Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Pengertian Syukur
Syukur secara umum, syukur berarti berterima kasih , merasa gembira serta puas atas
segala nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Sedangkan secara khusus, syukur berti
taat dan patuh menjalankan semua perintah –perintah Allah dan menjauhi segala
larangan –laranganNya, baik secara lahir dan batin, baik secara lisan maupun dalam
hati, baik secara sembunyi maupun terang- terangan.

2. Perintah Syukur
Allah telah memerintahkan kepada hamba Nya untuk senantiasa bersyukur , untuk
senantiasa memanjatkan puji-pujian, kehadirat Nya. Dan pada hakitaknya bersyukur
bermanfaat bagi orang yang melaksanakan syukur.

Dalam hal ini, Allah Ta’ ala berfirman dalam surat An Nahl ayat 114:
“ Dan bersyukurlah kalian atas nikmat Allah ( yang telah diberikan kepada kita ), jika
kamu benar-benar menyembah kepada –Nya.

Dan firman Nya lagi yang artinya

“ Dan bararang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya untuk berbuat


Kebaikan dirinya sendiri ; dan barng siapa yang ingKAR, maka sesunguhnya tuhan ku
maha kaya lagi maha mulia.
Cara manjaga iman

1. Pelajarilah berbagai ilmu agama Islam yang bersumber


pada Al-Qur’an dan Hadits

a. Perbanyaklah membaca Al-Qur’an dan renungkan


maknanya.

Ayat-ayat Al-Qur’an memiliki target yang luas dan spesifik sesuai


kebutuhan masing-masing orang yang sedang mencari atau memuliakan
Tuhannya. Sebagian ayat Al-Qur’an mampu menggetarkan kulit
seseorang yang sedang mencari kemuliaan Allah, dilain pihak Al-Qur’an
mampu membuat menangis seorang pendosa, atau membuat tenang
seorang pencari ketenangan.

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh


dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan
supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai
pikiran.” (QS, Shaad 38:29)
”Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang lalim selain
kerugian.” (QS, al-Israa’ 17:82)

b. Pelajarilah ilmu mengenai Asma’ul Husna, Sifat-sifat


Yang Maha Agung.

Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Mendengar,


Maha Melihat dan Maha Mengetahui, maka ia akan menahan
lidahnya, anggota tubuhnya dan gerakan hatinya dari apapun
yang tidak disukai Allah.
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Indah, Maha
Agung dan Maha Perkasa, maka semakin besarlah keinginannya
untuk bertemu Allah di hari akhirat sehingga iapun secara cermat
memenuhi berbagai persyaratan yang diminta Allah untuk bisa
bertemu dengan-Nya (yaitu dengan memperbanyak amal ibadah).

Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Santun, Maha


Halus dan Maha Penyabar, maka iapun merasa malu ketika ia marah,
dan hidupnya merasa tenang karena tahu bahwa ia dijaga oleh
Tuhannya secara lembut dan sabar.

c. Pelajari dengan cermat sejarah (Siroh) kehidupan


Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalaam.

Dengan memahami perilaku, keagungan dan perjuangan


Rasulullah, akan menumbuhkan rasa cinta kita terhadapnya,
kemudian berkembang menjadi keinginan untuk mencontoh semua
perilaku beliau dan mematuhi pesan-pesan beliau selaku utusan
Allah.
Seorang sahabat r.a. mendatangi Rasulullah shallahu ‘alaihi
wasalaam dan bertanya, “Wahai Rasul Allah, kapan tibanya hari
akhirat?”. Rasulullah saw balik bertanya : “Apakah yang telah
engkau persiapkan untuk menghadapi hari akhirat?”. Si sahabat
menjawab , “Wahai Rasulullah, aku telah sholat, puasa dan
bersedekah selama ini, tetap saja rasanya semua itu belum cukup.
Namun didalam hati, aku sangat mencintai dirimu, ya Rasulullah”.
Rasulullah  Shallahu ‘Alaihi Wasalaam menjawab, “Insya Allah, di
akhirat kelak engkau akan bersama orang yang engkau cintai”. (HR
Muslim) Inilah hadits yang sangat disukai para sahabat Rasulullah
Shallahu ‘Alaihi Wasalaam. Jelaslah bahwa mencintai Rasulullah
adalah salah satu jalan menuju surga, dan membaca riwayat
hidupnya (siroh) adalah cara terpenting untuk lebih mudah
memahami dan mencintai Rasulullah  Shallahu ‘Alaihi Wasalaam.
d. Mempelajari Jasa-jasa dan Kualitas Agama Islam

