Anda di halaman 1dari 14

BAB VII

PELAKSANAAN PERPOL1S1AN MASYARAKAT DIPOLRES METROPOLITAN


JAKARTA BARAT YANG DIHARAPKAN
konsep Perpolisian Masyarakat
Sebelum kita menguraikan lebih jauh tentang perpolisian masyarakat ang
diharapkan. terlebih dahulu maka kita menguraikan kembali apa yang dimaksud
dengan perpolisian masyarakat. Perpolisian masyarakat pada dasarnya sejalan
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam konsep siskamswakarsa yang cialam
pengembangannya disesuaikan dengan kekinian penyelenggaraan fungsi
kepolisian dalam masyarakat madani, sehingga tidak semata-mata merupakan
pengadopsian dari konsep community policing.
Mengacu pada uraian di atas polmas pada hakekatnya mengandung 2 (dua)
unsur utama, yaitu :
a. Membangun kemitraan antara polisi dan masyarakat.
b. Menyelesaikan berbagai masalah.
Sedangkan sebagai suatu falsafah, polmas mengandung makna "suatu model
perpolisian yang nienekankan hubungan yang menjunjung nilai-nilai
sosial/kemanusiaan dan menampilkan sikap santun dan saling menghjrgai
antara polisi dan warga dalam rangka menciptakan kondisi yang menunjang
kelancaran penyelenggaraan fungsi kepolisian dan peningkatan kualitas hidup
masyarakat".
Dalam rangka mencapai tujuan polmas yaitu mencegah dan menangani
kejahatan dengan cara mempelajari karakteristik maupun permasalahan

lingkungan tertentu, guna menciptakan kemitraan/kerja sama dengan


masyarakat dan memecahkannya bersama-sama. Karena itu, dalam poimas ada
komponen utama yang hams dicapai, yaitu kemitraan dengan masyarakat,
pemecahan masalah dan perubahan organisasi.
a. Kemitraan dengan masyarakat.
1) Langkah pertama kearah terbangunnya kepercayaan adalah
adanya dua pihak yang sama-sama bersedia menjadi mitra. Setiap
anggota polisi harus menyadari arti pentingnya bekerja sama dengan
masyarakat dan keuntungan-keuntungannya.
2) Memberi pemahaman kepada masyarakat tentang perlunya
menciptakan satu kemitraan yang kuat dengan kepolisian.
Beberapa faktor yang menghambat daiam menciptakan rasa saling percaya
antara polisi dengan masyarakat demikian juga antara masyarakat dengan polisi
antara lain :
1) Pengalaman masyarakat selama ini bahwa berhubungan dengan
Kepolisian yang cenderung militeristik menjadi penyebab munculnya
masalah ketidakpercayaan.
2) Masyarakat beranggapan jika berhubungan dengan polisi akan ada
tindakan paksaan, tekanan dan adanya ketakutan.
3) Adanya tindakan sewenang-wenang dan penyalahgunaan
wewenang yang dilakukan oleh oknum polisi. Tindakan tersebut tanpa
disadari menciptakan jarak antara masyarakat dengan polisi yang akhimya
sangat mempenganjhi kepercayaan masyarakat temadap polisi, bahkan
masyarakat sering menjadi

korban dan dijadikan target kesewenang-wenangan polisi. karena mereka


dijadikan target/obyek korupsi.
Meskipun korupsi merupakan satu masalah yang rumrt di Indonesia, fakta
menunjukan bahwa korupsi telah dan terus menciptakan jarak antara
masyarakat dengan polisi. Oleh
karena itu Polri harus mengetahui dan melakukan upaya merebut kembaii
kepercayaan masyarakat sebelum suatu kemitraan yang tulus dapat tercipta.
Dalam membangun kepercayaan
diperlukan hubungan kerjasama yang lama dan berlanjut dalam berbagai
kegiatan jangka panjang, selanjutnya mereka harus memahami peranan pihak-
pihak lain daiam masyarakat.
Dalam upaya memenangkan kepercayaan masyarakat polisi harus
mengedepankan tugas-tugas perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat. Kegiatan-kegiatan ini akan sangat membantu upaya psmulihan
kepercayaan masyarakat. Dengan terbangunnya kepercayaan antara kedua belah
pihak, maka kemitraan akan berlangsung dengan tulus.
b. Pemecahan Masalah/Problem Solving.
Pemolisian berorientasi masslah dimulai ketika Herman Goldstein, seorang
Profesor University of Wisconsin yang selama 40 tahun bekerjasama dengan
polisi. Menurut Goldstein polisi hanjs menghindari gaya reaktif, yang berorientasi
pada kasus demi kasus, kepada gaya proaktif yang melihat kejahatan tklak
sebagai suatu kejahatan tetapi sebagai akibat dari masalah yang lebih besar.

