Anda di halaman 1dari 90

‫بسم ال الرحمن الرحيم‬

"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang"

Update: 17 Juli 2008 (Bagian Pertama)

Silahkan baca selanjutnya disini:

Kado_Pernikahan_Menjadi_Pasangan_Paling_Berbahagia_Lanjutan

Perhatian (Disclaimer)
Hanya teruntuk yang berhaq (suami dengan istrinya), haram hukumnya
kemesraan pernikahan ini diterapkan pada selainya
'Afwan jika sekiranya dinggap kurang sopan (vulgar), yang ana tulis ini adalah ilmu
penting yang harus diketahui bagi seseorang yang mau menikah terutama tentang
adab-adab dan cara menjalaninya dengan baik. Dan disini ana sudah mengusahakan
menyusun dalam bahasa sehalus mungkin, selebihnya mohon maaf dengan sangat .
Semua adalah kekurangan dan kesalahan diri ana yang lemah ini, memohon koreksi
dan nasehat segera dan tak perlu sungkan-sungkan)
Ana dedikasikan awalnya sebagai kado teruntuk sahabat terbaik ana Abu Abdillah, yang
semoga Allah senantiasa memberi barakah kepadanya
'Afwan kadonya mendahului, biar tambah semangat
Semoga berkenan dan menjadi pernikahan yang berkah
Semoga terbit senyum cerah menyambut hidup baru
Sekaligus sebagai bekal ilmu bagi diri ana sendiri dari ilmu yang lama ana kaji ini (dengan
metode praktis yang sedikit berbeda dari biasanya)
Dan semoga senantiasa diberi Allah jalan yang lebih selamat
Dan semoga jua bermanfaat teruntuk saudara-saudariku sekalian
Semoga bisa menjadi rizqi yang halal (nafkah batin) dalam kehidupan keluarga
saudaraku
Menumbuhkan dan menguatkan kembali kecintaan dan keharmonisan dalam
rumah-tangga saudaraku sekalian
Dan bagi yang masih bujangan semoga menjadi bekal, biar kepingin dan biar
bersemangat menyegerakan pernikahan :)
Silahkan copy artikel ini, termasuk sumber asli yang ana sediakan:
Attachment: [Kado Pernikahan] Menjadi Pasangan Paling Berbahagia.doc
Attachment: [Kado Pernikahan] Menjadi Pasangan Paling Berbahagia.pdf
Ana sediakan versi ready print (format Pdf), yang bisa di download dibagian bawah
postingan ini...
Mungkin bisa langsung di print, jadikan buku atau tempel di tempat yang mudah dilihat
(sebagai tadzkirah), sebab manusia mudah lalai..
Namun yang terus kami update terutama adalah versi web-nya, format lain
(doc,rar,pdf) mengikuti suatu saat
Bagi yang ingin membukukan...
Niat ikhlash karena Allah
Niat untuk mudahnya mendakwahkan ilmu dan tiada menahanya
Niat untuk menjaga hati dari segala yang mengotori
Niat untuk memberi manfaat kepada orang banyak
Niat mendapatkan rizqi dengan layak (halal) tanpa mendhalimi siapapun (dengan cara
yang layak) dan menjaga tiada terbuai denganya
Bagi yang membacanya...
Semoga terhindar dari kemudharatanya
Memohon masukan dan kritik segera
Berhati-hati dengan susunan kata dan mungkin pemahaman yang melenceng
(terutama jika dipengaruhi nafsu saat membacanya)
Tak lupa untk membaca bismillah dan menata niat
Mohon sekali lagi hati-hati, jangan sampai terbawa fitnah (ujian) tulisan dibawah
ini

Pentingnya suami/istri shalehah


Istri shalehah (seorang wanita yang yang bagus agama dan akhlaknya)
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda,
“Wanita dinikahi karena 4 perkara: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan
agamanya. Maka, ambillah wanita yang memiliki agama (wanita shalihah), kamu
akan beruntung” (Bukhari dan Muslim)
Seorang wanita shalehah akan memudahkan pernikahan dan mudah taat pada
sang suami
Wanita yang berakhlak mulia adalah wanita yang memberikan belaian kasihnya
kepada suaminya dan menghormatinya
Berusaha tulus-ikhlas menyerahkan hidupnya untuk berbakti kepada suami
mengharap pahala disisi Allah
Senantiasa patuh kepada suaminya dalam segala hal (selain maksiat kepada Allah)
ِ ‫عُة ِفي اْلَمْعُرْو‬
‫ف‬ َ ‫طا‬
ّ ‫ِإّنَما ال‬

“Hanyalah ketaatan itu dalam perkara yang ma’ruf” (HR. Al-Bukhari no. 7145 dan Muslim
no. 4742)
ِ ‫صَيِة ا‬
‫ل‬ ِ ‫ق ِفي َمْع‬
ٍ ‫خُلْو‬
ْ ‫عَة ِلَم‬
َ ‫طا‬
َ ‫ل‬
َ
“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala” (HR. Ahmad 1/131, dishahihkan sanadnya oleh Asy-Syaikh Ahmad Syakir
rahimahullahu dalam syarah dan catatan kakinya terhadap Musnad Al-Imam Ahmad dan
dishahihkan pula dalam Ash-Shahihah no. 181)
Membantu suami untuk taat kepada Allah, maka jika suami malas ia
menyemangatinya
Tak bosan-bosan senantiasa menasehati sang suami...
“Berhati-hatilah wahai suami tercintaku dari penghasilan yang haram, karena
kami bisa bersabar dari rasa lapar namun kami tidak bisa bersabar
dari api neraka…”
‫عِليٌم‬
َ ‫ن‬
َ ‫حاۖ ِإّني ِبَما َتْعَمُلو‬
ً ‫صاِل‬
َ ‫عَمُلوا‬
ْ ‫ت َوا‬
ِ ‫طّيَبا‬
ّ ‫ن ال‬
َ ‫ل ُكُلوا ِم‬
ُ‫س‬ُ ‫َيا َأّيَها الّر‬

"Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik.
Sesungguhnya Allah Ta’ala memerintahkan kepada kaum mukminin
seperti yang Dia perintahkan kepada para Rasul. Maka, Allah
berfirman: ’Hai Rasul-Rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik,
dan kerjakanlah amal yang shalih" (Al-Mukminuun: 51)
َ ‫ن ُكْنُتمْ ِإّياُه َتْعُبُدو‬
‫ن‬ ْ ‫ل ِإ‬
ِّ ‫شُكُروا‬
ْ ‫ت َما َرَزْقَناُكْم َوا‬
ِ ‫طّيَبا‬
َ ‫ن‬
ْ ‫ن آَمُنوا ُكُلوا ِم‬
َ ‫َيا َأّيَها اّلِذي‬

Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rizki yang baik-baik


yang Kami berikan kepada kalian" (Al-Baqarah: 172)
"Uang yang engkau infaqkan di jalan Allah, uang yang engkau infaqkan
untuk memerdekakan seorang hamba (budak), uang yang engkau
infaqkan untuk orang miskin, dan uang yang engkau infaqkan untuk
keluargamu, maka yang lebih besar ganjarannya adalah uang yang
engkau infaqkan kepada keluargamu” (Hadits shahih: Diriwayatkan
oleh Muslim (no. 995), dari Shahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu)
"Dan sesungguhnya, tidaklah engkau menafkahkan sesuatu dengan
niat untuk mencari wajah Allah, melainkan engkau diberi pahala
dengannya sampai apa yang engkau berikan ke mulut isterimu akan
mendapat ganjaran” (Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no.
1295) dan Muslim (no. 1628), dari Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallaahu
‘anhu)
"Cukuplah seseorang dikatakan berdosa jika ia menyia-nyiakan orang
yang wajib ia beri makan (nafkah)" (Hadits hasan: Diriwayatkan oleh
Abu Dawud (no. 1692), dari Shahabat ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallaahu
‘anhuma. Hadits ini dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahiih
Sunan Abi Dawud (V/376, no. 1485)
Mengingatkan ketika suami lupa
Menolong ketika suami ingat
Mengingat nasehat;
”Seorang wanita hanya ingin suaminya, dan setelah memilikinya ia menginginkan
segalanya”
“Tiap lelaki besar kebanyakan dibelakangnya ada wanita yang besar, demikian juga
sebaliknya”
Mengurus dan memperhatikan ketika suami ada
Menjaga kehormatannya dan harta suaminya, tatkala sang suami tiada disisinya
Akan lebih siap mendidik dengan sepenuh jiwa dan keteladanan
Seorang ibu shalihah yang memahami peran dan tugasnya secara amanah adalah
pilar utama keberhasilan pendidikan anak
Tidak keluar rumah tanpa sepengetahuan suami dan tidak mengizinkan siapapun yang
tidak disukai suaminya masuk ke dalam rumahnya
‫ل ِبِإْذِنِه‬
ّ ‫ن ِفي َبْيِتِه ِإ‬
ْ ‫ل َتْأَذ‬
َ ‫َو‬

“Tidak boleh seorang istri mengizinkan seseorang masuk ke rumah suaminya


terkecuali dengan izin suaminya” (HR. Al-Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 2367)
Menyegerakan apa yang disukai suami dan tidak menunda-nundanya
Tidak berpuasa sunnah sedangkan suami sedang bersamanya, kecuali dengan
izinnya Sebagaimana sabda rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
‫ل ِبِإْذِنِه‬
ّ ‫شاِهٌد ِإ‬
َ ‫جَها‬
ُ ‫صْوَم َوَزْو‬
ُ ‫ن َت‬
ْ ‫ل ِلْلَمْرَأِة َأ‬
ّ‫ح‬ِ ‫ل َي‬
َ

"Tidak boleh seorang istri berpuasa (sunnah) sedangkan suaminya ada


bersamanya, kecuali dengan idzinnya" (HR. Al-Bukhari no. 5195 dan Muslim no.
1026)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata: “Larangan ini menunjukkan keharaman.
Demikian yang diterangkan dengan jelas oleh kalangan ulama dari madzhab kami.” (Al-
Minhaj, 7/116)
Hal ini merupakan pendapat jumhur ulama sebagaimana disebutkan dalam Fathul Bari
(9/367)
Adapun sebab/alasan pelarangan tersebut, wallahu a’lam, karena suami memiliki hak untuk
istimta’ dengan si istri sepanjang hari. Haknya ini wajib untuk segera ditunaikan dan tidak
boleh luput penunaiannya karena si istri sedang melakukan ibadah sunnah ataupun ibadah
yang wajib namun dapat ditunda. (Al-Minhaj, 7/116, Syarah Shahiih Muslim (VII/115)
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullahu mengatakan: “Hadits ini menunjukkan lebih
ditekankan kepada istri untuk memenuhi hak suami daripada mengerjakan kebajikan
yang hukumnya sunnah. Karena hak suami itu wajib, sementara menunaikan
kewajiban lebih didahulukan daripada menunaikan perkara yang sunnah” (Fathul Bari,
9/357)
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullaah mengatakan, “Dalam hadits ini terdapat petunjuk bahwa
hak suami lebih utama dari amalan sunnah, karena hak suami merupakan kewajiban
bagi isteri. Melaksanakan kewajiban harus didahulukan daripada melaksanakan
amalan sunnah. (Fat-hul Baari (IX/296)
Maka jika sang isteri berkewajiban mematuhi suami dalam urusan syahwat, maka alangkah
lebih wajib lagi baginya untuk menaati suaminya dalam urusan yang lebih penting dari
itu, yaitu yang berkaitan dengan pendidikan anak dan kebaikan keluarganya, serta
hak-hak dan kewajiban lainya

Jika suami marah ia yang membuatnya ridha


Tetap taat dan memenuhi hak-hak suaminya, berbakti sebaik-baiknya meski didzalimi
Berusaha selalu sabar dan tidak menyakiti hati suami apapun yang bergejolak didalam
hati
Mengingat bahwa dirinya sedang berhadapan dengan dengan seseorang yang
Allah beri kuasa sangat besar atas dirinya
"Seorang perempuan belum dianggap menunaikan hak Tuhannya
sehingga ia menunaikan hak suaminya" (HR Ibnu Majah)
‫جَها‬
ِ ‫جَد ِلَزْو‬
ُ‫س‬ْ ‫ن َت‬
ْ ‫ت اْلَمْرَأَة َأ‬
ُ ‫لَمْر‬
َ ‫حٍد‬
َ‫ل‬َ ‫جَد‬
ُ‫س‬ْ ‫ن َي‬
ْ ‫حًدا َأ‬
َ ‫ت آِمَرا َأ‬
ُ ‫َلْو ُكْن‬

“Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang


lain niscaya aku perintahkan istri untuk sujud kepada suaminya” (HR.
Ahmad 4/381 dan Tirmidzi, dishahihkan Al Albany, lihat “Shahihul Jami`us
Shaghir” no. 5294, Irwa` Al-Ghalil no. 1998 dan Ash-Shahihah no. 3366)
Maksudnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengandaikan bila boleh
bersujud kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala niscaya istri akan
diperintah sujud kepada suaminya. Namun mendapatkan sujud dari para
hamba hanyalah merupakan hak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidak ada
satu pun makhluk-Nya yang berserikat dengan-Nya dalam hak ini
Dan mengingat hadist ini...
‫جَع‬
ِ ‫حّتى َتْر‬
َ ‫جَها‬
َ ‫ت َزْو‬
ْ ‫ص‬
َ ‫ع‬
َ ‫جَع َواْمَرَأٌة‬
ِ ‫حّتى َيْر‬
َ ‫ن َمَواِلْيِه‬
ْ ‫عْبٌد آَبق ِم‬
َ :‫سُهَما‬
ُ ‫صلُتُهَما ُرُؤْو‬
َ ‫جاِوُز‬
َ ‫ن ل ُت‬
ِ ‫ِإْثَنا‬

“2 golongan yang shalatnya tidak akan melewati kepalanya, yaitu budak


yang lari dari tuannya hingga ia kembali dan istri yang durhaka kepada
suaminya hingga ia kembali” (Riwayat Thabrani dan Hakim dalam
“Mustadrak“nya, di-shahih-kan Al Albany hafidhahullah sebagaimana dalam
“Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah” no. 288)
Hingga Aisyah (Ummul Mukminin) pernah memberi nasehat kepada para wanita:
“Wahai sekalian wanita, seandainya kalian mengetahui hak suami-suami
kalian atas diri kalian niscaya akan ada seorang wanita di antara kalian
yang mengusap debu dari kedua kaki suaminya dengan pipinya” (kitab “Al
Kabair” oleh Imam Dzahabi hal. 173, cetakan Darun Nadwah Al Jadidah)
Istri yang meski dalam penderitaan (semisal suami menelantarkanya) ia tetap
bersabar
Berusaha mendampingi sang suami baik dalam suka maupun duka
Apapun yang dialami sang suami berusaha untuk menjadi pendampingnya
yang setia
"Disaat suka menjadi pengingat agar suami tidak terlena, dan disaat
duka menjadi pelipur lara"
Menerima keadaan suami bagaimanapun adanya penuh kelapangan
Mudah bersikap qana’ah (merasa cukup dengan segala karunia yang Allah berikan)
Merasa ridla dengan apa yang diberikan (suami) untuknya, baik itu sedikit maupun
banyak
Tidak menuntut diluar kesanggupan suami atau meminta sesuatu yang tidak perlu
Segala derita menjadi ladang pahala baginya, amanah yang terus ditunaikan dan
menguatkan keimananya
Menjadi seperti khadijah, bagaimana ia mengokohkan hati Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam dan memberi dorongan kepada beliau. Ia menyerahkan semua yang
dimilikinya dibawah pengaturan beliau demi menyampaikan agama Allah
Dan saat Nabi begitu terguncang bisa menjadi tenang dan bisa begitu bahagia
setelah bersedih ketika wahyu pertama turun, dengan perkataan beliau:
ّ‫ح‬
‫ق‬َ ‫ب اْل‬
ِ ‫عَلى َنَواِئ‬
َ ‫ن‬
ُ ‫ب اْلَمْعُدْوَم َوُتِعْي‬
ُ ‫س‬
ِ ‫ل َوَتْك‬
ّ ‫ل اْلَك‬
ُ ‫حِم‬
ْ ‫حَم َوَت‬
ِ ‫ل الّر‬
ُ‫ص‬ِ ‫ك َلَت‬
َ ‫ل َأَبًدا ِإّن‬
ُ ‫كا‬
َ ‫خِزْي‬
ْ ‫ل ل ُي‬
ُ ‫َوا‬

“Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Karena


sungguh engkau menyambung silaturahmi, menanggung orang lemah,
menutup kebutuhan orang yang tidak punya dan engkau menolong setiap
upaya menegakkan kebenaran” (Muttafaq alaihi, diriwayatkan Bukhari dalam
“Kitab Bad’il Wahyi” dan Muslim dalam “Kitabul Iman“)
Yang ditengah malam (saat didzalimi) ia terus berdo’a...
“Ya Allah, hamba mengaku begitu banyak dosa dan kekurangan
Ilhamkan pada diri hamba cara berakhlak yang lebih mulia lagi pada suami tercinta
Ya Allah, dengan segala kemurahan-Mu...
Hamba memohon jangan murkai ia karena kelalaiannya
Maafkanlah ia…
Dengan sepenuh cinta hamba masih tetap menyayanginya
Ya Allah, berilah hamba kekuatan untuk tetap berbakti dan memuliakannya
Engkau maha Tahu Ya Allah...
Hamba begitu mencintainya karena-Mu
Sampaikanlah rasa cinta ini kepadanya dengan cara terbaik-Mu
Tegurlah ia dengan jalan terbaik menuju keridhaan-Mu”

Dan berdo'a...
"Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa aku beriman kepada-Mu dan
Rasul-Mu, dan aku menjaga kehormatanku hanya untuk suamiku, maka
lindungilah aku daripada dikuasai oleh orang-orang kafir dan dzalim"
(Riwayat al-Bukhari, no 2104, 2/722)

Pentingnya Suami Yang Shaleh


Seseorang bertanya kepada Al-Hasan rahimahullah,
"Kepada siapa selayaknya aku menikahkan putriku?" ia menjawab, "Kepada lelaki
yang bertakwa kepada Allah subhanahu wata'ala. Sesungguhnya jika ia mencintai
putrimu, ia tentu akan memuliakannya. Dan jika ia membencinya, niscaya ia tidak
akan berbuat aniaya terhadapnya"
Suami yang memiliki agama tentu tidak akan berbuat zhalim terhadap istrinya...
"Tidak boleh seorang mukmin menghina seorang mukminah. Jika dia
membenci satu akhlak darinya maka dia redha darinya (dari sisi) yang lain”
(Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 1469), dari Abu Hurairah
radhiyallaahu ‘anhu)
Suami wajib membimbing dan mendidik isteri dengan sabar sehingga bisa menjadi
isteri yang shalihah dan dapat melayani penuh keredhaan
Maka jika sang isteri salah, keliru atau melawan, menasihati dengan cara
terbaik. Tidak menjelek-jelekkanya, dan mendo’akan agar Allah
memperbaikinya dan menjadikannya isteri yang shalihah
Akan jadi sangat sulit bagi kita (orang tua, suami dan isteri) untuk
membimbing dan mendidik anak-anak agar jadi anak yang shalih apabila
kita berpisah dengan isteri kita atau kita tidak akur. Sedang anak yang shalih
merupakan salah satu harta begitu berharga, baik bagi kehidupan orang tua di
dunia apalagi di akhirat
Saat ia marah, tiada mendiamkannya tanpa sebab
Tidak bersikap buruk ketika mempergaulinya
ِ ‫ن ِباْلَمْعُرو‬
‫ف‬ ّ ‫عَلْيِه‬
َ ‫ل اّلِذي‬
ُ ‫ن ِمْث‬
ّ ‫َوَلُه‬

“Dan para istri mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya


menurut yang ma`ruf” (Al-Baqarah: 228)
Al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad Al-Anshari Al-Qurthubi
rahimahullahu menyatakan dalam tafsir ayat diatas bahwa para istri
memiliki hak terhadap suaminya sebagaimana suami memiliki hak yang
harus dipenuhi oleh istrinya. (Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an/Tafsir Al-Qurthubi,
3/82)
Adh-Dhahhak rahimahullahu berkata menafsirkan ayat diatas, “Apabila para istri
menaati Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menaati suami-suami mereka, maka wajib
bagi suami untuk membaguskan pergaulannya dengan istrinya, menahan dari
memberikan gangguan/menyakiti istrinya, dan memberikan nafkah sesuai dengan
kelapangannya” (Jami’ul Bayan fi Ta`wilil Qur`an/Tafsir Ath-Thabari, 2/466)
Al-‘Allamah Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullahu berkata dalam tafsirnya,
“Para istri memiliki hak-hak yang harus dipenuhi oleh suami-suami mereka
seimbang dengan kewajiban-kewajiban mereka terhadap suami-suami mereka,
baik itu yang wajib maupun yang mustahab. Dan masalah pemenuhan hak suami
istri ini kembalinya kepada yang ma’ruf (yang dikenali), yaitu kebiasaan yang
berlangsung di negeri masing-masing (tempat suami istri tinggal) dan sesuai
dengan zaman.” (Taisir Al-Karimir Rahman, hal. 102)
Hakim bin Mu’awiyah meriwayatkan sebuah hadits dari ayahnya, Mu’awiyah bin
Haidah radhiyallahu ‘anhu. Ayahnya ini berkata kepada Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam:
‫عَلْيِه؟‬
َ ‫حِدَنا‬
َ ‫جِة َأ‬
َ ‫ق َزْو‬
ّ‫ح‬
َ ‫ َما‬،‫ل‬
ِ ‫لا‬
َ ‫سْو‬
ُ ‫َيا َر‬
“Wahai Rasulullah, apakah hak istri salah seorang dari kami terhadap suaminya?”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
ِ ‫ل ِفي اْلَبْي‬
‫ت‬ ّ ‫جْر ِإ‬
ُ ‫ل َتْه‬
َ ‫ح َو‬
ْ ‫ل ُتَقّب‬
َ ‫جَه َو‬
ْ ‫ب اْلَو‬
ِ ‫ضِر‬
ْ ‫ل َت‬
َ ‫ َو‬،‫ت‬
َ ‫سْي‬
َ ‫سَوَها ِإَذا اْكَت‬
ُ ‫ َوَتْك‬،‫ت‬
َ ‫طِعْم‬
َ ‫طِعَمَها ِإَذا‬
ْ ‫ن ُت‬
ْ ‫َأ‬
“Engkau beri makan istrimu apabila engkau makan, dan engkau beri pakaian bila
engkau berpakaian. Janganlah engkau memukul wajahnya, jangan
menjelekkannya, dan jangan memboikotnya (mendiamkannya) kecuali di dalam
rumah” (HR. Abu Dawud no. 2142 dan selainnya, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Muqbil
rahimahullahu dalam Al-Jami’ush Shahih, 3/86)
Maksud menjelekkanya, yaitu mengucapkan kepada istri ucapan yang buruk,
mencaci makinya, atau mengatakan padanya, “Semoga Allah
menjelekkanmu”, atau yang semisalnya. (‘Aunul Ma’bud, Kitab An-Nikah, bab
Fi Haqqil Mar`ah ‘ala Zaujiha)
Ketika haji Wada’, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan khutbah di
hadapan manusia. Di antara isi khutbah beliau adalah:
َ ‫ َأ‬،‫ن‬
‫ل‬ َ ‫ن َتْكَرُههْو‬
ْ ‫ن ِفهي ُبُيهْوِتُكْم ِلَمه‬
ّ ‫ل َيهْأَذ‬
َ ‫ َو‬،‫ن‬
َ ‫ن َتْكَرُههْو‬
ْ ‫شهُكْم َمه‬
َ ‫ن ُفُر‬
َ ‫طْئ‬
ِ ‫ل ُيهْو‬
َ ‫ن‬
ْ ‫ن َأ‬
ّ ‫عَلْيِهه‬
َ ‫حّقُكْم‬
َ ‫ َف‬،‫حّقا‬
َ ‫عَلْيُكْم‬
َ ‫ساِئُكْم‬
َ ‫ َوِلِن‬،‫حّقا‬
َ ‫ساِئُكْم‬
َ ‫عَلى ِن‬
َ ‫ن َلُكْم‬
ّ ‫ل ِإ‬
َ ‫َأ‬
ّ ‫طَعاِمِه‬
‫ن‬ َ ‫ن َو‬
ّ ‫سَوِتِه‬
ْ ‫ي ِك‬
ِ ‫نف‬
ّ ‫سُنْوا ِإَلْيِه‬
ِ‫ح‬
ْ ‫ن ُت‬
ْ ‫عَلْيُكْم َأ‬
َ ‫ن‬
ّ ‫حّقُه‬
َ ‫َو‬
“Ketahuilah, kalian memiliki hak terhadap istri-istri kalian dan mereka pun memiliki
hak terhadap kalian. Hak kalian terhadap mereka adalah mereka tidak boleh membiarkan
seseorang yang tidak kalian sukai untuk menginjak permadani kalian dan mereka tidak
boleh mengizinkan orang yang kalian benci untuk memasuki rumah kalian. Sedangkan hak
mereka terhadap kalian adalah kalian berbuat baik terhadap mereka dalam hal
pakaian dan makanan mereka” (HR. At-Tirmidzi no. 1163 dan Ibnu Majah no. 1851,
dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi)
Akan memenuhi nafkah sang istri sebaik-baiknya
ِ ‫ن ِباْلَمْعُرْو‬
‫ف‬ ّ ‫سَوُتُه‬
ْ ‫ن َوِك‬
ّ ‫عَلى اْلَمْوُلْوِد َلُه ِرْزُقُه‬
َ ‫َو‬

“Hendaklah orang yang diberi kelapangan memberikan nafkah sesuai dengan


kelapangannya dan barangsiapa disempitkan rizkinya maka hendaklah ia memberi
nafkah dari harta yang Allah berikan kepadanya” (Ath-Thalaq: 7)
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullahu ketika menafsirkan ayat dalam surah Al-Baqarah diatas,
menyatakan, “Maksud dari ayat ini adalah wajib bagi seorang ayah untuk memberikan
nafkah kepada para ibu yang melahirkan anak-anaknya serta memberi pakaian dengan
ma’ruf, yaitu sesuai dengan kebiasaan yang berlangsung dan apa yang biasa
diterima/dipakai oleh para wanita semisal mereka, tanpa berlebih-lebihan dan tanpa
mengurangi, sesuai dengan kemampuan suami dalam keluasan dan kesempitannya” (Tafsir
Ibnu Katsir, 1/371)
Ada pula dalilnya dari As-Sunnah, bahkan didapatkan dalam beberapa hadits. D antaranya
hadits Hakim bin Mu’awiyah bin Haidah yang telah kami bawakan diatas. Demikian pula
hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia mengabarkan bahwa Hindun bintu ‘Utbah radhiyallahu
‘anha, istri Abu Sufyan radhiyallahu ‘anhu datang mengadu kepada Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam:
ِ ‫ك َوَوَلَدكِ ِباْلَمْعُرْو‬
‫ف‬ ِ ‫خِذي َما َيْكِفْي‬
ُ :‫ل‬
َ ‫ َفَقا‬.‫ل َيْعَلُم‬
َ ‫ت ِمْنُه َوُهَو‬
ُ ‫خْذ‬
َ ‫ل َما َأ‬
ّ ‫طْيِني َما َيْكِفْيِني َوَوَلِدي ِإ‬
ِ ‫س ُيْع‬
َ ‫ح َوَلْي‬
ٌ ‫حْي‬
ِ‫ش‬َ ‫ل‬
ٌ‫ج‬ُ ‫ن َر‬
َ ‫سْفَيا‬
ُ ‫ن َأَبا‬
ّ ‫ ِإ‬،‫ل‬
ِ ‫لا‬
َ ‫سْو‬
ُ ‫َيا َر‬
“Wahai Rasulullah, sungguh Abu Sufyan seorang yang pelit. Ia tidak memberiku nafkah
yang dapat mencukupiku dan anakku terkecuali bila aku mengambil dari hartanya tanpa
sepengetahuannya.” Bersabdalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ambillah dari
harta suamimu sekadar yang dapat mencukupimu dan mencukupi anakmu dengan
cara yang ma’ruf” (HR. Al-Bukhari no. 5364 dan Muslim no. 4452)
Hindun tidaklah menyatakan bahwa Abu Sufyan bersifat pelit dalam seluruh keadaannya.
Dia hanya sebatas menyebutkan keadaannya bersama suaminya dimana suaminya
sangat menyempitkan nafkah untuknya dan untuk anaknya. Hal ini tidaklah berarti Abu
Sufyan memiliki sifat pelit secara mutlak. Karena betapa banyak diantara para tokoh/
pemuka masyarakat melakukan hal tersebut kepada istrinya/keluarganya dan lebih
mendahulukan/mementingkan orang lain (bersifat dermawan kepada orang lain). (Fathul
Bari, 9/630)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata, “Di dalam hadits ini ada beberapa faedah
diantaranya wajibnya memberikan nafkah kepada istri” (Al-Minhaj, 11/234)
Dalam Nailul Authar (6/374) disebutkan bahwa salah satu kewajiban sekaligus tanggung
jawab seorang suami adalah memberi nafkah kepada istri dan anak-anaknya sesuai
kemampuannya. Kewajiban ini selain ditunjukkan dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah, juga
dengan ijma’ (kesepakatan ulama).
Seberapa banyak nafkah yang harus diberikan, dikembalikan kepada kemampuan
suami, sebagaimana ditunjukkan dalam ayat:
‫ل َما آَتاَها‬
ّ ‫سا ِإ‬
ً ‫ل َنْف‬
ُ ‫فا‬
ُ ‫ل ُيَكّل‬
َ ‫ل‬
ُ ‫ق ِمّما آَتاُه ا‬
ْ ‫عَلْيِه ِرْزُقُه َفْلُيْنِف‬
َ ‫ن ُقِدَر‬
ْ ‫سَعِتِه َوَم‬
َ ‫ن‬
ْ ‫سَعٍة ِم‬
َ ‫ق ُذْو‬
ْ ‫ِلُيْنِف‬
“Hendaklah orang yang diberi kelapangan memberikan nafkah sesuai dengan
kelapangannya dan barangsiapa disempitkan rizkinya maka hendaklah ia memberi
nafkah dari harta yang Allah berikan kepadanya” (Ath-Thalaq: 7)
Memberi tempat untuk bernaung/tempat tinggal
ِ ‫ن ِباْلَمْعُرْو‬
‫ف‬ ّ ‫شُرْوُه‬
ِ ‫عا‬
َ ‫َو‬