Perenungan terhadap syariat Islam, hukum-hukumnya, akhlak


yang diajarkannya, perintah dan larangannya, akan menimbulkan
kekaguman terhadap kesempurnaan ajaran agama Islam ini.
Tidak ada agama lain yang memiliki aturan dan etiket yang
sedemikian rincinya seperti Islam, dimana untuk makan dan ke
WC pun ada adabnya, untuk aspek hukum dan ekonomi ada
aturannya, bahkan untuk berhubungan suami -istripun ada
aturannya.

e. Mempelajari Kehidupan Orang-orang Sholeh (generasi Shalafus


Sholihin, para sahabat Rasulullah  Shallahu ‘Alaihi Wasalaam, murid-
murid para sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in)

Mereka adalah generasi-generasi terbaik dari Islam. Mereka


adalah orang-orang yang kadar keimanannya diibaratkan sebesar
gunung Uhud sementara manusia zaman kini diibaratkan kadar
keimananya tak lebih dari sebutir debu dari gunung Uhud. Umar r.a.
pernah memuntahkan makanan yang sudah masuk ke perutnya
ketika tahu bahwa makanan yang diberikan padanya kurang halal
sumbernya. Sejarah lain menceritakan tentang lumrahnya seorang
tabi’in meng-khatamkan Qur’an dalam satu kali sholatnya. Atau
cerita tentang seorang sholeh yang lebih dari 40 tahun hidupnya
berturut-turut tidak pernah sholat wajib sendiri kecuali berjamaah
di mesjid. Atau seorang sholeh yang menangis karena lupa mengucap
doa ketika masuk mesjid. Inilah cerita-cerita teladan yang mampu
menggetarkan hati seorang yang sedang meningkatkan
keimanannnya.

2. Renungkanlah tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam


(ma’rifatullah)

Singkirkan dulu kesombongan akal kita, renungkan secara tulus


bagaimana alam ini diciptakan. Sungguh pasti ada kekuatan luar
biasa yang mampu menciptakan alam yang sempurna ini, sebuah
struktur dan sistem kehidupan yang rapi, mulai dari tata surya,
galaksi hingga struktur pohon dan sel-sel atom.
Adalah lumrah, bahwa sesuatu yang tidak mungkin diciptakan
manusia, pastilah diciptakan sesuatu yang Maha Kuasa, Maha
Besar. Inilah yang menambah kecilnya diri kita dan menambah
kekaguman dan cinta serta iman kita kepada Sang Pencipta alam
semesta ini.

3. Berusaha keras melakukan amal perbuatan yang baik secara


ikhlas

Amal perbuatan perlu digerakkan. Dimulai dari hati, kemudian


terungkap melalui lidah kita dan kemudian anggota tubuh kita. Selain
ikhlas, diperlukan usaha dan keseriusan untuk melakukan amalan-
amalan ini.
a. Amalan Hati
Dilakukan melalui pembersihan hati kita dari sifat-sifat buruk, selalu
menjaga kesucian hati. Ciptakan sifat-sifat sabar dan tawakal, penuh
takut dan harap akan Allah. Jauhi sifat tamak, kikir, prasangka buruk
dan sebagainya.
b. Amalan Lidah
Perbanyak membaca Al-Qur’an, zikir, bertasbih, tahlil, takbir, istighfar,
mengirim salam dan sholawat kepada Rasulullah dan mengajak orang
lain kepada kebaikan, melarang kemungkaran.
c. Amalan Anggota Tubuh
Dilakukan melalui kepatuhan dalam sholat, pengorbanan untuk
bersedekah, perjuangan untuk berhaji hingga disiplin untuk sholat
berjamaah di mesjid (khususnya bagi pria).