Masalah kejahatan, strategi penanggulangan dan tanggung-jawab polisi dan warga


dikaji ulang. Kesimpulannya adalah polisi dan warga masyarakat harus
bekerjasama untuk menangguiangi berbagai masalah yang berpotensi menimbulkan
kejahatan.
Da lam rangka pemecahan masalah harus dibentuk Forum Kemitraan Poiisi-Masyarakat
yang beranggotakan warga dan anggota polisi setempat. Forum ini secara berkala
mengidentrfikasi berbagai masalah warga yang perlu dipecahkan. menganalisa.
menetapkan solusi dan melakukan rencana kegiatan serta evaiuasi hasil-hasilnya.
Para anggota potisi dan warga perlu mendapatkan pelatihan tentang proses
identifikasi, analisa, implementasi keputusan. serta evaiuasi hasil proses
pemecahan masalah tersebut.
Metode pemecahan masalah yang populer adalah SARA (Scanning, Analysis,
Response, Assess) Model. Model ini meliputi pertama; identifikasi atas kejahatan,
ketidaktertiban dan ketakutan warga (scanning), kedua; memahami kondisi yang
menyebabkan terjadinya permasalahan tersebut (analysis), ketiga;
mengembangkan dan mengimplementasikan solusi jangka panjang (response),
dan keempat; melakukan evaiuasi dampak implementasi (assess).
Disamping SARA model, analisa segitiga Kejahatan (Crime-triangle) melakukan
analisis atas pelaku kejahatan, korban kejahatan dan lokasi kejahatan. Dengan
melakukan analisa atas ketiga unsur tersebut akan dapat disusun strategi
pemecahan masaiah.
Untuk mampu melaksanakan proses tersebut dengan baik, maka kemitraan
dengan masyarakat harus dijalin dengan :
1) Menempatkan anggota secara permanen dalam suatu lingkungan agar
dapat mengidentifikasi masalah yang dihadapi warga.
2) Mengembangkan kemampuan petugas Polmas dalam analisa
masalah.
3) Memahami bahwa keterlibatan warga akan meningkatkan
kemampuan mengurangi masalah yang dihadapi.
4) Bekerjasama dengan warga masyarakat yang mampu membantu
menangani masalah tersebut.
c. Perubahan Organisasi Dalam Rangka Perpoiisian Masyarakat
Suatu organisasi Kepolisian yang akan menerapkan fiiosofi dan strategi
Perpoiisian Masyarakat harus melakukan perubahan-perubahan internal agar
penerapan Perpoiisian Masyarakat dapat berjalan dengan baik.
Perubahan tersebut meliputi perubahan perilaku para
anggotanya dan berbagai proses organisasi agar sejalan dengan prinsip-
prinsip Perpoiisian Masyarakat.
Untuk dapat menerapkan prinsip dan fiiosofi Perpoiisian Masyarakat, harus
dilakukan perubahan-perubahan atas strategi, struktur dan kultur organisasi,
tanpa melakukan perubahan-perubahan tersebut dikhawatirkan penerapan
Perpoiisian Masyarakat tidak akan memberi hasil yang baik atau akan
mengalami kegagalan. Perubahan internal ini pada akhimya akan berdampak
pada keberhasilan ekstemai yaitu perubahan pelayanan polisi kepada warganya.

1) Perubahan strategi.
Perubahan strategi adalah perubahan pada hu bung an antara polisi dengan
masyarakat yang dilayaninya. Perubahan ini meliputi antara lain :
a) Fokus yang semprt pada pencegahan kejahatan dan pemberantasan
kejahatan menjadi iebih luas pada pelayanan warga masyarakat.
b) Penekanan pada penanganan kasus-kasus menonjol menjadi
pemecahan masafah warga.
c) Pendekatan reaktif menjadi proaktif dan reaktif.
d) Reaksi cepat melayani panggilan menjadi reaksi atas panggilan
dilakukan secara fleksibel sesuai kebutuhan.
e) Menangani kejadian secara kasuistis menjadi penanganan semua masalah
warga, termasuk membangun hubungan yang sehat
f) Menjaga jarak dengan warga dan pendekatan formal/ impersonal
menjadi mendekatkan diri dengan warga, pendekatan pribadi/personal.
g) Mengedepankan teknologi menjadi mengedepankan kebutuhan
warga dengan dukungan teknologi.
h) Melakukan sesuatu dengan benar "doing things right" menjadi melakukan sesuatu
yang benar "doing the right things".

2) Perubahan struktur.
Untuk melakukan perubahan struktur harus dilakukan perubahan atas peranan,
pelaporan, hubungan-hubungan, pendidikan/pelatihan, dan
penghargaan/rewards. Tujuan perubahan struktural adalah merumuskan kembali
hubungan kerja agar strategi dapat diterapkan dengan efektif. Perubahan
strategi meliputi :
a) Struktur sentralistik berubah menjadi struktur yang
terdesentralisasi.
b) Spesialis'asi yang ketat berubah menjadi generalisasi disamping
spesialisasi.
c) Standarisasi dan unifcrmitas berubah menjadi flesibilitas, inovasi dan
keragaman.
d) Gaya manajemen yang otokratik berubah menjadi gaya partisipatif
anggota diberi tanggung-jawab dan diskreasi.
e) Mempertahankan status-quo menjadi mendorong perubahan
kearah yang baik.
f) Fokus pada prosedur jangka pendek menjadi fokus pada dampak strategi
jangka panjang.
g) Peranan petugas patroli yang sempit dan terbatas menjadi peranan yang
lebih luas, pelayanan penuh.
h) Pendidikan dan pelatihan mengutamakan bela-diri dan kebugaran fisik,
menjadi pelatihan yang seimbang, beia-diri dan hubungan masyarakat.

