Anda di halaman 1dari 10

BADAI DI MULA PERJUANGAN

Press Release KAMMI Komisariat UNJ

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang Maha Esa, yang Maha Hidup untuk
senantiasa terus menerus mengurus makhlukNya. Minggu malam itu kelabu. Sang bulan
muncul namun tak seterang seperti rembulan sedia kala, karena masih berada dibalik awan
yang menyembunyikan rona keindahannya. Bintangpun hadir dengan kerlap-kerlip kecil
sinarnya. Sementara itu jauh dibawah mereka terdapat anak Adam yang sibuk dengan
aktifitasnya masing-masing. Itulah warga. Warga seperti biasanya, menjalankan aktifitasnya
masing-masing, Ada yang bercengkerama di pos siskamling, Ada yang tengah menonton
televisi, Ada yang membuat persiapan tersendiri untuk menyambut hari kerja kembali, Serta
kegiatan lainnya. Bahkan di Sekretariat KAMMI Komisariat UNJ (yang baru ditempati
kurang lebih satu bulan) juga tak ketinggalan, ada dua orang personil yang tengah standby di
markas dakwah ini. Mereka asyik mengobrol terlebih lagi hadirnya sang pemilik kontrakan
(Sekretariat KAMMI Komisariat UNJ) yang kita kenal dengan sebutan Pak Jack.

Tidak terasa karena saking asyiknya mengobrol dengan Pak Jack ternyata jam dinding
menunjukkan kurang lebih pukul 22.00 WIB. Mereka bertiga hanyut dengan obrolan / diskusi
mengenai kontrakan (Sekretariat KAMMI Komisariat UNJ). Tetapi tiba-tiba suasana dengan
obrolan asyik itu terusik dengan gemuruh teriakan warga. “API... API..”. Teriakan itu tidak
terdengar hanya sekali atau dua kali, melainkan berkali-kali yang menandakan sebuah hal
yang serius dan mengkhawatirkan. Maka dengan serta merta teriakan itu menyadarkan
mereka untuk menghentikan aktifitasnya dan bergegas keluar melihat kejadian yang terjadi.
Ternyata masyarakat sudah penuh berkumpul didepan, tepat didepan dirumah samping
mushola. Ternyata ada api yang tengah membesar di lokasi tersebut.

Kebakaran itu tidak disangka-sangka kehadirannya. Terlebih saat itu mayoritas kita sedang
beraktivitas normal. Menurut pengakuan beberapa warga sekitar kurang lebih pukul 22.30
WIB gemericik api mulai menari-nari tepat didepan rumah di depan mushola. Kemudian
beberapa detik kemudian api sudah menjadi raksasa. Sebuah pemandangan yang
mengharukan karena suasana ditempat kejadian amatlah minim tenaga untuk memadamkan
api agar tidak berhasil menyambar kemana-mana. Mayoritas warga disibukkan oleh kegiatan
pribadinya, yaitu menyelamatkan harta benda yang masih berharga. Tak lama kemudian
polisi (Polsek Pulogadung) pun serat merta ikut andil memberikan bantuan untuk seluruh
warga yang berada di sana. Disisi lain ternyata suasana semakin menjadi kacau dan gaduh.
Sontak seluruh warga yang masih terjaga disekitar tempat kejadian pun berdatangan ke
tempat kejadian perkara. Ada yang berteriak “KEBAKARAN..API..API..”, Bertakbir, lalu
ada yang Adzan serta berusaha mengambil air dengan ember maupun selang kecil untuk
memadamkannya serta ada juga sebagian lain yang sudah menyelamatkan diri, keluarga dan
harta bendanya, serta aktivitas lainnya yang bisa kita bayangkan ketika berada di situasi
seperti itu.

Dikarenakan saat itu warga belum memiliki persiapan yang lebih terutama dalam
penanggulangan bencana, maka api dengan cepat terus menyambar sekelilingnya, terlebih
lagi dengan padatnya rumah penduduk yang berada di sana. Kemudian angin yang lumayan
cukup kencang semakin memudahkan api untuk berpindah-pindah tempat dan bergulung-
gulung dari rumah satu kerumah yang lain, seolah-olah tidak memberikan kesempatan
terhadap warga yang ingin memadamkannya.