“Bergaullah kalian dengan para istri secara patut” (An-Nisa`


19)
adalah seorang suami menempatkan istrinya dalam sebuah
tempat tinggal. Seorang istri memang mau tidak mau harus punya
tempat tinggal hingga:
Ia dapat menutup dirinya dari pandangan mata manusia yang
tidak halal melihatnya
Ia dapat bebas bergerak serta memungkinkan baginya dan
bagi suaminya untuk bergaul sebagaimana layaknya suami
dengan istrinya
Tentunya tempat tinggal disiapkan sesuai kadar kemampuan
suami sebagaimana pemberian nafkah. Dan karena rumah
menjadi ladang utama, arena jihad seorang wanita (istri) pada
hakikatnya, sehingga baktinya pada suami bisa
dipersembahkan di dalam rumah mungilnya, dengan
penuh kebebasan dan ketenangan. Yang tanpa rumah
(tempat bernaung), sang istri akan tidak terjaga kehormatannya
dan tidak bisa mengerjakan kewajiban-kewajibannya
Tidak menjadi fitnah bagi istri/keluarganya dengan suatu kemungkaran, memberikan
perlindungan yang memadai dengan tidak mengizinkan sesuatu yang merusak
akhlak dan agama ada dirumah, tidak membuka kesempatan bagi sang istri untuk
menjadi wanita fasik terhadap perintah Allah Ta‘ala dan Rasul-Nya, atau berbuat
dosa sebab suami adalah penanggung-jawab istrinya dan diperintahkan menjaganya
dan mengayominya,
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita” (An-Nisa’ 34)
Semisal membawa sesuatu yang melalaikan (seperti musik, tv dll) kedalam
rumah
Akan tetapi ia tentu akan berbuat dan bersikap sebagaimana yang disabdakan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
“Orang mukmin yang paling sempurna imanya adalah orang yang paling baik
akhlaknya, sebaik-baik kalian adalah yang terbaik bagi istrinya” (HR. at-Tirmidzi dari
Abu Hurairah, at-Tirmidzi berkata,” Hadits hasan shahih”)
“Jika datang (melamar) kepadamu orang yang engkau senangi agama dan
akhlaknya, maka nikahkanlah ia (dengan putrimu). Jika kamu tidak menerima
(lamaran)-nya niscaya terjadi malapetaka di bumi dan kerusakan yang luas” (H.R. At-
Turmidzi)
Maka sudah sepatutnya para wali (pihak perempuan) untuk selalu melihat dan
mengutamakan agama dan akhlak lelaki yang akan menjadi suami bagi putrinya
Karena sesungguhnya seorang perempuan akan menjadi tawanan dengan
pernikahannya
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam telah bersabda...
“Ingatlah, berpesan baiklah selalu kepada istri, karena sesungguhnya mereka
adalah tawanan disisi kalian....” (HR. Turmudzi dan dishahihkan oleh Al-Albani).
Seorang wali yang menikahkan putrinya dengan lelaki fasik dan gemar berbuat
maksiat/bid'ah, sungguh ia telah berbuat aniaya terhadap putrinya dan dirinya sendiri
"Jangan Sampai Kita Yang Begitu Saling Mencintai Kelak Saling Bermusuhan Di
Akhirat "
‫ل اْلُمّتِقين‬
ّ ‫عُدّو ِإ‬
َ ‫ض‬
ٍ ‫ضُهْم ِلَبْع‬
ُ ‫لُء َيْوَمِئٍذ َبْع‬
ّ‫خ‬ِ‫ل‬
َْ ‫ا‬

"Orang-orang yang akrab (saling kasih-mengasihi) pada hari itu sebagiannya menjadi
musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa" (Surat Az
Zuhruf ayat 67)
Hikmah Amaliah yang begitu berharga...
Jalan satu-satunya agar bisa terus bersama dan senantiasa dalam kebaikan
adalah dengan senantiasa bertakwa sebenar-benarnya kepada Allah, bersama
dalam ketaatan detik demi detik...
Senantiasa mengharap ridha Allah dengan benar dan meniti jalan yang lurus
Mengikuti jalan yang penuh ilmu sebagaimana yang telah rasululah terangkan
dan para sahabat amalkan, jalan sebaik-baik ummat
Menempatkan cinta sebenar-benarnya (haq) kepada Allah, diatas segala cinta
yang lain
Sebab jika tidak justru menyebabkan terjadinya perbuatan maksiat baik kecil
maupun besar
Sedang dosa dan maksiat di dunia ini sengaja dibuat nampak begitu manis
dan menggoda, meski adzab dibelakangnya
Sedang diri kita adalah manusia yang begitu lemah
Bahkan kadang tanpa terasa, karna kurang terjaga apa yang kita lakukan adalah
sesuatu yang kurang dalam hal ilmu dan hanyalah sebuah kesia-siaan
Dan seorang laki-laki yang sangat mencintai kekasihnya (istrinya) cenderung
melakukan apa saja
Tak peduli pada apapun demi kekasihnya
Kadang sampai tak peduli pada pertimbangan dosa dan bermaksiat kepada Allah
Maka buah cinta yang seperti ini (dosa), kelak di akhirat mereka (berdua) akan
saling bertengkar (bermusuhan), saling berseteru di hadapan pengadilan
Allah
Mari merenungi firman Allah ini....
َ ‫ب ِإَلْيُكم ّم‬
‫ن‬ ّ ‫ح‬
َ ‫ضْوَنَها َأ‬
َ ‫ن َتْر‬
ُ ‫ساِك‬
َ ‫ساَدَها َوَم‬
َ ‫ن َك‬
َ ‫شْو‬
َ‫خ‬
ْ ‫جاَرٌة َت‬
َ ‫ل اْقَتَرْفُتُموَها َوِت‬
ٌ ‫شيَرُتُكْم َوَأْمَوا‬
ِ‫ع‬َ ‫جُكْم َو‬
ُ ‫خَواُنُكْم َوَأْزَوا‬
ْ ‫ن آَباُؤُكْم َوَأْبَناُؤُكْم َوِإ‬
َ ‫ل ِإن َكا‬
ْ ‫ُق‬
َ ‫سِقي‬
‫ن‬ ِ ‫ل َيْهِدي اْلَقْوَم اْلَفا‬
َ ‫ل‬
ّ ‫ل ِبَأْمِرِه َوا‬
ّ ‫يا‬
َ ‫حّتى َيْأِت‬
َ ‫صوْا‬
ُ ‫سِبيِلِه َفَتَرّب‬
َ ‫جَهاٍد ِفي‬
ِ ‫سوِلِه َو‬
ُ ‫ل َوَر‬
ّ‫ا‬

“Katakanlah, jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum


keluarga kamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang
kamu kuatirkan kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu
sukai adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan dari
berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-
Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”
(Surah At Taubah: 24)

Tetap menjaga keikhlasan hati


Meniatkanya untuk taat (bertaqwa), beribadah dan bertaqarrub kepada Allah
o Bahwa semuanya adalah tuntunan Allah dan rasulnya
Mengikuti sunnah rasulullah dengan menikah dan membuat sang istri bahagia,
menjadikan amal shadaqah, mengharap balasan yang lebih baik disisi Allah
َ ‫ت ّلقَْوٍم َيَتَفّكُرو‬
‫ن‬ ٍ ‫لَيا‬
َ ‫ك‬
َ ‫ن ِفي َذِل‬
ّ ‫حَمًة ِإ‬
ْ ‫ل َبْيَنُكم ّمَوّدًة َوَر‬
َ ‫جَع‬
َ ‫سُكُنوا ِإَلْيَها َو‬
ْ ‫جا ّلَت‬
ً ‫سُكْم َأْزَوا‬
ِ ‫ن َأنُف‬
ْ ‫ق َلُكم ّم‬
َ ‫خَل‬
َ ‫ن‬
ْ ‫ن آَياِتِه َأ‬
ْ ‫َوِم‬

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-


isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”
(QS. Ar Ruum : 21)
o Tuntunan untuk sebaik-baiknya bergaul dengan istri
Agama telah mewajibkan para suami agar memperlakukan istri sebaik-baiknya,
ِ ‫ن ِباْلَمْعُرو‬
‫ف‬ ّ ‫شُروُه‬
ِ ‫عا‬
َ ‫َو‬

“Dan bergaullah bersama mereka dengan patut. Kemudian jika kamu tidak
menyukai mereka maka bersabarlah Karena mungkin kamu tidak menyukai
sesuatu padahal Allah menjadikannya kebaikan yang banyak” (An-Nisa’: 19)
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullahu menafsirkan: “Yakni perindahlah ucapan kalian
terhadap mereka (para istri) serta perbaguslah perilaku dan penampilan kalian
sesuai kemampuan. Sebagaimana engkau menyukai bila ia (istri) berbuat
demikian, maka engkau (semestinya) juga berbuat yang sama"
Nabi telah mewasiatkan kepada para sahabat agar mereka saling memberi nasihat
berbuat baik kepada para wanita, beliau mengatakan bahwa sebaik-baik laki-laki
adalah laki-laki yang terbaik bagi istrinya
‫ساِئِهْم‬
َ ‫خَياُرُكْم ِلِن‬
ِ ‫خَياُرُكْم‬
ِ ‫ َو‬،‫خُلًقا‬
ُ ‫سُنُهْم‬
َ‫ح‬
ْ ‫ن ِإْيَماًنا َأ‬
َ ‫ل اْلُمْؤِمِنْي‬
ُ ‫َأْكَم‬

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik
akhlaknya, sebaik-baik kalian adalah yang terbaik bagi istrinya” (HR. at-Tirmidzi dari
Abu Hurairah, at-Tirmidzi berkata,” Hadits hasan shahih”)
"Rasulullah tidak pernah mencela makanan sama sekali. Jika beliau berselera,
beliau memakannya, dan jika beliau tidak senang, beliau meninggalkannya" (HR
Muslim)
Sebagai perantara (jalan) menuntun sang istri kejalan yang lebih baik dengan cara
yang disukainya (kelembutan)
‫عَلْيَها‬
َ ‫طِبْر‬
َ‫ص‬
ْ ‫لِة َوا‬
َ‫ص‬ّ ‫ك ِبال‬
َ ‫َوْأُمْر َأْهَل‬

“Dan perintahlah keluargamu mendirikan solat dan bersabarlah kamu


mengerjakannya...” (Surah Thaha, ayat 132)
Mari kita merenungi hadits nabi yang indah ini...
“Sesungguhnya, apabila seorang suami memandang isterinya (dengan kasih-
sayang) dan isterinya juga memandang suaminya (dengan kasih-sayang), maka
Allah akan memandang keduanya dengan pandangan kasih-sayang. Dan apabila
seorang suami memegangi jemari isterinya (dengan kasih-sayang) maka
berjatuhanlah dosa-dosa dari segala jemari keduanya” (HR. Abu Sa’id)

Nabi berabda,
“Hendaknya kalian saling berwasiat berbuat baik kepada para wanita, seorang
wanita itu diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah
yang paling atas, jika kamu meluruskannya maka kamu mematahkannya, jika kamu
membiarkannya maka ia senantiasa bengkok, maka hendaknya kalian saling
berwasiat berbuat baik kepada para wanita” (Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-
Bukhari (no. 5185-5186) dan Muslim (no. 1468 (62)), dari Abu Hurairah radhiyallaahu
‘anhu)
Rasulullah bersabda,
"Sebaik-baik wanita adalah yang bisa membuatmu senang saat engkau pandang,
menaatimu saat engkau perintahkan, dan menjaga dirinya dan hartamu saat
engkau tinggal" [HR. Thabrani]
Maka perlunya menjaga senantiasa berlemah-lembut kepadanya dan coba menyimak
ungkapan-ungkapan umum ini...
“Wanita adalah piala kaca, yang mudah tergetar dan pecah”
“Menghadapi istri seperti menggenggam bara”
o Berusaha menjadikan istri kita, istri yang shalehah dan paling menyenangkan
dimata kita
ّ ‫ظا‬
‫ل‬ َ ‫حِف‬
َ ‫ب ِبَما‬
ِ ‫ت ّلْلَغْي‬
ٌ ‫ظا‬
َ ‫حاِف‬
َ ‫ت‬
ٌ ‫ت َقاِنَتا‬
ُ ‫حا‬
َ ‫صاِل‬
ّ ‫َفال‬

“Wanita yang shalihah ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri bila suami
tidak ada, sebagaimana Allah telah memelihara (mereka)” (QS. An Nisa’:34)
“Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasannya adalah wanita shalihah”
(HR. Muslim)

‫سَها َول َماِلَها ِبَما َيْكَرُه‬


ِ ‫ي َنْف‬
ْ ‫خاِلُفُه ِف‬
َ ‫ َول ُت‬،‫طْيُعُه ِإَذا َأَمَر‬
ِ ‫ َوُت‬،‫ظَر‬
َ ‫سّرُه ِإَذا َن‬
ِ ‫َاّلِتى َت‬

“Yang menyenangkan suami ketika dipandang, taat kepada suami jika diperintah
dan ia tidak menyalahi pada dirinya dan hartanya dengan yang tidak disukai
suaminya” (Isnadnya hasan)
“Barangsiapa diberi Allah seorang istri yang sholihah, sesungguhnya telah
ditolong oleh-Nya separuh agamanya. Oleh karena itu, hendaknya ia bertaqwa
kepada Allah separuh yang lain" (HR. Baihaqi)

• Berusaha menjadi contoh yang baik dan memulai nasehat dengan keteladanan
kita
‫لْقَرِبين‬
َْ ‫ك ا‬
َ ‫شيَرَت‬
ِ‫ع‬
َ ‫َوَأنِذْر‬

َ
“Berilah peringatan kepada karib kerabatmu yang terdekat" (Asy-Syu`ara: 214)

‫عَلْيَها‬
َ ‫طِبْر‬
َ‫ص‬
ْ ‫لِة َوا‬
َ‫ص‬ّ ‫ك ِبال‬
َ ‫َوْأُمْر َأْهَل‬

“Perintahkanlah keluargamu untuk melaksanakan shalat dan bersabarlah dalam


menegakkannya..." (Thaha: 132)
• Saling bersaing dalam kebaikan denganya (fastabikhul khairat dengan cara yang
menyenangkan)
َ ‫ت ِلْلُمّتِقي‬
‫ن‬ ْ ‫عّد‬
ِ ‫ض ُأ‬
ُ ‫لْر‬
َ ‫ت َوا‬
ُ ‫سَماَوا‬
ّ ‫ضَها ال‬
ُ ‫عْر‬
َ ‫جّنٍة‬
َ ‫عوْا ِإَلى َمْغِفَرٍة ّمن ّرّبُكْم َو‬
ُ ‫ساِر‬
َ ‫َو‬

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertakwa” (Al Imran: 133)
• Saling membantu dalam ketaatan kepada Allah
o Jadikan sang istri menjadi seorang kuat dan mandiri (tidak sedikit-sedikit
membantunya) menghadapi segala masalahnya

Ungkapkan alasan kita dan terus tunjukkan sifat memahami kita


Ucapkan padanya; "siapa tahu sang suami lebih dulu dipanggil Allah dan anak-
anak masih butuh bimbingan"
Bila sang istri butuh dukungan kita dengan bertanya mengenai suatu hal;
katakan "ya atau tidak"
Tidak membuatnya merasa bersalah karna bertanya
o Anjuran untuk membelanjakan uang di jalan yang Allah ridhai
o Bawa ia serta ketika mengerjakan haji dan umrah (kalau kita mampu)
o Menjaga silaturrahim dengan keluarganya, kerabatnya, teman-temannya, para
tetangga dan persaudaraan sesama muslim:
Ajak ia sering-seiring mengunjungi keluarga dan kerabatnya (terutama orang
tuanya), usahakan selalu datang bersama-bersama
Buat kesan yang baik ke orang tua (kita kepada orang tua sang istri dan sang istri
kepada orang tua kita sendiri)
Menjaga hubungan baik dengan saudara-saudara dan sahabat-sahabatnya
Dan terus memperhatikan siapa sahabat dan teman dekatnya
‫خِلْيِلِه‬
َ ‫ن‬
ِ ‫عَلى ِدْي‬
َ ‫اْلَمْرُء‬

“Seseorang itu menurut agama temannya” (Riwayat Ahmad dan


Tirmidzi, ia berkata: Hadits hasan gharib. Berkata Al Albany: “Hadits ini
sebagaimana dikatakan oleh Tirmidzi.” Lihat takhrij “Misykatul Masabih” no.
5019)
Undang mereka untuk mengunjungi istri kita, sambut dan hidangkan jamuan
terbaik
Beri mereka hadiah di waktu khusus seperti hari raya dll
Ulurkan tangan ketika mereka butuh bantuan
Menarik hati orang-tuanya:
Pilih saat-saat tepat untuk memberi hadiah
Biarkan anak-anak kita sering bermain di tempat kakek-neneknya
Sering-sering beri makanan kesukaanya
Saling mendorong untuk bisa sering-sering berkunjung dan berbakti pada orang tua
Saat-saat tertentu, kita bawakan makanan untuk disantap bersama-sama dirumah
orang-tua
• Istri tercinta adalah titipan yang kelak akan diminta Allah kembali juga akan
diminta pertanggung-jawabanya
“Tidaklah aku meninggalkan fitnah sepeninggalku yang lebih berbahaya terhadap
kaum lelaki dari fitnah (godaan) wanita” (Muttafaqun ‘alaih, dari Usamah bin Zaid
radhiyallahu ‘anhuma)

‫لِتي‬
ّ ‫لۚ َوال‬
ُّ ‫ظ ا‬
َ ‫حِف‬
َ ‫ب ِبَما‬
ِ ‫ت ِلْلَغْي‬
ٌ ‫ظا‬
َ ‫حاِف‬
َ ‫ت‬
ٌ ‫ت َقاِنَتا‬
ُ ‫حا‬
َ ‫صاِل‬
ّ ‫ن َأْمَواِلِهْمۚ َفال‬
ْ ‫ض َوِبَما َأْنَفُقوا ِم‬
ٍ ‫عَل ٰى َبْع‬
َ ‫ضُهْم‬
َ ‫ل َبْع‬
ُّ ‫ل ا‬
َ‫ض‬ّ ‫ساِء ِبَما َف‬
َ ‫عَلى الّن‬
َ ‫ن‬
َ ‫جالُ َقّواُمو‬
َ ‫الّر‬
‫عِلّيا َكِبيًرا‬
َ ‫ن‬
َ ‫ل َكا‬
َّ ‫ن ا‬
ّ ‫لۗ ِإ‬
ً ‫سِبي‬
َ ‫ن‬
ّ ‫عَلْيِه‬
َ ‫ل َتْبُغوا‬
َ ‫طْعَنُكْم َف‬
َ ‫ن َأ‬
ْ ‫نۖ َفِإ‬
ّ ‫ضِرُبوُه‬
ْ ‫جِع َوا‬
ِ ‫ضا‬
َ ‫ن ِفي اْلَم‬
ّ ‫جُروُه‬
ُ ‫ن َواْه‬
ّ ‫ظوُه‬
ُ ‫ن َفِع‬
ّ ‫شوَزُه‬
ُ ‫ن ُن‬
َ ‫خاُفو‬
َ ‫َت‬

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan
karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu,
maka wanita yang shalih ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita
yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah
mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka
menta’atimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.
Sesungguhnya Allah Maha Tinggi dan Maha Besar” (QS. An Nisa’:34)
Keterangan:
Nusyuz ini bisa berupa ucapan atau perbuatan, ataupun kedua-duanya. Ibnu Taimiyyah
rahimahullahu mengatakan: “Nusyuz istri adalah ia tidak menaati suaminya apabila
suaminya mengajaknya ke tempat tidur, atau keluar rumah tanpa minta izin kepada suami,
dan perkara semisalnya yang seharusnya ia tunaikan sebagai wujud ketaatan kepada
suaminya” (Majmu’ Fatawa, 32/277)
Termasuk nusyuz istri adalah enggan berhias sementara suaminya menginginkannya.
Juga meninggalkan kewajiban-kewajiban agama seperti meninggalkan shalat, puasa, haji,
dan sebagainya. (An-Nusyuz, Asy-Syaikh Shalih bin Ghanim As-Sadlan)

“Kamu sekalian adalah pemimpin, dan kamu sekalian bertanggung-jawab atas


orang yang dipimpinnya. Seorang Amir (Raja) adalah pemimpin, laki-laki pun
pemimpin atas keluarganya, dan perempuan juga pemimpin bagi rumah suaminya
dan anak-anaknya, ingatlah bahwa kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu
sekalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas kepemimpinannya” (HR.
Bukhari, Muslim, Ahmad dari shabat Ibnu Umar)
Jadi mengingat, bahwa Allah melebihkan kedudukan kita (sebagai suami)
diatas perjanjian agar menjalankan amanah, bertanggung-jawab, menjaga
keselamatan, memberi nafkah dan membimbing ke jalan agama yang lurus
Menyadari, ini adalah sebuah amanah dan tanggung-jawab yang sungguh
berat, kita akan dimintai pertanggungan jawabanya kelak dihadapan Allah
Sampai-sampai ikatan ini (mitsaqan ghalidha) ditetapkan sebanding dengan
separuh agama
‫ظا‬
ً ‫غِلي‬
َ ‫ن ِمنُكم ّميَثاًقا‬
َ ‫خْذ‬
َ ‫َوَأ‬

"Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat”
(QS. An Nisaa’:21)
“Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan
hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi”
(HR.Ath Thabrani, Syaikh Albani menghasankannya)
Mengingat pula...
"Kadang sang istri dan anak-anak menjadi nikmat, dalam saat yang bersamaan ia
menjadi ujian dan fitnah
Demikian juga kita, bagi sang istri dan anak-anak kita jua menjadi nikmat, dan
dalam saat yang bersamaan kita adalah ujian dan fitnah baginya"

ۖ‫حَياِة الّدْنَيا‬
َ ‫ع اْل‬
ُ ‫ك َمَتا‬
َٰ
‫ثۗ ‌َٰذِل‬
ِ ‫حْر‬
َ ‫لْنَعاِم َواْل‬
َْ ‫سّوَمِة َوا‬
َ ‫خْيلِ اْلُم‬
َ ‫ضِة َواْل‬
ّ ‫ب َواْلِف‬
ِ ‫ن الّذَه‬
َ ‫طَرِة ِم‬
َ ‫طيِر اْلُمَقْن‬
ِ ‫ن َواْلَقَنا‬
َ ‫ساِء َواْلَبِني‬
َ ‫ن الّن‬
َ ‫ت ِم‬
ِ ‫شَهَوا‬
ّ ‫ب ال‬
ّ ‫ح‬
ُ ‫س‬
ِ ‫ن ِللّنا‬
َ ‫ُزّي‬
ِ‫ن اْلَمآب‬
ُ‫س‬
ْ‫ح‬ُ ‫عْنَدُه‬
ِ ‫ل‬
ُّ ‫َوا‬

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini,
yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan disisi
Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)” (QS. Al Imran: 14)

ً ‫خْيٌر َأَم‬
‫ل‬ َ ‫ك َثَواًبا َو‬
َ ‫عْنَد َرّب‬
ِ ‫خْيٌر‬
َ ‫ت‬
ُ ‫حا‬
َ ‫صاِل‬
ّ ‫ت ال‬
ُ ‫حَياِة الّدْنَياۖ َواْلَباِقَيا‬
َ ‫ن ِزيَنُة اْل‬
َ ‫ل َواْلَبُنو‬
ُ ‫اْلَما‬
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang
kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya disisi Tuhanmu serta lebih baik untuk
menjadi harapan” (Al Kahfi: 46)

• Saling mendukung visi dan misi bersama


o Saling mengingatkan bahwa;
"Cinta dijalan Allah dengan teguh bersama mengamalkan agama-Nya adalah
sebenar-benar cinta"
o Berusaha senantiasa lapang bersamanya
ْ ‫شاَء‬
‫ت‬ َ ‫جّنِة‬
َ ‫ب اْل‬
ِ ‫ي َأْبَوا‬
ّ ‫ن َأ‬
ْ ‫ل ِم‬
ُ‫خ‬ُ ‫ َفْلَتْد‬،‫جَها‬
َ ‫ت َزْو‬
ْ ‫ع‬
َ ‫طا‬
َ ‫ َوَأ‬،‫جَها‬
َ ‫ت َفْر‬
ْ ‫صَن‬
َ ‫ح‬
ْ ‫شْهَرَها َوَأ‬
َ ‫ت‬
ْ ‫صاَم‬
َ ‫سَها َو‬
َ ‫خْم‬
َ ‫ت‬
ْ ‫صّل‬
َ ‫َاْلَمْرَأُة ِإَذا‬

“Apabila seorang wanita mengerjakan shalat yang lima waktu, berpuasa di bulan
Ramadhan, menjaga kemaluannya, menjaga kehormatannya dan dia taat kepada
suaminya, niscaya ia akan masuk surga dari pintu surga mana saja yang dia
kehendaki”
(HR. Ibnu Hibban, dari sahabat Abu Hurairah. Hadits ini hasan shahih)
Tambahan: Riwayat Ibnu Nuaim dalam “Al Hilyah“. Berkata Syaikh Al Albany: “Hadits ini
memiliki penguat yang menaikkannya ke derajat hasan atau shahih” Lihat “Misykatul
Mashabih” no. 3254

Maka kita hadiahkan setiap saat keridhaan untuk sang istri, sebab itu adalah
jalan syurganya..
ِ ‫ك َوَناُر‬
‫ك‬ ِ ‫ َفإّنَما ُهَو جَّنُت‬،‫ت ِمْنُه‬
ِ ‫ن َأْن‬
َ ‫ي أي‬
ْ ‫ظِر‬
ُ ‫ َفاْن‬:‫ل‬
َ ‫ َقا‬.‫عْنُه‬
َ ‫ت‬
ُ ‫جْز‬
َ‫ع‬َ ‫ل َما‬
ّ ‫ َما آُلْوُه ِإ‬:‫ت‬
ْ ‫ت َلُه؟ َقاَل‬
ِ ‫ف َأْن‬
َ ‫ َكْي‬:‫ل‬
َ ‫ َقا‬.‫ َنَعْم‬:‫ت‬
ْ ‫ت؟ َقاَل‬
ِ ‫ج َأْن‬
ٍ ‫ت َزْو‬
ُ ‫َأَذا‬

“Apakah engkau sudah bersuami?” Bibi Al-Hushain menjawab: “Sudah"


“Bagaimana (sikap) engkau terhadap suamimu?” tanya Rasulullah lagi. Ia
menjawab: “Aku tidak pernah mengurangi haknya kecuali dalam perkara yang aku
tidak mampu” Rasulullah bersabda: “Lihatlah di mana keberadaanmu dalam
pergaulanmu dengan suamimu, karena suamimu adalah surga dan nerakamu”
(Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah (VI/233, no. 17293), an-Nasa-i
dalam ‘Isyratin Nisaa' (no. 77-83), Ahmad (IV/341), al-Hakim (II/189), al-Baihaqi
(VII/291), dari bibinya Husain bin Mihshan radhiyallaahu ‘anhuma. Al-Hakim berkata,
“Sanadnya shahih.” Dan disepakati oleh adz-Dzahabi, dishahihkan sanadnya oleh Asy-
Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Adabuz Zifaf, hal. 179, juga lihat lihat Ash-
Shahihah no. 2612)
Hadits diatas menggambarkan perintah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam untuk
memperhatikan hak suami yang harus dipenuhi isterinya karena suami adalah Surga
dan Neraka bagi isteri. Apabila isteri taat kepada suami, maka ia akan masuk Surga,
tetapi jika ia mengabaikan hak suami, tidak taat kepada suami, maka dapat
menyebabkan isteri terjatuh ke dalam jurang Neraka. Nasalullaahas salaamah wal
‘aafiyah

Dan bagi sang istri memperbanyak mencari keridhan suami dengan mentaatinya;
"Sejauh mana ketaatan kepada sang suami sejauh itu pulalah ia merasakan cinta dan
keridhaanya"
o Bersama-sama dukung-mendukung mewujudkan cita-cita bersama
• Mengalah (berkorban) demi kepentingan bersama
o Menyadari kelebihan dan kekurangan masing-masing
Saling menjaga rahasia (serta aib) dan kehormatan masing-masing
ٍ ‫ن َبْع‬
‫ض‬ ْ‫ع‬
َ ‫ض‬
َ ‫عَر‬
ْ ‫ضُه َوَأ‬
َ ‫ف َبْع‬
َ ‫عّر‬
َ ‫عَلْيِه‬
َ ‫ل‬
ُ ‫ظَهَرُه ا‬
ْ ‫ت ِبِه َوَأ‬
ْ ‫حِديًثا َفَلّما َنّبَأ‬
َ ‫جِه‬
ِ ‫ض َأْزَوا‬
ِ ‫ي ِإَلى َبْع‬
ّ ‫سّر الّنِب‬
َ ‫َوِإْذ َأ‬

“Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah


seorang dari isteri-isterinya suatu peristiwa. Maka tatkala si istri
menceritakan peristiwa itu (kepada yang lain), dan Allah
memberitahukan hal itu kepada Muhammad lalu Muhammad
memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepada beliau) dan
menyembunyikan sebagian yang lain” (At Tahriim: 3)
Suatu ketika Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam mengunjungi putranya Ismail, namun
beliau tidak mejumpainya. Maka beliau tanyakan kepada istri putranya, wanita itu
menjawab: “Dia keluar mencari nafkah untuk kami.” Kemudian Ibrahim
bertanya lagi tentang kehidupan dan keadaan mereka. Wanita itu menjawab
dengan mengeluh kepada Ibrahim: “Kami adalah manusia, kami dalam
kesempitan dan kesulitan.” Ibrahim ‘Alaihis Salam berkata: “Jika datang
suamimu, sampaikanlah salamku padanya dan katakanlah kepadanya agar
ia mengganti ambang pintunya.” Maka ketika Ismail datang, istrinya
menceritakan apa yang terjadi. Mendengar hal itu, Ismail berkata: “Itu ayahku,
dan ia memerintahkan aku untuk menceraikanmu. Kembalilah kepada
keluargamu.” Maka Ismail menceraikan istrinya. (Riwayat Bukhari)
Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam memandang bahwa wanita yang membuka
rahasia suaminya dan mengeluhkan suaminya dengan kesialan, tidak
pantas untuk menjadi istri Nabi maka beliau memerintahkan putranya
untuk menceraikan istrinya
Maka tetap simpan rahasia-rahasia sang suami, tutup aibnya dan jangan
sampai ditampakkan kecuali karena ada maslahat syar’i (seperti
mengadukan perbuatan dhalim kepada Hakim atau Mufti-ahli fatwa, atau
orang yang istri harapkan nasehatnya)
Sebagimana yang dilakukan Hindun radliallahu ‘anha disisi Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Hindun berkata: “Abu Sufyan adalah pria
yang kikir, ia tidak memberiku apa yang mencukupiku dan anak-anakku.
Apakah boleh aku mengambil dari hartanya tanpa izinnya?!”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ambillah yang
mencukupimu dan anakmu dengan cara yang ma`ruf”
Sebab suami dan istri adalah tempat rahasia masing-masing dan orang
yang terdekat denganya dalam rahasia, serta paling tahu kekhususan
masing-masing (hal paling pribadi)
Beri dan tumbuhkan kepercayaan penuh padanya
Jaga kepercayaan sang istri pada diri kita tanpa mencederainya (maka kita akan
menguasai hati dan hidupnya)
o Saling mengisi kekurangan masing-masing
o Padukan menuju kekuatan bersama...
o Bersyukur atas segala kebaikan yang dimiliki istri kita
Tuliskan kelebihan-kelebihannya
Sehingga kita bisa melihat hal-hal yang baik dalam dirinya dapat menutupi kelemahan-
kelemahannya
Tak perlu mencari keluar apa-apa yang tiada kita dapatkan dari istri kita
Tak perlu membanding-bandingkan
Tak perlu keseringan mengeluhkan kebiasaan buruk (hal-hal kecil) yang tidak kita
sukai
Terima dulu ia apa adanya
Menerima kehadiran dirinya secara menyeluruh

Percayai ia meski pernah melakukan kesalahan


Mempercayainya lebih daripada siapapun.
• Menjadikan rumah-tangga kita majlis ilmu dan ladang amal;
‫خِبيًرا‬
َ ‫طيًفا‬
ِ ‫ن َل‬
َ ‫ل َكا‬
َّ ‫ن ا‬
ّ ‫حْكَمِة ِإ‬
ِ ‫ل َواْل‬
ِّ ‫ت ا‬
ِ ‫ن آَيا‬
ْ ‫ن ِم‬
ّ ‫ن َما ُيْتَلى ِفي ُبُيوِتُك‬
َ ‫َواْذُكْر‬

"Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan
hikmah (sunnah Nabimu).Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha
Mengetahui" (QS. Al-Ahzab:34)

o Berusaha saling memperbaiki diri dan nasehat-menasehati dimanapun ada


kesempatan (dengan cara yang ia sukai)
Berusaha saling meningkatkan ketaatan dan kebaikan bersama
Mengingat;
"Dari rumah inilah negara lahir, generasi dididik, dan syariat ditegakkan"
Tidak terbuai untuk mencukupi kebutuhan materi sehingga tenggelam dalam
perlombaan mengejar dunia
Menjaga anak dan istri dari terbuai dengan dunia apalagi jika terbawa dalam
kemudharatannya
Perhatikan kebutuhan ketaatan kita kepada Allah setiap saat
Memupuk kasih-sayang dan ridha Allah
Kebutuhan memuliakan ilmu dan berusaha senantiasa mulia denganya
o Mengajari apa yang kita ketahui dari ilmu agama, nasehat, fiqh nisa', kewajiban
seorang istri, tuntunan berhijab sempurna saat keluar rumah dll
‫جاَرُة‬
َ‫ح‬ِ ‫س َواْل‬
ُ ‫سُكْم َوَأْهِلْيُكْم َناًرا َوُقْوُدَها الّنا‬
َ ‫ن آَمُنوا ُقْوا َأْنُف‬
َ ‫َيا َأّيَها اّلِذْي‬

“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu….” (At-Tahrim:
6)
Menjaga keluarga yang dimaksud dalam ayat yang mulia ini adalah dengan cara mendidik,
mengajari, memerintahkan mereka, dan membantu mereka untuk bertakwa kepada
Allah Subhanahu wa Ta'ala, serta melarang mereka dari bermaksiat kepada-Nya.
Seorang suami wajib mengajari keluarganya tentang perkara yang di-fardhu-kan oleh
Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bila ia mendapati mereka berbuat maksiat, segera
dinasihati dan diperingatkan. (Tafsir Ath-Thabari, 12/156, 157 dan Ruhul Ma’ani,
138/780,781)
Menjaga keluarga daripada api neraka juga mengandung maksud menasihati mereka
agar taat, bertaqwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan mentauhidkan- Nya serta
menjauhkan diri daripada syirik, mengajarkan kepada mereka tentang syari’at
Islam, dan tentang adab-adabnya.
Para Shahabat dan mufassirin menjelaskan tentang tafsir ayat tersebut sebagai
berikut:
1. ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallaahu ‘anhu berkata, “Ajarkanlah agama kepada keluarga
kalian, dan ajarkan pula adab-adab Islam”
2. Qatadah rahimahullaah berkata, “Suruhlah keluarga kalian untuk taat kepada Allah!
Cegah mereka daripada berbuat maksiat! Hendaklah mereka melaksanakan perintah
Allah dan bantulah mereka! Apabila kalian melihat mereka berbuat maksiaat, maka
cegah dan laranglah mereka!”
3. Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullaah berkata: “Ajarkan keluarga kalian untuk taat
kepada Allah ‘Azza wa Jalla yang (hal itu) dapat menyelamatkan diri mereka daripada
api Neraka”
4. Imam asy-Syaukani mengutip perkataan Ibnu Jarir: “Wajib atas kita untuk mengajarkan
anak-anak kita Dienul Islam (agama Islam), serta mengajarkan kebaikan dan adab-
adab Islam”
Kerana itu wajib bagi suami membekali diri dengan thalabul ‘ilmi (menuntut ilmu syar’i)
dengan menghadiri majlis-majlis ilmu yang mengajarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai
dengan kefahaman Salafush Shalih -generasi yang terbaik, yang mendapat jaminan dari
Allah-, sehingga dengan bekalan tersebut mampu mengajarkanya pada isteri dan
keluarganya
Jika ia tak sanggup mengajarkannya, hendaknya suami mengajak isteri dan anaknya
bersama-sama hadir di majlis ilmu yang mengajarkan Islam berdasarkan Al-Qur’an dan
As-Sunnah menurut kefahaman Salafush Shalih, mendengarkan apa yang disampaikan,
memahami dan mengamalkanya dalam hidup sehari-hari.
Dengan hadirnya suami dan isteri di dalam majlis ilmu, maka akan menjadikan kita
sekeluarga akan memahami Islam dengan benar, beribadah dengan ikhlas
mengharap wajah Allah ‘Azza wa Jalla semata serta sentiasa meneladani
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
Hal ini akan memberi manfaat dan berkah begitu besar karna suami maupun
istri saling memahami hak dan kewajibannya sebagai hamba Allah
Dalam hidup serba materialistik sat ini, banyak suami melalaikan diri dan
keluarganya. Berdalih mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan
keluarganya, seraya ia mengabaikan kewajiban lainnya. Seolah-olah ia
merasakan bahwa kewajibannya cukup hanya dengan memberi nafkah
berupa harta, lalu nafkah batinya, sedang pendidikan agama yang
merupakan hal paling pokok tidak pernah dipedulikan
Serta seringkali sang suami juga jarang berkumpul dengan keluarganya
untuk menunaikan ibadah bersama-sama. Sang suami pergi ke tempat
kerja pagi-pagi sekali dan baru pulang ke rumah larut malam
Pola hidup yang jauh dari kebaikan, tak pernah atau jarang sekali ia
membaca Al-Qur’an, kurang sekali memperhatikan istri dan anaknya
shalat, tidak memperhatikan pendidikan agama mereka sehari-hari.
Bahkan pendidikan anaknya ia letakkan kepercayaan sepenuhnya
kepada pendidikan di sekolah yang banyak rusak (malahl lagi), dan
justru malah berbangga denganya karna alasan harga diri.
Seakan-akan ia merasa tugasnya sebagai orang tua telah ia tunaikan
seluruhnya. Lalu bagaimana kita bisa mewujudkan anak yang shalih
sedangkan kita tahu bahwa salah satu kewajiban yang mulia seorang
kepala rumah tangga adalah mendidik keluarganya.
Sedang saat ini pengaruh buruk lingkungan saat ini yang sangat kuat
berupa media cetak dan elektronik seperti majalah, tabloid, tv, radio,
VCD, serta peralatan hiburan lainya begitu merusak dan mudah
mencemari fikiran dan perilaku anak dan istri kita.
Bahkan media ini mampu menjadi orang tua ketiga, maka kita
harus mewaspadai media-media yang ada dan alat-alat
permainan yang sangat berpengaruh buruk pada perilaku anak-
anak kita
Maka wajib sang suami memperhatikan pendidikan isteri dan anaknya, baik
Tauhid, shalat, bacaan Al-Qur’annya, pakaianya, pergaulanya, serta bentuk-
bentuk ibadah dan akhlak yang lain.
Islam telah mengajarkan semua sisi kehidupan, kewajiban kita untuk
mempelajari dan mengamalkan sesuai Sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wa sallam
Begitu juga wajib seorang isteri membantu suaminya mendidik anak-anak di rumah
dengan baik. Tetap tinggal di rumah mengurus rumah dan anak-anak serta
menjauhkan diri dan keluarga dari hal-hal yang bertentangan dengan syari’at
Islam
Hadits Malik ibnul Huwairits radhiyallahu ‘anhu juga menjadi dalil pengajaran terhadap
istri. Malik berkata, “Kami mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
ketika itu kami adalah anak-anak muda yang sebaya. Kami tinggal bersama beliau di
kota Madinah selama 10 malam. Kami mendapati beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam adalah seorang yang penyayang lagi lembut. Saat 10 malam hampir berlalu,
beliau menduga kami telah merindukan keluarga kami karena sekian lama berpisah
dengan mereka. Beliau pun bertanya tentang keluarga kami, maka cerita tentang
mereka pun meluncur dari lisan kami. Setelahnya beliau bersabda:
‫عّلُمْوُهْم َوُمُرْوُهْم‬
َ ‫جُعْوا ِإَلى َأْهِلْيُكْم َفَأِقْيُموا ِفْيِهْم َو‬
ِ ‫اْر‬
“Kembalilah kalian kepada keluarga kalian, tinggallah di tengah mereka dan ajari
mereka, serta perintahkanlah mereka” (HR. Al-Bukhari no. 630 dan Muslim no. 1533)
Seorang suami harus menegakkan peraturan kepada istrinya agar si istri berpegang
dengan adab-adab yang diajarkan dalam Islam. Si istri dilarang bertabarruj, ikhtilath, dan
keluar rumah dengan memakai wangi-wangian, karena semua itu akan menjatuhkanya
kedalam fitnah
Jadi, kebutuhan untuk memperbaiki kualitas agama, dan menyucikan jiwanya
itu tidak lebih sedikit dan kebutuhan terhadap makanan, dan minuman yang
wajib diberikan kepadanya

Membiasakan hidup terdidik dan ilmiah serta penuh nasehat (agama adalah
nasehat) yang terus melekat
Bekal mempersiapkan (mendidik) anak-anak masa depan
Mengingat;
Ilmu adalah satu-satunya jalan menuju kesuksesan dunia dan akhirat
o Mencarikan pengajar agama yang baik untuk anak istri jika kita tidak mampu
Mungkin karna kesibukan kita atau keterbatasan ilmu kita
Termasuk pembiayaanya
o Mengajak dan mengantarkanya untuk menghadiri majlis ta’lim
o Memberi fasilitas yang dibutuhkan dalam mendapatkan ilmu
Memberi istri buku dan kitab yang dibutuhkan
Terutama buku tentang kewanitaan (fiqh nisa') yang sangat berpengaruh dalam
ibadah
Membahas bersama hal-hal yang kita pelajari, dan sekiranya ada hal yang
kurang/belum kita ketahui (pahami) bisa kita tanyakan pada ustadz dan lain
kali dibahas kembali
Mencukupi fasilitas yang dibutuhkan
Buku-buku agama dan umum (yang dibutuhkan) yang baik
Kitab-kitab yang shahih
Majalah dan bulletin Islam yang shahih
Kaset/CD murattal
Kaset/CD kajian/ta'lim
Terus lengkapi perpustakaan di rumah dengan kitab, referensi dan segala fasilitas yang
dibutuhkan
o Pentingnya saling menasehati dan memberi semangat bila mulai kendor belajar
agama
o Batasi pergaulan dari bercampur-baur dengan laki-laki yang bukan mahram
Bepergian sendiri ke luar rumah untuk keperluan yang kurang penting tanpa
mahram
Termasuk keluar menuju pasar tanpa kepentingan mendesak (tanpa
didampingi mahram)
‫سَواُقُهْم‬
ْ ‫ل َأ‬
ِ ‫ض اْلِبلِد ِإَلى ا‬
َ ‫جُدُهْم َوَأْبَغ‬
ِ ‫سا‬
َ ‫ل َم‬
ِ ‫ب اْلِبلِد ِإَلى ا‬
ّ ‫ح‬
َ ‫َأ‬

“Negeri yang paling dicintai Allah adalah masjid-masjidnya dan


negeri yang paling dibenci Allah adalah pasar-pasarnya” (Riwayat
Muslim dalam Al-Masajid: (bab Fadlul Julus fil Mushallahu ba’dash Shubhi
wa Fadlul Masajid)
Tumbuhkan selalu perasaan dalam diri kita bahwa sang isteri adalah amanah
yang akan dimintai pertanggung-jawaban di akherat kelak
o Mengajari berdzikir
Cara mengingat Allah yang dicontohkan rasulullah di waktu pagi dan petang, do'a
sehari-hari dll

Adab di malam zafaf


• Ucapan do'a teruntuk mempelai berdua
Barakallahu lakumaa wabaroka alaika wa baina kuma fii khair
“Semoga Allah memberkahimu dan memberkahi atasmu serta mengumpulkan kamu
berdua dalam kebaikan“
(HR. Ashabus Sunan kecuali An Nasai dan lihat Shahih Tirmidzi 1/317)
• Adab Malam zafaf
o Segera dibacakan do'a barakah (doa sang suami kepada Istri yang baru dinikahi)
kepadanya saat pertama kali masuk kamar (menemui isteri pertama kali setelah aqad nikah)
Duduk berdua ditepi ranjang, lalu bacakan basmalah…
Memegang ubun-ubun istri seraya mendo'akan baginya sebagaimana yang diajarkan
rasulullah...
‫عَلْيِه‬
َ ‫جَبْلَتَها‬
َ ‫شّر َما‬
َ ‫شّرَها َو‬
َ ‫ن‬
ْ ‫ك ِم‬
َ ‫عوُذ ِب‬
ُ ‫ َوَأ‬، ‫عَليِه‬
َ ‫جَبْلَتَها‬
َ ‫خْيِر َما‬
َ ‫خْيِرَها َو‬
َ ‫ن‬
ْ ‫ك ِم‬
َ ‫سَأُل‬
ْ ‫َالّلُهّم ِإّني َأ‬

"Ya Allah sungguh aku memohon kepada-Mu kebaikannya dan kebaikan yang melekat
pada dirinnya dan aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan yang
melekat pada dirinnya... “ (Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 2160), Ibnu
Majah (no. 1918), al-Hakim (II/185) dan ia menshahihkannya, juga al-Baihaqi (VII/148), dari
‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallaahu ‘anhuma. Lihat Adabuz Zifaf (hal. 92-93) dan juga
disahihkan syekh Albani

Dan sang istri terus mengamini….


Lalu kecup ubun-ubun istri, rasakan keharuan. Biarkan diri kita menangis dan terus
mengulang do’a berkali-kali, sang istri terus mengamini..
Rasakan dan resapi maknanya, dan rasakan betapa bahagia membuncah
Biarkan diri kita berdua menangis, betapa bahagia…
Biarkan air mata meleleh
Lalu wudhu dan shalat sunnah 2 rakaat bersama istri
Syaikh al-Albani rahimahullaah berkata: “Hal itu telah ada sandarannya dari ulama
Salaf (Shahabat dan Tabi’in)
Hadits dari Abu Sa’id maula (budak yang telah dimerdekakan) Abu Usaid. Ia
berkata: “Aku menikah ketika aku masih seorang budak. Ketika itu aku
mengundang beberapa orang Shahabat Nabi, di antaranya ‘Abdullah bin
Mas’ud, Abu Dzarr dan Hudzaifah radhiyallaahu ‘anhum. Lalu tibalah waktu
shalat, Abu Dzarr bergegas untuk mengimami shalat. Tetapi mereka berkata:
‘Kamulah (Abu Sa’id) yang berhak!’ Ia (Abu Dzarr) berkata: ‘Apakah benar
demikian?’ ‘Benar!’ jawab mereka. Aku pun maju mengimami mereka shalat.
Ketika itu aku masih seorang budak. Selanjutnya mereka mengajariku, ‘Jika
isterimu nanti datang menemuimu, hendaklah kalian berdua shalat dua
raka’at. Lalu mintalah kepada Allah kebaikan isterimu itu dan mintalah
perlindungan kepada-Nya dari keburukannya. Selanjutnya terserah
kamu berdua...!’” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf
(X/159, no. 30230 dan ‘Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf (VI/191-192). Lihat
Adabuz Zifaf fis Sunnah al-Muthahharah (hal. 94-97), cet. Darus Salam, th.
1423 H)
Hadits dari Abu Waail. Ia berkata, “Seseorang datang kepada ‘Abdullah bin
Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu, lalu ia berkata, ‘Aku menikah dengan seorang
gadis, aku khawatir dia membenciku.’ ‘Abdullah bin Mas’ud berkata,
‘Sesungguhnya cinta berasal dari Allah, sedangkan kebencian berasal
dari syaitan, untuk membenci apa-apa yang dihalalkan Allah. Jika
isterimu datang kepadamu, maka perintahkanlah untuk melaksanakan
shalat dua raka’at di belakangmu. Lalu ucapkanlah (berdo’alah): “Ya
Allah, berikanlah keberkahan kepadaku dan isteriku, serta berkahilah
mereka dengan sebab aku. Ya Allah, berikanlah rizki kepadaku lantaran
mereka, dan berikanlah rizki kepada mereka lantaran aku. Ya Allah,
satukanlah antara kami (berdua) dalam kebaikan dan pisahkanlah antara
kami (berdua) dalam kebaikan” (Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaq dalam al-
Mushannaf (VI/191, no. 10460, 10461)
Berdoa sebagaimana yang diriwayatkan Abdullah bin mas'ud
“Allahumma ini baarik li fi ahli, wa baarik lahum fiyya. Allahumma ijma’ maa jama’ta bikhair,
wa faririq bainana idza farriqta ila khair...”
"Yaa Allah, barakahilah bagiku dalam keluargaku, dan berilah barakah mereka
kepadaku. Yaa Allah, kumpulkan antara kami apa yang engkau kumpulkan dengan
kebaikan, dan pisahkan antara kami jika engkau memisahkan menuju kebaikan.
Aamiin…”
Dan sang istri terus mengamini…
Ba’da shalat berbalik menghadap sang istri, elus pipinya angkat dagunya, tatap
matanya dalam-dalam
Katakan padanya "betapa kita menyayanginya"
Kemudian cium lembut keningnya kemudian pipi dan bibirnya...(sampaikan
sepenuh hati dan perasaan sayang kita)
Dan baik pula sang istri mendahului ketawadhuan dengan mendahului mencium
tangan sang suami
Dan biarkan air mata kita meleleh sembab, terisak karna bahagia…
Sembari tatap lekat-lekat wajah, seka air mata yang meleleh dipipinya...
“Aku mencintaimu”, katakan itu penuh kesungguhan sembari mengecup keningnya
Dan sang istri membalasnya…
Katakan (ungkap) betapa kita bahagia saat itu, demikian juga sang istri
Berikrar untuk tidak melupakan kebahagiaan saat-saat itu
Kecupan dan ciuman pertama kalinya
Rasakan kita sebagai orang yang beruntung menyuntingnya
Dan sang istri merasa beruntung memliki suami seperti kita
o Mencairkan suasana yang canggung
Hadits dari Asma’ binti Yazid binti as-Sakan radhiyallaahu ‘anha, ia berkata: “Saya
merias ‘Aisyah untuk Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Setelah itu saya
datangi dan saya panggil beliau supaya menghadiahkan sesuatu kepada ‘Aisyah.
Beliau pun datang lalu duduk di samping ‘Aisyah. Ketika itu Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam disodori segelas susu. Setelah beliau minum,
gelas itu beliau sodorkan kepada ‘Aisyah. Tetapi ‘Aisyah menundukkan
kepalanya dan malu-malu.” ‘Asma binti Yazid berkata: “Aku menegur ‘Aisyah
dan berkata kepadanya, ‘Ambillah gelas itu dari tangan Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam!’ Akhirnya ‘Aisyah pun meraih gelas itu dan meminum isinya
sedikit” (Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad (VI/438, 452, 453, 458). Lihat
Adabuz Zifaf fis Sunnah al-Muthahharah (hal. 91-92), cet. Darus Salam, th. 1423 H)
Awali dengan mengucapkan sesuatu yang ringan-ringan dulu
Hilangkan kegelisahan dan kecanggungan dengan mengambil air minum dan
meneguknya sedikit sembari mencandainya, seperti…
“Betapa manis meminum saat menatap bidadarai disampingnya…” (sambil melirik manja
ungkapkan alangkah bahagianya kita saat itu)
Memuji dan merayunya, hingga suasana benar-benar cair
Sandarkan kepalanya ke dada kita, rebahan sembari membelai-belai rambutnya dan
memeluknya
Mulai bercengkrama
Coba saling menceritakan tentang masa lalu masing-masing
Latar belakang masing-masing
Harapan-harapan masing-masing
Cita-cita masing-masing
Kesukaan dan ketidak sukaan masing-masing
Serta dialog tentang rencana-rencana setelah menikah denganya
Saling memberi pendapat untuk memadukan bersama
Membahas kehidupan mendatang bersamanya
Memberi nasehat dan pengakuan teruntuk sang istri...
Wahai dinda
Kanda dan dinda telah dipertemukan karna taqdir-Nya
Bersama anugerah-Nya
Detik-detik perjumpaan kita
Semoga senantiasa ada cinta
Cinta yang hadir karena-Nya
Semoga dicukupkan dengan kemuliaan disisi-Nya
Berharap segala yang bermula dari-Nya

Dinda tercinta
Kita tlah berikrar atas nama-Nya
Disaksikan orang-orang tercinta, orang-orang tertua
“Kanda dan dinda akan mengarungi bahtera penuh cinta
Berlabuh rindu memendam percaya”

Dinda sayang
Diri kanda banyak bertabur luka, mudah terjerumus dosa
Kesalahan dan kekurangan tempatnya
Ingatkanlah kala kanda alpa

Dinda…
Kanda merasa hanya kekurangan pada diri kanda
Apalagi jika dibandingkan adinda, namun kemuliaan Allah-lah derajad yang nyata

Dinda…
Kekurangan manusia demikianlah adanya
Jika engkau ridha
Mari kita pikul bersama
Kita tutup kekurangan yang ada
Kita tabur keikhlasan padanya

Dinda…
Dengan berkah sebuah pertemuan
Mari berdo’a
Semoga sebuah persatuan kebaikan
Semoga Allah menjadikan ujian ini keteguhan
Senantiasa berlimpah kebahagiaan
Saling berwasiat dalam kesabaran dan keteguhan iman

Dinda, mari kita berdoa…


Semoga tiap amalan menjadi rahmat
Tiap kekurangan tiada mengundang petaka
Kita tegakkan kemuliaan islam mulai dari diri kita
Berlimpah taufiq dan rahmat atas berkumpulnya dua jiwa
Melimpah atas segala yang kita cinta
Sebagaimana diriku berdo’a

‫عَلْيِه‬
َ ‫جَبْلَتَها‬
َ ‫شّر َما‬
َ ‫شّرَها َو‬
َ ‫ن‬
ْ ‫ك ِم‬
َ ‫عوُذ ِب‬
ُ ‫ َوَأ‬، ‫عَليِه‬
َ ‫جَبْلَتَها‬
َ ‫خْيِر َما‬
َ ‫خْيِرَها َو‬
َ ‫ن‬
ْ ‫ك ِم‬
َ ‫سَأُل‬
ْ ‫َالّلُهّم ِإّني َأ‬

“Ya Allah, aku mohon kepada-Mu kebaikannya dan kebaikan yang melekat pada dirinya, dan
aku berlindung kepada-Mu dari keburukanya dan keburukan yang melekat pada dirinya”
Alhamdulillah…
Yaa Allah…
Semoga diriku dapat membahagiakanya
Menjadi perantara kebaikanya
Menjadi jalan syurganya
Mengantarkan pada keridhaan-Mu
Setelah sekiranya cukup saling memuaskan percakapan, tanyakan lembut padanya
ingin malam itu atau menunda hingga malam berikutnya…
Sekiranya hendak mencampuri sang isteri, sebelumnya membaca do’a ini...