i) Evaluasi kinerja didasarkan pada kualftas dan angka-


angka menjadi kuaiitas dan pencapaian sasaran.
3) Perubahan budaya organisasi.
Peaibahan budaya meliputi perubahan sikap, nilai-nilai dan norma-norma
perilaku anggota. Tujuan perubahan budaya adalah merubah norma perilaku
yang berkaitan dengan pelayanan terhadap warga, agar perilaku anggota sesuai
dengan misi dan tujuan organisasi. Perubahan budaya organisasi
meliputi antara lain :
a) Budaya militeristik dan kekuasaan diganti dengan pengendalian
diri/self control.
b) Penegakan pada hierarki, pangkat dan kewenangan diganti dengan
pengembangan, kreatifrtas dan fleksibilitas.
c) Kebiasaan lama, prosedur tetap diganti dengan keseimbangan
antara kebiasaan lama yang relevan, dengan hal baru sepanjang akan
mendukung tercapainya tujuan. Prosedur yang ada bukan harga mati,
bahkan bila periu dirubah.
d) Kebiasaan menunggu perintah tidak membolehkan kreatifitas
diganti dengan memecahkan masalah warga, melaksanakan tanpa harus
menunggu perintah dari atasan.

e) Sistem tertutup, tidak ada akuntabilitas diganti dengan keterbukaan,


menginformasikan rencana dan hasil yang telah dicapai.
f) Solideritas internal dan menanggap pihak lain sebagai lawan diganti
dengan profesionaiisme daiam pelaksanaan tugas.
Sepuluh Prinsip Perpolisian Masyarakat.
Perpolisian Masyarakat dilakukan dengan prinsip untuk meningkatkan kualitas
hidup masyarakat dan melindungi sumber daya manusia sebagai asset bangsa.
Untuk dapat melaksanakan dan mewujudkan profesionaiisme dalam kegiatan
Perpolisian Masyarakat terdapat sepuiuh prinsip yang dapat dijadikan pedoman
dalam pelaksanaan tugas (Alderson, 1979. dan Firedman, 1991).
Adapun sepuluh prinsip dalam kegiatan Perpolisian Masyarakat tersebut antara
lain : a. Memberikan kontribusi kearah kesejajaran dan persaudaraan
dalam menghadapi masalah-masalah kemanusiaan.
1) Polisi berupaya untuk melakukan tindakan-tindakan yang dapat
menumbuhkembangkan persahabatan antara polisi dengan masyarakat,
yang dapat dilaksanakan melalui; sarnbang, tatap muka dan polisi yang
transparan (bersikap terbuka dan siap melayani keluhan atau aduan dari
masyarakat).
2) Polisi mengajak warga untuk ikut berDartisipasi dalam
memelihara dan menjaga Kamtibmas. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan
antara lain, membentuk asosiasi-asosiasi warga

(seperti asosiasi orang tua murid, asosiasi pemilik toko dan asosiasi pedagang
kaki lima).
Poiisi tidak memanfaatkan warga masyarakat untuk kepentingan-kepentingan
pribadi atau kelompok tertentu, seperti tidak meminta sumbangan dengan
berbagai alasan, tidak melakukan pemerasan, tidak menerima suap dan tidak
meiakukan backing kepada pihak-pihak tertentu apalagi yang menyalahi hukum.

Membantu mempertemukan kebebasan dengan keamanan dan


I mempertahankan tegaknya hukum.
[ 1) Poiisi bukan untuk menakut-nakuti atau mengancam atau dengan kekerasan,
tetapi bersama dengan masyarakat mencari solusi atau jalan yang terbaik, yang
dapat diterima oleh masyarakat. Penggunaan kewenangan adalah untuk
melindungt harkat dan martabat manusia maupun untuk menegakan hukum
sesuai prosedurserta tidak memanipulasi data, maupun memutarbaiikan fakta
dengan merubah pasai atau aturan hukum untuk kepentingan pribadi atau
kelompok tertentu. Tindakan diskresi atau kebijakan yang diambil bukan untuk
kepentingan pribadi tetapi untuk keadilan maupun kepentingan umum (seperti
untuk kemanusiaan).
2) Penegakan hukum bukan sebagai sarana balas dendam atau sebagai
peluang untuk mencari keuntungan tetapi ditujukan pada mbinaan dalam
memelihara Kamtibmas. Cara menerapkannya bukan dengan kekerasan atau
memaksa tetapi berdasarkan bukt. dan fakta serta keterangan yang diperolehnya

Menjunjung martabat manusia dengan mempertahankan dan


menjaga hak asasi manusia serta mengejar kebahagiaan.
Polisi tidak bertindak sewenang-wenang tetapi melakukan tindakan yang
simpatik, sopan, bisa menghormati dan memahami orang lain, serta tindakannya
membawa rasa damai.
d. Membangun keteraturan sosial dengan menunjukan polisi bukan sosok
yang menakutkan dan jauh dengan masyarakatnya.
1) Ini berarti polisi harus berpenampilan rapi dengan sikap tampang yang
menarik; bersikap ramah dalam melayani masyarakat, kantor polisi didesain
secara rapi untuk tempat pelayanan umum dan dapat menimbulkan rasa sejuk
dan keindahan bagi yang dilayani. Pendekatan polisi bukan pada ancaman
tetapi pada potensi masyarakat.
2) Keberhasilan polisi dalam melaksanakan tugasnya adalah
manakala kejahatan atau gangguan Kamtibmas tidak terjadi Penilaian
keberhasilan polisi bukan hanya untuk menangkap penjahat tetapi
kemampuannya untuk memelihara Kamtibmas Penilaian kinerja tersebut harus
didukung dengan adanya standar keberhasilan, kompensasi. dan penghargaan
yang sesuai baik berupa materi atau kemudahan untuk melanjutkan sekolah atau
mengembangkan kariernya.
3) Polisi dapat dipercaya oleh masyarakatnya jika menunjukan sikap dan
citra sebagai berikut :
a) Polisi tidak mendapat label buruk di mata masyarakat.
b) Masyarakat mau melapor segala masalahnya yang berkaitan
dengan Kamtibmas ke polisi.
c) Masyarakat mendukung dan mau memberikan informasi atau keterangan
yang dibutuhkan pofisi.
d) Polisi tidak sewenang-wenang dan mampu melindungi masyarakat.
e) Masyarakat tidak main hakim sendiri.
Memberikan kontribusi ke arah terciptanya dan terpeliharanya kepercayaan
di dalam masyarakat.
Polisi harus bersikap jujur, yaitu apa saja yang dilakukan oloh polisi dalam
rangka tugasnya bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu, serta
dapat bersikap transparan. Polisi juga tidak melakukan manipulasi atau penipuan
atau bertindak yang tidak adil. Polisi harus dapat menunjukan tindakan yang
profesional (tindakannya dapat dipertanggung-jawabkan dan untuk kepentingan
umum serta keadilan).
Memperkuat keamanan jiwa dan harta benda serta rasa aman bagi setiap orang.
Ini berarti polisi mampu mengajak masyarakat untuk berperan serta dalam
menjaga dan menciptakan Kamtibmas.
Menyelidiki, mendeteksi dan melaksanakan penuntutanatas tindak kekerasan
sesuai hukum. Polisi harus dapat memberikan jaminan dan perlindungan HAM.

