Anda di halaman 1dari 2

Aku bingung dimana cerita ini harus berawal.

Sampai akhirnya pada hari Kamis tanggal 20


Januari 2011 sekitar jam 10.13 pm aku melamun sambil meraba bagian cover buku itu. Disana
ada beberapa yang mewakili isi buku setebal 518 halaman tersebut dan kupikir mungkin lebih
mudah menceritakan sedikit isi cerita tentang Eliana dengan bantuan gambar-gambar tersebut.

Yang pertama, ikan buntal. Kau tahu apa itu ikan buntal? Aku pun tak tahu. Tapi mungkin
sedikit banyak mirip seperti “ikan balon” dalam games ikan kesukaan adikku . Ikan yang hanya
mengembang dan mengembungkan badannya seperti balon di saat-saat tertentu saja.

Kau ingin tahu mengapa ikan lucu itu bisa ada di cover buku yang ku baca? Itu karena Eliana
adalah “Si Buntal Satu” dalam geng mereka yang bernama “Empat Buntal” sebuah nama hasil
revisi dari “Tiga Musang”.

Cerita yang menurutku lucu, karena setelah kuingat-ingat kembali masa kecilku dulu,
ternyata aku juga punya geng yang beranggotakan 3 orang termasuk diriku. Bedanya, kami tidak
menetapkan nama apapun dalam perkumpulan itu. Apa itu masih bisa di sebut geng? Bila tidak,
berarti hanya mirip saja 

Next picture, bunga bangkai. Awalnya aku kira bunga yang di ceritakan itu hanya sebuah
Raflessia Arnoldi yang meskipun ku bilang “hanya” tapi aku tak pernah melihatnya. Ternyata di
pertengahan cerita itu ada nama lain yang disandang oleh tumbuhan bau tersebut, susah sekali
menyebutkannya disini, kau bacalah sendiri kawan…

Dan yang terakhir adalah truk-truk beserta luapan air keruh hasil banjir bandang. Inilah
sebenarnya inti cerita Eliana si Anak Pemberani, mungkin. Karena sebagian besar buku ini
menceritakan tentang truk-truk itu. Truk-truk yang diakhiri masa kerjanya oleh sapuan banjir
bandang sebagai pembalasan alam bagi mereka yang berusaha merusak keseimbangan yang
telah di jaga ratusan tahun oleh nenek moyang manusia.

Ada sedikit kesamaan dengan buku-buku sebelumnya dalam serial anak mamak. Sama-sama
mempunyai teman khusus dalam artian lebih istiewa seperti dalam serial Burlian dan Pukat.
Eliana punya sosok Marhotap yang berakhir dengan kehilangannya seperti Burlian yang harus
rela kehilangan Ahmad sang Maradona Kampung tapi agak berbeda dengan Pukat yang ternyata
sahabatnya Raju bisa selamat dari banjir bandang yang melanda kampung.

Ada yang membuatku sedikit gemas dengan serial anak mamak ini, rahasia demi rahasia
tertata apik seperti dengan pasti akan di ungkap di buku selanjutnya. Padahal, tidak semua
rahasia dan keistimewaan di ungkap dalam buku selanjutnya. Dan ini yang kurasakan. Aku kira
kehidupan Eliana bersama Pukat di kota Kabupaten akan di ceritakan dalam buku Eliana ini,
karena dalam buku Pukat tidak di ceritakan sama sekali. Sayangnya tebakanku meleset.
Kisahnya tak ada di buku ini. Mungkin ini sebagai ganjaran dari rasa tidak sabaranku dalam
proses pencarian ilmu seperti kata Wak Yati pada Eliana di saat ia ingin buru-buru belajar
menenun dan bukan mendengar sejarah tentang kain tenun.
Serial anak mamak ini juga sedikit banyak mirip dengan buku Bidadari-bidadari Surga. Kisah
tentang empat kakak beradik yang dididik dengan baik dan disiplin oleh keluarga mereka sampai
akhirnya menjadi orang-orang yang sukses dan tetap berbudi. Sepertinya tere-liye cukup tertarik
dengan hal-hal yang berkaitan dengan konservasi lingkungan (sok-tahu banget gw!)

Well, dengan segala kelebihan buku-buku tere-liye yang tak pernah bisa aku buat resume-
nya, silahkan baca sendiri dan simpulkan. Mungkin banyak kesalahan penyimpulan yang ada
dalam tulisan ini. Di tunggu teguran dan sapaannya n_n.

Thanks for reading 

Wyakta Dripatri

Anda mungkin juga menyukai