Suasana menjadi lebih kacau karena banyak warga yang menolak untuk dievakuasi ke tempat
yang lebih aman. Api terus menjulang tinggi memerah, kemudian menyambar kerumah-
rumah penduduk yang berada disana, kabel-kabel PLN terputus karena dilahap si jago merah,
aliran listrikpun padam, ditambah ledakan-ledakan gas elpiji yang amat khas aroma dan
bunyinya, maka semakin menambah kengerian kondisi disana. Keadaan disekitar kebakaran
menjadi hangat secara drastis, seolah mengusir dinginnya malam. Penduduk sangat panik,
karena sijago merah mulai menuju rumah-rumah mereka dan melahap seluruh harta benda
atau bahkan mengancam keadaan mereka, keluarga dan sanak saudara. Penduduk dari luar
lokasi mulai berdatangan, Ada yang membantu dan ada juga yang sekedar hanya melihat
kebakaran yang terjadi. Pada saat genting seperti itu, penduduk mulai sedikit lega karena
terdengar suara sirine yang mengaung-ngaung berarti menandakan hadirnya bantuan untuk
memadamkan kebakaran tersebut, yakni Unit Pemadam Kebakaran dan beberapa mobil
ambulance. Diberitakan ada kurang lebih 15-20 mobil unit pemadam kebakaran yang
diberangkatkan untuk memadamkan kebakaran tersebut. Namun tidak disangka pula, mobil
pemadam kebakaran yang datangpun kesulitan masuk karena akses masuk ke lokasi
sangatlah sempit dan tidak memungkinkan mereka untuk masuk kelokasi karena padatnya
masyarakat yang berada ditempat kejadian. Secercah harapan ternyata masih ada, ternyata
setelah dikondisikan. Akhirnya 3 dari 15-20 unit mobil pemadam kebakaran bisa lebih dekat
menjangkau lokasi kejadian sehingga memudahkan petugas untuk merangsek maju untuk
memadamkan kobaran api yang sudah mulai membesar dan merambat luar biasa. Pemadam
kebakaran bersama warga akhirnya terus menerus menggempur lautan api yang semakin
brutal tak terkendali yang selalu melahap benda-benda yang dilewatinya. Akhirnya beberapa
jam kemudian api dapat ditaklukkan, yakni sekitar pukul 02.00 WIB (dini hari).

Ditaksir kurang lebih ada sekitar 85 rumah, 1 mushola (An-Nur), pos siskamling warga, serta
sekretariat salah satu Parpol dan juga sekretariat organisasi kemahasiswaan (KAMMI
Komisariat UNJ) yang habis terbakar atas kejadian tersebut. Jadi diperkirakan kurang lebih
sekitar 450 warga dan 130 Kepala Keluarga yang tengah menderita pada musibah kebakaran
kali ini. Belum lagi kerugian materil yang jumlahnya milyaran rupiah.

Pasca peristiwa kebakaran tersebut, sebagian warga ada yang mengungsi ke pos-pos relawan
kemanusiaan yang berada di sekitar lokasi, masjid As-Salam, serta tidak sedikit juga yang
mengungsi ke rumah-rumah saudara mereka. Tangis serta perasaan haru terus berkecamuk di
lokasi kejadian dikarenakan shock, bahkan menurut pengakuan beberapa masyarakat
perasaan trauma itu masih ada. Saat ini sudah ada beberapa relawan kemanusiaan yang
dengan serta merta terpanggil untuk memberikan bantuannya kepada warga yang terkena
musibah. Beberapa diantaranya adalah Mahasiswa UNJ, TAGANA, PMI, PP, Parpol, serta
tak ketinggalan KAMMI Komisariat UNJ (dibantu oleh KAMMI Daerah Jakarta dan
KAMMI Reaksi Cepat) yang tengah rela mendedikasikan diri mereka meskipun mereka juga
termasuk korban. Tetapi ini belumlah cukup, warga masih menunggu bala bantuan yang
mungkin akan menyusul selanjutnya, dan sudah merupakan Sunnatullah, yang kuat menolong
yang lemah. Artinya tidak ada alasan bagi kalian yang telah menyaksikan dan mendapatkan
informasi mengenai kebakaran tersebut untuk diam dan duduk rapih nan manis.