Menciptakan kebebasan berlalu-intas di jalanan seperti di jalan raya, jalan


kampung, gang dan tempat-tempat yang terbuka untuk umum.
1) Polisi mampu mengurangi rasa ketakutan masyarakat akan
adanya gangguan Kamtibmas.
2) Polisi bertindak proaktif dalam memecahkan masalah (Problem Solving).
i. Mencegah terjadinya kekacauan, dimana polisi lebih mengutamakan
tindakan preventif yang dilakukan dalam jangka waktu yang cukup panjang
pada masa aman.
j. Menangani krisis besar maupun kecil dan membantu serta memberikan
saran kepada mereka yang mengalami musibah, jika perlu dengan
menggerakan instansi lain.
Sejalan dengan prinsip-prinsip tersebut diatas. maka Polres Metropolitan Jakarta
Barat berusaha mewujudkan kegiatan Perpoiisian Masyarakat dalam bentuk-
bentuk kegiatan sebagai berikut:

a. Kegiatan Pemberdayaan Pospol dan Babinkamtibmas.


Sebagaimana sudah dijelaskan dalam bab sebelumnya Pospoi adalah
merupakan Unit Kesatuan di bawah Polsek yang diharapkan mampu
melaksanakan kegiatan Perpolisian Masyarakat. Dalam hal ini Pospol melakukan
pemolisian terhadap komuniti-komunrti di lingkungan Pospol.
Untuk dapat melaksanakan kegiatan Perpolisian Masyarakat dengan baik, maka
diperiukan pembenahan terhadap organtsasi Pospol yang ada. Pembenahan
tersebut antara lain :
1) Jumlah Personil.
Merubah jumlah personil Pospol dari sepuluh personil menjadi 15 personil dalam
rangka mengoptimalkan kegiatan-kegiatan penyentuhan terhadap masyarakat.
Dengan jumlah personil yang cukup, kegiatan-kegiatan dalam rangka
membangun kem'rtraan diharapkan dapat lebih cepat terwujud.
2) Penempatan dan Perekrutan Personil.
Personil Pospol direkaitdari anggota-anggota yang terpilih dengan teriebih
dahulu dilaksanakan kegiatan seleksi yang meliputi; kemempuan berkomunikasi
dipilih anggota yang cakap, anggota tersebut harus bersih dan tidak pernah
melakukan pelanggaran, memiliki intelektual dan kecerdasan emos'tona! yang
baik dan diutamakan direkrut dari putra-putra daerah dengan harapan lebih
memahami karakteristik wilayah dan karakteristik masyarakat di mana anggota
tersebut bertugas.
Didalam penugasannya bersifat permanen dalam artian bahwa petugas Pospol
yang ditugaskan melaksanakan tugas Perpolisian Masyarakat diharapkan dapat
menetap dalam penugasannya tersebut untuk waktu yang relatif lama sehingga
petugas petugas mendapat kesempatan untuk lebih mengenal karakteristik
masyarakat dan wilayah nya untuk lebih rnemudahkan dalam
melaksanakan kegiatan Perpolisian Masyarakat. Demikian juga
masyarakat akan lebih mengenal anggota yang ditugaskan sehingga dengan
saling mengenal diharapkan terjadi hubungan kemitraan sebagai dasar dalam
melaksanakan kegiatan Perpolisian Masyarakat. 3) Sarana dan Prasarana.
a) Ruang Pelayanan.
Pospol diharapkan memiliki aiang penjagaan, njang pelayanan, ruang konseling
dan ruang FKPM yang digunakan sebagai tempat pertemuan antara polisi dan
masyarakat untuk membicarakan masalah-masalah sosial yang akan
berkembang menjadi masalah Kamtibmas ataupun masalah-masaiah lain yang
berpotensi menjadi ancaman Kamtibmas.
Sedangkan ruangan konseling dimaksudkan untuk memberikan pelayanan
ataupun jasa konseling terhadap masyarakat yang membutuhkan pelayanan
konsultasi dari petugas Polmas.
b) Peralatan dan Perlengkapan.
Peralatan dalam rangka memberikan pelayanan dan kegiatan operasional
petugas Polmas yang harus dimiliki oleh Pospol antara lain :
a) Komputer dan print.
b) Televisi.
c) Pesawat telepon.
d) Alat tulis dan Kantor.
e) Tongkat dan Borgol.
f) Kendaraan operasionai, meliputi;
(a) Sepeda.
(b) Kendaraan roda empat dan roda dua.
g) HT.
h) Radio. i) Senjata. 4) penugasan.
Penugasan tertiadap anggota Pospol meliputi antara lain :
a) Penjagaan.
Penjagaan adalah bentuk kegiatan petugas Polmas di lingkungan Pospol
dilakukan dalam rangka mengawasi situasi dan aktivitas masyarakat serta
mengendalikan anggota Polmas dalam memberikan pelayanan.
Bentuk kegiatan penjagaan dapat dilaksanakan dalam bentuk jaga berdiri dan
dilakukan di lingkungan sekitar kantor pada saat masyarakat sedang
melaksanakan aktivitas, sedangkan jaga duduk dilaksanakan di dalam kantor
pada saat situasi masyarakat tenang.
b) Pelayanan.
Kegiatan pelayanan dilaksanakan dalam membantu memecahkan ataupun
menangani permasalahan yang diadukan atau dilaporkan oleh masyarakat.
Bentuk- bentuk pelayanan dilaksanakan antara lain, menerima
laporan kehilangan ataupun pengaduan, memberikan pelayanan konsultasi
mengenai permasalahan yang berfcaitan dengan masalah pribadi/Kamtibmas,
memberikan buklet yang berisi informasi dan sosiaiisasi tentang permasalahan-