SEBAB-SEBAB TURUNNYA KADAR IMAN :

Sebab-sebab dari dalam diri kita sendiri (Internal) :

1. Kebodohan
Kebodohan merupakan pangkal dari berbagai perbuatan buruk.
Seseorang berbuat jahat boleh jadi karena ia tak tahu bahwa
perbuatan itu dilarang agama, atau ia tidak tahu ancaman dan
bahaya yang akan dihadapinya kelak di akhirat, atau ia tidak tahu
keperkasaan Sang Maha Kuasa yang mengatur denyut jantungnya,
mengatur musibah dan rezekinya.
2. Ketidakpedulian, keengganan dan melupakan
Ketidakpedulian menyebabkan pikiran seseorang diisi dengan hal-hal
duniawi yang hanya ia sukai (yang ia pedulikan), sedangkan yang bukan
ia sukai tidak diberi tempat dipikirannya. Ini menyebabkan ia tidak
ingat (dzikir) pada Allah, sifatnya tidak tulus, tidak punya rasa takut dan
malu (kepada Allah), tidak merasa berdosa (tidak perlu tobat), dan bisa
jadi ia menjadi sombong karena tidak merasakan pentingnya berbuat
rendah hati dan sederhana.
Kengganan seseorang untuk melakukan suatu kebaikan padahal ia tahu
hal itu telah diperintahkan Allah, maka ia termasuk orang yang men-
zhalimi (melalaikan) dirinya sendiri. Allah akan mengunci hatinya dari
jalan yang lurus (al-Kahfi 18:5), dan ia akan menjadi teman syeitan
(Thaaha 20:124).
Melupakan kewajiban dan kepatuhan seseorang dalam beribadah
berawal dari sifat lalai atau lemah hatinya. Waktu dan energinya harus
didorong agar diisi lebih banyak dengan perbuatan amal sholeh, kalau
tidak maka kesenangan duniawi akan semakin menguasai dirinya hingga
ia semakin jauh dari ingat (dzikir) kepada Allah.

3. Menyepelekan dan melakukan perbuatan dosa


Awal dari perbuatan dosa adalah sikap menyepelekan (tidak patuh
terhadap) perintah dan larangan Allah. Perbuatan dosa umumnya
dilakukan secara bertahap, misalnya dimulai dari zinah pandangan mata
yang dianggap dosa kecil kemudian berkembang menjadi zinah tubuh.
Dosa-dosa kecil yang disepelekan merupakan proses pendidikan jahat
(pembiasaan) untuk menyepelekan dosa-dosa besar. Karena itu basmilah
dosa-dosa kecil selagi belum tumbuh menjadi dosa besar.

4. Jiwa yang selalu memerintahkan berbuat jahat


Ibnul Qayyim Al Jauziyyah mengatakan, Allah menggabungkan dua
jiwa, yakni jiwa jahat dan jiwa yang tenang sekaligus dalam diri
manusia, dan mereka saling bermusuhan dalam diri seorang manusia.
Disaat salah satu melemah, maka yang lain menguat. Perang antar
keduanya berlangsung terus hingga si empunya jiwa meninggal dunia.
Adalah sungguh merugi orang-orang yang jiwa jahatnya menguasai
tubuhnya. Seperti sabda Rasulullah, “..barang siapa yang diberi
petunjuk Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang
siapa yang disesatkannya maka tidak ada seorangpun yang dapat
memberinya petunjuk”. Sifat lalai, tidak mau belajar agama, sombong
dan tidak peduli merupakan beberapa cara untuk membiarkan jiwa
jahat dalam tubuh kita berkuasa. Sedangkan sifat rendah hati, mau
belajar, mau melakukan instropeksi (muhasabah) merupakan cara untuk
memperkuat jiwa kebaikan (jiwa tenang) yang ada dalam tubuh kita.