Hingga saat ini KAMMI Komisariat UNJ membuka posko kemanusiaan di tengah-tengah
lokasi bencana. Kebutuhan yang paling dibutuhkan oleh para pengungsi adalah:

1. Pakaian bekas
2. Susu bayi
3. Masker
4. Tenda (terpal berteduh)
5. Alat Shalat
6. Alas Tidur
7. Selimut
8. Bahan Makanan (setelah 3 hari kejadian)
9. Bantuan Moril maupun Materil dari kita semua

Bagi Anda yang tergerak untuk berbagi, bantuan tersebut bisa Anda percayakan pada
KAMMI Komisariat UNJ dalam menyalurkannya.
Cp: 085261713528 atau 0856200463

BIDANG PERGERAKAN (KP dan PP)

Diposkan oleh KAMMI Komisariat UNJ di 14:16 0 komentar

Rabu, 23 Februari 2011


Idealisme Kepemimpinan dalam Fase Rekonstruksi Gerakan KAMMI

Idealisme Kepemimpinan dalam

Fase Rekonstruksi Gerakan KAMMI


Oleh: Akmal Junmiadi

(Aktivis KAMMI Komisariat UNJ)

"Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas


di bumi itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan
mereka orang-orang yang mewarisi".

(Q.S Al-Qashas : 5)

Disorientasi Gerakan Mahasiswa Pasca Reformasi

Lebih dari satu dekade lamanya gerakan mahasiswa muslim tarbiyah


telah menggegas dan mengawal Era Reformasi di negeri ini. Namun yang
menjadi pertanyaan besarnya adalah apa saja kontribusi besar yang sudah
dilakukan untuk memberikan perubahan besar dalam wacana reformasi
tersebut.? Kejayaan wacana reformasi yang menggaung lepas ditahun 1998 kini
tak lagi terdengar menyeruak sebagai angin perubahan bangsa menuju arah
yang benar-benar jauh lebih baik. Reformasi yang menandakan hadirnya proses
demokrasi sebagai sistem yang diyakini dapat memberikan pencerahan, setelah
lama terkekang dalam cengkraman rezim Orde Baru selama 32 tahun, kini tak
ubahnya hanya sekedar bentuk proses demokrasi prosedural yang semu
terhadap makna substansial demokrasi itu sendiri. Wajah-wajah lama para elit
orba masih menjadi ikon pemain dan penentu utama setiap kebijakan atas
bangsa dan negeri ini. Tak ada yang berubah melainkan topeng dan polesan
para pemimpin yang korup tersebut agar lebih dikenal bersih dari keburukannya
yang pernah dilakukan di zaman orba.

Disisi lain gerakan mahasiswa semakin lama terus terkikis dan


mengalami penurunan yang cukup mengkhawatirkan. Mahasiswa seakan lupa
dan kembali amnesia terhadap sejarah dan perannya yang menentukan arah
besar suatu proses kebangkitan bangsa. Ironi memang melihat gerakan
mahasiswa saat ini hanya dapat berephoria terhadap perjuangan mahasiswa
angkatan 1998. Sibuk memperlihatkan eksistensi hingga lupa akan peran utama
dari gerakannya. Atau memang sedemikian pragmatisnya sampai mau menjual
idealisme yang diusungnya demi kepentingan elit penguasa tertentu. Apabila hal
teresebut benar terjadi maka tak ayal lagi gerakan mahasiswa hanya digunakan
atas mandataris suatu kepentingan dalam momentum politik tertentu saja.
Selebihnya lebih suka dijadikan penonton dan penyorak para pemain kebijakan
elit politik penguasa saat ini.

Basis utama gerakan mahasiswa yang berada dikampus-kampus, kini


lebih suka dijadikan lahan garapan dan rebutan kepentingan golongan yang
terfragmentasi. Penguasaan terhadap lembaga-lembaga formal kampus banyak
yang hanya dijadikan sebagai simbol status qou kepemimpinan para aktivis
gerakan pendahulunya. Tanpa mempertanyakan orientasi yang jelas mata
rantai perjuangan gerakan sebagai tanggung jawab estafet kepemimpinan yang
harus dilanjutkan. Apakah memang ketajaman daya nalar intelektual kritis
mahasiswa saat ini sudah semakin tumpul hingga tak mampu lagi mendobrak
kebekuan sistem kepemimpinan gerakan yang perlahan tapi pasti menuju jurang
kematian, karena sudah tak lagi dirasakan manfaatnya secara layak.