permasalahan yang sering terjadi di masyarakat, seperti kampanye penjegahan
kejahatan, penanggulangan terhadap bahaya Narkoba, tata tertib berialu-lintas,
dan sebaginya.
c) Patroli.
Patroii adalah suatu kegiatan Kepolisian yang bersifat mobile dengan melewati
area-area tertentu sesuai dengan rute atau jalur yang telah ditentukan dengan
berpedoman terhadap peta kerawanan Kamttbmas yang ada di Pospol.
Sasaran utama kegiatan patroli adalah daerah rawan kriminalitas seperti
lingkungan pemukiman, perkantoran, pertokoan, pergudangan. industri. tempat-
tempat kegiatan masyarakat, tempat hiburan dan tempat-tempat lain yang
memungkinkan terjadinya ancaman Kamtibmas.
Bentuk-bentuk kegiatan patroli antara lain :
a) Patroli jalan kaki.
Patroli jalan kaki dilaksanakan dalam rangka memberikan sentuhan langsung
terhadap masyarakat, dalam kegiatan tersebut diharapkan terjadi suatu
interaksi antara petugas dengan masyarakat.
Petugas dapat menanyakan
penmasalahan-permasalahan yang sedang terjadi dan masyarakat dapat
melaporkan penmasalahan-permasalahan yang terjadi baik yang dialami oleh
masyarakat tersebut ataupun lingkungannya.
b) Patroli sepeda.
Patroli bersepeda dilaksanakan secara berpasangan, dengan lingkup wilayah
patroli yang lebih luas dari pada lingkup patroli jalan kaki, adapun bentuk-bentuk
kegiatannya sama seperti bentuk kegiatan pada Patroli jalan kaki.
c) Patroli sepeda motor dan patroli roda empat
Patroli sepeda motor dilaksanakan secara berpasangan sedangkan patroli roda
empat dilaksanakan minimal oleh dua orang anggota, dengan lingkup wilayah
patroli lebih luas daripada patroli bersepeda.
Pada prinsipnya bentuk-bentuk kegiatan yang dilaksanakan hampir sama
dengan kegiatan patroli jalan kaki ataupun sepeda, namun karena menggunakan
kendaraan, maka interaksi dengan masyarakat dan penguasaan lingkungan
menjadi berkurang, oleh karena itu kegiatan patroli roda dua atau roda empat
biasanya dilaksanakan di rute-njte umum dengan maksud dan tujuan
memberikan rasa aman terhadap masyarakat yang sedang
melaksanakan aktivitasnya baik siang maupun
malam hari.
d) Sambang atau kunjungan ke rumah warga.
Kegiatan kunjungan ataupun sambang yang dilakukan oleh petugas
dilaksanakan dalam rangka membangun kemitraan dengan masyarakat dalam
rangka mewujudkan Perpolisian Masyarakat. Kegiatan tersebut dilaksanakan
dengan mengujungi rumah warga, kawasan kumuh, sentra perdagangan dan
perekonomian, sekolah, tempatibadah, hotel, perkantoran dan Iain-Iain.
Bentuk-bentuk kegiatan yang dilaksanakan antara lain adalah; pendataan,
sosialisasi tentang cara-cara pencegahan Kamtibmas yang ada di lingkungan
masyarakat, melaksanakan kampanye dalam rangka memerangi penyakit-
penyakit masyarakat, serta mengajak masyarakat untuk mau berperan aktif
dalam rangka melakukan upaya-upaya pencegahan kejahatan yang terjadi di
lingkungan masyarakat.
Dalam kegiatan tersebut anggota memberikan kartu nama yang berisi nama
anggota, nomor telepon yang bisa dihubungi 1x24 jam, sehingga masyarakat
mengenal petugas Polmas yang ada dan diharapkan apabila ada permasalahan
masyarakat dapat menghubungi petugas tersebut. Dengan ini diharapkan
petugas Polmas dapat memberikan quick respon yang cepat terhadap setiap
informasi dan pengaduan yang dilaporkan oleh masyaiakat.
Dengan adanya interaksi dan pelayanan yang cepat terhadap masyarakat
diharapkan masyarakat menjadi percaya dengan polisinya dan akhirnya mau
ikut berperan aktif dalam upaya-upaya pencegahan terhadap kejahatan. 5)
Petugas Pospol tidak melaksanakan tindakan represif.
Sesuai dengan kebijakan dan konsep Perpolisian Masyarakat dimana polisi lebih
mengedepankan tindakan yang bersifat preventif dan preemtif dalam upaya
pencegahan kejahatan, maka petugas Pospol tidak melaksanckan kegitan
represtf, kegiatan petugas Pospol diprioritaskan dalam bentuk kegiatan proaktif
dalam rangka mencegah terjadinya dan mengambil langlah-langkah untuk
mencegah terjadinya kejahatan.
Petugas Pospol harus mampu melibatkan masyarakat untuk secara aktif
berpartisipasi dalam mengamankan lingkungannya, oleh karena itu petugas
Pospol harus proaktif dan tidak hanya menunggu laporan dari masyarakat.
dengan pola-pola kegiatan seperti itu diharapkan petugas Pospol bisa dekat
dengan masyarakat. Dengan kedekatan dan hubungan yang baik, maka
masyarakat akan mencintai polisinya dan dengan demikian lambat laun
kepercayaan masyarakat terhadap polisi pun akan muncul sesuai dengan visi
trust building atau membangun kepercayaan masyarakat terhadap polisi.

