk merawat bayi BBLR.

Sejak akhir tahun 1980-an metode kanguru dikembangkan oleh Colombian Departement
of Social Security dan World Laboratory-sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM)
berbasis di Swiss.

Negara-negara berkembang sangat dianjurkan mengadopsi metode ini, mengingat


terbatasnya fasilitas pelayanan kesehatan, terutama di daerah pedesaan. Tentu saja
pelaksanaannya disupervisi oleh tenaga kesehatan. Dengan bantuan Unicef, cara
perawatan ini dikenalkan ke pelbagai negara berkembang. Bahkan, negara maju termasuk
Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Swedia, dan Belanda menggunakan metode ini
sebagai alternatif penggunaan inkubator dan humanisasi proses persalinan dalam konteks
prematuritas.

Di Indonesia, Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial (Depkes dan Kesos) telah
mengembangkan kebijakan Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Metode kanguru
digunakan sebagai salah satu cara pencegahan hipotermia dalam Perawatan Neonatal
Dasar. Saat ini juga telah tersedia video dan peraga lembar balik metode kanguru untuk
keperluan sosialisasi kepada tenaga kesehatan, terutama bidan di desa serta masyarakat.
MENGAPA metode kanguru perlu diadopsi Indonesia? Menurut Hadi, berdasarkan
perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 1995 hampir semua (98
persen) dari lima juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua
pertiga kematian itu terjadi pada periode neonatal dini. Umumnya karena berat badan
lahir kurang dari 2.500 gram. Menurut WHO, 17 persen dari 25 juta persalinan per tahun
adalah BBLR dan hampir semua terjadi di negara berkembang.

Di masyarakat tradisional Indonesia, kematian neonatal tidak dianggap suatu masalah.


Bila bayi meninggal sebelum berusia 40 hari, orangtua atau keluarga menerima hal ini
dan segera melupakan.

Diperkirakan, kejadian BBLR di Indonesia sebesar 14 persen. Angka kematian bayi


(AKB) Indonesia memang makin menurun, tetapi masih cukup tinggi, yaitu 52 per 1.000
kelahiran hidup (data Survei Demografi tahun 1997). Angka itu jauh lebih tinggi
dibanding AKB sesama negara ASEAN (Singapura empat per 1.000 kelahiran hidup,
Malaysia 12 per 1.000, dan Thailand 32 per 1.000).

Perawatan BBLR yang berkualitas baik bisa menurunkan kematian neonatal, seperti
inkubator dan perlengkapannya pada Neonatal Intensive Care Unit. Namun, teknologi ini
relatif mahal. Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, dihadapkan pada masalah
kekurangan tenaga terampil, biaya pemeliharaan alat, serta logistik. Selain itu,
penggunaan inkubator dinilai menghambat kontak dini ibu-bayi dan pemberian air susu
ibu (ASI), serta berakibat ibu kurang percaya diri dan tidak terampil merawat bayi
BBLR.

Sebuah studi penerapan metode kanguru di rumah sakit yang tidak memiliki inkubator
dan peralatan lain untuk perawatan BBLR di lakukan di Manama Mission Hospital,
Zimbabwe. Hasilnya menunjukkan, terjadi peningkatan survival bayi berat lahir kurang
dari 1.500 gram dari 10 persen menjadi 50 persen dan bayi berat lahir 1.500-1.999 gram
meningkat dari 70 persen menjadi 90 persen.

Studi multisenter oleh WHO Collaborating Center for Perinatal Care dilakukan selama
setahun pada rumah sakit di Addis Ababa (Ethiopia), Yogyakarta (Indonesia), dan
Merida (Meksiko). Tujuannya, menilai kelayakan, penerimaan, efektivitas, dan biaya
metode kanguru dibandingkan cara konvensional (ruang hangat dan inkubator).

Hasilnya, kejadian hipotermia pada metode kanguru secara signifikan lebih rendah
dibandingkan cara konvensional. Kelompok bayi yang dirawat dengan metode kanguru
juga mendapat ASI lebih baik, pertambahan berat badan lebih baik, dan lama perawatan
di rumah sakit lebih pendek. Metode kanguru terbukti lebih hemat dari segi perawatan
alat dibanding cara konvensional. Baik ibu maupun petugas kesehatan lebih menyukai
metode kanguru, karena lebih menyenangkan dan aman.

Penelitian di Yogyakarta itu dilakukan oleh Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada-Rumah Sakit Dr Sardjito, dipimpin Prof dr
Achmad Surjono, tahun 1995. Sampai kini RS Dr Sardjito konsisten menerapkan metode
kanguru pada sistem rawat inap maupun rawat jalan. Menurut Imral, metode kanguru
juga diteliti di Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran (FK Unpad)-RS Hasan
Sadikin Bandung oleh Prof dr Anna Alisyahbana dan Prof dr Ali Usman.