Gerakan Peradaban Kampus Menuju Negara Madani

Berangkat dari kedua permasalahan tersebut, sudah saatnya gerakan


mahasiswa khususnya para aktifis mahasiswa muslim tarbiyah di dekade ke-2
fase reformasi kembali bangkit untuk berbenah diri. Kembali merekonstruski
gerakannya agar lebih memiliki arah perjuangan yang jelas dan menyambung
kembali keterputusan mata rantai perjuangan para pendahulu. Tradisi inilah
yang harusnya dimiliki oleh seluruh aktifis dakwah kampus dewasa kini dalam
tugas menyiapkan momentum kebangkitan Islam jangka panjang. Sudah
saatnya seluruh pemegang amanah siyasi (politik) gerakan mahasiswa muslim
tarbiyah menjemput kembali momentum yang hilang dengan mempersiapkan
momentum tersebut dari sekarang, bersiap-siap membuat masa depan
kebangkitan bangsa yang islami agar benar-benar dapat terwujud dinegeri
madani Indonesia kelak.
Hal tersebut hanyalah dapat dilakukan manakala esensi gerakan dakwah
ini kembali merasuk kedalam kampus secara massif dan lebih tertata dengan
jauh lebih baik. Dengan kembali membangun basis-basis gerakan dakwah siyasi
syar'iyah (politik islam) serta menghimpun segenap komponen potensi
mahasiswa muslim melalui kulturisasi budaya mental intelektual muda muslim
dan pembentukan kepemimpinan muda yang dibangun secara idealisme politik
keislaman secara integral sesuai bingkai asas dasar Islam (Al-Qur'an dan Al-
Hadist). Dari sekedar politik nilai menjadi politik peradaban yang islami.
Olehkarenanya gagasan "Gerakan Peradaban Kampus Menuju Negara
Madani" haruslah menjadi mainstream upaya akselerasi pencapaian Islam
sebagai sokoguru peradaban dunia kelak. Yakni dengan menjadikan kampus
sebagai miniatur Negara Madani sekaligus laboratorium peradabannya. Agar
kemudian kampus benar-benar dapat menyuplai tatanan Peradaban dalam
pengisian ruangan kenegaraan dan kebangsaan Indonesia.

KAMMI dan Rekonstruksi Kepemimpinan

Kehadiran KAMMI saat ini, adalah salah satu jawaban nyata akan lahirnya
proses tersebut. Kehadirannya yang pernah menjadi fenomenal diawal Era
Reformasi, dikenal sebagai bayi ajaib ditahun 1998. Kini harus mampu tumbuh
berkembang besar menjadi sosok pejuang pemuda muslim intelektual profetis
(membawa misi kenabian), yang senantiasa siap melawan dan menggantikan
kepemimpinan fir'aun (para pemimpin korup) bangsa dan negara ini. Dari
sekedar model perjuangan Nabi Musa (Oposan Kebatilan) beralih kepada model
perjuangan Nabi Yusuf (Muslim Negarawan). Dari sekedar front aksi menjadi
organisasi pemuda muslim yang juga fokus membina dan membentuk militansi
gerakan para penuntas perubahan untuk memimpin bangsa dan negara menuju
kemenangan Islam kelak. Dan selanjutnya menjadikan Indonesia sebagai pusat
dari peradaban dunia Islam internasional dimasa mendatang.

Sesungguhnya idealisme yang dibangun dalam naungan kepemimpinan


KAMMI senantiasa terus berkembang sesuai dengan kebutuhan zaman
perjuangan. Meretas kehadiran para pejuang dakwah KAMMI pada zaman ini
akan lebih berfokus menyuplai kebutuhan dakwah yang tengah memasuki era
daulah (kenegaraan) ini. Hal ini mengacu pada konsep utama "Likulli marhalatin
Rijaluha". Setiap Fase dakwah akan senantiasa menentukan Tokoh
Kepemimpinannya. Maka dalam Fase Daulah ini, Tokoh Kepemimpinan yang
berperan adalah Rijalud Dakwah => Rijalud Daulah (Tokoh Dakwah yang
sekaligus menegara). Olehkarena itu, kampus sebagai miniatur dari sebuah
negara adalah lahan strategis awal yang akan menentukan proses penyiapan
para pemimpin mahasiswa muslim untuk belajar dan bereksperimen, dalam
membangun idealisme gerakan dakwah politik peradaban sekaligus penetrasi
gagasan konsep kenegaraannya dikampus sebelum nantinya keluar dan
berhadapan langsung dengan masyarakat dan negara yang sesungguhnya.