Forum Kemitraan Polisi-Masyarakat


Sesuai dengan Skep. 737/X/2005 tentang Perpolisian Masyarakat diharapkan
dalam setiap Pospol dibentuk FKPM yang beranggotakan tokoh-tokoh
masyarakat dan petugas Pospol dimana FKPM dibentuk sebagai wadah untuk
membicarakan masalah-masaiah yang berkaitan dengan pencegahan tindak
kejahatan, ketidaktertiban, permasalahan-permasalahan sosial yang akan
berkembang menjadi ancaman Kamtibmas dan masalah-masaiah lain yang
terdapat dalam masyarakat di lingkup Pospol.
Agar FKPM dapat berfungsi dengan baik, maka warga/tokoh masyarakat yang
menjadi pengurus diharapkan mengerti dan memahami rnaksud dan tujuan
didirikannya FKPM, sehingga setiap permasalahan yang terjadi di lingkungan
masyarakat dengan segera dapat dibawa ke forum FKF'M untuk dibicarakan dan
dipecahkan permasalahannya.
Petugas Polmas ataupun Pospol yang menjadi anggota FKPM diharapkan
memiliki wawasan dan pengetahuan yang cukup untuk dapat memberikan
masukan-masukan dan arahan bagi warga masyarakat yang menjadi pengurus
FKPM. Dalam hal pemecahan masalah tersebut terkait dengan langkah-langkah
ataupun'tindakan yang harus ditindaklanjuti oleh petugas Polmas, maka petugas
Polmas harus segera merespon dan melaksanakan hasil keputusan yang
menjadi kesepakatan dalam keputusan FKPM tersebut. Dalam
melaksanakan kegiatan tersebut diharapkan masyarakat juga turut aktif untuk
bekerjasama dengan petugas Polmas berusaha dalam rangka

mewujudkan atau menyelesaikan masalah-masalah yang ada dalam


masyarakat. Keseriusan petugas Polmas dalam menindaklanjuti
keputusan-keputusan tersebut akan berpengamh terhadap keteriibatan peran
aktif masyarakat yang tentunya akan meringankan beban tugas polisi di dalam
menyelesaikan masalah-masalah Kamtibmas yang terjadi atau yang akan terjadi.

Peran Stake Holder.


Dalam rangka mendukung kegiatan Perpolisian Masyarakat peran Stake Holder
selaku unsur utama warga diharapkan dapat turut serta secara aktif dalam
melaksanakan program Perpolisian Masyarakat agar dapat dilaksanakan secara
optimal. Peran-peran Stake Holder tersebut antara lain;
1) Kepolisian/Fungsi-fungsi Kepolisian.
Dalam rangka melaksanakan kegiatan Perpolisian Masyarakat, Kepolisian hams
mampu melakukan perubahan dalam hal strategi, struktur dan budaya organisasi
dan merubah paradigma polisi tradisional yang cenderung militeristik menjadi
polisi sipil yang modern dan berorientasi kepada pemecahan masalah.
Dalam hal ini polisi harus selalu berusaha mendekatkan diri kepada masyarakat
dan tampil sebagai sosok Polri yang dapat dipercaya dan dicintai oleh
masyarakatnya. Oleh karena itu Polri harus mampu merubah tampilan penguasa
menjadi tampilan pelayan yang akrab dan ramah dengan masyarakatnya.

