Chapter II
Chapter II
berlangsung lama dan pada tahun 2008 yang lalu hubungan ini memasuki tahun
emasnya. Umur hubungan kedua negara ini bahkan melebihi umur organisasi
sangat kompleks. Hal ini menimbulkan kesulitan untuk melihatnya dari satu sudut
pandang saja. Kita tidak bisa melihat sudut pandang dari satu negara saja tetapi juga
kedua negara tersebut. Setidaknya kita harus dapat melihat sudut itu dari sudut yang
Untuk itulah pada bab II ini, akan dijelaskan mengenai hubungan diplomasi
Jepang Indonesia dimulai dari pengertian diplomasi, kultur (budaya) yang dimiliki
kedua negara yang pastinya memberikan pengaruh terhadap cara berdiplomasi kedua
negara, dan sejarah yang megiringi hubungan kedua negara dalam hubungan
diplomasi.
Seperti yang telah dikemukakan pada bab yang terlebih dahulu, dipomasi
memiliki banyak pengertian menurut banyak pakar. Pertma-tama sangatlah baik untuk
mengetahui asal muasal dari kata diplomasi. Diplomasi diyakini berasal dari kata
Yunani yaitu diploun yang berarti melipat. Menurut Nicholson (Roy, 1995:1), pada
masa Romawi semua paspor, yang melewati jalan milik negara dan surata-surat jalan
dicetak pada piringan logam dobel, yang dilipat dan dijahit menjadi satu dengan cara
memberikan hak istimewa tertentu atau menyangkut perjanjin dengan bangsa asing
dengan dokumen-dokumen yang tidak terhitung banyaknya. Oleh karena itu, dirasa
menguraikan, dan memeliharanya. Isi surat resmi negara yang dikumpulkan disimpan
dalam arsip yang berhubungan dengan hubungan Internasional yang dikenal dengan
ini saja. Menurut Earnest Satow dalam Roy (1995: 1), Burke memakai kata
adalah pertmakalinya penggunaan kata dalam bahasa Inggris dengan arti yang kita
ketahui saat ini. Ia juga mengatkan ‘lembaga dipomatik’ pada tahun yang sama contoh
paling awal adalah pengguaan kata ‘jasa diplomatik’ yang menunjukkan cabang
pelayana sebagai negara yang menyediakan personil-personil misi tetap diluar negri
Para pakar memberi definisi yang berbeda terhadap kata diplomasi. The
duta besar dan para wakil buisnis atau diplomat’. Menurut The Chamber’s Twentieth
Century Dictionary (Roy, 1995:2), diplomasi adalah ‘the art of negotiation, especially
Sir Earnest Sartow mengatakan diplomasi adalah ‘the application of official relations
between the government of independent states’ (penerpan dan kepandaian dan taktik
1995:2).
Harlord Nicholson, salah seorang pengkaji dan praktisi yang pandai dalm hal
diplomasi di abad kedua puluh menegaskan bahwa dalam bahasa yang lebih mukathir,
kata diplomasi diambil secara gegabah untuk menunjukkan palinhg tidak lima hal.
Yang pertama menyangkut ; (1)politik luar negri, (2) negoisasi, (3) mekanisme
pelaksanaan negoisasi tersebut, dan (4) suatu cabang dinas luar negri. Ia selanjutnya
mengatkan bahwa interprestasi yang kelima adalah merupakan suatu kualitas yang
abstrak pemberian, yang dalam arti baik mencakup keamana dalam pelaksanaan
negoisasi Internasional ; dan dalam arti yang buruk mencakup tindakan taktik yang
lebih licik. Tetapi akhirnya Nicholson menerima definisi yang diberikan oleh The
Oxford English Dictionary yang ia anggap cukup luas untuk mencakup aspek-aspek
Svarlien telah mendefinisikan diplomasi sebagai “seni dan ilmu perwakilan negara
dan perundingan”. Kata yang sama juga telah dipakai untuk menyatakan secara umum
pelaksanaan politik luar negri suatu negara, kadang-kadang juga dihubungkan dengan
perang. Oleh karena itulah, Clausewitz, seorang filsuf Jerman , dalam pernyataannya
dengan politik luar negri karena diplomasi merupakan implementasi dari kebijakan
Seorang diplomat India pada zaman India Kuno yang bernama Kautilya
yang adil). Menurutnya, tujuan dari diplomasi adalah untuk mencapai Siddhi yang
Jepang dan Indonesia adalah dua buah negara yang memiliki beberapa
kesamaan. Jepang dan Indonesaia adalah dua buah negara yang sama-sama berada di
Benua Asia dan mereupakan negara kepulauan. Kedua negara ini melakukan
hubungan diplomasi yang sangat erat hingga saat ini. Sangat baik jika kita mengetahui
Jepang adalah suatu negara kepulauan dengan pulau-pulau besar dan kecil.
lainnya yang berada di Asia Tenggara, khusunya Filipna dan Indonesia. Keadaan ini
(Suryohadiprojo, 1982:1).