‫ن َما َرَزْقَتَنا‬
َ ‫طا‬
َ ‫شْي‬
ّ ‫ب ال‬
ِ ‫جّن‬
َ ‫ن َو‬
َ ‫طا‬
َ ‫شْي‬
ّ ‫جّنْبَنا ال‬
َ ‫ل َالّلُهّم‬
ِ ‫بسِم ا‬
"...Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah, jauhkanlah syaitan dari kami dan
jauhkanlah syaitan dari apa (anak) yang akan Engkau karuniakan kepada kami”
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Maka, apabila Allah menetapkan
lahirnya seorang anak dari hubungan antara keduanya, niscaya syaitan tidak akan
membahayakannya selama-lamanya" (Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 141,
3271, 3283, 5165), Muslim (no. 1434), Abu Dawud (no. 2161), at-Tirmidzi (no. 1092), ad-
Darimi (II/145), Ibnu Majah (no. 1919), an-Nasa-i dalam ‘Isyratun Nisaa' (no. 144, 145),
Ahmad (I/216, 217, 220, 243, 283, 286) dan lainnya, dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallaahu
‘anhuma)
Raih tanganya, tatap lembut matanya, menyimak keelokan wajahnya
Mengingat hadist ini
Yaitu wanita yang menyenangkan suami jika dipandang dan mentaati suami jika diperintah
dan tidak mengkhianati suami pada dirinya sendiri dan tidak mengkhianati hartanya dengan
sesuatu yang ia benci" (HR. Ahmad dan Nasaai)
Berpandangan saling menyelami
Ungkapkan kecantikanya, memujinya...
“Istriku, engkau begitu manis (anggun), tak puas-puas kuingin terus menatap wajahmu…”
Menatap wajah sang istri yag nampak ranum dan segar, menikmati senyum yang
mengembang
Lalu biarkan sang istri melingkarkan dua tangan keleher suami, balas demikian
juga
“Suamiku, engkau pria terbaik yang pernah kutemui. Betapa aku mencintaimu tak ingin
berpisah darimu…”
Ucapkan kata-kata mesra dan percakapan terindah untuknya (terutama) dengan
bahasa puisi. Awali dengan bismillah, menyebut keagungan Allah…
‫شاًء‬
َ ‫ن ِإن‬
ّ ‫شْأَناُه‬
َ ‫ِإّنا َأن‬

‫ن َأْبَكاًرا‬
ّ ‫جَعْلَناُه‬
َ ‫َف‬

‫عُرًبا َأْتَراًبا‬
ُ

“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung dan Kami


jadikan mereka gadis-gadis perawan penuh cinta lagi sebaya umurnya” (QS. Al Waqiah: 35-
37)
Kesiapanya adalah saat segala rayuan dibalas dengan senyumnya termanis penuh makna...
Saling bercanda, senantiasa mengiringi senyum dan tawa
Beri jatah kemesraan yang lama dan memuaskanya
Penuhi harapanya, penuhi permintaanya, jaga perasaanya
Buat variasi-variasi yang menyenangkan baginya;
Dilakukan dengan senang hati penuh kerelaan, tanpa beban
Berusaha saling menyenangkan kedua belah pihak
Firman Allah...
َ ‫شِر اْلُمْؤِمِني‬
‫ن‬ ّ ‫لُقوُه َوَب‬
َ ‫عَلُموْا َأّنُكم ّم‬
ْ ‫ل َوا‬
ّ ‫سُكْم َواّتُقوْا ا‬
ِ ‫لنُف‬
َِ ‫شْئُتْم َوَقّدُموْا‬
ِ ‫حْرَثُكْم َأّنى‬
َ ‫ث ّلُكْم َفْأُتوْا‬
ٌ ‫حْر‬
َ ‫ساُؤُكْم‬
َ ‫ِن‬

"Isteri-Isterimu adalah ladang bagimu, maka datangi-lah ladangmu itu kapan saja dengan
cara yang kamu sukai. Dan utamakanlah (yang baik) untuk dirimu. Bertaqwalah kepada
Allah dan ketahuilah bahwa kamu (kelak) akan menemui-Nya. Dan sampaikanlah kabar
gembira kepada orang yang beriman” [Al-Baqarah : 223]
Juga berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
"Silahkan menggaulinya dari arah depan atau dari belakang asalkan pada kemaluannya"
[Hadits shahih: Diriwayatkan oleh ath-Thahawi dalam Syarah Ma’anil Aatsaar (III/41) dan al-
Baihaqi (VII/195). Asalnya hadits ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari (no. 4528), Muslim
(no. 1435) dan lainnya, dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallaahu ‘anhuma. Lihat al-Insyirah fii
Adabin Nikah (hal. 48) oleh Abu Ishaq al-Huwaini]
Haram bagi suami menyetubuhi istrinya disaat ia sedang haid atau
menyetubuhi duburnya. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:
"Barangsiapa yang melakukan persetubuhan terhadap wanita haid atau
wanita pada duburnya, atau datang kepada dukun (tukang sihir) lalu
membenarkan apa yang dikatakannya, maka sesungguhnya ia telah kafir
terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad” (HR. Al-Arba`ah dan
dishahihkan oleh Al-Albani
Buat ia tak perlu merasa segan untuk mengungkapkan segala keinginan dan apa
yang merasa paling nyaman baginya, tanyakan keinginanya
Apa yang ia cari, biarkan ia bebas. dengan segala ekspresi dan apa yang ingin
dilakukanya…
Kuasai kepekaan titik lemahnya, sentuh penuh kelembutan
Apa yang paling berkesan, menyenangkan dan membuatnya melayang...
Pentingkan keterlibatanya, biar ia cari kesenanganya sendiri bahagiakan ia
Jika lahir-batinya telah tumpah, awali dengan mengecup keningnya menumpahkan
segenap perasaan, merebahkan hatinya
"Buat ia terus melayang-layang tiada sadar, terbuai keindahan
Bersemayam ditaman penuh bunga"
ّ ‫س ّلُه‬
‫ن‬ ٌ ‫س ّلُكْم َوَأنُتْم ِلَبا‬
ٌ ‫ن ِلَبا‬
ّ ‫ُه‬

َ"Mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka" (Q.s. Al-
Baqarah 187)
Jangan lupa tasbih dan takbir mengiringi tiap desah dan tarikan nafas
Bertasbih menyempurnakan ibadah sebagai ummat yang mengikuti sunnah,
menjadi manusia paling bersejarah dan takkan terlupakan
Mengharap pahala jihad fisabilillah
Mengharap akan kebahagiaan sang istri dan hari-hari terindah untuknya
Mengharap lahirnya generasi terbaik yang bertasmih, menegakkan kalimah Allah
ِ ‫لِء َرّبُكَما ُتَكّذَبا‬
‫ن‬ َ ‫يآ‬
ّ ‫َفِبَأ‬

ُ ‫جا‬
‫ن‬ َ ‫ت َواْلَمْر‬
ُ ‫ن اْلَياُقو‬
ّ ‫َكَأّنُه‬

ِ ‫لِء َرّبُكَما ُتَكّذَبا‬


‫ن‬ َ ‫يآ‬
ّ ‫َفِبَأ‬

ُ ‫سا‬
‫ن‬ َ‫ح‬ْ‫ل‬
ِْ ‫ل ا‬
ّ ‫ن ِإ‬
ِ ‫سا‬
َ‫ح‬
ْ‫ل‬ِْ ‫جَزاُء ا‬
َ ‫ل‬
ْ ‫َه‬

"Maka ni'mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (57) Seakan-akan
bidadari itu permata yakut dan marjan (58) Maka ni'mat Tuhan kamu yang manakah
yang kamu dustakan? (59) Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula) (60)"
(Surat arrahman 57-60)
Bila sang suami telah melepas hajatnya, tunggu sang isteri hingga mendapatkan
hal yang sama
Bila hendak mengulang, rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda...
"Jika seseorang diantara kalian menggauli isterinya kemudian ingin mengulanginya lagi,
maka hendaklah ia berwudhu’ terlebih dahulu” [Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim
(308 (27)) dan Ahmad (III/28), dari Shahabat Abu Sa’id al-Khudri radhiyallaahu ‘anhu]
Yang lebih afdhal adalah mandi terlebih dahulu. hadits dari Abu Rafi' radhi-
yallaahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah
menggilir isteri-isterinya dalam satu malam. Beliau mandi di rumah fulanah
dan rumah fulanah. Abu Rafi' berkata, “Wahai Rasulullah, mengapa tidak
dengan sekali mandi saja?” Beliau menjawab."Ini lebih bersih, lebih baik dan
lebih suci” [Hadits hasan: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 219), an-Nasa-i
dalam Isyratun Nisaa' (no. 149), dan yang lainnya. Lihat Shahih Sunan Abi
Dawud (no. 216) dan Adabuz Zifaf (hal. 107-108)]
Apabila sang suami atau isteri ingin makan atau tidur setelahnya, hadits dari
‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha bahwasanya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Apabila beliau hendak tidur dalam keadaan junub, maka
beliau berwudhu' seperti wudhu' untuk shalat. Dan apabila beliau hendak makan
atau minum dalam keadaan junub, maka beliau mencuci kedua tangannya
kemudian beliau makan dan minum” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 222,
223), an-Nasa-i (I/139), Ibnu Majah (no. 584, 593) dan Ahmad (VI/102-103, dari
‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha. Lihat Silsilah ash-Shahiihah (no. 390) dan Shahiihul
Jaami’ (no. 4659)]
Dari ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha, ia berkata,
"Apabila Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam hendak tidur dalam keadaan junub, beliau
mencuci kemaluannya dan berwudhu’ (seperti wudhu') untuk shalat” [Hadits shahih:
Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 288), Muslim (no. 306 (25)), Abu Dawud (no. 221), an-
Nasa-i (I/140). Lihat Shahiihul Jaami’ (no. 4660)]
Adab untuk segera menemui sang istri jika tergoda oleh pesona seorang wanita (lain)
Dari Jabir, “Sesungguhnya Nabi pernah melihat wanita, lalu beliau masuk ke
tempat Zainab, lalu beliau tumpahkan keinginan beliau kepadanya, lalu keluar
dan bersabda, “Wanita, kalau menghadap, ia menghadap dalam rupa setan. Bila
seseorang di antara kamu melihat seorang wanita yang menarik,
hendaklah ia datangi istrinya, karena pada diri istrinya ada hal yang sama
dengan yang ada pada wanita itu” [Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim
(no. 1403), at-Tirmidzi (no. 1158), Adu Dawud (no. 2151), al-Baihaqi (VII/90),
Ahmad (III/330, 341, 348, 395) dan lafazh ini miliknya, dari Shahabat Jabir bin
‘Abdillah radhiyallaahu ‘anhuma. Lihat Silsilah ash-Shahiihah (I/470-471)]
Menghadap dalam rupa syaitan maksudnya isyarat mengajak kepada hawa
nafsu
Mengingat bahwa menahan pandangan itu wajib hukumnya, karenahadits
tersebut berkenaan dan berlaku untuk pandangan secara tiba-tiba. Allah
Ta’ala berfirman:
َ ‫صَنُعو‬
‫ن‬ ْ ‫خِبيٌر ِبَما َي‬
َ ‫ل‬
َّ ‫ن ا‬
ّ ‫ك َأْزَكى َلُهْم ِإ‬
َ ‫جُهْم َذِل‬
َ ‫ظوا ُفُرو‬
ُ ‫حَف‬
ْ ‫صاِرِهْم َوَي‬
َ ‫ن َأْب‬
ْ ‫ضوا ِم‬
ّ ‫ن َيُغ‬
َ ‫ُقل ّلْلُمْؤِمِني‬

"“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga


pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih
suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
perbuat” [An-Nuur: 30]
Dari Abu Buraidah, dari ayahnya radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam ber-sabda kepada ‘Ali. "Wahai ‘Ali, janganlah
engkau mengikuti satu pandangan pandangan lainnya karena yang
pertama untukmu dan yang kedua bukan untukmu” [Hadits hasan:
Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 2777) dan Abu Dawud (no. 2149)]

"Menjadi pasangan paling mesra, romantis dan berbahagia"


• Buat ia terus menangis bahagia
"Buat ia merasa orang paling berbahagia didunia bersama kita"
“Biarkan ia terus terbang tinggi melayang-layang, takkan sempat lagi bisa menginjak
bumi"
"Buat ia terus merasa menjadi permaisuri atau bidadari tanpa pernah bisa turun tahta"
o Biarkan ia terus merasa kehangatan cinta kita begitu melimpah
menghangatkanya. Terus mengalir menemani tiap langkah hidupnya
Selalu mencumbunya (sikap yang selalu mesra) dengan ucapan dan gerakan kita,
dimanapun ada kesempatan
Berikan selalu letupan-letupan kemesraan yang mengejutkan dan membahagiakanya,
buat ia selalu terharu bahagia...
o Tunjukkan betapa besar kasih sayang kita, sepenuh hati padanya di manapun kita
bersamanya
Tunjukkan bahwa kita akan terus mencintai dan membahagiakanya dalam kondisi
apapun sampai kapanpun
Betapa bahagia bila iapun bahagia
Biarkan ia tahu, betapa berartinya ia bagi diri kita
• Beri perhatian lebih padanya daripada orang lain
Jangan biarkan keindahan jauh (diluar diri kita)
Biarlah puisi, syair, novel dan roman adalah diri kita sendiri saat-saat bersamanya
Tiap detik adalah keindahan yang terus kita tata bersamanya
Memulai kebaikan dan kebahagian dari diri kita
Untuk kita bagi keindahan kepada orang-orang disekitar kita
• Selalu menjalin kemesraan Ibadah (menghadap Allah) bersamanya
o Menyediakan waktu (jadwal) muthalaah (belajar mengkaji) bersamanya, misalnya tiap
habis shalat maghrib, 'isya' dan shubuh untuk
Fi dhilalalil quran; Menyimak bacaan al quran, memuliakan, mengkaji, menghafal dan
berusaha mengamalkan alquran
Dari Mutharrif –yakni bin Abdillah bin Asy-Syikhkhir- dari bapaknya –yakni Abdullah bin
Asy-Syikhkhir Radhiallaahu anhu - ia berkata:
"Aku datang menemui Rasulullah ketika beliau sedang shalat. Dari rongga dada beliau
keluar suara seperti bunyi air yang tengah mendidih di dalam kuali, disebabkan
tangis beliau" (HR. Abu Daud)
Abdullah bin Mas'ud Radhiallaahu anhu menuturkan: "Rasulullah pernah berkata
kepadaku:
"Bacalah Al-Qur'an untukku" aku berkata: "Wahai Rasulullah, apakah aku yang
harus membacanya, sedangkan Al-Qur'an itu diturunkan kepadamu?" beliau
menimpali: "Aku lebih suka mendengarkannya dari orang lain" Akupun
membacakan surat An-Nisaa' untuk beliau. Hingga telah sampai pada ayat: "Maka
bagaimanakah (halnya orang-orang kafir nanti), apabila kami mendatangkan seseorang
saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai
saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)" (QS. An-Nisa: 41) Aku lihat air mata beliau
menetes" (HR. Al-Bukhari)
Kajian tauhid dan ilmu
Kajian fiqh (terutama fiqh nisa') dan amaliah
Tugas dan kewajibannya sebagai seorang Istri
Membaca dan menulis bahasa Arab
Kajian hadist dan perbaikan ilmu agama
Ajari ia dzikr (cara untuk mengingat Allah dengan mencontoh Rasulullah) di pagi dan
petang
Mengkaji kisah dan motivasi, meneladani generasi salafus shaleh dan juga menyimak
keteladanan (hikmah) dari orang-orang yang ada disekitar kita
Kajian dalam bisnis dan strategy yang akan kita lakukan
Dan kajian bebas untuk saat-saat tertentu
Kondisional, terutama bahasan yang sedang butuh solusi saat itu (lebih diutamakan)
o Mengusahakan selalu shalat berjamaah
Disaat dharurat sang suami tidak ke masjid
Disaat sang suami mengerjakan shalat sunnah
Berusaha membiasakan shalat sunnah kita kerjakan di rumah bersama sang istri
"Lakukanlah beberapa shalat-shalat sunnah di rumahmu. Jangan jadikan
rumahmu bagaikan kuburan" (HR. Al-Bukhari)
Dan terutama saat shalat malam (saling membangunkan)
o Berusaha adu cepat untuk bangun shalat malam
Membiasakan saling membangunkan di 1/3 akhir malam untuk menegakkan
shalat qiyamullail (tahajjud)
ُ ‫َيا َأّيَها اْلُمّزّم‬
‫ل‬

ً ‫ل َقِلي‬
‫ل‬ ّ ‫ل ِإ‬
َ ‫ُقِم الّلْي‬

ً ‫ص ِمْنُه َقِلي‬
‫ل‬ ْ ‫صَفُه َأِو انُق‬
ْ ‫ِن‬

ً ‫ن َتْرِتي‬
‫ل‬ َ ‫ل اْلُقْرآ‬
ِ ‫عَلْيِه َوَرّت‬
َ ‫َأْو ِزْد‬

"Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari,
kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu
sedikit, atau lebih dari seperdua itu, Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan"
(Al-Muzzammil: 1-4)
Abu Hurairah Radhiallaahu anhu meriwayatkan sebuah hadits dari Rasulullah bahwa
beliau bersabda'
"Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala merahmati seorang suami yang bangun pada
malam hari untuk mengerjakan shalat malam lalu membangunkan istrinya untuk
shalat bersama. Bila si istri enggan, ia memercikkan air ke wajah istrinya (supaya
bangun). "Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala merahmati seorang istri yang bangun
pada malam hari untuk mengerjakan shalat malam lalu membangunkan suaminya untuk
shalat bersama. Bila si suami enggan, ia memercikkan air ke wajah suaminya (supaya
bangun)" (HR. Ahmad)
Aisyah Radhiallaahu anha menceritakan:
"Rasulullah biasa mengerjakan shalat malam sementara aku tidur melintang di
hadapan beliau. Beliau akan membangunkanku bila hendak mengerjakan shalat
witir" (Muttafaq 'alaih)
Bangunkan ia sembari mengecup keningnya
Berdo'a bersama dimalam-malam istijabah untuk kebaikan bersama
‫ن ِإَماًما‬
َ ‫جَعْلَنا ِلْلُمّتِقي‬
ْ ‫ن َوا‬
ٍ ‫عُي‬
ْ ‫جَنا َوُذّرّياِتَنا ُقّرَة َأ‬
ِ ‫ن َأْزَوا‬
ْ ‫ب َلَنا ِم‬
ْ ‫ن َرّبَنا َه‬
َ ‫ن َيُقوُلو‬
َ ‫َواّلِذي‬

“Dan orang-orang yang berdo’a: "Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami, isteri-isteri
kami, keturunan-keturunan kami sebagai penyenang hati kami dan jadikanlah
kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” (QS. Al Furqan:74)
Sebut khusus namanya dalam do'a kita dan biarkan ia mendengarnya, misalnya...
“Ya Allah! baguskanlah isteri tercinta saya .... (namanya), curahkan keberkahan
padanya”
• Awali tidur dengan bercengkrama
Usahakan anak-anak cepat tidur
Cium kening anak sebelum tidur dan do'akan ia
Berusaha masuk tidur bersama dan masuk kekamar seiring denganya
Pakai gaun tidur terindah
Belikan ia gaun tidur terindah yang disukainya
Taruh kepalanya didada kita, elus-elus rambutnya
Bicarakan keseharian kita beserta evaluasinya...
Bercengkrama, bercanda dan curhat tentang keseharian
Evaluasi aktivitas kita seharian beserta rencana-rencana besoknya
Tanyakan kesalahan dan kekurangan diri masing-masing seharian ini...
Lalu saling meminta nasehat dan masukan
Meng-evaluasi kemesraan setiap harinya, mencegah hubungan yang mulai dingin
(mencari solusi bersama)
Curhat tentang perasaan dan kebutuhan batinya saat ini
Ngobrol tentang mimpi, harapan dan keinginan masing-masing
Bangun impian-impian bersamanya, misalanya bicarakan rencana dan tujuan kita
menabung untuk membeli rumah, membuka bisnis dll. (membuat rencana dan satukan
mimpi bersama)
Akhiri dengan segala hal yang berbau perasaan dan yang membahagiakanya
Ungkapkan segenap rasa sayang kita, kecup keningnya sebelum ia tidur dan do'akan ia
(dengan menyebut jelas namanya, biarkan ia mendengarnya)
Memegang tangan istri, taruh di pipi kita hingga terlelap bersama
Membiarkan ia tertidur ditangan kita meski nantinya tangan kita agak pegal-pegal
kesemutan
Mari kita simak baik-baik wajah istri saat ia tidur, tampak begitu polos tanpa dosa

Tidur dalam satu selimut bersama istri


Dari Atha’ bin Yasar'
“Sesungguhnya Rasulullah dan ‘Aisyah biasa mandi bersama dalam satu bejana.
Ketika beliau sedang berada dalam satu selimut dengan ‘Aisyah, tiba-tiba ‘Aisyah
bangkit. Beliau kemudian bertanya, ‘Mengapa engkau bangkit?’ Jawabnya, ‘Karena
saya haidh, wahai Rasulullah.’ Sabdanya, ‘Kalau begitu, pergilah, lalu berkainlah
dan dekatlah kembali kepadaku.’ Aku pun masuk, lalu berselimut bersama beliau”
(HR Sa’id bin Manshur)
Suami isteri boleh saling melihat aurat masing-masing. Adapun riwayat dari ‘Aisyah
yang mengatakan bahwa ‘Aisyah tidak pernah melihat aurat Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam adalah riwayat yang bathil, karena didalam sanadnya ada seorang
pendusta. [Lihat Adabuz Zifaf hal. 109]

Mengingatkan sebelum tidur membaca mu‘awwidhatain dan ayat kursy


Diriwayatkan dari 'Aisyah Radhiallaahu anha ia berkata:
"Setiap kali Rasulullah hendak tidur di pembaring-annya pada tiap malam, beliau
merapatkan kedua telapak tangannya. Lalu meniupnya dan membaca surat Al-
Ikhlas (Qul Huwallaahu Ahad), surat Al-Falaq (Qul A'uudzu birabbil Falaq) dan surat
An-Naas (Qul A'uudzu birabbin Naas). Kemudian beliau mengusap tubuh yang dapat
dijangkau dengan kedua telapak tangannya itu. Dimulai dari kepala, wajah dan
tubuh bagian depan. Beliau melakukannya sebanyak tiga kali" (HR. Bukhari)
Dan berharap semoga Allah memberikan anugerah yang baik dalam tidur sang
istri (bisikkan pula padanya)...

Awali tiap masuk rumah (atau habis bangun tidur) dengan wajah berseri-seri
senyum mesra menatapnya (setelah membaca doa bangun tidur)
‫شوُر‬
ُ ‫حَياَنا َبْعَدَما َأَماَتَنا َوِإَلْيِه الّن‬
ْ ‫ل اّلِذي َأ‬
ِ ‫حْمُد‬
َ ‫ال‬

"Segala Puji bagi Allah yang menghidupkan kami sesudah mati/tidur kami, dan kepada-
Nya kami kembali" (HR. Al-Bukhari)
Bangunkan ia sembari mengecup keningnya lembut
Tiap saat bersamanya, berikan senyuman termanis kita
Saat itu tatap matanya dalam-dalam
"Tatap matanya, eluslah hatinya..."
Hargai keberadannya, rasakan aroma tubuhnya, betapa hangat nafasnya. Dan
jika kita ingin menciumnya, cium ia hangat...
Luangkan waktu untuk sekedar saling melihat kedalam mata masing-
masing.dalam-dalam
Setiap kita menemuinya selalu berikan senyuman termanis kita
• Membuat hari-hari yang semakin mendebarkan, romantis dan penuh cinta
Kerjakan sesuatu yang nampaknya sepele namun sebagai kejutan indah baginya
Sering-sering buat kejutan setiap saat
Sekali-kali gantian buatkan minuman untuk sang isteri dll
•"Mengunjungi tempat nostalgia (kenangan-kenangan) mesra saat bersamanya"
o Kenang kembali masa-masa awal perkenalan denganya, awal jatuh hati padanya
(saat khitbah atau setelahnya atau mungkin saat nikah) dan bulan-bulan awal
pernikahan kita
Saling menceritakan pengalaman-pengalaman saat itu yang kita rasakan padanya
dan nikmati keasyikanya...
Cerita tentang kenangan, nostalgia, kelucuan dan kesukaanya
Juga mengingat pula malam-malam pengantin kita;
Seperti harumnya ruangan , harumnya parfum istri kita, penataan ruangan dll
Bangkitkan kembali mimpi itu dengan cara memakai parfum yang sama,
penataan kamar yang sama dll

o Utarakan kelebihanya...
Bawa ia pada nuansa saat-saat kenangan tersebut…
o Mengingat-ingat kembali, mengapa kita dulu jatuh hati dan memilihnya...
Saat berpisah denganya (sementara)
Coba menyadari betapa penting keberadaanya
Rasakan betapa indah merindukan kehadiranya
Berusaha menciptakan rindu senantiasa
o Tanyakan pula pada sang istri, apa yang dulu membuatnya tertarik (suka) pada diri
kita
Hal yang akan menggugah ingatan dan menggetarkan hati kita
Tanyakan apa yang diinginkanya saat itu dan saat ini...
Apa yang diharapkanya untuk bisa kembali pada ingatan tersebut
• Buat surprice (kejutan dadakan) untuknya, cari tempat yang paling disukainya
Ajak ia ke tempat-tempat yang paling disukainya (namun tempat yang mendidik)
dan tempat-tempat khusus baginya
Pastikan ia berpuas-puas denganya
Luangkan waktu tiap bulan untuk liburan bersama (dengan anak juga)
Mengunjungi tempat-tempat yang menyenangkan (khusus) baginya
Terutama ditempat-tempat penuh ilmu dan agama, seperti..
Silaturrahim ke para ulama dan asatidz
Ke pesantren dan tempat ta'lim lain
Tempat kajian yang baru (luar kota)
Juga silaturrahim ke tempat amal sosial lainya
Menyantuni fakir-miskin
Anak yatim-piatu
Jompo
Anak jalanan
o Sekali-kali tamasya (rihlah) berdua
Jalan-jalan berdua
Anak-anak diajak serta
Luangkan waktu, lupakan sejenak permasalahan (beban) rumah tangga
Ide juga: ke rumah orang tua dan membantu kesawah atau ladang, menikmati
kemesraan disana

o Cari (pilih) hiburan yang halal dan buang jauh-jauh yang haram
o Ajak ia ke tempat mertua dan kerabat yang disukainya berdua
Puji ia dihadapan keluarga kita dan keluarganya
Sambil pura-pura tidak tahu kalau sang istri ada di dekat kita
Biarkan ia mendengar dan hatinya berbunga-bunga
Cerita kelebihan putrinya (istri kita) dihadapan orang tuanya
Tentramkan ia saat dimarahi keluarganya atau orang lain, belai ia lembut dan
rengkuh kedada kita
o Naik ke tingkat atas rumah, duduk berdua menatap bintang-bintang dilangit dan
memandang matahari sore terbenam
o Selalu meluangkan waktu khusus bersamanya
Hadirkan kebersamaan, kehangatan dan kemesraan bersamanya
Mencari saat-saat yang paling pribadi antara kita dan istri kita
o Buat buku kenangan beserta rak koleksinya
Tulis dan kumpulkan segala yang menjadi kehidupan bersama
Seperti rencana-rencana bersama, album kenangan, kesepakatan bersama, jadwal
bersama serta lembar evaluasi
Kumpulkan hadiah-hadiah dan ingatan saat bersamanya
Sekali waktu lihat-lihat kembali album dan kenang-kenangan tersebut yang telah kita
kumpulkan dan bahas bersama, kembali menikmati keindahan saat-saat bersamanya

“Abaikan seluruh dunia daripada mengabaikanya“


• Rasakan ia adalah bagian terdalam dari diri kita sendiri
Begitu berharganya ia (penting) seperti nyawa kita sendiri
Kehormatanya adalah kehormatan diri kita
Betapa kita butuh akan dirinya

• Ungkapkan rasa cinta kita, ucapkan: "ia satu-satunya orang yang paling kita
inginkan saat ini"

• Perlakukan (layani) ia sebagaimana kita melayaninya waktu awal-awal menikah


dulu

o Selalu layani ia dengan sikap yang teristimewa, yaitu teruntuk sang istri tercinta
wanita yang paling istimewa dalam hidup kita
Perlakukan ia bak puteri raja;
Bukakan pintu untuknya
Bawakan barang bawaanya
Buat ia merasa selalu nyaman dimanja bersama kita
Memahami; seorang isteri sangatlah berhak mendapatkan semua perlakuan
dan pergaulan yang istimewa
Ialah yang selalu melayani kita, memasakkan kita, membersihkan dan mencuci
pakaian kita, menyambut kepulangan kita, memelihara dan mendidik anak-
anak kita dan semuanya ialah yang mengurus rumah tangga kita
Mengingat; salah satu kesalahan terbesar kita biasanya adalah merasa
terlalu "nyaman" sehingga tak lagi berlaku romantis, seperti:
Tak lagi memperhatikan penampilan kita saat berada dihadapannya
Berhenti bersikap penuh perhatian
Sering mengabaikan hal-hal kecil tentang dirinya
Melewatkan moment-moment penting istri dan hal-hal penting yang istri
sampaikan
Jika seorang perempuan yang kita pilih memang punya arti istimewa bagi
diri kita maka tunjukkan betapa berarti ia bagi diri kita
Perlakukan sang istri seperti waktu kita masih pengantin baru
o Jadikan sang istri lebih kita pentingkan daripada anak-anak kita
Biarkan anak-anak menyaksikan bahwa sang isteri mendapat perhatian kita
yang lebih utama dan lebih dulu sebagai contoh teruntuk mereka
Agar anak-anak juga lebih mengutamakan ummi-nya dari pada abinya termasuk
dalam pembicaraan keseharian dan kehidupanya
• Memahami, ia lebih bahagia dan butuh diri kita bersama-samanya melakukan
hal-hal kecil dalam keseharianya (daripada melakukan hal-hal besar saja)
Terus-menerus dan berkesinambungan apalagi menyangkut perasaan cinta
Hal-hal kecil setiap saat inilah yang akan menjadi bukti kepedulian (perhatian) kita
padanya
Ini adalah cara agar ia merasa sungguh selalu dicintai
Rasakan betapa kita bahagia saat ia bahagia
Terus penuhi keranjang hatinya dengan hadiah-hadiah perhatian kecil kita setiap
saatnya
Perhatian-perhatian kecil itu akan sangat berarti dan manjur untuk mengendalikan
bebanya sehari-hari.
• Berikan selalu kedamaian untuknya...
Jadikan suasana rumah kita syurga baginya (baiti jannati)
Terasa sebagai tempat paling menyenangkan, mendamaikan dan dirindukan olehnya
dan oleh anak-anak kita
Perlakukan istri kita bak ratu dalam rumah tangga kita