Dengan format konsep kepemimpinan tersebut, KAMMI yang memiliki


Visi : "Sebagai wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan pemimpin
masa depan yang tangguh dalam upaya mewujudkan masyarakat Islami di
Indonesia". Akan memiliki Renstra penerapan Visi yang jelas. Tokoh
kepemimpinan dalam bingkai pembentukan KAMMI di masa depan setidaknya
harus memiliki beberapa kriteria yang mencangkup kepemimpinan sesuai
kebutuhan dimasa mendatang. Diantara kriterianya adalah :

1. Memiliki kompentensi yang jelas sesuai background keilmuan yang dimiliki.

2. Mampu berdealektika dengan keberagaman pemikiran Islam dan kebangsaan Indonesia


sekaligus menjadi figur perekat keberagaman tersebut.

3. Dapat menyatukan karakter pribadi yang Transendental dengan hubungan Horisontal nilai-
nilai kemanusiaan sesuai fitrah.

4. Memiliki kepahaman terhadap masalah-masalah kenegaraan secara utuh dan mampu


memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut secara konkrit.

5. Bisa menjaring dukungan politik nasional dan internasional dengan baik guna membangun
bangsa dan negara yang bermartabat dalam pembangunan Indonesia madani.

Dari kelima kriteria tersebut, kepemimpinan yang dicetak oleh KAMMI


kedepan diharapkan mampu membawa perubahan yang dibutuhkan oleh bangsa
dan negara kelak.

Disamping kriteria yang telah disebutkan, hendaknya idealisme


kepemimpinan juga harus menjadi hal yang patut untuk diperhatikan. Bangsa ini
telah kehilangan narasi besarnya, semenjak era reformasi menjadi mainstream
perubahan orde sistem yang berlaku dinegeri ini. Krisis kepemimpinan dan
narasi besarnya serasa menjadi penyebab utama hilangnya arah pergerakan
bangsa, padahal apabila dilihat dari beberapa orde sebelumnya seperti orde
lama yang menjadi tokoh utamanya adalah Soekarno mampu menjadikan narasi
revolusi sebagai arah pergerakan bangsa. Selanjutnya orde baru Soeharto
menjadikan narasi pembangunan sebagai arah pergerakan bangsa. Kemudian di
orde reformasi hal tersebut belumlah nampak dari para pemimpin Indonesia
yang telah ada, seperti : B.J. Habibi, Gusdur, Megawati, dan Susilo Bambang
Yudhoyono.

Idealisme yang perlu dirumuskan oleh para calon pemimpin masa depan
didalam kepemimpinan KAMMI adalah sebuah idealisme yang juga sekaligus
menjadi narasi besar bagi bangsa ini. Narasi yang menjadi tawaran idealisme
yang diusung oleh kepemimpinan KAMMI adalah yang bersumber dari penyatuan
spirit ruhiyah keislaman dan asas nasionalis kebangsaan Indonesia. Dalam fase
rekonstruksi yang dituliskan dalam prinsip perjuangan KAMMI "Perbaikan adalah
Tradisi Perjuangan KAMMI". Akhina Rijalul Imam menjabarkan fase tersebut
berlaku menjadi mihwar ke-empat perjuangan KAMMI dan berlaku selama 5
tahun (2009-2014) hal tersebut dituliskan dalam buku Capita Selecta KAMMI.
Idealisme inilah yang kemudian dapat dijadikan referensi utama narasi
kepemimpinan yang digagas oleh calon dan pemimpin selanjutnya baik ditingkat
internal maupun eksternal gerakan.

Budaya memperbaiki (reconstructure culture) dipaparkan sebagai


kerangka mihwar gerakan KAMMI yang diterjemahkan dengan cara bagaimana
agar konsepsi Islam dapat dimasyarakatkan dan didukung oleh masyarakat,
terutama masyarakat berbasis kompetensi. Makna lain, adalah bagaimana
konsepsi-konsepsi itu dapat dijadikan landasan kebijakan negara dalam proyek
perbaikan masyarakat dan negara sehingga mempercepat proses Islamisasi
bangsa yang kemudian dapat mengantarkan Indonesia sebagai negara yang
membawa visi peradaban Islam di tingkat Internasional.