Sebab-sebab dari luar diri kita (External) :

1. Syaitan
Syaitan adalah musuh manusia. Tujuan syaitan adalah untuk merusak
keimanan orang. Siapa saja yang tidak membentengi dirinya dengan
selalu mengingat Allah maka ia menjadi sarang syaitan,
menjerumuskannya dalam kesesatan, ketidak patuhan terhadap Allah,
membujuknya melakukan dosa.

2. Bujukan dan rayuan dunia


Allah Subhanahu WaTa’ala berfirman : “Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta
berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan
yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman
itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi
hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari
Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah
kesenangan yang menipu”. (QS, al-Hadiid 57:20).
Tujuan hidup manusia seluruhnya untuk akhirat. Apapun kegiatan
dunia yang kita lakukan, seperti mencari nafkah,  bertemu teman dan
keluarga, seharusnya semua itu ditujukan untuk meraih pahala akhirat.
Tidak secuilpun dari kegiatan duniawi boleh dilepaskan dari aturan
main yang diperintahkan atau dilarang Allah. Ibnul Qayyim
mengibaratkan hati sebagai suatu wadah bagi tujuan hidup manusia
(akhirat dan duniawi) dengan kapasitas (daya tampung) tertentu. Ketika
tujuan duniawi tumbuh maka ia akan mengurangi porsi tujuan akhirat.
Ketika porsi tujuan akhirat bertambah maka porsi tujuan duniawi
berkurang. Dalam situasi dimana tujuan dunia menguasai hati kita maka
hanya tersisa sedikit porsi akhirat di hati kita, dan inilah awal dari
menurunnya keimanan kita.
3. Pergaulan yang buruk
Rasulullah bersabda : “Seseorang itu terletak pada agama teman
dekatnya, sehingga masing-masing kamu sebaiknya melihat kepada siapa
dia mengambil teman dekatnya” (HR Tirmidzi, Abu Dawud, al-Hakim,
al-Baghawi).
Seorang teman yang sholeh selalu memperhatikan perintah dan larangan
Allah, karenanya ia selalu mengajak siapa saja orang disekitarnya untuk
menuju kepada kebaikan dan mengingatkan mereka bila mendekati
kemungkaran. Teman dan sahabat yang sholeh sangat penting kita miliki
di zaman kini dimana pergaulan manusia sudah sangat bebas dan tidak
lagi memperhatikan nilai-nilai agama Islam. Berada diantara teman-
teman yang sholeh akan membuat seorang wanita tidak merasa asing
bila mengenakan jilbab. Demikian pula seorang pria bisa merasa
bersalah bila ia membicarakan aurat wanita diantara orang-orang
sholeh. Sebaliknya berada diantara orang-orang yang tidak sholeh atau
berperilaku buruk menjadikan kita dipandang aneh bila berjilbab atau
bahkan ketika hendak melakukan sholat.

Menaikkan kadar iman bukanlah suatu pekerjaan mudah, karena begitu


banyak usaha (menuntut ilmu, amalan-amalan) yang harus kita lakukan
disamping godaan (syaitan, duniawi) yang akan kita hadapi. Paling tidak
kita termasuk orang-orang yang lebih beruntung dibanding orang lain
yang belum sempat mengetahui “sebab-sebab naik-turunnya iman”
dalam tulisan ini. Mari kita ingatkan teman-teman kita dengan
menyebarkan tulisan ini.

Sumber :
1. Sebab-sebab Naik Turunnya Iman, oleh Syaikh Abdur Razzaaq al-Abbaad
2. Asma’ul Husna, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
3. Penawar Hati yang Sakit, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
ALAT –ALAT TUBUH BAGIAN DALAM MAHLUK HIDUP

PETA KONSEP

ALAT
TUBUH

HIDUNG,TENGGORO
MANUSIA
KAN, PARU-PARU

ALAT PERNPASAN

PARU-
HEWAN
PARU,INSANG,TRAKE
A DAN KULIT

MULUT, KERONGKONGAN, LAMBUNG,USUS


HALUS, HATI, USUS BESAR.

ALAT
PENCERNAAN

ALAT JANTUNG DAN PEMBULUH


PEREDARAN DARAH
DARAH

Anda mungkin juga menyukai