Biasakan memujinya tulus ikhlas penuh kecintaan sekecil

apapun itu
• Puji kecantikan/ketampanannya, kerapiannya dan segala kebaikanya
o Biarkan ia tahu bahwa bagi kita ia adalah wanita tercantik sedunia
o Menyempatkan diri dimana saja dan kapan saja memujinya; "ungkap kekaguman
(pujian) dan penghargaan kita"
Pada penampilanya, aroma tubuhnya, keindahan rambutnya, keelokan wajahnya,
keindahan pakaianya, lembut sapu-tanganya, kepintaranya menata ruang,
kerapian menata tempat tidur, dan segala kebaikan dari dirinya dll
Memujinya setingi langit saat ia dandan
Kemudian dalamnya (kebaikan budinya); halus tutur bahasanya, kesopananya,
kelembutanya dll
Biarkan ia tahu betapa kita menghargainya, sekecil apapun itu dari fisiknya dan
juga dalamnya
Sering-sering beri penghargaan, baik berupa pujian, biarkan ia merasa anggun
dan cantik (biarkan Ia tahu itu), dorong prestasinya, rayakan
keberhasilannya, hargai dirinya dengan seutuhnya
Daripada mengatakan "kamu cantik" mungkin sang istri kurang percaya,maka
tunjukkan sesuatu yang istimewa tentang penampilanya saat ini seperti...
"Dengan baju itu kamu jadi semakin cantik dan kelihatan indah"
"Sayang, rambutmu terlihat begitu menggoda sehabis mandi"
o Untuk sang istri raih pahala disisi Allah, Allah itu indah dan menyukai keindahan
Berhias sebaik-baiknya untuk sang suami, puas-puaskan untuk sang suami
satu-satunya orang yang berhaq dan halal (bukan untuk keluar rumah)
Berdandan selalu untuk pasangan kita (bukan untuk orang lain)
Tidak ada yang berhak mendapatkan keistimewaan (istri atau suami) selain
pasangan kita
Gunakan wewangian, bercelak, berpakaian dengan busana terindah tiap suami
akan melihatnya
Buat sang suami hanya melihat dari keindahan ke keindahan berikutnya
Berusaha selalu merawat tubuh dan menjaga penampilan dihadapan suami
Mengubah penampilan, variasi pemakaian, cara berhias dll dan minta pendapat
suami, apa yang paling suami sukai
Ubah-ubah dan tata ruang dari waktu ke waktu
• Biasakan selalu memperhatikan senyumnya, keceriaanya, rasa senangnya dan
wangi tubuhnya
Buktikan (nampakkan) cinta-kasih kita
Penuhi keinginanya dengan cara yang ia suka
Bila ia memasak, puji masakannya
Puji suguhanya (“wah sepertinya enak sekali”), tampakkan betapa tak sabar ingin
segera menikmatinya
• Berusaha mengutarakan segala kebaikanya dan perbesar harapannya
Sehingga ia merasa diperhatikan, dihargai dan dimanja
Tidak lupa beserta tabayyun akan bahayanya dan mengingatkan pula
menyebut kelemahanya
• Tidak berkata terlalu keras atau kurang patut (namun tetap tegas)
Berikan nuansa yang senantiasa segar dan menyenangkan baginya

Tak perlu banyak bicara,

"Buktikan besarnya kasih sayang kita begitu meluap

melingkupinya setiap saat"


Mengingat contoh rasulullah...
"Adalah akhlak Rasulullah, indah bergaulnya, selalu menyentuh kulit (meraba),
mencumbu rayu istrinya, memberikan kebutuhan istrinya, lemah lembut kepada
istrinya, memberikan kebutuhan istrinya, dan bergurau dengan istrinya" (HR
Ahmad)
• Tulus memberikan sesuatu
o Coba beri hadiah (surprise) untuknya
Berusaha fokus pada kebutuhan istri dan bukan sekedar diri kita sendiri
Munculkan dorongan mendalam dari dalam diri kita untuk senantiasa
memberi tanpa perlu berharap (dari sisi manusia, terrmasuk dari istri)
Apa saja keinginanya tapi kita pernah menolaknya
Hadiah / kado yang berbeda dari biasanya (bentuk, kemasan, cara penyampaian
dll)
Sering-sering belikan ia hadiah-hadiah kecil tanda perhatian dan kasih-sayang kita
Beri penyerta hadiah berupa tulisan kita (terutama berupa puisi);
"tunjukkan betapa kita ingin kita selalu memberi yang terbaik
(terindah) untuknya"
Beri hadiah yang sering disukai wanita, yaitu perhiasan, cincin, tas, parfum, dan
terutama hadiahkan selalu perhatian dan kasih-sayang kita
Tidak melewatkan waktu untuk memberikan perhatian pada hal-hal kecil
setiap saatnya seperti:
Menanyakan sudah makan/belum?, mengingatkan berdo'a dan
bertawakkal, mengingatkan minum obat dan vitamin.dll
Belikan ia pakaian, pastikan kita tahu ukuran tubuhnya serta warna, mode dan
corak yang lebih disukainya
Bisa juga membelikan bahan (kain) untuk dijahit kemudian
o Mencoba menanyakan dan memahami keinginan-keinginanya akhir-akhir ini
o Beli/buatkan makanan yang disukainya untuk kita berdua
Membiasakan minum bergantian di tempat bibir gelas yang sama
Dari ‘Aisyah, dia berkata,
“Saya biasa minum dari muk (gelas) yang sama ketika haidh, lalu Nabi mengambil
muk tersebut dan meletakkan mulutnya di tempat saya meletakkan mulut saya,
lalu beliau minum, kemudian saya mengambil muk, lalu saya menghirup isinya,
kemudian beliau mengambilnya dari saya, lalu beliau meletakkan mulutnya pada
tempat saya meletakkan mulut saya, lalu beliau pun menghirupnya” (HR
‘Abdurrazaq dan Sa’id bin Manshur)
Membiasakan makan di tempat potongan (pengambilan) yang sama
Aisyah radhiyallahu 'anha menuturkan:
"Suatu ketika aku minum, dan aku sedang haidh, lantas aku memberikan gelasku
kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan beliau meminumnya dari mulut
gelas tempat aku minum. Dalam kesempatan lain aku memakan sepotong daging,
lantas beliau mengambil potongan daging itu dan memakannya tepat di tempat
aku memakannya" (HR. Muslim)
Membiasakan makan saling menyuapi dan satu piring bersama
Sekali-kali saling menyuapi dari mulut ke mulut
Makan berdua di tempat yang disukainya (tempat yang terjaga)
Tanyakan ingin dibelikan makanan apa tiap saat kita bepergian…
Buat suasana yang seromantis mungkin dimatanya
Coba buatkan (memasak) makanan favoritnya, biarkan ia tahu pengorbanan kita
Belikan makanan yang disukainya tiap kita pergi
Pastikan hanya kita berdua tanpa pengganggu apapun termasuk bunyi HP dll
Kreatif:
Kirim undangan (ajakan) makan tersebut lewat surat pos, meninggalkan dibantalnya,
atau kirim bersama puisi kita untuknya
Utamakan ia
Ajarkan pula pada anak-anak untuk tidak mendahului ibunya ketika mengambil
makanan
Untuk sang istri juga diusahakan untuk menikmati asyiknya menanti
Menunggu sang suami pulang
Melihat dan menyambut kedatanganya
Menanti untuk bisa makan berdua (walau sudah agak lapar, bisa makan cemilan dulu)
oBawakan oleh-oleh sekecil apapun itu (bukti perhatian kita) pada tiap kesempatan
o Berusaha selalu memberi kecukupan kebutuhan sebelum ia memintanya
Belikan apa yang disukainya
Kita ajak ia, biarkan ia yang memilihnya
Selalu tanyakan kebutuhanya hari ini…
Bedakan pemberian saat hari biasa dengan hari tertentu
Seperti hari besar dan saat ada acara-acara… dll
Jaga perasaan istri kita, mengusahakan kita memberi perbelanjaan sebelum ia
memintanya

Adab istri untuk memuji barang-barang yang dibelikan suami dan berterima-
kasih padanya
‫شْيَر‬
ِ ‫ن اْلَع‬
َ ‫ن َوَتْكُفْر‬
َ ‫ن الّلْع‬
َ ‫ل ُتْكِثْر‬
َ ‫ك َقا‬
َ ‫ل َوَلْم َذِل‬
ِ ‫لا‬
َ ‫سو‬
ُ ‫ن َيا َر‬
َ ‫ل الّناِر َفُقْل‬
ِ ‫ن َأْكَثَر َاْه‬
ّ ‫ن َفِإّني َرَأْيُتُك‬
َ ‫صّدْق‬
َ ‫ساِء َت‬
َ ‫شَر الّن‬
َ ‫َيا َمْع‬

“Wahai sekalian wanita bersedekahlah karena aku melihat mayoritas


penduduk nereka adalah kalian.” Maka mereka (para wanita) berkata: “Ya
Rasulullah kepada demikian?” Beliau menjawab: “Karena kalian banyak
melaknat dan mengkufuri kebaikan suami" (Diriwayatkan Bukhari dalam
“Kitab Al Haidl“, (bab Tarkul Haidl Ash Shaum) dan diriwayatkan Muslim dalam
“Kitabul Iman” (bab Nuqshanul Iman binuqshanith Thaat)
Maksud Mengkufuri kebaikan suami adalah menentang keutamaan suami
dan tidak menunaikan haknya
‫عْنُه‬
َ ‫ي‬
َ ‫سَتْغِن‬
ْ ‫ي ل َت‬
َ ‫جَها َوِه‬
َ ‫شُكُر َزْو‬
ْ ‫ل ِإَلى اْمَرَأٍة ل َت‬
َ ‫ل َيْنظُُر ا‬