Kepemimpinan KAMMI dalam Mewujudkan Kesejahteraan Negara

Walfare State (negara sejahtera) dapat terwujud manakala kepemimpinan


suatu negara benar-benar mampu memprioritaskan kepentingan warga negara
dibidang sektor pelayanan publik. Sehingga kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkanpun adalah prioritas untuk kepentingan rakyat. Melihat hal tersebut
KAMMI sejak deklarasi pertamanya di Malang pada tanggal 29 maret 1998, telah
menyatakan diri sebagai bagian tak terpisahkan dari rakyat dan akan terus
berjuang untuk kepentingan rakyat. Hal ini mempertegas posisi gerakan KAMMI
dalam mengadvokasi kepentingan rakyat yang direlasikan dengan peran negara
dalam mewujudkan kesejahteraan warga negaranya.

Kepemimpinan KAMMI dalam mengawal kepentingan rakyat dihadapan


negara, tak lagi sekedar menjadikan paradigma gerakannya sebagai gerakan
Sosial Independen. KAMMI juga harus mampu mentransformasikan paradigma
gerakannya dan para kader-kadernya kelak, untuk dapat berperan langsung
dalam penentuan kebijakan ditingkat negara. Hal ini menjadi kebutuhan penting
peran para kader KAMMI dalam bidang kenegaraan sebagai output pola
pembentukan kepemimpinannya (Muslim Negarawan).

Olehkarenanya dalam mihwar rekonstruksi ini, KAMMI harus merekonstruk


kader-kadernya untuk meningkatkan keahlian dibidangnya dan bergerak sesuai
kompentensinya. Agar kemudian agenda perbaikan diberbagai level kenegaraan
kelak, khususnya yang berada dalam sektor pelayanan publik dapat terwujud.
Sehingga tingkat kesejahteraan rakyat di negara Indonesia dapat meningkat.
Dan hal ini akan mempercepat proses pembentukan negara Madani hadir di
Indonesia sebagai negara yang Baldatun Thoyyiban Wa Rabbun Ghafur.
(Wallahu'alam)

*Tulisan ini adalah bagian dari Bunga Rampai DM 3 KAMMI Wilayah Megapolitan (15-20
Feb 2011).

Diposkan oleh KAMMI Komisariat UNJ di 00:47 0 komentar

Selasa, 01 Februari 2011


Analisis Buku Membina Angkatan Mujahid

URGENSI PEWARISAN GENERASI

DALAM ESTAFET DAKWAH KAMPUS

Oleh : Akmal Junmiadi

"Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari
agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka
dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin,
yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak
takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada
siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha
Mengetahui." (Q.S Al-Maidah: 54)
Proses Taurits (pewarisan) merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap gerakan
dakwah islam dimanapun. Hal ini sebenarnya sudah dilakukan dari fase kenabian Rasulullah
SAW. Merupakan keniscayaan tanpa adanya proses pewarisan generasi yang dilakukan oleh
beliau terhadap para sahabat-sahabatnya sebagai pewaris perjuangan dakwah maka dikatakan
mustahil dakwah Islamiyah dan Ad-Dienul Islam bisa tegak dimuka bumi hingga saat ini.
Oleh karenanya proses taurits merupakan hal yang lumrah dan mesti dilakukan oleh setiap
harokah dakwah dimanapun. Terutama harokah dakwah Islam kontemporer terbesar pada
abad ini yakni Ikhwanul Muslimin yang didirikan oleh As-Syahid Imam Hasan Al-Banna.
Tokoh pergerakan dan pemikiran Islam yang menjadi sang Mu'asis dan pembaharu gerakan
Islam yang menjadikan karakteristik Dakwah Tarbiyah Islamiyah sebagai ciri khas gerakan
dakwahnya. Beliau tercatat menjadi tokoh yang sukses membina generasi para pejuang
dakwah yang memiliki jiwa-jiwa militan dan berhasil menjadikan gerakan dakwahnya
semakin besar dan memiliki pengaruh dakwah dari transnasional hingga dunia Islam
internasional.