2) Warga Masyarakat
Untuk mendukung pelaksanaan Perpolisian Masyarakat, maka warga
masyarakat harus menjadi mitra aktif yang menyediakan sumber daya manusia
dan material termasuk para sukarelawan untuk menghadapi permasalahan-
permasalahan yang muncul pada masyarakat sehingga tidak berkembang
menjadi suatu kejahatan.
Warga masyarakat harus mengerti bahwa tanggung jawab Kamtibmas tidak
terletak pada polisi saja, sehingga masyarakat haais berperan aktrf dalam upaya
mengamankan diri dan iingkungannya sehingga tercipta situasi Kamtibmas yang
kondusif. Dalam menumbuhkan peran aktif masyarakat
tersebut petugas Polmas harus selalu senantiasa berinteraksi dan berkomunikasi
dengan masyarakat sehingga dapat tercipta suatu suasana yang mendukung
peran masyarakat untuk berperan aktif melakukan kegiatan pencegahan
tertiadap maslah-masalah Kamtibmas yang akan muncul.
3) Pemda dan DPRD.
Peranan Pemda dan DPRD sangat dipertukan dalam mendukung program
Perpolisian Masyarakat, dukungan-dukungan dari instansi tersebut diharapkan
dapat memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam melak-
sanakan program Perpolisian Masyarakat.
Sebagaimana kita ketahui bahwa untuk mendukung operasional dari kegiatan
FKPM supaya dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan anggaran untuk
mendukung operasionai FKPM, karena tidak ada dukungan dana dari organisasi
Polri. Oleh karena rtu Pemda/DPRD dapat mendukung kegiatan Perpolisian
Masyarakat dengan mengalokasikan anggaran operasional FKPM dalam APBD.
Selain rtu dalam rangka mewujudkan keamanan dan ketertiban yang menjadi
salah satu tugas Pemda, maka program Perpolisian Masyarakat tersebut dapat
juga dimasukan sebagai salah satu program yang periu didukung oleh Pemda.
4) Komunitas Usaha.
Para pengusaha selaku pihak yang diuntungkan dengan adanya program
Perpolisian Masyarakat dapat membantu mendukung pelaksanaan Polmas
dengan mengeluarkan anggaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kegiatan Perpolisian Masyarakat dalam menciptakan Kamtibmas yang kondusif,
karena lingkungan yang aman dan tertib tentunya akan meningkatkan nilai
investasi yang tentunya akan menguntungkan para pengusaha.
5) Instansi Lain.
Instansi lain dapat mendukung program-program Perpolisian Masyarakat dengan
membantu memberikan pelayanan yang ada di masing-masing instansi
tersebut. Kegiatan
tersebut dilaksanakan dengan cara berkoordinasi dan bekerjasama sebagai
mitra sehingga permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh Perpolisian
Masyarakat dapat segera dipecahkan oleh instansi yang ikut mendukung
kegiatan Perpolisian Masyarakat.
6) Media.
Peran media baik Media Massa maupun Media Elektonik sangat diperiukan
karena dapat membantu memberikan sosialisasi tentang program-program
Perpolisian Masyarakat termasuk membangkttkan motivasi bagi masyarakat
untuk mau berperan aktif dalam kegiatan FKPM ataupun kegiatan-kegiatan
Perpolisian Masyarakat lainnya.
Media dapat membantu menyebarkan pesan-pesan Kamtibmas termasuk
langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan oleh masyarakat dengan
memberikan gambaran secara visualisasi tentang permasalahan Kamtibmas
yang mungkin akan terjadi.
Kegiatan-kegiatan lain.
Dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat dan
juga mengoptimaikan upaya-upaya mewujudkan Perpolisian
Masyarakat, maka organisasi Polres, Polsek dan Pospol dapat
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Melengkapi ruang pelayanan dan kendaraan patroli roda
empat dengan saluran radio 911.
a) Untuk meningkatkan pelayanan dan kecepatan daiam melayani
pengaduan masyarakat, maka di ruang pelayanan dan kendaraan roda
empat diwajibkan untuk menyetel Channel 911.
b) Apabila ada laporan pengaduan melalui Frekwensi Radio tersebut
operator atau petugas patroli yang memonitor
agar segera menyampaikan ke anggota yang terdekat dengan TKP yang
dilaporkan. Anggota yang terdekat segera datang ke TKP dan melaporkan
bahwa yang bersangkutan sudah tiba di TKP dengan menghubungi telepon 112
ataupun memberitahukan untuk menyampaikan kepada warga yang
sersangkutan bahwa anggota sudah sampai dan siap untuk membantu
permasalahan Kamtibmas yang ada di TKP. Setelah selesai anggota tersebut
melaporkan sehingga bisa diminta oteh seluruh warga masyarakat yang
men.dengar frekwensi tersebut, bahwa situasi TKP sudah aman dan masyarakat
yang ada di sekitar TKP bisa meianjutkan kegiatan/aktivitas masing-masing
dengan aman dan tenang.
c) Dalam hal petugas yang sedang patroli menemukan permasalahan misalnya
pohon tumbang, genangan air, jembatan jalan rusak, mobil mogok segera
menginformasikan ke frekwensi sehingga masya-rakat bisa mendengar dan
menghindari jalan tersebut dengan menggunakan route alternate.
Membuat pesan Kamtibmas dan melaksanakan kampanye
Kamtibmas.
a) Sebagai sarana komunikasi dan pertukaran informasi antara polisi dan
masyarakat, polisi membuat oulletin. booklet, spanduk dan informasi lain
yang berkaitar dengan
139
akan dengan senang hati memberikan bantuan terhadap polisi.
I b) Mernbantu korban mencana alam dan wabah penyakrt dengan bentuk
kegiatan membantu mengumpulkan dan menyalurkan bahan makanan dan
pakaian, membuat dapur umum, memanggil tim dokter dari Polri/PMI untuk
memberikan pelayanan gratis dengan menggunakan salah satu ruang pelayanan
yang ada sebagai ruang tempat perawatan gratis.
c) Melaksanakan kegiatan donor darah ke PMl secara teratur minimal setiap
2 butan sekali.
d) Menghadiri undangan hajat yang diselenggarakan masyarakat
dan memberikan bantuan pengamanan sehingga kegiatan dapat
berlangsung dengan lancar dan aman.
e) Melaksanakan kegiatan kerja bakti massal dengan melibatkan
instansi Pemda, Kecamatan, Kodim, Koramil dan masyarakat dalam bentuk
kegiatan antara lain pembersihan salurah air, pengecetan pembatas jalan-
jalan utama dan penebangan pohon-ponon yang mengganggu lalu-lintas jalan
dan Iain-Iain.
lentuk-bentuk Perpolisian Masyarakat. I Kegiatan Siskamling.
Siskamling adalah merupakan bentuk kegiatan pengamanan
swakarsa yang terdapat di masing-masing RW di