“Allah tidak akan melihat kepada istri yang tidak tahu bersyukur kepada
suaminya dan ia tidak merasa cukup darinya" (Diriwayatkan Nasa’i dalam
“Isyratun Nisa’” dengan isnad yang shahih)
Rasa syukur (terima-kasih) kepada suami misalnya bisa diwujudkan dengan:
Senyum termanis senantiasa menghias wajah istri, memberikan tatapan
paling menyenangkan tiap bertatap muka dengan sang sumi (sehingga
akan menimbulkan kesan mendalam dihati suami)
Mengungkapkan kata-kata cinta yang memikat
Memaafkan kesalahan dan kekuranganya dalam menunaikan hak istri
(dengan mengingat betapa lautan keutamaan dan kebaikanya selama ini
begitu berlimpah menutupi kesalahan dan kekuranganya)
Dengan sang istri melakukan hal diatas, maka suami akan terasa
begitu ringan menghadapi kesulitan appaun yang dijumpainya
seberat appaun
Berusaha menjadi seorang perempuan yang bersahaja dalam nafkah,
Yaitu tidak banyak menuntut
Menerima dengan rasa syukur betapapun sedikit pemberian suami
Tidak berlebihan dalam membelanjakan nafkah yang diberikan suami
Maka bila sang istri sanggup selalu bersikap seperti ini insya Allah cinta
suami akan selalu tercurah padanya
Biasakan saling memberi hadiah
Dari Ummu Kaltsum binti Abu Salamah, ia berkata,
“Ketika Nabi menikah dengan Ummu Salamah, beliau bersabda kepadanya,
‘Sesungguhnya aku pernah hendak memberi hadiah kepada Raja Najasyi sebuah
pakaian berenda dan beberapa botol minyak kasturi, namun aku mengetahui ternyata
Raja Najasyi telah meninggal dunia dan aku mengira hadiah itu akan dikembalikan. Jika
hadiah itu memang dikembalikan kepadaku, aku akan memberikannya kepadamu.” Ia
(Ummu Kultsum) berkata, “Ternyata keadaan Raja Najasyi seperti yang disabdakan
Rasulullah, dan hadiah tersebut dikembalikan kepada beliau, lalu beliau memberikan
kepada masing-masing istrinya satu botol minyak kasturi, sedang sisa minyak kasturi
dan pakaian tersebut beliau berikan kepada Ummu Salamah” (HR Ahmad)
Memahami dalam pemberian hadiah; "dari hati terdalam kita sendiri"
Sebab jika kita terus menghujani sang istri hadiah (terus
memanjakanya), hal ini merupakan kesalahan besar
Mungkin kita bermaksud menunjukkan kasih sayang dan perhatian,
namun bisa jadi kebaikan kita nanti disalah-gunakan
Dan jika kita menjadikan kebiasaan maka ia akan terus mengharap
hadiah dari kita (terlalu manja)
~~~

Ungkapkan Kemesraan Kita Padanya


• Membiasakan menciumnya mesra dalam tiap kesempatan
Sembari memejamkan mata, menghayati tiap perjumpaan
Selama tidak terlihat orang lain
Dari ‘Aisyah,
Bahwa Nabi biasa mencium istrinya setelah wudhu’, kemudian beliau shalat dan
tidak mengulangi wudhu’nya” (HR ‘Abdurrazaq)
Dari Hafshah, putri ‘Umar,
“Sesungguhnya Rasulullah biasa mencium istrinya sekalipun sedang puasa” (HR.
Ahmad)
Diriwayatkan oleh 'Aisyah radhiyallahu 'anha bahwa ia berkata:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mencium salah seorang istri beliau
kemudian berangkat menunaikan shalat tanpa memperbaharui wudhu" (HR. Abu
Daud dan Tirmidzi)
• Membiasakan pula mengecup keningnya
Mengutarakan betapa kita menghargai dan mengasihinya
• Membiasakan pula mengecup bibirnya
Betapa kita butuh dan berharap akan dirinya
• Sering-sering cium tangan sang suami
Buktikan betapa sang istri menghormati dan taat pada suaminya
• Sering-sering tatap wajah sang istri dalam-dalam saat berdua (menatap lekat-lekat
matanya lembut)
Perhatikan, nikmati kecantikanya dalam-dalam...
Betapa cantik (manis) ia, anugerah tiada terkira
Betapa ia semakin hari semakin manis (anggun) dimata kita
Betapa kita semakin mencintainya, cinta yang begitu membuncah untuknya
Mengingat semakin bertambah usia, maka kecantikan sang istri akan semakin pudar, namun
hakikat cinta bukanlah pada fisik semata melainkan kemuliaan dibalik itu
Dalam remang-remang, angkat dagu sang istri, tatap matanya dalam-dalam,
katakan betapa kita sayang padanya, kemudian cium lembut bibirnya...
Senantiasa berterima-kasih, betapa ketaatan dan kebaikanya selama ini begitu
berlimpah
• Rasakan kita tiada bosan-bosan terus menatapnya...
Menatap lentik bulu matanya, membaca cerah pintu hatinya
Mengelus lembut pipi dan bibirnya
Merasakan lembut kulitnya, menyentuh dan membelainya mesra
Tulus untuk membahagiakan sang istri
Tatap matanya dalam-dalam, salurkan perasaan kita...
”Tatap matanya tapi eluslah hatinya...”
Sampaikan (juga ucapkan secara jelas ditelinganya) betapa kita menyayanginya...
Dan kadang jadi gemes, coba acak-acak rambutnya...
• Perhatikan, dan nikmati senyumnya...
Keceriaanya
Kebahagiaanya
Ketulusanya
• Gandeng tangannya saat kita berjalan bersama (berada di khalayak ramai)
Biasakan jalan-jalan ditaman bergandengan
Genggam erat tangannya saat berada di tempat umum atau ramai
Menggandeng tanganya walau kita sedang bersama teman-teman
Rangkul sang istri disekitar pinggangnya
Rasakan betapa getar kemesraan kita saat bersentuhan denganya
Betapa kita butuh terus berpegangan lebih erat denganya
Pastikan kita terus kontak fisik dengannya
Buat ia merasa bangga bisa sellau disamping kita dan tak ingin 'lepas' dari
genggaman kita
Genggam erat tanganya dan kecup tanganya saat kita berduaan denganya
Memandangnya seolah-olah hanya ia satu-satunya wanita yang bisa kita lihat saat itu
• Biasakan berasyik-masyuk, bersandar tiduran di pangkuanya bermesra
Dari ‘Aisyah ia berkata,
“Nabi biasa meletakkan kepalanya dipangkuanku walaupun aku sedang haidh,
kemudian beliau membaca Al-Qur’an” (HR ‘Abdurrazaq)
• Beri sentuhan-sentuhan yang dibutuhkanya...
Biasakan mandi bersama denganya tiap ada kesempatan
Dari Aisyah, ia menceritakan, “Aku pernah mandi bersama Rasulullah dalam satu
bejana...” (HR. Bukhari dan Muslim)
Semisal di bathtub yang kita isi air hangat, ajak ia berendam disana. Gosok
punggungnya lembut, beri pijatan yang akan membuatnya santai
Pijat bagian tubuh yang disukainya, potong kuku dan jari kakinya, rapikan
rambutnya
Membiasakan saling menyisirkan rambut
Dari ‘Aisyah, ia berkata,
“Saya biasa menyisir rambut Rasulullah, saat itu saya sedang haidh” (HR Ahmad)
Keramaskan rambutnya
Saling memandikan
Memotongkan rambutnya (kalau istri bisa)
Membiasakan pijat atau garuk punggung dan kakinya
Melepas leleh setelah seharian beraktifitas sembari bercengkrama
• Beri jatah waktu rutin pelaksanaan sentuhan-sentuhan ini, minimal:
Tiap ba'da shalat berjamaah
Tiap suami mau berangkat beraktifitas dan pulang beraktifitas
Dan tiap saat bertemu atau hendak berpisah denganya meski cuma sebentar
Tiap bercengkrama sebelum tidur
Setiap mata kita menatapnya, rasakan betapa hati bergetar bergelora...
• Membiasakan mengatakan,”aku sayang kamu” tanpa bosan tiap bertemu denganya
penuh rindu
Sering-sering membisikkan kata-kata cinta, mesra dan godaan di telinganya
Tak bosan-bosan mengatakan padanya bahwa kita sangat mencintainya
mengharap kebaikan untuknya
Ucapkan kata cinta spontan (bisikan mesra) di tempat umum yang ia takkan
menduganya
Menunjukkan rasa kasih-sayang dan perhatian kita ketika bersamanya walau
di depan khalayak ramai (muka umum)
Dimanapun dan kapanpun secara spontan, kreatif penuh perasaan ucapkan rasa
cinta kita dengan kata-kata terindah untuk sang istri
Menjaga sennatiasa bersikap spontan dan alamiah (dari hati terdalam kita)
Dan rasakan hidup bersamanya jadi terasa lebih indah, menarik dan ceria
Ucapkan secara langsung di telinga istri, seperti melalui bisikan mesra
Contoh variasi:
"Saat sang istri menyiapkan sarapan atau saat lagi masak di dapur secara dadakan kita
beri pelukan manis (dekapan sayang) yang menentramkan, serta ungkapkan rasa cinta
disertai ciuman hangat"
• Membiasakan memeluknya rutin sebelum kita mau melakukan aktivitas harian
dan tiap habis pulang beraktivitas
Menjadikan kebiasaan untuk sering merangkulnya, memeluknya, mengasihinya...
Beri jatah rutin pelukan setiap hari;
Tiap habis shalat: subuh, dhuhur, 'ashar, maghrib dan isya' dan shalat berjamaah lainya
Jika tidak berkesempatan bisa satukan 2 atau 3 pelukan dalam satu waktu luang (yang
penting kualitasnya)
Beri pelukan hangat pada tempat yang ia takkan menduga kita akan melakukanya
Ungkapkan betapa terasa damai dan tenteram saat berada dalam pelukan
bersamanya
Rasakan diri kita dengan istri begitu dekat satu sama lain, merasa tentram, saling
mendukung dan saling mencintai
Ditambah wajah yang selalu sama-sama berseri maka akan membuat kita
berdua tampak sebagai pasanagn paling berbahagia dan begitu mencintai
• Juga membiasakan untuk menulis;"aku sayang kamu” sepenuh perasaan...
o Buat ia merasakan betapa perasaan meluap meluber lewat goresan pena untuknya
o Buat blog khusus berdua "tentang kehidupan kita berdua denganya sehari-
harinya"
Untuk postingan yang hanya perlu diketahui berdua, posting dalam mode private
(pastikan tidak salah waktu kita klik posting, atau segera delet jika terlanjur)
o Tulis dimana-mana (seperti seorang anak muda yang sedang kasmaran)
Taruh di meja belajarnya
Selip di buku yang sedang dibacanya
Diatas baju di almari yang mudah dilihatnya
Didalam tasnya
Selipkan dalam kemejanya
Ditulis di kaca riasnya (dengan lipstiknya misalnya)
Di dapur: di rak kulkas, dipintu kulkas, digelas kesukaanya, dibuku resepnya (sekalian
tulis; "terima-kasih sayang atas masakanya selama ini")
Diatas bantal/kursi kesukaanya
Di kamar mandi; dipintu , dihanduknya.,dikaca kamar mandi, diukir di sabun mandi
Diatas telephon
Dikamar tidur; dikasur, diatas bantal
Reminder HP-nya, SMS dan MMS
Di kendaraan
Dengan kartu-kartu cantik
Atau secarik kertas yang kita tempel di kulkas/pintu kamar dll

Gunakan segala kreativitas kita dan biarkan sang istri menemukan pesan cinta kita
ditempat tak terduga dan nikmati keasyikanya
Buat hatinya selalu berbunga-bunga bahagia walaupun dengan cara agak norak
(demi membahagiakanya)
Dengan menulis insya Allah kita akan merasakan dorongan untuk bisa terus
mewujudkanya secara istiqomah
o Variasi:
Seperti saat kita di tempat kerja, coba untuk...
Mengirim surat cinta padanya lewat pak pos atau titip kepada siapa
Isinya bisa juga tentang kenangan saat meng-khitbah/ijab-qabul dirinya dan saat mulai
mengenalnya
Bisa juga dikirim via email, SMS, MMS atau E-card
Telphon mendadak, "sudah kangen"
Tanya kabar sang istri di rumah
Katakan saat ini jika kita sedang memikirkanya
Ngomong suatu hal yang menarik baginya
Atau hanya ingin katakan pada sang istri, "aku sayang kamu"
Kirim sms mesra menggodainya
• Petikkan setangkai bunga (dari halaman rumah) setiap pulang beraktivitas jika ia
suka (tanpa bermaksud meniru orang kafir, sebab hal ini sudah umum; disukai kaum
wanita), sebagaimana hadist ini...
‫شّبَه ِبَقْوٍم َفُهَو ِمْنُهْم‬
َ ‫ن َت‬
ْ ‫َم‬

“Siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka”


(Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud, dishahihkan oleh Al Albany, lihat
“Irwaul Ghalil“, no. 1269 dan “Shahihul Jami’” no. 6149)
Tiap pagi petikkan bunga ditaman untuknya, taruh ditempat riasnya
Selipkan bunga segar di almari, diatas tempat tidur, selipkan di buku/kitabnya
Dan beri bunga khusus saat lama tak ketemu atau habis bepergian jauh
• Buat puisi khusus untuknya
Kirim/titip pos atau orang lain, atau berikan langsung atau langsung saja kita
bacakan untuknya penuh perasaan
Memintanya menanggapinya
Dan kalau bisa dalam bahasa yang sama (puisi) dan saat itu juga...
Memintanya untuk mengumpulkanya (buat berkas dan diary khusus)
• Buat daftar hal-hal yang membuat kita semakin mencintainya
Berikan daftar itu padanya, biarkan ia tahu dan semakin berbunga-bunga
Dengan cara sedikit konyol, sekaligus untuk memacu kebaikanya
• Memberikan variasi sentuhan yang berbeda ditiap kesempatan
“Adalah Rasulullah tidaklah setiap hari melainkan beliau mesti mengelilingi kami
semua (istrinya) seorang demi seorang. Beliau menghampiri dan membelai kami
dengan tidak mencampuri hingga beliau singgah ke tempat istri yang beliau giliri
waktunya, lalu beliau bermalam di tempatnya” (HR Ahmad)
Tempat, suasana, hiasan dan waktu yang berbeda-beda
Yang senantiasa menyenangkan dihatinya
Pakai wewangian atau pakaian yang disukainya
Atau biarkan sang istri yang memilihkan
Berhias untuk sang istri sebagaimana kita juga senang jika ia berhias untuk diri kita
• Dan dimanapun ada kesempatan terus merayu istri, mencandainya, dan bermain-
main denganya
Rayu ia, biarkan ia balas merajuk...
"Pada suatu ketika aku ikut bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam
sebuah lawatan. Pada waktu itu aku masih seorang gadis yang ramping. Beliau
shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan rombongan agar bergerak terlebih dahulu.
Mereka pun berangkat mendahului kami. Kemudian beliau berkata kepadaku:
"Kemarilah! sekarang kita berlomba lari" Aku pun meladeninya dan akhirnya aku
dapat mengungguli beliau. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam hanya diam saja atas
keunggulanku tadi. Hingga pada kesempatan lain, ketika aku sudah agak gemuk, aku
ikut bersama beliau dalam sebuah lawatan. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam
memerintahkan rombongan agar bergerak terlebih dahulu. Kemudian beliau
menantangku berlomba kembali. Dan akhirnya beliau dapat mengungguliku. Beliau
tertawa seraya berkata: "Inilah penebus kekalahan yang lalu!" (HR. Ahmad)
Senyum tertawa riang saling berjenaka dan bersenda-gurau
Kadang berpura-pura bodoh (manja) dengan menanyakan ini-itu yang
menarik baginya
Melontarkan humor-humor segar yang membuatnya geli
Senantiasa membuat suasana segar didalam rumah seperti membersihkan
rumah bersama, masak bersama, bermain-main dihalaman bersama,
main kuis/tebak-tebakan, berolah-raga bersama, jalan-jalan bersama dll
Sambil bermain bisa asyik santai bercanda, dan beri kejutan untuknya jika
ia yang menang
Temukan kegiatan yang bisa kita nikmati berdua bersamnya, baik kegiatan
luar ruangan maupun dalam ruangan (aktivitas bersama yang bisa
dilakukan penuh gembira dan kekraban)
• Bila cuaca sejuk, jangan lupa rapatkan diri kita padanya
Biarkan kehangatan tubuh kita menghangatkan jiwanya
Tidak lupa adab-adab dan do'anya
Buat ia tak merasa segan saat menginginkanya
Memuaskan kebutuhan istri dan memahami keinginanya
Pahami gerak-gerik dan kode istri yang jadi kesepakatan sebelumnya
Berusaha peka (memahami) isyarat-isyarat yang ada padanya
Senantiasa mengiringi takbir dan tasbih ditiap tarikan nafas
Seorang istri terbaik adalah istri yang melepaskan sifat malunya saat ia membuka
bajunya dihadapan suaminya, dan memasang kembali sifat malunya ketika dia
memakai kembali pakaiannya
Berusaha menjadi “penggoda” (genit) didepan suami sendiri
Tak perlu malu-malu, untuk membuka pakaian didepan suami
Dan juga percakapan yang hanya boleh untuk suami istri

• Tiap akan meninggalkan rumah tatap dalam-dalam matanya


Beri senyuman termanis (terbaik) yang bisa kita berikan
Serta kedipan sayang penuh harap
Beri sentuhan terbaik setiap saat
Mengutarakan betapa ia begitu berharga dan betapa kita bahagia
bersamanya, sembari mengingat...
"Bagaimana seandainya sang istri tidak dipersunting oleh suami yang dicintainya saat
ini"
"Dan bagaimana seandainya sang suami tidak dipertemukan dengan permata
berharganya saat ini"
• Ajak ia bersama-sama mengusahakan cari ide dan cara yang lebih mengasyikkan
demi kemesraan berdua
Rasakan kita semakin sayang setiap hari padanya
Rasakan keharmonisan dan keceriaan hidup bersamanya

Menjadi pendengar yang baik (pendengar aktif) serta

menghargai nasehat dan perasaanya


• Pahami; "ia lebih banyak bicara dengan perasaanya..."
Dengarkan perkataanya, tatap lekat-lekat matanya
Tunjukkan bahwa kita benar-benar memperhatikanya
Sering-sering menimpali, "betul sayang"
Dan untuk menunjukkan kesungguhan perkataan kita, sembari kita pegang/sentuh
tubuhnya menguatkanya
• Menjaga kesopanan denganya seperti...
Salam yang hangat
Pujian yang tulus
Permintaan yang sopan dll
• Mengajukan kritik yang membangun dengan cara penuh hikmah dan kasih-
sayang
Bila mengkritik, sindir saja dengan bahasa terbaik (halus) dan pilih moment yang paling
tepat
• Cara terbaik mengkoreksi kekeliruan sang istri
o Pertama, menasihatinya secara bersendirian (tidak di depan anak-anak atau orang
lain, jaga perasaannya)
Baik secara tersirat maupun tersurat
Dan dilakukan secara berulang-ulang (tidak cukup sekali)
o Kedua bila masih belum jera juga, punggungi ia di tempat tidur (untuk menunjukkan
perasaan kita)
Dengan catatan kita tak perlu pindah dari ranjang (tempat kita biasa tidur bersama) ke
ranjang lainnya
Dan pastikan sang istri sudah merasa bahwa ia sedang ditegur
Jadi suami marah pada isteri atau sedang terjadi ketidakharmonian, suami tidak berhak
mengusir isteri dari rumah. Islam menganjurkan meninggalkan sang istri didalam rumah,
ditempat tidurnya dengan tujuan mendidiknya. Dan sang suami tetap bergaul dengan baik
pada isterinya
‫شٍة ُمَبّيَنٍة‬
َ‫ح‬ِ ‫ن ِبَفا‬
َ ‫ن َيْأِتي‬
ْ ‫ل َأ‬
ّ ‫ن ِإ‬
َ‫ج‬ْ ‫خُر‬
ْ ‫ل َي‬
َ ‫ن َو‬
ّ ‫ن ُبُيوِتِه‬
ْ ‫ن ِم‬
ّ ‫جوُه‬
ُ ‫خِر‬
ْ ‫ل ُت‬
َ

"Dan janganlah kamu keluarkan mereka dari rumahnya dan janganlah (diizinkan)
keluar kecuali jika mereka mengerjakan perbuatan keji yang jelas” (Ath-Thalaq: 1)
Pernikahan adalah ikatan yang kukuh, maka tidak selayaknya hanya kerana masalah yang
kecil atau remeh lalu bercerai-berai. Bahkan didalam masalah-masalah yang sangat besar-
pun kita diperintah untuk bersabar menghadapinya, serta saling nasihat-menasihati

o Dan solusi terakhir adalah; “memukulnya dengan ringan”. Hal ini boleh dengan
memperhatikan:
Sunnah untuk menjauhi langkah ini, sebab rasulullah tidak pernah memukul istri-
istri dan pembantunya siapapun
Diriwayatkan oleh Al Bukhari bahwa 'Aisyah pernah berkata: “Rasulullah tidak pernah
sekalipun memukul isteri dan pembantunya”
"Sesungguhnya mereka itu (yang suka memukul isterinya) bukan orang yang baik di
antara kamu” (Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 2146), Ibnu Majah (no.
1985), Ibnu Hibban (no. 1316 -al-Mawaarid) dan al-Hakim (II/188), dari Sahabat Iyas bin
‘Abdillah bin Abi Dzubab radhiyallaahu ‘anhu. Hadits ini dishahihkan oleh al-Hakim dan
disetujui oleh adz-Dzahabi)

Kita baru dibolehkan bila sang istri sudah keterlaluan dalam ketidak-taatannya,
misal:
Shalat tidak pada waktunya
Terus-terusan meninggalkan rumah tanpa izin suami
Menolak mengatakan apa yang dialaminya ketika ia meninggalkan rumah
Atau sering menolak berhubungan denganya tanpa alasan syari'e dll
Tidak boleh dilakukan kecuali setelah memunggungi istri di tempat tidur dan
membicarakan masalah ini dengannya
Tidak memukul sampai melukainya atau memukul pada bagian badan yang
sensitif (seperti wajah atau kepala)
"Dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak melukai” (Hadits shahih:
Diriwayatkan oleh Muslim (no. 1218 (147)), dari Shahabat Jabir bin ‘Abdillah
radhiyallaahu ‘anhuma)
Bahkan kata-kata yang mengandungi perceraian (thalaq) harus dijauhkan sejauh-
jauhnya meski suami sedang marah yang sangat, baik diutarakan bersungguh-
sungguh maupun sekedar bergurau. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
bersabda tentang kalimat thalaq ini:
3 hal yang apabila diucapkan bersungguh-sungguh akan terjadi, main-mainnya (pun)
terjadi, iaitu nikah, thalaq, dan ruju’”
Hadits hasan: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 2194), at-Tirmidzi (no. 1184), Ibnu Majah
(no. 2039), al-Hakim (II/19 8) dan Ibnul Jarud (no. 712) dari Abu Hurairah radhiyallaahu
‘anhu. Lihat Irwaa-ul Ghaliil (no. 1826)

Tidak marah pada waktu yang sama


• Berusaha mendinginkan kemarahan istri penuh mesra
Nabi biasa memijit hidung ‘Aisyah jika ia marah dan beliau berkata,“Wahai ‘Uwaisy,
bacalah do’a: ‘Wahai Tuhanku, Tuhan Muhammad, ampunilah dosa-dosaku,
hilangkanlah kekerasan hatiku, dan lindungilah diriku dari fitnah yang
menyesatkan” (HR Ibnu Sunni)
Syeikh musthofa al-Adawi berkata:
“Apabila masalah antara suami istri semakin memanas, hendaklah keduanya saling
memperbaiki urusan keduanya, berlindung kepada Alloh dari setan yang terkutuk, dan
meredam perselisihan antara keduanya, serta mengunci rapat setiap pintu
perselisihan dan jangan menceritakannya kepada orang lain.
Apabila suami marah sementara istri ikut emosi, hendaklah keduanya berlindung kepada
Alloh, berwudhu dan sholat dua roka’at. Apabila keduanya sedang berdiri, hendaklah
duduk, apabila keduanya sedang duduk, hendaklah berbaring, atau hendaklah salah
seorang dari keduanya, mencium, merangkul, dan menyatakan alasan kepada yang
lainnya. Apabila salah seorang berbuat salah, hendaklah yang lain segera
memaaafkan karena mengharap wajah Alloh semata” (Fiqh Ta’aamu bainaz-Zaujani)
• Mengingat hadist ini teruntuk snag istri...

"Wanita-wanita kalian yang menjadi penghuni Surga adalah yang penuh kasih
sayang, banyak anak, dan banyak kembali (setia) kepada suaminya yang apabila
suaminya marah, ia mendatanginya dan meletakkan tangannya di atas tangan
suaminya dan berkata, ‘Aku tidak dapat tidur nyenyak hingga engkau ridha”
(Hadits hasan: Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam Mu’jamul Kabir (XIX/140, no. 307)
dan Mu’jamul Ausath (VI/301, no. 5644), juga an-Nasa-i dalam Isyratun Nisaa' (no. 257).
Hadits ini dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah ash-Shahiihah (no. 287)
• Berhati-hati, sebab ketika kita marah, cenderung mengeluarkan kata-kata kotor,
perkataan jelek, dusta, caci maki, mengungkit-ungkit keburukan sang istri, dan
segala kejelekan lainya saja...

Ketika kita sedang marah, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan


kita mengucapkan perkataan yang baik, atau kalau tidak mampu dianjurkan
untuk diam, baginda shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Apabila seseorang dari kalian marah, hendaklah ia diam”
Hadits shahih lighairihi: Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad (no. 245
dan 1320), Ahmad (I/239, 283, 365), dari Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhuma, lihat
Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 1375)

• Tahan dan buka kembali saat mulai reda

Dengan cara yang lembut dan menyenangkan baginya


Untuk lebih menarik perhatian istri, kita duduk disebelahnya, sembari pegang
lenganya lembut dan tatap matanya saat bicara. Menyampaikan dengan
tenang..
“Semoga ujian ini segera diredakan Allah dan menjadi kebaikan, terhindar dari segala
kemudharatan…”
(Semakin tenang gerakanya, kecenderungan konflik semakin reda)
Namun bila kita banyak tidak sepakat dengan caranya (keinginanya), bisa ditunda untuk
kita selesaikan nantinya sehingga lebih jernih
• Tidak tidur dalam perdebatan yang belum selesai
Segera selesaikan dan tanyakan
Dan jika kita sudah terlalu lelah, coba katakan...
"Sayang, saya masih marah tentang hal ini. Tapi saya lelah dan ngantuk, ingin
sekali tidur. Hal itu kita bicarakan besok saja , semoga besok Allah mmeberi
kelapangan dan menganugerahi kebaikan. Sayang, saya akan tetap
mencintaimu dan akan terus mencintaimu, serta begitu bahagia telah
menikah denganmu dan hidup denganmu..."
• Ketahui lebih detail apa sebenarnya keinginannya (usahakan cari solusi
bukan kompromi)
Tidak berselisih (terlalu memperturutkan) dalam hal keduniawian
Menjadikan tiap konflik sebagai kesempatan untuk belajar mengarungi kehidupan
berumah-tangga dan berusaha mengatasinya lebih baik

• Memahami bahwa mendapati kekurangan dan ketidak-sukaan dari orang lain


termasuk pada diri suami atau istri adalah hal yang wajar

Allah menciptakan kita dalam keadaan lemah serba kekurangan,


Maka bersabar dan menahan diri adalah hal yang lebih baik
Kecuali dalam hal yang menyangkut urusan agama dan akhirat seperti
shalat, puasa dan ibadah-ibadah wajib lainya maka tidak ada kompromi

Meluangkan waktu bersama, menceritakan kembali

keseharian kita
• Perhatikan, "bagaimana dengan perasaannya hari ini?"
Luangkan waktu minimal 30 menit untuk memberi perhatian yang lebih
(berkualitas) kepada istri
Pahami, ia lebih banyak berkata-kata dengan perasaanya
Memahami perbedaan karakter antara laki-laki dan wanita
Beri saran yang menunjukkan kita juga punya perasaan yang sama
'"Sayang, kamu nampaknya gembira hari ini..." atau
'"Sayang, kamu nampak letih hari ini..."
Dan usahakan tanya sebabnya sehingga kita tahu apa yang membuatnya
gembira atau sedih
"Ada yang bisa saya lakukan untukmu sayang?..."
• Tunjukkan minat kita pada apa yang ia kerjakan hari ini;
Pada buku yang ia baca
Pada orang yang ia hubungi
• Tidak terlalu sering meninggalkan dirinya sendirian dirumah
Jika memungkinkan, usahakan sang istri selalu kita ajak serta (habiskan detik demi
detik bersamanya jika memungkinkan)
Usahakan istri tahu (beritahu) bila kita mau keluar atau tidur lebih dulu

• Melepas kepergianya, ungkapkan betapa kesepian saat tiada suami


disampingnya (bagi istri)
Bantu persiapkan kebutuhan suami
Semprot barang suami dengan minyak wangi dan setrika bajunya
Selipkan surat cinta di tas suami tanpa sepengetahuanya
• Ucapan selamat tinggal yang mesra dan ucapkan nasihat-nasihat yang baik sebelum
berangkat serta ciuman hangat kita

“Aku menitipkan kamu kepada Allah yang tidak akan hilang titipan-Nya”
(HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
“Aku titipkan kepada Allah agamamu, amanatmu dan penutup-penutup amal
perbuatanmu” (HR. At-Turmudzi, dishahihkan oleh Al-Albani)
Sedangkan yang ditinggal menjawab dengan do’a:
“Aku menitipkan agamamu, amanatmu dan perbuatanmu yang terakhir kepada
Allah, semoga Allah memberi bekal taqwa kepadamu, mengampuni dosamu dan
memudahkan kebaikan kepadamu di mana saja kamu berada” (HR. At-Tirmidzi)
Baca do’a safar
Meminta sang istri mendo'akan kita saat kita tidak bersamanya
Tinggalkan untuk istri dan anak kita kebutuhan yang cukup
Sering-sering telphone ke rumah saat kita bepergian
Saat kita berjauhan, beritahu ia betapa kita merindukanya...
Beritahu lokasi keberadaan kita sekarang beserta nomor contack dan alamat yang
bisa dihubungi
Untuk Istri...
Hubungi suami ketika ia terlambat pulang dan tanyakan sebabnya, serta nasehat untuk
berhati-hati
• Pulang sesegera mungkin jika memungkinkan
Bawa oleh-oleh (buah tangan) untuknya dan untuk anak-anak kesayangan kita
Berdo’a waktu kembali, “Orang-orang yang kembali, bertobat, mengabdi
kepada Tuhan kami selalu memuji” (HR. Bukhari dan Muslim)
Disaat datang singgah lebih dulu di masjid, shalat 2 rakaat
Ka`ab bin Malik meriwayatkan: “Bahwasanya Nabi apabila datang dari
perjalanan (safar), maka beliau langsung menuju masjid dan disitu
beliau shalat 2 raka`at” (Muttafaq ’alaih)
Hindari pulang di waktu yang tidak diharapkan seperti ketika ia sedang nyenyak
tidur atau di waktu tengah malam
Disunnahkan saat kita kembali untuk tidak masuk ke rumah di malam hari, kecuali
jika kita telah memberi tahu sebelumnya
Hadits Jabir menuturkan: ”Nabi melarang seseorang mengetuk rumah
(membangunkan) keluarganya di malam hari” (Muttafaq’alaih)
• Perjumpaan yang manis

Kita mulai dengan "assalamu 'alaikum" sambil kita hadiahkan senyuman termanis
penuh rindu untuknya
Cari sang istri terlebih dahulu setelah pulang (sebelum kita melakukan hal
apapun); "peluk sang istri tumpahkan segenap kerinduan kita"
Jabat tangan sang istri
Cium pipi dan kening istri
Sembari mendo'a-kanya ikhlash kepada Allah teruntuk kebaikan istri tersayang kita
(mari mengingat: "mendoakan sang istri dan memberi ridha adalah kewajiban
kita")
Tunda dulu niat kita untuk menyampaikan berita yang sekiranya tidak akan
mengenakkan hatinya
• Menyambut kepulangan sang suami (bagi istri)...
Menyambut suami saat pulang dengan penuh ucapan selamat, hangat, dan
kerinduan
Mencium tangan dan saling mencium kangen saat suami masuk rumah
Mendampinginya dan bantu menggantikan bajunya
Tanya perihal aktivitas suami hari ini
Buatkan minuman kesukaanya dan tawarkan
Berusaha agar suami bisa selalu mencium wangi tubuhnya setiap saat
Menyediakan wewangian untuk suami terutama saat hari jumat dan saat ingin
bersamanya
Dari ‘Aisyah ia berkata,
“Saya meminyaki badan Rasulullah pada hari raya ‘Idul Adh-ha setelah beliau
melakukan jumrah ‘aqabah” (HR Ibnu ‘Asakir)
‘Aisyah berkata,
“Sesungguhnya Nabi apabila meminyaki badannya, beliau memulai dari auratnya
dan mengolesinya dengan nurah (sejenis bubuk pewangi), dan istrinya meminyaki
bagian lain seluruh tubuhnya" (HR Ibnu Majah)
Pakai gaun terindah di rumah, sehingga sang suami selalu melihat dari keindahan
ke keindahan saja
Pijat punggungnya atau kakinya setelah suami bekerja keras seharian
• Saat tiba dipintu rumah lupakan (ibarat: 'taruh di laci") segala aktivitas tugas- pekerjaan
dan segala pusing, masalah dan kesibukan/kelelahan kita
Ngobrol santai menanyakan keadaan dan aktivitas harianya dan yang menyenangkan
baginya
Baru kita ambil kembali ("kesibukan kita di laci") saat kita hendak keluar (dari rumah)
• Tanyakan keseharian istri dan dampingi tiap ada kesempatan
Berkata A'isyah "Rasulullah selalu membantu istrinya. Apabila tiba waktu sholat,
beliau pergi untuk menunaikan sholat" (HR. Bukhari dan Tirmidzi)

Tanyakan, "apa saja aktifitas (kesibukannya) hari ini?"


Dan tanyakan hal-hal yang menarik perhatiannya
Buat ia merasa; kita selalu hadir untuknya
• Dukung kegiatanya yang baik
o Bantu ia meningkatkan kemampuannya, menekuni hobi-hobinya, seperti
Belajar cara memasak
Menanam dan merawat tanaman
Berkebun
Menjahit, menyulam
Merawat ikan, burung dan peliharaan
Ketrampilan baru
Belajar program-program komputer
Suasana baru, seperti ketrampilan matematika dan melukis alam...
Dan hobby-hobby lainya
o Mendorong (memberi jalan) ia mencapai tujuan hidupnya (juga harapan dan cita-
citanya)
o Beri waktu ia bersama dengan kaumnya, teman sejawatnya dan sahabat-
sahabatnya (kita temani/antarkan kalau bisa)
Tiba masanya kita bertemu dan mengenal keluarga, teman-teman sahabat-
sahabat sang istri sebelumnya, usahakan mereka tidak mempengaruhi
hubungan kita berdua
o Beri kebebasan saat ia sejenak ingin berpisah dari diri kita (secara syarie)
o Biarkan ia sekali-kali pergi bersama mahramnya (keluarganya sendiri, melepas
kerinduanya)
o Berhati-hati jika kita terus menghabiskan seluruh waktu luang bersamanya (jadi
kebiasaan) sebab kita membuat 2 kesalahan besar