"Krisis ekonomi berkepanjangan di Indonesia berdampak pada masalah kekurangan gizi,


terutama pada ibu hamil. Diprediksi, kasus BBLR makin tinggi. Di pihak lain sumber
daya kesehatan khususnya perawatan rumah sakit makin mahal dan tidak terjangkau oleh
mereka yang memerlukan, baik di kota maupun desa. Metode kanguru dirasa tepat untuk
mengatasi masalah perawatan BBLR di Indonesia. Jauh lebih baik daripada perawatan
tradisional dengan didekatkan lampu petromaks atau botol panas yang berisiko
menyebabkan luka ba-kar pada bayi," urai Hadi.
MENGAPA metode kanguru perlu diadopsi Indonesia? Menurut Hadi, berdasarkan
perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 1995 hampir semua (98
persen) dari lima juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua
pertiga kematian itu terjadi pada periode neonatal dini. Umumnya karena berat badan
lahir kurang dari 2.500 gram. Menurut WHO, 17 persen dari 25 juta persalinan per tahun
adalah BBLR dan hampir semua terjadi di negara berkembang.

Di masyarakat tradisional Indonesia, kematian neonatal tidak dianggap suatu masalah.


Bila bayi meninggal sebelum berusia 40 hari, orangtua atau keluarga menerima hal ini
dan segera melupakan.

Diperkirakan, kejadian BBLR di Indonesia sebesar 14 persen. Angka kematian bayi


(AKB) Indonesia memang makin menurun, tetapi masih cukup tinggi, yaitu 52 per 1.000
kelahiran hidup (data Survei Demografi tahun 1997). Angka itu jauh lebih tinggi
dibanding AKB sesama negara ASEAN (Singapura empat per 1.000 kelahiran hidup,
Malaysia 12 per 1.000, dan Thailand 32 per 1.000).

Perawatan BBLR yang berkualitas baik bisa menurunkan kematian neonatal, seperti
inkubator dan perlengkapannya pada Neonatal Intensive Care Unit. Namun, teknologi ini
relatif mahal. Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, dihadapkan pada masalah
kekurangan tenaga terampil, biaya pemeliharaan alat, serta logistik. Selain itu,
penggunaan inkubator dinilai menghambat kontak dini ibu-bayi dan pemberian air susu
ibu (ASI), serta berakibat ibu kurang percaya diri dan tidak terampil merawat bayi
BBLR.

Sebuah studi penerapan metode kanguru di rumah sakit yang tidak memiliki inkubator
dan peralatan lain untuk perawatan BBLR di lakukan di Manama Mission Hospital,
Zimbabwe. Hasilnya menunjukkan, terjadi peningkatan survival bayi berat lahir kurang
dari 1.500 gram dari 10 persen menjadi 50 persen dan bayi berat lahir 1.500-1.999 gram
meningkat dari 70 persen menjadi 90 persen.

Studi multisenter oleh WHO Collaborating Center for Perinatal Care dilakukan selama
setahun pada rumah sakit di Addis Ababa (Ethiopia), Yogyakarta (Indonesia), dan
Merida (Meksiko). Tujuannya, menilai kelayakan, penerimaan, efektivitas, dan biaya
metode kanguru dibandingkan cara konvensional (ruang hangat dan inkubator).

Hasilnya, kejadian hipotermia pada metode kanguru secara signifikan lebih rendah
dibandingkan cara konvensional. Kelompok bayi yang dirawat dengan metode kanguru
juga mendapat ASI lebih baik, pertambahan berat badan lebih baik, dan lama perawatan
di rumah sakit lebih pendek. Metode kanguru terbukti lebih hemat dari segi perawatan
alat dibanding cara konvensional. Baik ibu maupun petugas kesehatan lebih menyukai
metode kanguru, karena lebih menyenangkan dan aman.

Penelitian di Yogyakarta itu dilakukan oleh Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada-Rumah Sakit Dr Sardjito, dipimpin Prof dr
Achmad Surjono, tahun 1995. Sampai kini RS Dr Sardjito konsisten menerapkan metode
kanguru pada sistem rawat inap maupun rawat jalan. Menurut Imral, metode kanguru
juga diteliti di Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran (FK Unpad)-RS Hasan
Sadikin Bandung oleh Prof dr Anna Alisyahbana dan Prof dr Ali Usman.

"Krisis ekonomi berkepanjangan di Indonesia berdampak pada masalah kekurangan gizi,


terutama pada ibu hamil. Diprediksi, kasus BBLR makin tinggi. Di pihak lain sumber
daya kesehatan khususnya perawatan rumah sakit makin mahal dan tidak terjangkau oleh
mereka yang memerlukan, baik di kota maupun desa. Metode kanguru dirasa tepat untuk
mengatasi masalah perawatan BBLR di Indonesia. Jauh lebih baik daripada perawatan
tradisional dengan didekatkan lampu petromaks atau botol panas yang berisiko
menyebabkan luka ba-kar pada bayi," urai Hadi.

Anda mungkin juga menyukai