Dalam buku Membina Angkatan Mujahid karya Sa'id Hawa. Yang merupakan studi
Analitis atas Konsep Dakwah Hasan Al-Banna dalam Risalah Ta'alim. Banyak menitik
beratkan terhadap proses gerakan pengkaderan Ikhwanul Muslimin. Dan menjadi rujukan
terhadap proses pengkaderan dakwah ikhwan dimanapun tak terkecuali ditingkatan para
Thulabi (pelajar dan mahasiswa). Yang menjadi Iron Stock (cadangan keras) bagi
keberlangungan dakwah Ikhwan. Hal ini dapat dibuktikan dalam salah satu isi dari buku
Risalah Pergerakan Hasan Al-Banna yang membahas secara khusus peran startegis dakwah
thulabi dalam gerakan dakwah ini.

Merupakan salah satu dari dua tanggung jawab besar gerakan dakwah ini adalah
pewarisan. Dan tanggung jawab pertama melakukan tajdid (pembaharuan) dan kedua naql
(alih generasi). Kedua tanggung jawab tersebut dipaparkan secara baik oleh sa'id hawa dalam
buku Membina Angkatan Mujahid. Adapun tanggung jawab pertama adalah melakukan
pembaharuan, dan hal tersebut hanya dapat dilakukan apabila tanggung jawab kedua yakni
alih generasi dapat dilakukan dengan benar dan maksimal serta jauh lebih baik dari generasi
sebelumnya. Sehingga istilah stagnasi atau kejumudan dalam proses pergerakan dakwah
tidak lagi terjadi. Dikarenakan proses pengkaderan meupakan inti dari dinamika dakwah yang
akan dibuat pada periode selanjutnya. Hal ini berarti generasi kader selanjutnyalah yang akan
menjadi penentu yang menentukan dinamika pergerakan dakwah. Baik atau buruknya bisa
dilihat dari keterpaduan proses pewarisan generasi sebelumnya kepada generasi selanjutnya.
Merupakan kegagalan besar apabila proses tersebut dilaksanakan dengan tidak sesuai manhaj
atau sistem pewarisan yang telah ditetapkan oleh jama'ah yang pada akhirnya berefek
menyebabkan kecacatan kualitas kader yang dibentuk.

Dalam ranah gerakan Dakwah Kampus. Proses pengkaderan atau penyiapan generasi
dakwah selanjutnya hendaklah disesuaikan dengan tujuan dakwah kampus itu sendiri. Yaitu
sebagai mainstream Nashirol Fiqroh (penyebaran pemikiran) dan Bina'ur Rijal (membina
kepemimpinan), dalam konteks implementasinya lapangan dibangun dalam trilogi dakwah
kampus yang meliputi dakwah syi'ar, siyasi, dan ilmi. Kemudian menjadikan basis gerakan
dakwah kampus menjadi basis gerakan dakwah yang permanen kedepan. Dan adalah hal
yang penting dalam menyiapkan Renstra (rencana strategis) yang baku dan berjangka
minimal 5 tahunan. Harapannya gerakan pengkaderan selanjutnya merupakan mata rantai
yang kokoh dan tidak mudah terdistori oleh kepentingan sesaat. Karena dengan renstra yang
berjangka menengah konsolidasi gerakan taurits (pewarisan) dapat dilakukan dengan stabil.

Terakhir sebelum penutup, terkait dengan perangkat pewarisan yang dibentuk


hendaknya juga menyesuaikan diri dengan kebutuhan yang dibangun oleh jama'ah saat ini.
Sebagai contoh terkait fase atau mihwar dakwah yang saat ini memasuki tahapan mihwar
dauly (politik kenegaraan secara utuh) maka yang dibutuhkan tidak lagi sekedar penguatan
kader terhadap siyasi dalam lingkup mini yang terfokus kepada lembaga opmawa dikampus.
Melainkan juga menyediakan kader yang berbasis kompentensi siyasi terhadap ormawa dan
gerakan extra kampus yang juga memiliki afiliasi terhadap kepentingan dakwah secara
menyeluruh. Sehingga proses yang diharapkan adalah integrasi pewarisan yang benar-benar
berjalan dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan gerakan dakwah kampus yang menuju
penyiapan kemenangan dakwah ditingkat negara.
Penulis Adalah Pegiat KAMMI dan saat ini diamanahka

Anda mungkin juga menyukai