Yang pertama kita mengabaikan kehidupan sosial kita sendiri dan kehidupan
sosial istri kita
Hal ini bisa membawa akibat yang kurang baik
Sebab meski kita merasa ia adalah segala-galanya bagi kita tapi alangkah baik
kita tetap menjalin persahabatan dan komunikasi dengan teman-teman kita
dan juga teman-temannya
Yang kedua; semakin banyak waktu yang kita habiskan hanya untuk berdua,
Maka kita berdua akan mudah terperangkap dalam kejenuhan dan tak ada
waktu bagi kita dan juga kekasih (istri) kita saling merindukan
Seorang laki-laki akan sangat berterima-kasih pada istrinya jika mudah
dibiarkan berkumpul dengan teman-temanya (Ia merasa sangat dipercaya
dan dibahagiakan istrinya)
Apalagi jika memahami kalau laki-laki suka diperhatikan tapi tidak suka
dicampuri urusannya

• Luangkan waktu ikut berpartisipasi denganya, membantu kesibukanya


ُ ‫خْي‬
‫ط‬ ِ ‫ب َوُي‬
َ ‫ل َوَيْرَقُع الّثْو‬
َ ‫ف الّنْع‬
ُ ‫ص‬
ِ ‫خ‬
ْ ‫ َي‬،‫ي َبْيِتِه‬
ْ ‫حُدُكْم ِف‬
َ ‫مَا َيصَْنُع َأ‬

“Beliau mengerjakan apa yang biasa dikerjakan salah seorang kalian di


rumahnya. Beliau menambal sandalnya, menambal bajunya, dan menjahitnya”
(HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 540, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani
rahimahullah dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 419 dan Al-Misykat no. 5822)
o Tawarkan bantuan terutama saat ia letih dan penat
Langsung kita beraktifitas membantunya
Dan berhubung seorang suami suka jika merasa dibutuhkan istrinya (merasa
sedang melindungi istrinya)
Katakan pada suami jika sang istri merasa takut jika suami tidak ada disisinya
dan katakan sang istri merasa sangat nyaman dan aman saat berada
didekatnya
Sering-sering bermanja dengan sang suami
o Mengusahakan tidak menambah bebanya dengan aktifitas kita, seperti:
Membasuh piring sendiri sehabis makan
Meletakkan pakaian kotor ditempatnya
Mencuci baju sendiri untuk yang nggak butuh waktu banyak (cucian sedikit)
Mempersiapkan keperluan pribadi kita
Cuci kendaraan
Membereskan tempat tidur dan membersihkan kamar dll
• Tawarkan diri untuk memperbaiki sesuatu di rumah (nyatakan kita punya waktu
untuk itu)
o Tapi tak perlu kita tawarkan hal yang tidak kita kuasai dengan baik, contoh...
Mengasah pisau
Membuang sampah
Menggunakan lem untuk merekatkan sesuatu
Mengganti lampu
Membersikan bak kamar mandi
Perbaiki dan merawat barang-barangnya dll
o Coba bersama-sama melakukan tugas masing-masing dengan saling membantu
• Ucapkan selalu "terima kasih" disetiap saat
Atas segala sesuatunya selama ini, dan hal-hal sekecil apapun...
Hargai, betapa banyak pengorbananya dan atas kesediaanya menemani hidup kita
Hargai jerih-payah dan buah pikirnya serta segala usahanya
Selalu murah berterima-kasih saat ia mengerjakan sesuatu untuk kita
Ucapkan dengan penuh tulus cinta, hingga ia benar-benar bisa merasakanya
Akui jasa-jasa dan kerja-kerasnya dalam mengurus rumah-tangga
Saling mengasihi, menghormati dan pengertian

bagaimanapun keadaannya
َ ‫ن الّتّواُبْو‬
‫ن‬ َ ‫خطاِّئْي‬
َ ‫خْيُر اْل‬
َ ‫طاٌء َو‬
ّ‫خ‬
َ ‫ل َبِني آَدَم‬
ّ ‫ُك‬

“Setiap anak Adam itu banyak bersalah. Dan sebaik-baik orang yang banyak
bersalah adalah orang-orang yang mau bertaubat”
(HR. At-Tirmidzi no. 2616. Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihul Jami’ no. 4514
mengatakan Hadits ini hasan)
Memahami perselisihan kecil adalah bumbu kemesraan yang menyenangkan
Memahami, rumah tangga tak mungkin (mustahil) tanpa adanya masalah,
problem, ganjalan, pertikaian, selalu sejalan seiya sekata, sepakat tanpa
pernah ada perbedaan!
Atasi kecemburuan secara haq
Menghadapi suka duka bersama-sama
Penuh kesadaran dan kepala dingin
Saling memahami perasaan, kepribadian, keinginan dan masalah masing-
masing
Tak perlu mengungkit-ungkit kesalahan masa lalu
Mencoba selalu husnuddhan lebih dulu akan tiap segala sesuatu
‫سَماِء‬
ّ ‫عَها ِفي ال‬
ُ ‫ت َوَفْر‬
ٌ ‫صُلَها َثاِب‬
ْ ‫طّيَبٍة َأ‬
َ ‫جَرٍة‬
َ‫ش‬َ ‫طّيَبًة َك‬
َ ‫ل َكِلَمًة‬
ً ‫ل َمَث‬
ّ ‫با‬
َ ‫ضَر‬
َ ‫ف‬
َ ‫َأَلْم َتَر َكْي‬

َ ‫س َلَعّلُهْم َيَتَذّكُرو‬
‫ن‬ ِ ‫ل ِللّنا‬
َ ‫لْمَثا‬
َ ‫لا‬
ّ ‫با‬
ُ ‫ضِر‬
ْ ‫ن َرّبَها َوَي‬
ِ ‫ن ِبِإْذ‬
ٍ ‫حي‬
ِ ‫ل‬
ّ ‫ُتْؤِتي ُأُكَلَها ُك‬
"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, yaitu akarnya
teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya
pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-
perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat" (QS Ibrahim:
24-25)

"Berusaha menjaga penampilan yang paling menyenangkan

dimatanya"
• Senantiasa memberi senyum termanis tiap menatapnya
Senyum mesra setulus-tulusnya
Tutur bahasa yang sehalus-halusnya
Hingga ia merasa kita begitu ingin selalu membahagiakanya
• Membiasakan memanggil dengan nama sayang kesukaanya (panggilan khusus
untuknya)
Sebagaimana rasulullah biasa memanggil 'Aisyah "yaa khumairah" (artinya "wahai yang
kemerah-merahan, merah delima"), pipi yang tersipu-sipu atau "‘Aisy"
• Panggilan yang bisa membuatnya tersipu-sipu, seperti...
Jantung hatiku
Belahan jiwaku
Sayangku
Kekasihku
Cantikku
Manisku
Adindaku..., adinda..., dinda...
Dhik... dll
Memanggilnya dengan cara selembut dan semesra mungkin baginya, sekaligus
menggodainya
Dan tetap membiasakanya meski kita sudah memiliki anak
• Jadikan ia sahabat dan kekasih terbaik yang paling menyenangkan
Jaga kemesraan dan keromantisan setiap saat bersamanya
Saling berusaha menyenangkan (memuaskan) sang istri
Buat ia tahu betapa kita memperhatikan (peduli) padanya dan menanggapinya
Buat ia merasa selalu ada tempat berbagi (bersama kita)

Curahkan seluruh isi hati kita


• Saling berbagi suka maupun duka tanpa ganjalan apapun
• Meluangkan waktu untuk bisa sesering mungkin bersamanya
• Saling bercanda dan senyum bahagia bersamanya
Berusaha selalu terbuka, tulus dna jujur
Omongkan apa saja apa adanya, rahasia yang hanya boleh kita ketahui berdua dalam
rangka mencari perbaikan (bukan menjadi aib)...
• Buat komunikasi yang senyaman mungkin
Komunikasi yang terus terjalin setiap hari penuh kerinduan
Menghadapi dengan hati terbuka dan sambil bercanda
Berusaha mendengarkan "permohonan" dibalik katanya (hasrat
terpendamnya)
Buatlah ia berani menceritakan mimpi-mimpinya, fantasinya ,cita-citanya.
keinginan romantisnya
waktu untuk senantiasa berkumpul bersama, termasuk dengan anak-anak kita...
Membiasakan berkumpul santai berdiskusi (kompak sehati) mencari titik temu
dan bermusyawarah
Memahami bahwa tanpa mengkomunikasikan, kita takkan pernah tahu apa
yang telah dan yang perlu dilakukan serta apa yang dibutuhkanya
Meminta pendapatnya tentang sesuatu hal dan hargai pandanganya
Buat ia merasa, bahwa pendapatnya begitu amat penting bagi diri kita
Mempelajari dan mendengarkan pendapatnya secara seksama, rela mengikuti
pendapatnya (meninggalkan pendapat kita) bila pendapatnya benar dan
lebih baik
Segera ungkap rasa terima-kasih kita padanya, semisal mengecup keningnya
(sembari berbisik lembut):
"Terima kasih sayang..."
Tatap lekat-lekat wajahnya (matanya), menunjukkan perhatian kita saat
berbincang denganya
Letakkan buku atau apa yang sedang kita baca atau kerjakan. Beri
perhatian penuh padanya
Bersabar saat ia ingin diskusi dengan kita, tidak mengalihkan perhatian
pada benda lain (termasuk melihat jam)
Tunjukkan bahwa kita berminat dengan menyatakan 'betul katamu sayang"
sembari memegang tanganya
Berbincang dengan cara yang menunjukkan bahwa betapa kita butuh dia
Saling tukar-pikiran dan pengalaman setiap saat bersamanya
Cari cara untuk bisa mengutarakan sesuatu senyaman mungkin
Terutama waktu sedang santai tiduran (atau sebelum tidur)
Masing-masing bisa saling mengutarakan perasaanya dengan lega
Sehingga komunikasi lebih efektif (apalagi yang menyangkut cinta/perasaan)
• Berusaha selalu terbuka dan jujur, dan memberi pengertian
Saling menikmati kebersamaan, kegembiraan dan kebahagiaan
Beri kemesraan lebih saat ia sedang sedih/sakit/haidh/hamil (betapa ia butuh
saat itu, hal ini akan terekam mendalam diingatannya)
Berusaha peka pada kondisi kejiwaanya saat itu
Cium lembut dan beri pelukan hangat
Katakan; ”sayabg, aku akan selalu ada disampingmu menjagamu...”
Selalu membisikkan kata-kata indah di telinganya; ”dirumah tiada indah lagi
tanpamu istriku…”
Dan bagi sang istri, mengingat ’suami adalah syurga dan nerakamu”
Selalu menyebut kebaikan-kebaikanya selama ini, karya dan hasil usahanya
Tunggui, duduk dan tidur disampingnya melayaninya
Usap lembut air matanya sembari mengecupnya
Mencium keningnya dari waktu ke waktu
Pijat-pijat tubuhnya, suapi dan tunjukkan kasih-sayang kita
Selalu perhatikan, cukupi dan hadirkan suasana menyenangkan dimatanya
Ringankan dengan mendampinginya, diajak ngobrol, mendo'akanya serta beri
hadiah untuk kesembuhanya
Usahakan tidak tidur malam itu kecuali setelah mendapat ridhanya
Gantikan pekerjaan rumahnya
Selalu tersenyum untuknya dan berdo'a untuk kesembuhanya..
Membersihkan tetesan darah haidh istri
Dari ‘Aisyah, ia berkata,
“Aku pernah tidur bersama Rasulullah diatas satu tikar ketika aku sedang haidh.
Bila darahku menetes ke tikar itu, beliau mencucinya di bagian yang terkena
tetesan darah dan beliau tidak berpindah dari tempat itu, kemudian beliau shalat
di tempat itu pula, lalu beliau berbaring kembali di sisiku. Bila darahku menetes lagi ke
tikar itu, beliau mencuci di bagian yang terkena darah itu saja dan tidak berpindah dari
tempat itu, kemudia beliau pun shalat di atas tikar itu” (HR Nasa’i)
Tetap bermesraan walau istri sedang haidh
Dari ‘Aisyah ra, ia berkata,
“Saya biasa mandi bersama Rasulullah dengan satu bejana, padahal kami sama-
sama dalam keadaan junub. Aku biasa menyisir rambut Rasulullah ketika beliau
menjalani i’tikaf di masjid dan saya sedang haidh. Beliau biasa menyuruh saya
menggunakan kain ketika saya sedang haidh, lalu beliau bermesraan dengan
saya” (HR ‘Abdurrazaq dan Ibnu Abi Syaibah)
• Menjadikan kehadiran kita senantiasa menjadi penghibur yang baik bagi
kedukaan dan kesedihanya serta kehadiran yang akan menguatkan imanya
o Memahami kita semua tidak terus dalam kondisi baik
Kadang dalam kondisi yang tidak stabil sedang ujian terus datang
Hingga kita kadang dalam kondisi sulit (terjepit)
Berusaha senantiasa menjadi penyejuk hatinya saat lemah
"Mencintai pula hari kelamnya sebagaimana kita mencintai hari terang beserta senyum
manisnya"
Berusaha menenangkan hatinya yang gundah:
Rangkul pundaknya, bawa kepalanya ke dada kita
Cium keningnya, elus rambutnya sembari membisikan kata-kata yang
menenangkanya
Beri sugesti kata yang menenangkan dan membangkitkan semangat
Tak perlu beri nasihat yang berat-berat (tergantung kondisinya)
• Saat ia marah, biarkan ia memarahi diri dulu
o Setelah ia cukup memarahi kita dulu kemudian cium ia
o Bila salah seorang (suami atau istri) sedang marah/emosi hendaknya keduanya
berlindung kepada Allah dari gangguan setan yang terkutuk
Lalu bangkit berwudhu dan shalat 2 rakaat
Bila salah seorang dari keduanya (yang sedang terbawa emosi) dalam keadaan
berdiri maka hendaknya ia duduk, bila sedang duduk hendaknya ia berbaring
Salah seorang dari keduanya menuju pasanganya, memeluknya dan segera
meminta maaf atas kesalahan dan kekhilafanya apabila telah melanggar
haknya
Berusaha bersegera meminta maaf dan selalu belajar saling memaafkan
Dan yang dimintai maaf hendaknya berlapang dada karena mengharap wajah
Allah Subhaanahu wa Ta’aala (Fiqhut Ta’ammul Bainaz Zaujain, hal. 37)
“Tutup pintu rapat-rapat” dari masuknya pihak ketiga dan jangan sampai ada
orang lain tahu
Tidak tergesa-gesa melibatkan pihak luar
Termasuk kepada orang tua karena dapat memperkeruh suasana
Terus bersamanya saat ia sedang emosi
Ia sedang butuh pengertian bukan solusi
Akui perasaannya saat itu
Dengarkan saja dulu, biarkan ia merasa tetap didengarkan (diperhatikan)
Setelah gerimis sedikit reda cium ia lembut, katakan kita sungguh memohon maaf
dan peduli padanya... (mendengarkanya)
Baru tanya setelahnya;
Apa yang hendak ia lakukan, tawarkan bantuan kita dengan melakukan
beberapa pekerjaan yang ia lakukan
“Sayang, jika tidak keberatan biar aku yang melakukanya...
Saling menghibur menghilangkan segala gundah-gulana, ketidak-nyamanan
dan ketidak-harmonisan
Saling nasehat-menasehati untuk bertaqwa
‫خَرجًا‬
ْ ‫ل َلُه َم‬
ْ ‫جَع‬
ْ ‫ل َي‬
َ ‫قا‬
ِ ‫ن َيّت‬
ْ ‫َوَم‬

“Siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan jalan keluar
baginya” (Ath-Thalaq: 2)
Kita Hukum dan cela (perbuatan) buruknya agar tidak mengulangi (tanpa perlu
mendendam)
Jadikan itu bukti cinta kita; "membenci kesalahanya dan bukan orangnya"
Lihat kesalahan yang fatal saja, tak perlu mengungkit kesalahanya yang kecil
Maafkan kesalahanya, tapi beritahu ia bahwa perhitunganya terserah Allah
terutama hal-hal yang menyangkut kesalahanya kepada Allah seperti
menunda sholat dan lain-lain
Mengingat-ingat perbuatan baik istri kita saat ia melakukan kesalahan
Memahami bahwa setiap manusia bisa berbuat salah, maka cari selalu
alasan untuk memaafkanya
Seperti mungkin ia sedang lelah, sedih atau labil karena datang bulan,
atau komitmenya kepada Islam sedang dalam pertumbuhan atau
alasan-alasan masuk akal lain
Daripada menghitung banyaknya kesalahan, lebih fokus pada hal
baik (konstruktif) yang bisa bersama-sama lakukan untuk
mengurangi kesalahan yang ada
Hati-hati jika kita terlalu mudah memaafkan kesalahan kekasih kita (sang
istri) :
Masa-masa awal kita biasanya akan terasa indah sehingga mudah
mentolerir semua kebiasaan buruknya
maka kita harus berhati-hati karena kelemahan kita ini mudah
dimanfaatkan
Tidak melontarkan celaan karna masakanya yang kurang enak,
sebagaimana Rasulullah tiada pernah sekalipun mencela seorangpun dari
istri-istri beliau karena masalah ini
"Rasulullah tidak pernah mencela makanan sama sekali. Jika beliau
berselera, beliau memakannya, dan jika beliau tidak senang, beliau
meninggalkannya" (HR Muslim)
Jika sang istri melakukan kesalahan coba cari pendekatan lain yang tidak
langsung yang mungkin akan lebih efektif daripada teguran langsung
Menghindari sindiran atau penggunaan kata-kata yang mungkin akan
melukai perasaanya
Bila musyawarah dan diskusi kita anggap solusi terbaik, cari waktu yang
tepat (untuk menjaga kehormatan sang istri)
Tunggu sejenak bersabar sampai kemarahan kita reda
Sehingga kondisi dan ucapan kita sudah terkendali (jernih)
Saat perasaannya tersinggung, berikan padanya rasa simpati kita dan
nyatakan:
'Saya memohon maaf telah membuat sayangku tersinggung'. Kemudian kita
diam, biarkan ia merasa bahwa kita memahaminya juga
Tak perlu coba jelaskan kenapa rasa tersinggungnya, sebab itu bukan
kesalahan kita
Kadang ia butuh waktu untuk menyembuhkan luka
Maka sediakan jeda, mungkin ia ingin merenung, memikirkan masalahnya
sendiri dulu atau hanya ingin relaks beristirahat
Demikian juga kita, bila butuh waktu untuk sendiri akibat gusar
Katakan padanya kita akan pulang dan sedang butuh sedikit waktu untuk
berfikir mengenai sesuatu
Sekiranya perasaan kita mulai reda dan pulang ke rumah, bicara dengan sang
istri apakah ia yang menggusarkan kita (dengan cara yang hormat dan tidak
menyalahkanya)
Sang istri tak perlu tahu agar ia tak menyangka yang bukan-bukan
Tak perlu membuat ia merasa bersalah jika sedang ingin sendiri
Dan tetap berusaha bersyukur dan saling mengingatkan
Sebab nikmat Allah masih sedemikian banyak sedang hikmah pasti ada
Selama nikmat iman masih tertanam didalam dada berarti tiada yang berkurang
sedikitpun
Haram hukumnya menyebarkan rahasia rumah tangga dan hubungan suami
isteri
Dalam hadits shahih, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jangan kalian
lakukan (menceritakan hubungan suami isteri). Perumpamaannya seperti syaitan laki-
laki yang berjumpa dengan syaitan perempuan di jalan lalu ia menyetubuhinya (di
tengah jalan) dilihat oleh orang banyak…” [Diriwayatkan oleh Ahmad (VI/456-457)]
Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullaah berkata, “Apa yang dilakukan
sebagian wanita berupa membeberkan masalah rumah tangga dan kehidupan suami
isteri kepada karib kerabat atau kawan adalah perkara yang diharamkan. Tidak halal
seorang isteri menyebarkan rahasia rumah tangga atau keadaannya bersama suaminya
kepada seseorang"
Allah Ta’ala berfirman...
ّ ‫ظا‬
‫ل‬ َ ‫حِف‬
َ ‫ب ِبَما‬
ِ ‫ت ّلْلَغْي‬
ٌ ‫ظا‬
َ ‫حاِف‬
َ ‫ت‬
ٌ ‫ت َقاِنَتا‬
ُ ‫حا‬
َ ‫صاِل‬
ّ ‫َفال‬

“Maka perempuan-perempuan yang shalih adalah mereka yang taat (kepada


Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah
menjaga (mereka)” [An-Nisaa : 34]
• Berusaha cemburu kepada istri secara haq:
Cemburu adalah fitrah. Bahkan seorang suami harus cemburu terhadap
istrinya asal tidak berlebihan (cemburu buta)
Suami yang memiliki rasa cemburu kepada istrinya tentunya tidak akan
memperhadapkan istrinya kepada perkara yang mengikis rasa malu dan
dapat mengeluarkannya dari kemuliaan
Kadang hubungan suami-istri jadi kurang harmonis karna suami kurang
punya rasa cemburu atau berlebihan cemburunya
Yakinkan, bahwa sang istri menutupi tubuhnya dengan hijab sempurna
sebelum meninggalkan rumah
Amat berbahaya bila kita sebagai suami tidak cemburu sama sekali
manakala istri keluar rumah tapi auratnya terbuka (tidak tertutup
sesuai syariat)
Batasi pergaulannya, jangan sampai bercampur baur dengan laki-
laki yang bukan mahram
Pintu cemburu buta yang berlebihan adalah dibukanya kran
pergaulan lelaki dan wanita yang bukan mahram
Cegah perasaan cemburu buta kita
Misal menyimak setiap tutur katanya jangan sampai salah mengerti
apa yang diucapkanya sehingga melenceng jauh dari maksud istri
kita sebenarnya
Salah pengertian bisa membuat cemburu buta yang bisa
mengganggu hubungan suami istri
Cegah istri kita bepergian sendirian keluar rumah untuk keperluan yang
tidak penting
Nabi bersabda yang artinya: "Tidak halal bagi seorang wanita untuk berada
di rumah suaminya sedangkan suaminya tidak suka (ridha) dan
janganlah ia keluar rumah dalam keadaan suaminya tidak ridha.
Janganlah mentaati seorangpun di rumah suaminya (selain suaminya),
janganlah ia menjadikan suaminya gusar, janganlah ia menjauhi
ranjang suaminya dan janganlah ia merugikan suaminya walaupun ia
(suaminya) lebih dhalim darinya (wanita) sampai (si isteri) mencari
keridhaan suami. Maka jika suami ridha dan menerimanya, maka itu
suatu kenikmatan baginya (wanita). Allah akan menerima udzur-
udzurnya dan akan berserilah wajahnya dan ia tidak berdosa, tapi jika
suami menolak untuk ridha kepadanya maka sungguh ia telah
menyampaikan udzur-udzurnya" Hadits Hasan dikeluarkan Baihaqi dalam
"Sunan"nya (7/293) dan Hakim (2/189-190) dari jalan 'Atha bin Abu Muslim
al-Khurasany dari Malik bin Yakhamir as-Saksaky dari Mu'adz bin Jabal
secara marfu' maka ia menyebutkannya.
Dan 'Atha al-Khurasany banyak wahm-nya ia seorang mudalis dan sungguh ia telah
meriwayatkan hadits dengan 'an'anah (dari Fulan, dari Fulan -red). Hakim berkata:
Sanadnya shahih. Tetapi Adz-Dzahabi membantahnya dengan perkataan: "Bahkan ia
munkar dan sanadnya terputus."
Dan dikeluarkan Thabrani dalam "Mujamnya" dengan sanad yang dikatakan oleh al-Hafidz
al-Haitsami dalam "al-Majma'" bahwa: Para perawi salah satu sanadnya orang-orang tsiqah.
Hadits ini mempunyai syahid dari hadits Ibnu 'Umar Dikeluarkan Ath-Thayalisi (1951) dan
dari jalan itu juga dikeluarkan al-Baihaqi (7/292) dan Ibnu 'Abdil Barr dalam At-Tamhid
(1/231) dari jalan Laits bin Abu Sulaim dari 'Atha' dari Ibnu 'Umar dengan sebagian
lafadznya. Dan pada riwayatnya:
... Dan hendaknya isteri tidak keluar dari rumah suaminya kecuali dengan ijinnya, maka jika
ia berbuat demikian (keluar tanpa ijin) malaikat melaknatnya, baik malaikat kemurkaan
ataupun malaikat rahmat hingga ia (isteri) bertobat dan kembali. Dikatakan: "Walaupun
suaminya dhalim? " Rasul menjawab: "Walaupun suaminya dhalim".
Baihaqi berkata: "Laits bin Abu Sulaim menyendiri dengan lafadznya". Aku berkata: "Dia
(Laits) lemah hafalannya, maka aku berharap haditsnya menjadi syahid yang balk yang
menguatkan hadits tersebut. wallahu a'lam
Dan hadits ini mempunyai syahid dari hadits Ibnu 'Abbas. Dikeluarkan Bazzar (2/177/1464)
dengan sanad yang didalamnya ada Husain bin Qois dan ia dhaif sebagaimana dikatakan
al-Haitsami (4/307)
Sekalipun demikian diperbolehkan bagi seorang wanita untuk ikut shalat di
masjid, karena sabda Rasul, "Jika isteri salah seorang di antara kalian
minta ijin untuk ke masjid maka janganlah melarangnya". Hadits shahih
dikeluarkan Bukhari (2/347 -Fathul Bari), Muslim (442), Abu 'Awanah
(2/56,57), Abu Dawud (566), Nasa'i (2/42), Tirmidzi (570), Ibnu Majah (16),
ad-Darimi (1/235), Ibnu Hibban (3/486-487), Ahmad (2/7,9), Ibnu Khuzaimah
(1677) (1678), Ibnu 'Abdil Barr dalam "Al-jami'" (2/195), Abdul Razzaq dalam
"AI-Mushonnaf" (5107,5108,5122), Al-Baihaqi (3/133), Ibnu Hazm dalam
"AIMuhalla" (3/130), ath-Thobrany dalam "AI-Kabir"
(13350,13471,13472,13565,13570), dan al-Baghawi dalam "Syarhus-
Sunnah" (3/439-440) dari beberapa jalan dari Ibnu 'Umar. Aku menyebutkan
nya secara terpisah di "Badzlul-Ihsan" (713)
Dalam hadits diatas ada petunjuk bahwa, keluar (ke masjid) adalah harus dengan ijin suami,
kalau suami melarangnya, suami tidak berdosa menurut pendapat terpilih dari pendapat
para pentahqiq. Dan sungguh al-Baihaqi telah berkata: "Itu adalah pendapat umumnya para
ulama"
Adapun hadits: "Janganlah kalian larang hamba-hamba perempuan Allah untuk pergi
ke masjid". Hadits shahih dikeluarkan Syaikhan (Bukhari dan Muslim), Ahmad, Abu Dawud
dan lain-lain sebagaimana telah aku tahqiq dalam kitab "AI-Mashdarus-Sabiq"
Maka perintah ini tidak menunjukkan wajib, jika seandainya wajib, maka hadits tentang minta
ijin tidak akan ada artinya. wallahu a'lam
Bersamaan dengan diperbolehkannya wanita keluar untuk ke masjid maka
sesungguhnya shalatnya di rumah lebih utama daripada ikut berjamaah. Karena sabda
Rasul:
"Shalatnya seorang wanita di rumahnya lebih utama dari shalatnya di kamarnya,
shalatnya di bilik khususnya lebih utama dari shalatnya di rumahnya". Hadits shohih
diriwayatkan Abu Dawud (570), Ibnu Khuzaimah (1685, 1688, 1690), Hakim (1/209), Al-
Baihaqi (3/131), Ibnu Hazm dalam "Al-Muhalla" (3/136-137), al-Baghawi dalam "Syarhus-
Sunnah" (3/441-442) dari jalan Hamam dari Qatadah dari Mauruq al-'Ajli dari Abu al-Ahwash
dari Ibnu Mas'ud secara marfu'. Al-Hakim berkata:
"Shahih dengan syarat Asy-Syaikhani (Bukhari-Muslim) dan sungguh keduanya berhujjah
dengan al-Mauruq al-'Ajli". Dan telah disepakati oleh adz-Dzahabi
Aku berkata: Akan tetapi Qatadah mudallis dan hadits ini mempunyai syahid dari hadits Ibnu
`Umar secara marfu': Janganlah kalian larang isteri-isteri kalian untuk me masjid-masjid dan
rumah-rumah mereka adalah lebih baik buat mereka"
Dikeluarkan oleh Abu Dawud (567), Ibnu Khuzaimah (1/92-1684), Hakim (1/209), Baihaqi
(3/131), Al-Baghawy dalam "Syarhus-Sunnah" (3/441), Ahmad (2/76-77) dari jalan
al-'Awwam bin Hausyab dari Habib bin Abu Tsabit dari Ibnu 'Umar, maka ia menyebutkan
haditsnya. Hakim berkata: "Shahih menurut syarat Bukhari dan Muslim" Dan disepakati oleh
Adz-Dzahabi. Aku berkata: "Seandainya saja Hubaib bin Abu Tsabit bukan seorang mudallis,
Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban mensifati demikian"
Dan hadits yang lain adalah dari Ummu Salamah. Dikeluarkan Ahmad (6/391), Ibnu
Khuzaimah (1683), al-Hakim (1/209), al-Baihaqi (3/131) dari jalan Darroj Abus-Samhi dari
as-Saib budaknya Ummu Salamah secara marfu':
Sebaik-balk masjidnya wanita adalah dalam rumah mereka"
Aku berkata: "Darraj adalah dhaif dan as-Saib budaknya Ummu Salamah tidak diketahui
keadaannya. Ibnu Khuzaimah berkata: "Aku tidak mengetahui keadilannya dan cacatnya"
Dan syahid yang lain dari hadits isterinya Abu Hamid as-Sa'idi ia berkata: "Wahai Rasulullah,
sesungguhnya aku senang shalat bersamamu", maka Rasul menjawab:
"Sungguh aku tahu engkau senang shalat bersamaku, tapi shalatmu di rumahmu
lebih balk dari shalatmu di masjid kaummu dan shalatmu di masjid kaummu lebih baik
dari shalatmu di masjidku"
Di sana (yakni dalam kitab "al-Insyirah fi Adab an-Nikah" karya Syeikh Abu Ishak al-Huwaini
al-Atsari masih ada riwayat-riwayat lain yang berdasarkan syawahidnya shahih, hadits ini
secara umum adalah shahih, dapat diterima
Diperbolehkan bagi wanita untuk keluar ke pasar dan sebagiannya untuk memenuhi
kebutuhannya dengan tetap mempunyai rasa malu yang besar dan harus komitmen
dengan pakaian syar'i dan menjaga anggota badan dari melakukan kemungkaran-
kemungkaran
Karena hadits 'Aisyah yang berkata: "Telah keluar Saudah bintu Zam'ah pada suatu malam,
maka Umar melihatnya dan mengenalinya, kemudian dia berkata: "Demi Allah,
sesungguhnya engkau tidak tersembunyi dari kami". Maka kembalilah Saudah kepada Nabi,
kemudian Saudah menceritakan hal itu kepada Rasulullah, ketika itu beliau berada di
rumahku ('Aisyah -red) sedang makan malam dan di tangan beliau ada tulang, maka
turunlah wahyu kepada beliau, yang memberikan keringanan terhadap masalah itu, Beliau
berkata: "Sungguh Allah mengijinkan kalian (para wanita) untuk keluar memenuhi
kebutuhan-kebutuhan kalian" (Hadits shahih dikeluarkan Bukhari (9/337) dan lafadznya
milik Bukhari, (juga dikeluarkan) Muslim dan Ibnu Sa'ad (8/125-126), Ibnu Jarir dalam
tafsirnya (22/25), Ahmad (6/56), al-Baihaqi (7/88)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Tidak
halal bagi seorang istri keluar dari rumah suaminya kecuali
dengan izin suaminya” Beliau juga berkata, “Bila si istri keluar
rumah suami tanpa izinnya berarti ia telah berbuat nusyuz,
bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya,
serta pantas mendapatkan hukuman” (Majmu’ Al-Fatawa, 32/281)
Bahkan beliau (Ibnu Taimiyah) juga berkata: "Jika isteri keluar rumah
suami tanpa seijinnya maka tidak ada hak nafkah dan pakaian"
Cegah istri kita mengangkat telepon ketika telepon berdering ketika kita
atau anak laki-laki kita ada
Ajari ia menjawab seperlunya dengan intonasi yang wajar-wajar saja
bila terpaksa harus menjawab telepon dari lelaki yang bukan
mahram
Jadi Islam telah memberikan aturan yang lurus berkenaan dengan penjagaan
terhadap rasa cemburu ini dengan:
1. Memerintahkan kepada wanita untuk berhijab
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya:
‫حْيًما‬
ِ ‫ل غَُفْوًرا َر‬
ُ ‫نا‬
َ ‫ن َوَكا‬
َ ‫ل ُيْؤَذْي‬
َ ‫ن َف‬
َ ‫ن ُيْعَرْف‬
ْ ‫ك َأْدَنى َأ‬
َ ‫ن َذِل‬
ّ ‫لِبْيِبِه‬
َ‫ج‬َ ‫ن‬
ْ ‫ن ِم‬
ّ ‫عَلْيِه‬
َ ‫ن‬
َ ‫ن ُيْدِنْي‬
َ ‫ساِء اْلُمْؤِمِنْي‬
َ ‫ك َوِن‬
َ ‫ك َوَبَناِت‬
َ‫ج‬
ِ ‫لْزَوا‬
َِ ‫ل‬
ْ ‫ي ُق‬
ّ ‫َيا َأّيَها الّنِب‬
“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu dan putri-putrimu serta wanita-wanita kaum
mukminin, hendaklah mereka mengulurkan jilbab-jilbab mereka diatas tubuh mereka.
Yang demikian itu lebih pantas bagi mereka untuk dikenali (sebagai wanita merdeka
dan wanita baik-baik) hingga mereka tidak diganggu. Dan adalah Allah Maha
Pengampun lagi Penyayang” (Al-Ahzab: 59)
2. Memerintahkan wanita untuk menundukkan pandangan matanya dari memandang
laki-laki yang bukan mahramnya
‫ظَهَر ِمْنَها‬
َ ‫ل َما‬
ّ ‫ن ِإ‬
ّ ‫ن ِزْيَنَتُه‬
َ ‫ل ُيْبِدْي‬
َ ‫ن َو‬
ّ ‫جُه‬
َ ‫ن ُفُرْو‬
َ‫ظ‬ْ ‫حَف‬
ْ ‫صاِرِهنّ َوَي‬
َ ‫ن َأْب‬
ْ ‫ن ِم‬
َ‫ض‬
ْ ‫ض‬
ُ ‫ت َيْغ‬
ِ ‫ل ِلْلُمْؤِمَنا‬
ْ ‫َوُق‬
“Katakanlah kepada wanita-wanita mukminah: ‘Hendaklah mereka menundukkan
sebagian pandangan mata mereka dan menjaga kemaluan mereka…” (An-Nur: 31)
3. Tidak membolehkan wanita menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami dan
laki-laki dari kalangan mahramnya
ّ ‫سههاِئِه‬
‫ن‬ َ ‫خ هَواِتِهنّ َأْو ِن‬
َ ‫ن َأْو َبِنههي َأ‬
ّ ‫خَواِنِه‬ ْ ‫ن َأْو َبِني ِإ‬
ّ ‫خَواِنِه‬
ْ ‫ن َأْو ِإ‬
ّ ‫ن َأْو َأْبَناِء ُبُعْوَلِتِه‬
ّ ‫ن َأْو َأْبَناِئِه‬
ّ ‫ن َأْو آَباِء ُبُعْوَلِتِه‬
ّ ‫ن َأْو آَباِئِه‬
ّ ‫ل ِلُبُعْوَلِتِه‬
ّ ‫ن ِإ‬
ّ ‫ن ِزْيَنَتُه‬
َ ‫ل ُيْبِدْي‬
َ ‫َو‬
‫ساِء‬
َ ‫ت الّن‬ِ ‫عْوَرا‬ َ ‫عَلى‬ َ ‫ظَهُروا‬ ْ ‫ن َلْم َي‬
َ ‫ل اّلِذْي‬ِ ‫طْف‬
ّ ‫ل َأِو ال‬
ِ ‫جا‬َ ‫ن الّر‬َ ‫لْرَبِة ِم‬ ِ ‫غْيِر ُأوِلي ْا‬ َ ‫ن‬ َ ‫ن َأِو الّتاِبِعْي‬ّ ‫ت َأْيَماُنُه‬ْ ‫َأْو َما َمَلَك‬
“… janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali apa yang biasa tampak
darinya (tidak mungkin ditutupi). Hendaklah pula mereka menutupkan kerudung mereka
di atas leher-leher mereka dan jangan mereka tampakkan perhiasan mereka kecuali di
hadapan suami-suami mereka, atau ayah-ayah mereka, atau ayah-ayah suami mereka
(ayah mertua), atau di hadapan putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau di
hadapan saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka (keponakan
laki-laki), atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau di hadapan wanita-wanita
mereka, atau budak yang mereka miliki, atau laki-laki yang tidak punya syahwat terhadap
wanita, atau anak laki-laki yang masih kecil yang belum mengerti aurat wanita” (An-Nur: 31)
4. Tidak membiarkannya bercampur baur dengan laki-laki yang bukan mahram
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ُ ‫حْمُو اْلَمْو‬
‫ت‬ َ ‫ اْل‬:‫ل‬
َ ‫حْمَو؟ َقا‬
َ ‫ت اْل‬
َ ‫ َأَرَأي‬،‫ل‬
ِ ‫لا‬
َ ‫سْو‬
ُ ‫ َيا َر‬:‫ َقاُلوا‬.‫ساِء‬
َ ‫عَلى الّن‬
َ ‫ل‬
َ ‫خْو‬
ُ ‫ِإّياُكْم َوالّد‬
“Hati-hati kalian dari masuk ke tempat para wanita.” Para sahabat bertanya: “Wahai
Rasulullah, bagaimana pendapatmu dengan ipar?” Beliau menjawab, “Ipar itu maut.”
(HR. Al-Bukhari no. 5232 dan Muslim no. 5638)
Ipar dikatakan maut, maknanya kekhawatiran terhadapnya lebih besar daripada
kekhawatiran dari orang lain yang bukan kerabat. Kejelekan dan fitnah lebih mungkin
terjadi dalam hubungan dengan ipar, karena ipar biasanya bebas keluar masuk
menemui si wanita dan berduaan dengannya tanpa ada pengingkaran, karena
dianggap keluarga sendiri/saudara. Beda halnya dengan ajnabi (lak-laki yang bukan
kerabat).
Yang dimaksud dengan al-hamwu disini adalah kerabat suami selain ayah dan anak laki-laki
suami, karena dua yang disebutkan terakhir ini merupakan mahram bagi si wanita hingga
mereka boleh berduaan dengan si wanita dan tidak disifati dengan maut.
Adapun yang disifati dengan maut adalah saudara laki-laki suami, keponakan laki-laki
suami, paman suami, dan anak paman suami serta selain mereka yang bukan mahram
si wanita (dari kalangan kerabat suami). Kebiasaan yang ada dikalangan orang-orang,