wilayah Jakarta Barat dalam rangka melaksanakan kegiatan yang bersifat


pengamanan lingkungan di wilayah masing-masing dalam rangka mencegah
terjadinya kejahatan. Siskamling
dilaksanakan oleh petugas Siskamling yang direknjt dari masyarakat di sekitar
wilayah, dalam pelaksanaan tugasnya petugas Siskamling mendapatkan gaji
yang dikelola oleh masing-masing ketua RW. Dalam peiaksanaan tugasnya
petugas Siskamling berkoordinasi dengan petugas Kepolisian baik dari Polsek
maupun Pospol.
Dalam melaksanakan tugas pengamanan tersebut petugas Siskamling yang
direkrut belum seluruhnya memiiiki keterampilan dan kemampuan dalam
melaksanakan tugas oengamanan lingkungan. Oleh karena rtu diperlukan
langkah-langkah dalam rangka meningkatkan kualitas petugas Siskamling
sehingga mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Disinilah peran anggota
Polmas/Babinkamtibmas diperlukan untuk meningkatkan kualitas kemampuan
petugas Siskamling tersebut.
2) Kelompok Da'i Kamtibmas.
Kelompok Da'i Kamtibmas adalah merupakan tokoh-tokoh agama yang
tergabung dalam suatu wad ah tertentu yang dibentuk oleh Polri dan
masyarakat. Tujuan pembentukan
Kelompok Da'i Kamtibmas adalah dalam rangka membantu tugas Polri
dibidang pemberian penyuluhan, masukan kepada warga mengenai
permasalahan-permasalahan Kamtibmas dengan menggunakan pendekatan-
pendekatan dakwah yang dilakukan oleh tokoh-tokoh agama.

Didalarn pelaksanaannya para tokoh agama tersebut selalu berkoordinasi


dengan petugas Polmas/Babinkamtibmas/ Kapolsek/Kapolres sehingga pesan
atau arahan yang diberikan kepada warga masyarakat sesuai dengan program-
program Kamtibmas yang telah direncanakan. Dalam rangka
mewujudkan kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Da'i Kamtibmas
tersebut maka petugas Polmas diharapkan mampu untuk menjaga hubungan
yang harmoms dengan tokoh-tokoh agama yang terdapat dalam Kelompok Da'i
Kamtibmas tersebut.
3) Kelompok Citra Bhayangkara.
Kelompok Citra Bhayangkara adalah merupakan perkumpulan dari warga
masyarakat yang peduli terhadap masalah-masalah Kamtibmas dan secara aktif
membantu Polri dalam menjaga Kamtibmas yang terjadi di wilayahnya. Didalam
kegiatannya anggota Citra Bhayangkara melakukan kegiatan-kegiatan
pemantauan terhadap masalah Kamtibmas yang ada di wilayahnya dan
memberikan informasi tentang pemnasalahan yang terjadi kepada Polri.
Petugas Polmas yang menerima informasi tersebut diharapkan dapat merespon
setiap informasi yang diberikan dengan cepat dan mampu mengambil langkah-
langkah yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang diinformasikan oleh
anggota Citra Bhayangkara tersebut. Keteriambatan dalam
merespon atau menanggapi masalah-masalah yang dilaporkan oleh
anggota Citra Bhayangkara akan mengakibatkan

masyarakat menjadi kecewa dan pada akhimya masyarakat menjadi apatis dan
tidak rnau lagi memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh Polri. Hal
ini tentunya akan menimbulkan kerugian bagi Poiri karena dalam pelaksanaan
tugasnya Polri tidak mungkin bekerja sendiri dan memerlukan bantuan
masyarakat didalam menyelesaikan tugas-tugas yang diemban oleh Polri. 5)
Patroli Keamanan Sekolah (PKS).
Patroli Keamanan Sekolah (PKS) adalah bentuk satuan pengaman yang
didirikan di sekolah-sekolah dan beranggotakan murid atau siswa yang berada di
sekoiah tersebut. Didalam kegiatan PKS, maka petugas Polmas memberikan
pelatihan sederhana terhadap siswa mengenai pengenalan tata tertib berialu-
lintas, misalnya; cara-cara membantu menyebrang murid-murid sekolah yang
akan keluar masuk sekolah, baris-berbaris, pengenalan masalah Narkoba yang
mungkin beredar di sekolah serta cara pencegahannya, dan bentuk-bentuk
kegiatan pengamanan di sekolah.
Dalam kegiatan ini diharapkan para siswa/murid mulai mengenali hal-hal
yang terkait dengan masalah keamanan. ketertiban dan sosialisasi masalah
hukum, sehingga sejak masih sekolah diharapkan anak-anak sudah mengerti
tentang peraturan-peraturan yang harus dipatuhi, sehingga nan.tinya dapat
terbentuk suatu masyarakat yang memiiiki kesadaran hukum dan taat hukum.

Anda mungkin juga menyukai