mereka bermudah-mudahan dalam hal ini sehingga ipar dianggap biasa bila berduaan
dengan istri saudaranya. Inilah maut, dan yang seperti ini lebih utama untuk disebutkan
pelarangannya daripada pelarangan dengan ajnabi. (Al-Minhaj, 14/378)
5. Tidak memperhadapkannya kepada fitnah, seperti bepergian meninggalkannya
dalam waktu yang lama atau menempatkannya di lingkungan yang rusak
Seorang suami hendaklah memerhatikan perkara-perkara di atas agar ia dapat menjaga
kehormatan istrinya sebagai bentuk kecemburuannya kepada si istri

Menikmati Indahnya Masa-Masa Awal Pernikahan


Tahun pertama, masa-masa penyesuaian
Kita tak perlu cemas bila dalam masa penyesuaian (transisi menuju
kemapanan) semisal terjadi pertengkaran
Yang terpenting bersama-sama coba menemukan cara penyelesaian
terbaik serta tidak menyia-nyiakan pengalaman sebelumnya untuk
menghadapi masalah selanjutnya
Coba pada tahun awal perkawinan ini, kita beserta istri kita mulai belajar
memupuk minat pada kesukaan dan kegiatan yang sama
Di tahun pertama ini, kita dan istri perlu belajar banyak untuk bisa
senantiasa hidup terasa nyaman bersama, serta tengah mempersiapkan
diri hidup bertiga (kehadiran buah hati)
Meski di tahun-tahun pertama perkawinan ini kita dan istri masih meraba-raba
kearah mana kehidupan pernikahan berjalan, namun alangkah baik kita
beserta istri mulai melihat jauh ke depan
Tentukan rencana jangka pendek dan jangka panjang kehidupan kita
berdua; semisal jumlah anak yang kita berdua inginkan hingga perencanaan
keuangan (sehingga mencukupi kebutuhan pendiidkan keluarga, istri dan
anak)

Tahun kedua, Mulai berkompromi mencari jalan kebaikan bersama


Memasuki tahun kedua, manisnya bulan-bulan madu mulai berkurang.
Pahitnya konflik akibat beda sifat dan pendapat mulai terasa. Kita mungkin
sempat putus asa mengapa suami atau istri kita jadi kelihatan semakin
menyebalkan!
Tak perlu buru-buru cemas atau berprasangka bukan-bukan, meski belum
bisa menerima sepenuhnya perbedaan ini mari kita mulai belajar saling
berkompromi satu dengan yang lain (selama dalam hal yang syari'e)
Mari kita memahami, konflik biasanya timbul bila kita memiliki harapan dan
aspirasi berbeda dari istri (dan juga demikian dengan istri kita)
Maka terus kita usahakan komunikasi lebih erat lagi (lebih cair dan
nyaman), ketahui jelas apa yang kita harapkan dari istri kita dan mari kita
bicarakan secara gamblang dengan istri kita
Di tahun kedua ini, umumnya kita beserta istri sudah menjadi ayah dan ibu.
Berperan ganda sebagai ibu-istri dan ayah-suami memang tidak
mudah
Istri kita yang sibuk mengurus anak-anak jadi sering lupa merawat suami
(bahkan dirinya sendiri)
Kita juga sering lupa memanjakan istri kita (seperti awal-awal nikah
dulu). Seringkali lupa keasyikan dengan kehadiran anak kita
HIngga seringkali semua perhatian kita, waktu dan tenaga tercurah
untuk sang buah hati yang begitu mengesankan (menyenangkan)
Jadi jangan sampai kita lengah, meski sibuk dengan peran-peran baru kita
ini, tetap berusaha terus memberi perhatian khusus pada suami atau istri
kita
Mari memahami, suami atau istri kita begitu butuh untuk merasa tetap
kita cintai
Maka luangkan waktu khusus, ajak istri kita berduaan saja tanpa
gangguan apapun dan siapapun (membuat acara berduaan disetiap
minggunya)
Dan mari kita memahami, bahwa tak ada satupun dari diri kita dan istri kita
yang bisa berubah total dalam waktu singkat (demi memperbaiki
kehidupan bersama)
maka dengan kita memahami hal ini akan terasa ringan (lapang) beban di
hati kita, membuat kita lebih bisa bersabar menghadapi kelemahan atau
kekurangan istri kita (tidak mudah menyalahkan dan bersedih)

Bantu ia dalam mengurus anak-anak (dan peranya sebagai

seorang ibu)

• Pahami ia sebagai seorang ibu


Betapa sulitnya menjadi seorang ibu
Bimbing dan ajari ia menjadi seorang ibu dan pendidik terbaik (mapan) bagi anak-
anak kita
“Ibu adalah madrasah (sekolah) bagi anak-anaknya" (syair Arab)
Tidak terbuai dengan kesenangan bersama anak sehingga melupakan sang
istri/suami (utamakan istri/suami dan pahami kecemburuanya)
Menyadari peranan lebih dari sekadar suami dan istri, abi dan ummi, tapi
sebagai pria dan wanita dewasa yang membutuhkan romantisme disetiap
waktu
Tak perlu malu dilihat anak, justru selayaknya kita bangga sampai tua
masih romantis dengan istri. Bisa menjadi contoh bagi orang lain
(khususnya pada anak kita)
Mari memahami, pendidikan anak adalah buah dari kekuatan cinta dari
perniikahan kita, maka penting menyisihkan waktu luang berdua bebas dari
urusan anak
Hal ini akan membuat hubungan lebih intim (memperkokoh perkawinan
dan keluarga kita)
Terutama bila telah nampak tanda-tanda tamyiz pada anak kita, maka
selayaknya ia mendapat perhatian serius dan pengawasan yang cukup
Sungguh hatinya bagai bening mutiara yang siap menerima segala
sesuatu yang mewarnainya. Jika dibiasakan dengan hal-hal baik, ia
akan berkembang dengan kebaikan sehingga kita (orang tua dan
pendidik) ikut memperoleh pahala namun jika ia dibiasakan dengan
hal-hal buruk maka ia akan tumbuh dengan keburukan dan kitapun
juga ikut memikul dosanya
Miliki sifat pendidik yang sukses:
Berusaha sabar (tidak mudah emosional)
Berusaha bersikap lemah-lembut dan menghindari kekerasan
Memenuhi hati kita dengan penuh rasa kasih-sayang
Memilih yang termudah dari 2 hal selama tidak berdosa
Berusaha bersikap fleksibel
Berusaha bersikap moderat (seimbang)
Memilih saat yang terbaik dalam memberi nasihat
• Bantu untuk mengasuh dan mendidik anak-anak
Jadikan anak kita generasi terbaik dengan bekal ilmu dan teladan terbaik dari diri
kita
Berusaha menjadikanya (mendidik) lebih baik daripada diri kita
Mendidik anak dengan cara sebaik-baiknya dan bersabar
Terapkan metode mendidik secara kerja-sama
Mari kita memahami, anak kita akan lebih mudah memahami dan
mengamalkan hukum-hukum Allah jika ia melihat langsung contohnya dari
kita selaku orangtuanya
kita (Orangtua) adalah guru dan orang terdekat baginya yang wajib jadi teladan
maka kita beserta istri dituntut sungguh-sungguh memberi contoh yang
baik senantiasa dengan memelihara ketaatan serta ketekunan kita dalam
beribadah dan beramal shalih.
Maka insya Allah anak kitapun akan mudah kita ingatkan secara
sukarela
Perlunya kerjasama yang kompak antara kita dan istri
Perlunya planning dan dan penentuan target bersama serta bersama-sama
dalam pelaksanaanya
Ajarkan ilmu hingga mereka...
Mengenal dan mencintai Allah yang menciptakannya dan menciptakan seluruh alam
semesta
Mengenal dan mencintai rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, yang pada diri beliau
suri tauladan yang mulia
Agar mereka mengenal dan memahami Islam untuk diamalkan
Memahami ucapan sahabat Umar bin Khattab ini...
"Didiklah anak-anak kalian dengan metode pendidikan yang berbeda
dengan metode pendidikan yang kalian terima dari orang tua
kalian, karena sesungguhnya mereka diciptakan untuk hidup pada
satu zaman yang berbeda dengan zaman kalian."
(selama tetap istiqomah dalam Al Qur'an dan assunnah)
Pada usia sedini mungkin, ajarkan kalimat-kalimat yang baik serta bacaan Al
Qur’an, sebagaimana dicontohkan para sahabat dan generasi tabi’in dan tabi’ut
tabi’in
"Didiklah anak-anakmu dengan 3 perkara: mencintai Nabimu; mencintai ahlul baitnya;
dan membaca al-quran karena orang-orang yang memelihara Al-Quran itu berada
dalam lindungan singgasana Allah pada hari ketika tidak ada perlindungan selain
daripada perlindungan-Nya; mereka beserta para nabi-Nya dan orang-orang suci" (HR
ath Thabrani)
Pengenalan Kalimat Tauhid
Ketika baru lahir, anak kita perdengarkan adzan dan syahadat. siraman kalimat Tauhid
"Laa illaha illa Allah Muhammadurrasulullah" adalah hal pertama yang harus didengar
anak kita saat pertama menghirup dunia dengan panca inderanya sendiri. Ruh anak kita
bersyahadat mengakui keberadaan Allah hingga kelak berkembang menjadi jati dirinya
Sehingga banyak dari mereka sudah hafal Al Qur’an pada usia sangat belia sebagai
dasar hidupnya
Jadikan itu pemicu untuk kita kembali belajar dan berlomba-lomba dengan anak kita
Hingga setelah menginjak masa anak-anak tinggal mempelajari ilmu-ilmu lainya
Perhatikan shalat sebagai prioritas utama
"Suruhlah anakmu sholat pada saat berumur 7 tahun, dan pukullah bila mereka
enggan melakukannya saat sudah berumur 10 tahun dan pisahkanlah tempat tidur
mereka" (HR. Al-Hakim dan Abu Daud)
Usia dini sekitar 5 hingga 7 tahun adalah umur-umur dimana anak kita harus lebih kita
kenalkan pada ibadah-ibadah yang lebih dari sekedar meniru-niru shalat abi dan umminya.
Dengan menerapkan metoda pembelajaran ini semoga anak kita akan terbiasa
melakukan ibadah dan sudah tidak lagi merasa bahwa ibadah adalah tanggungan
yang mengesalkan

Mendidik anak untuk taat dan hormat dengan mengutamakan ibunya


Didik untuk terbiasa mencium kening ibunya
Mengajari cara menyambut ayah-ibunya, dan mencium tanganya, dll
Jika minta sesuatu, suruh tanyakan dulu pada ibunya
Tidak berlebihan dalam memanjakan anak kita (menuruti semua
permintaanya), namun berusaha agar ia berkorban/bekerja terlebih
dahulu (sebagai bentuk imbalan baginya)
Sikap memanjakan akan menanamkan sifat egois dan membuat sang anak
kurang punya rasa tanggung-jawab dan membuatnya mudah bergantung
pada orang lain
Sehingga kepribadianya akan lemah, kurang bisa menyikapi kegagalan
dengan baik
Jangan sampai cinta kita sebagai orang tua dijadikan tameng dalam
melakukan perbuatan-perbuatan yang kurang baik dan lemah
Bahagiakan anak dan ibunya dengan memuji anak dihadapan ibunya
Bantu: memandikan, mengenakan pakaian, menjaganya dll
Temukan kelucuan pada sang anak dan bersenang-senang denganya
Ajak ia bermain diluar, tidak mengganggu umminya yang sedang beristirahat
Biasakan bermain-main dengan anak dan ibunya
Tunaikan permintaan anak, sehingga waktu malam bisa tenang beristirahat
Dan tak lupa tetap selalu mengarahkan perilaku sang anak (mendidik) bahkan saat
ia sedang bergembira
Perhatian perkembangan akhlaq anak
Terutama akhlaq (berbakti) kepada orang tua
Perhatikan juga siapa teman pergaulanya dan yang paling dekat denganya
Perhatikan dan tanyakan apa yang dilakukanya hari ini...
Menasehati dengan hikmah (sesuai dengan usia dan efektifitas
kepahamanya)
Memperhatikan adab-adab dalam mendidik anak (terutama pada masa-masa tamyiz
hingga masa-masa menjelang baligh). Kami kutip dan edit dari Mathwiyat Darul
Qasim "tsalasun wasilah li ta'dib al abna'' asy, Syaikh Muhammad bin shalih al
Utsaimin rahimahullah)
1. Menjaga anak kita bergaul dengan anak-anak yang biasa bermegah-
megahan, nakal dan angkuh. Pergaulan yang jelek akan sanagt berpengaruh
buruk pada anak kita. Bisa jadi setelah dewasa anak kita akan memiliki akhlak
buruk sebagai akibat pergaulan yang salah di masa kecil (na'u dzubiillahi
mindzalik). Yang demikian bisa kita cegah dengan memberi pendidikan adab
yang baik sedini mungkin
2. Kita tanamkan rasa kecintaan membaca dan menyimak al Qur'an, kitab-kitab dan
buku-buku, terutama di perpustakaan. Membaca al Qur'an dengan tafsirnya, hadits-hadits
Nabi dan juga pelajaran fikih dan lain-lain. Juga kita biasakan menghafal nasihat-nasihat
yang baik, sejarah orang-orang shalih dan zuhud, mengasah jiwanya agar senantiasa
mencintai dan meneladani kebaikan mereka
Serta kita beritahu tentang bahayanya faham dan aqidah yang sesat dan menyimpang serta
bid'ah (terutama yang ada disekitar kita) agar tidak terjerumus kedalamnya
3. Kita didik untuk makan dengan tangan kanan, membaca basmalah sebelumya,
memulai dengan yang terdekat dengannya dan tidak mendahului makan sebelum
yang lainnya (yang lebih tua). Dan cegah anak kita memandangi makanan dan orang yang
sedang makan
4. Tak segan-segan memuji anak kita dan memberi penghargaan yang akan
membahagiakanya jika ia melakukan amal terpuji dan akhlak mulia Dan jika ia
melakukan kesalahan maka nasihati dengan hikmah bahwa apa yang dilakukannya tidak
baik, tanpa perlu buka aib didepan orang lain
5. Jika ia mengulangi perbuatan buruk itu, maka hendaknya kita marahi ditempat yang
terpisah dan tunjukkan tingkat kesalahanya. Katakan padanya jika terus melakukan hal
itu orang-orang akan membenci dan meremehkanya. Namun tak perlu terlalu sering
(mudah ) memarahinya sebab akan menjadikanya kebal dengan kemarahan
6. Kita (ayah) hendaknya menjaga kewibawaan dalam berkomunikasi dengan anak.
tidak menjelek-jelekkan atau bicara kasar kecuali pada saat tertentu. Sedangkan istri
kita (ibunya) hendaknya menciptakan perasaan hormat dan segan pada kita (ayah) dan
memperingatkan anak-anak bahwa jika berbuat buruk maka akan mendapat ancaman dan
kemarahan dari ayah
7. Tumbuhkan pada anak kita (terutama laki-laki) kecintaan hatinya tertambat pada
Masjid. Tanamkanlah kpd anak laki-laki bahwa sholat berjamaah di Mesjid adalah kewajiban
bagi laki-lagi
8. Didik anak kita untuk murah memberi (bersedekah) tanpa berharap apapun dan
jauhkan dari sifat meminta, mengeluh dan menyerah
9. Mencegahnya dari banyak bicara, kecuali yang bermanfaat atau dzikir kepada Allah
10. Didik anak kita memiliki jiwa pemberani penuh semangat membara dan sabar
dalam kondisi sesulit apapun. Puji ia jika bersikap demikian, (sehingga ia akan terus
terpacu)
11. Berikan nak kita mainan atau hiburan yang positif untuk melepaskan kepenatan
atau refreshing, setelah selesai belajar, membaca di perpustakaan atau melakukan
kegiatan lain
12. Jika anak kita telah mencapai usia 7 tahun, maka kita perintahkan untuk shalat dan
tidak sampai membiarkanya meninggalkan bersuci (wudhu) sebelumnya. Cegah pula
anak ki ia dari berdusta dan berkhianat. Dan jika telah baligh, maka bebankan kepadanya
perintah-perintah
13. Biasakan anak-anak untuk bersikap taat kepada orang tua, guru, pengajar (ustadz) dan
secara umum kepada yang usianya lebih tua. Ajarkan agar memandang mereka dengan
penuh hormat. Dan sebisa mungkin dicegah dari bermain-main di sisi mereka (mengganggu
mereka)
14. Kita didik agar tidak tergesa-gesa dalam makan. Hendaknya mengunyahnya dengan
baik dan tidak memasukkan makanan kedalam mulut sebelum habis yang ada di mulut.
Serta berhati-hati agar tidak sampai mengotori pakaian
15. Kita latih untuk tidak bermewah-mewah dalam makan(harus pakai lauk ini itu dll
sehingga kesan kalau makan harus dengannya). Juga kita ajari tidak terlalu banyak makan
dan memberi pujian pada anak yang demikian (untuk mencegah kebiasaan buruk hanya
mementingkan perut)
16. Kita tanamkan agar ia mendahulukan orang lain dalam hal makanan dan mencukupkan
dengan makanan yang sederhana, sehingga tidak terlalu cinta dengan yang enak-enak yang
akhirnya akan sulit ia melepaskanya
17. Buat ia suka jika memakai pakaian berwarna putih, bukan warna-warni dan bukan dari
sutera. Dan ditegaskan sutera itu hanya untuk wanita
18. Mengajari untuk mengingkari jika ada anak laki-laki lain yang memakai sutera atau
isbal (menjulurkan pakaian hingga melebihi mata kaki).
19. Kita jauhkan anak kita dari syair-syair cinta gombal dan hanya sekedar menuruti
hawa nafsu yang akan bisa merusak hati dan jiwanya
20. membiasakan ia menulis indah (khath) dan mengahafal syair-syair tentang
kezuhudan, akhlak mulia sertta semangat juang dan jihad. Semua ini menunjukkan
kesempurnaan sifat dan hiasan yang indah
21. Hendaknya kita cegah dari tidur di siang hari yang akan menyebabkan rasa malas
(kecuali benar-benar perlu). Sebaliknya, di malam hari jika sudah ingin tidur kita biarkan ia
tidur (tidak memaksakan dengan aktivitas tertentu) sebab bisa menimbulkan kebosanan dan
melemahnya kondisi badan
22. Kita jauhkan untuknya tempat tidur yang mewah dan empuk yang akan membuat
badanya mudah terlena dan hanyut dalam kenikmatan yang melemahkan. Ini dapat
mengakibatkan sendi-sendi menjadi kaku karena terlalu lama tidur dan kurang gerak
23. Jangan kita biasakan melakukan sesuatu dengan sembunyi-sembunyi, sebab
ketika ia melakukannya tidak lain karna adanya keyakinan bahwa itu tidak baik
24. Biasakan agar anak kita melakukan olah-raga atau gerak badan di waktu pagi agar
jauh dari rasa malas. Melatih ketrampilan memanah (atau menembak), menunggang kuda,
dan berenang (maka tidak mengapa menyibukkan diri dengan kegiatan itu)
25. Jangan sampai kita biarkan anak kita terbiasa melotot, tergesa-gesa dan bertolak
(berkacak) pinggang seperti perbuatan orang yang membangggakan diri
26. Melarangnya dari membanggakan apa yang dimiliki orang tuanya, pakaian atau
makananya didepan teman sepermainan. Biasakan ia bersikap tawadhu', lemah lembut
dan menghormati temanya
27. Tumbuhkan pada anak kita (terutama laki-laki) agar tidak terlalu mencintai emas
dan perak serta tamak terhadap keduanya. Tanamkan rasa takut akan bahaya mencintai
emas dan perak secara berlebihan, melebihi rasa takut terhadap ular atau kalajengking
28. Jauhkan anak kita dari kebiasaan meludah di tengah majlis atau tempat umum,
membuang ingus ketika ada orang lain, membelakangi sesama muslim dan banyak
menguap
29. Ajari anak kita duduk di lantai dengan bertekuk lutut atau dengan menegakkan
kaki kanan dan menghamparkan yang kiri atau duduk dengan memeluk kedua
punggung kaki dengan posisi kedua lutut tegak. Demikian cara-cara duduk yang
dicontohkan oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam
30. Cegahlah anak kita dari banyak bersumpah, baik sumpah yang benar maupun
dusta agar hal tersebut tidak menjadi kebiasaan
31. Kita cegah anak kita dari berkata keji dan sia-sia seperti melaknat atau mencaci maki.
Juga dari bergaul dengan orang-orang yang biasa melakukanya
Mari kita memahami, mendidik anak (agar tidak sekadar cerdas namun juga
taat dan shalih) saat ini begitu sulit. banyak hal diluar sana yang siap
menerkam anak kita.
Menyerahkan pendidikan penuh pada pendidikan luar begitu berbahaya. Maka
pentingnya kita disini selektif mencarikan pendidikan anak kita beserta
lingkungan yang selamat (pentingnya kita membiayai/menciptakan demi
sebuah lingkungan pembelajaran yang baik)
Mari kita memahami, peran kita pada anak kita belumlah cukup untuk
mengantarkan anak kita menjadi manusia seutuhnya. Anak kita butuh
bersosialisasi dengan lingkungan hingga ia beraktivitas secara luas
Sedang mendidik sendiri dan membatasi pergaulan di rumah juga tidak
mungkin padahal membiarkan anak kita mudah bergaul di lingkungan
(umum) begitu berisiko (bagi anak kita dan kita sebagai orang tua di dunia
dan akhirat)
Kita mengetahui bahwa masyarakat yang ada saat ini banyak sekali
terpengaruh nilai-nilai paham yang buruk seperti materialisme,
sekularisme, permisivisme, hedonisme, dan liberalisme yang menjadi
tantangan besar keluarga Muslim
Hal ini membuat kita dan anak kita hidup dalam lingkungan yang
dilematis. Anak kita mendapat pengajaran agama dari keluarga
namun saat keluar bergaul dengan lingkungan yang banyak
bertentangan dengan yang kita ajarkan (terutama dalam prakteknya)
Dan tarik-menarik pengaruh ini akan begitu mempengaruhi sosok
kepribadian anak kita kelak
Maka perlunya gencar dakwah untuk mengubah sistem
masyarakat yang bertentangan dengan pemahaman Islam yang
shahih harus kita lakukan mulai dari diri kita sendiri. Berharap kelak
akan muncul generasi-generasi islam yang tangguh dan taat dari
lingkungan kita
begitu pentingnya cara menjadi orangtua yang cerdas dan bijak untuk
menjadikan anak-anak kita senantiasa berlaku baik dan taat kepada
Allah
Mendidik anak kita agar taat Syariat (hukum-hukum Allah)
Didik anak kita untuk biasa berpikir yang benar (shahih) dan ilmiyyah dari
kecil dan mengusahakan menghafal dalilnya
Mari kita memahami, pengaruh arus globalisasi, informasi, dan teknologi
begitu besar dalam mewarnai sikap dan perilaku anak.Bukan kita yang
ditandai lebih berani dan agak ’sulit diatur’
Efeknya bagi orang tua seakan-akan anak-anak sekarang beda dengan
anak-anak dulu yang takut dan segan dengan orang tua dan guru
(sekarang anak berani membantah, bandel dan susah diatur)
Kita juga perlu memahami, anak sekarang kecerdasan dan keingin-
tahuanya begitu besar (dari informasi yang begitu berlimpah ia dapat)
hal tersebut membuat anak kita bertanya-tanya (jadi wajar jika tidak
melulu menurut dan diam)
Maka pentingnya kita untuk memperhatikan 2 hal
Pertama, Menanamkan ilmu dari sumber yang benar dan bersih
sejak dini
Yang bersumber shahih dari alquran dan assunnah
Meliputi segala hal yang menyangkut rukun iman, rukun Islam
dan hukum-hukum syariah secara praktis dengan
memberikanya secara bertahap dan sesuai kemampuan nalar
anak kita
Yang terpenting bagaimana merangsang anak kita untuk
menalar secara benar dan mendekatkan pada jalan ilmu
Pada tahap ini kita dituntut bersabar dan penuh kasih sayang.
Sebab, tidak sekali diajarkan anak kita langsung mengerti dan
menurut seperti keinginan kita
Dalam hal shalat misalnya, ajak anak kita tahu ilmu yang akan
merangsang ia menalar mengapa harus shalat. Lalu terus-
menerus ia kita ajak shalat berjamaah di masjid (jika laki-laki),
sehingga anak kita juga tahu bahwa banyak orang Muslim
lainya yang juga melakukan shalat
Kedua, jadikan diri kita teladan pertama dan utama (terus dilihat)
oleh anak kita
Membiasakan memahami suatu hal dengan ilmu yang shahih
(ilmiyyah) adalah cara efektif mengasah ketajaman akal ana kita
Sehingga kelak setelah sempurna akal anak kita, mereka akan
punya prinsip yang tegas dan benar (tidak mudah terpengaruh
pergaulan atau kebanyakan orang keawam an yang salah)
Tanamkan Akidah dan Syariah Sejak Dini
"Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang
menjadikan nya yahudi, nasrani atau majusi" (HR. Bukhari 1385 dan Muslim 2658)
Agar anak kita mengenal betul siapa Allah rabb-nya
Sejak masih bayi dalam kandungan, istri kita bisa memulai dengan sering
mengaji, menyimak laquran dan hadist, memperbanyak dzikir,
mendnegarkanm bacaan yang baik-baik saja (murattal), dll
Setelah lahir kita berkesempatan untuk membiasakan anak kita
mendengarkan ayat-ayat al-Quran
Pada usia dini kita ajak untuk belajar menalar bahwa dirinya, orang
tuanya, seluruh keluarganya, manusia, dunia, dan seluruh isinya
diciptakan oleh Allah. Oleh karena Itu mengapa manusia harus
beribadah dan taat hanya kepada Allah
Anak kita juga kita kenalkan dengan asma dan sifat-sifat Allah (asmaul
husna)
Sehingga anak kita mengetahui betapa Allah Mahabesar,
Mahaperkasa, Mahakaya, Mahakasih, Maha Melihat, Maha
Mendengar, dan seterusnya
Maka setelah anak kita bisa memahami dengan baik, insya Allah akan
tumbuh kesadaran pada dirinya untuk senantiasa
mengagungkan Allah dan hanya bergantung pada Allah. Serta
kita berharap semoga akan tumbuh kecintaan anak kita kepada
Allah sepenuhnya yang akan mendorongnya terus melakukan
amal yang Allah cintai (amalan shalih) yang akan menjadi penyejuk
mata kita
Menanamkan akidah juga kita sertai dengan pengenalan hukum-hukum
syariah secara bertahap
Kita mulai dengan memotivasi anak kita senang melakukan hal-hal
yang dicintai Allah, seperti mengajak shalat berjamaah,
membacakan berdo'a dan berdzikir setiap saat, dan mmebiasakan
membaca al-Quran bersama
Menanamkan akhlaqulkarimah seperti berbakti kepada orangtua,
santun dan sayang kepada sesama, bersikap jujur, berani karena
benar, tidak berbohong, bersabar, tekun bekerja, bersahaja,
sederhana, dan sifat-sifat baik lainnya
dan mengingatkan semua itu semata-mata untuk meraih wajah
(ridha) Allah, bukan mensekutukan dengan pujian atau pamrih
selainya
9 Tips Mendidik Anak agar Taat Syariah (sumber dari sini)
1. Tumbuhkan kecintaan pertama dan utama kepada Allah
2. Ajak anak kita untuk senantiasa mencontoh dan mengikuti kepribadian rasulullah
3. Ajak anak kita hingga terbiasa menghapal, membaca, dan memahami al-Quran
dan sunnah rasulullah
4. Tanamkan kebiasaan beramal untuk meraih syurga dan kasih sayang Allah
5. KIta beri penghargaan serta sanksi yang mendidik atas amalan anak kita yang baik
dan yang buruk
6. Memprofilkan diri kita bserta istri sebagai teladan dalam beribadah dan beramal
shalih
7. Ajarkan secara bertahap hukum-hukum syariah sebelum usia anak kita balig
8. Ramaikan rumah kita, mushola, dan masjid di lingkungan kita dengan kajian
islam, dimana kita dan anak kita berperan aktif
9. Didik anak kita bertanggung jawab dengan kewajiban pada diri sendiri,
keluarganya, lingkunganya, dan agamanya
Membiasakan anak kita mandiri hingga siap menghadapi berbagai tantangan
apapun dalam kehidupanya
Berusaha untuk selalu menjadi orang terdekatnya (sahabat terbaiknya)
dan siap memberikan bantuan padanya bila memang perlu
Tapi bila sang anak masih mampu melakukannya sendiri, berusaha untuk
melepaskannya; memberi kepercayaan penuh padanya
Biarkan kehidupnya lebih realistis dan alami sesuai kodratnya, salah
satunya dengan membiarkan ia melakukan tugas-pekerjaan-beban-
masalahnya sendiri yang ia masih mampu
Sehingga kemampuanya menyesuaikan diri dan kepercayan dirinya
meningkat, dan sang anak bisa mengambil pelajaran berharga dari
tantangan-tantangan yang telah ia hadapi
Cara saling menasehati dengan lebih baik
Buat diary khusus (membiasakan tertulis) sebagai wahana saling
menasehati, saling memperbaiki dan bukti cinta (perhatian) kita
Catatan didalamnya: Abi-ummi kepada sang anak dan juga sebaliknya
sang anak kepada abi dan umminya
Dan juga sang istri kepada suami demikian juga sang suami kepada
istri
Kita catat didalamnya semisal: prestasinya hari ini, catatan-catatan
kegiatanya hari ini dll
Dan terutama daftar kesalahnya yang jadi point penting untuk perbaikan
dan kemajuan sang anak/abi/umminya
Puji terlebih dahulu prestasi dan kelebihanya tulus kebaikan sang
anak/abi/umminya (yang sedang dinasehati)
Berikanlah kesempatan kepadanya agar ia dapat merasakan
kesuksesannya terlebih dahulu sebelum ia merasakan
kekurangannya
Maka saat sang anak menunjukkan hasil karyanya, hendaknya kita
memberi pujian akan kelebihan karyanya (spontan dan pada saat
yang tepat)
Berusaha tidak berlebihan dalam memuji anak
Sesuai tabiatnya anak memang butuh pujian asal tidak
berlebihan
Puji akhlaq atau perilakunya yang sholeh/baik serta ketaatanya
kepada Allah dan kedua orang tuanya
Beri sang anak motivasi melakukan hal-hal baru, menekuni hal-
hal yang lebih sulit
Biarkan rasa percaya diri dan optimisme muncul melalui
usaha-usahanya sendiri yang bisa dibanggakan
Dan baru setelah itu kita ajak (yang bersangkutan) berdiskusi
apa saja yang kira-kira kurang atau masih perlu diperbaiki
Namun tidak memperlihatkan padanya rasa putus asa dalam
memperbaiki kepribadian, kesalahan atau kekuranganya
Sebab malah akan memperkuat keinginanya membangkang
Setiap hari akan selalu ada hal-hal baru dalam kehidupan
kita dan anak kita
Yang akan membawa kesempatan baru pula untuk kita
jadikan sarana agar hubungan kita dengan sang anak
lebih dekat dari hari-hari sebelumnya
Hal ini juga akan membantu kita mengenali potensi-potensi dan
kemampuan yang dimiliki anak kita
Berusaha mengendalikan emosi dan tetap bersikap tenang dengan
kerepotan menghadapi kesulitan anak kita
Cari waktu untuk menegur yang paling efektif
Tergantung jenis kesalahan; terutama di forum terbuka keluarga (waktu
ngumpul-ngumpul seluruh keluarga tiap ba'da shalat jamaah maghrib
atau i'sya' sepulang dari masjid)
Cari cara yang paling terasa halus, lembut dan mendalam (efektif), contoh:
Tidak perlu langsung menegur saat itu, cukup beri isyarat waktu itu
(tergantung jenis kesalahan)
Dan tak perlu melontarkan satu pertanyaan atau komentar tidak
langsung ketika kita memerintahkan sang anak melakukan
sesuatu
Seperti mengatakan padanya "mengapa mainananya ditebarkan
kemana-mana?" atau "Nggak baik menebarkan mainan dengan
cara seperti ini!"
Sebab malah memicu ia menjawab pertanyaan atau komentar
kita yang berarti kita telah memberi kesempatan padanya
membuat-buat alasan
Namun setelah semuanya kembali rapi dan hatinya mulai kelihatan tenang,
baru kita mengajaknya berbicara dari hati ke hati
Mungkin sikapnya tadi sebagai bentuk protes kepada kita atau hanya
sekedar menuntut perhatian kita
Contoh lagi semisal sang anak membuat kesalahan saat didepan tamu
atau didepan orang banyak
Tidak perlu langsung menegur saat itu, cukup beri isyarat waktu itu
(tergantung jenis kesalahan)
Dan ketika saatnya tepat pada hari itu (sang anak juga siap)
Ajak sang anak kedalam kamarnya dan kita kunci kamar sambil
membawa diary kita (ummi atau abinya sendiri atau kedua-
duanya tergantung efektifitas sesuai jenis kesalahan)
Ajak anak duduk di kasur dan buka percakapan semisal...
"Wahai Buah Hati yang sangat ummi/abi cintai"...
Kemudian kita buka diary dan menanyakan...
"Kira-kira buah hati ummi/abi sudah berbuat kesalahan apa hari ini?"
"Mengapa buah hati ummi/abi melakukan perbuatan seperti
itu?"
“Mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan kita semua, abi, ummi dan
ananda tercinta petunjuk”
Biarkan sang anak menyebut sendiri, mengakui kesalahanya...
"Biarkan rasa bersalah dan ingin memperbaiki kesalahan terbit dari dalam dirinya
sendiri"
Hormati posisi sang anak sebaik-baiknya (tanpa perlu melukai
hatinya)
Memahami begitu berharganya anak-anak kita, amanah
yang Allah berikan
Mari kita mencoba untuk lebih banyak bersyukur dengan
mengingat banyak pasangan yang mengharapkan anak
bertahun-tahun belum juga Allah mengabulkanya
"Relakah kita melukai hati anak-anak tercinta kita tanpa haq?"
Dan hal semisal ini kita lakukan setiap menasehati baik kepada
sang anak, kepada sang istri maupun kepada sang suami
maupun sang anak sendiri kepada orang-tuanya
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~
Mulai ana susun dan kaji sekitar akhir 2006
Afwan ini hanya berupa rangkuman dan hal-hal praktis saja dengan bahasa yang
semudah mungkin dan mengena...
Silahkan ditambah dengan kreativitas yang lebih
Melengkapi postingan seputar pernikahan semoga bermanfaat...
http://arrohwany.multiply.com/journal/item/3929/Semua_Tentang_Pernikahan_Pacaran_
Boleh_Nggak
http://arrohwany.multiply.com/journal/item/154/Kiat_Efektif_Mengenal_Calon_Tanpa_Pa
caran

Menulis dengan sepenuh rasa, hati dan cinta


Seorang hamba yang begitu mengharap kasih-sayang dari Allah
Abu Bustham Muhammad Ulinnuha

Anda mungkin juga menyukai