seperti busur yang ramping seanjang 3.800 kilometer, dari 20° sampai 45°33´ lintang
utara. luas totalnya adalah 377.815 kilometer persegi sedikit lebih banyak dari luas
Inggris, hanya sepersembilan dari luas India dan seperduapuluh dari luas Amerika
Serikat dan kurang dari 0,3% dari luas daratan bumi. Kepualuan ini terdiri dari empat
pulau utama, Honshu, Hokkaido, Kyushu dan Shikoku (berturut-turut dari yang
terbesar sampai yang terkecil) juga sejumlah gugusan pulau yang berjumlah sekitar
3900 pulau yan lebih kecil lagi. Pulau Honshu memiliki luas lebih dari 60% dari
Hampir semua bagian daerah Jepang mengenal 4 musim yang berbeda. musim
panas yang hangat dan lembab, mulai sekitar pertengahan bulan Juli. Sebelumnya
terdapat musim hujan selam hampir satu bulan, kecuali di Hokkaido, pulau yang
gugur adalah musim terbaik sepanjang tahun, dengan hari-hari yang berhawa lembut
dan matahari yang cerah diseluruh negri. Akan tetapi, pada bulan September mungkin
saja terjadi badaiu taufan yang mendera tanah daratan dengan hujan lebat dan angin
Topografi Jepang yang rumit berlainan dengan iklimnya yang relatif baik.
Pulau-pulau Jepang merupakan bagian suatu deretan gunung yang panjang yang
terangkai mulai dari Asia Tenggara sampai jauh ke Alaska. Hal ini yang
menyebabkan negeri ini memiliki garis pantai yang panjang dan berbatu denga
banyak pelabunhan yang kecil tetapi at baik. Tercipta banyak daerah pegunungna
dengan sejumlah besar lembah, sungai yang deras dan danau yang jernih. Kawasan
gunung meliputi sekitar 70% dari seluruh luas tanah Jepang menurut survai lembaga
Survai Geografi Kementrian Pembanguna Jepang pada tahun 1972. lebih dari 532
gunung tersebut tingginya melebihi 2000 meter diatas permukaan laut, Gunung Fuji
adalah gunung tertinggi dengan tinggi mencapai 3776 meter (International Society for
Topografi yang rumit ini memberikan Jepang pemandangan yang indah yang
sungai yang bergelora, puncak gunung yang kasr dengan air terjun yang indah permai.
Semua itu menjadi sumber inspirasi dan kesenangan yang tiada henti-hentinya baik
bagi orang Jepang maupun bagi orang lain yang bukan berasal dari Jepang
Indonesia memiliki 17.504 pualu besar dan kecil, sekitart 600 diantaranya tiak
posisi Indonesia terletak pada koordinat 6ºLU-11º08´ dan dari 95ºBB-141º45´BT serta
terletak di antara dua benua Asia dan benua Austarlia. wilayah Indonesia terbentang
sepanjang 3.977 mil di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Luas daratan
penuduknya adalah pulau Jawa, dimana setengah populasi Indonesia hidup. Indonesia
terdiri dari 5 pulau besar yaitu Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
Batas utara Indonesia adalah Maklaysia, Sinagpura, Filipna dan Laut Cina
Selatan. Batas selatan Indonesia adalah Australia, Timor Leste dan Samudera
Indonesia. Batas di sebelah timur adalah Papua Nugini, Timor Leste dan Samudera
Pasifik. Lokasi Indonesia juga terletak di lempeng tektonikj yang berarti Indonesia
rawan dengan gempa bumi yang dapat menimbulkan tsunami. indonesia juga banyak
memiliki gunung berapi, salah satu gunung berapi yang terkenal adalah gunung
Krakatau yang terletak di selat Sunda antra pulau Sumatera dan Jawa (wikipedia,
http://id.wikipedia.org/wiki.Indonesia: 1).
Indonesia mempunyai sumber daya alam yang besar di luar pulau Jawa,
termasuk minyak mentah, gas alam, timah, tembaga, dan emas. Indonesia pengekspor
gas alam terbesar kedua di dunia, meski akhir-akhir ini menjadi negar pengimpor
minyak mentah. Hasil pertanian yang utama adalah beras, teh, kopi, rempah-rempah
dan karet. Sektor jas adalah sektor yang menyumbang PDB terbesar, yang mencapai
45,3% dari PDB tahun 2005. sedangkan sektor industri menyumbang 40,7% dan
memperkerjakan lebih banyak orang daripada sektor-sektor lainny, yaitu 44,3% dari
sebesar18,8%.
sehingga disebut dengan istilah Mega Biodisvery atau kenekaragaman makhluk hidup
yang tinggi. Kekayaan makhluk hidup Indonesia menempati ranking keyiga setelah
menimbulkan banyak kesulitan dalam tata hubungan antara Amerika serikat dengan
Jepang dan, lebih umum lagi antara Timur dan Barat, baik dalam diplomasi
dirimu sendiri’ berlaku dalam sekian banyak dalam sekian banyak keadaan, termasuk
dalam perundingan, dan kita perlu sekali menunjang usaha-usaha buat mendorong
agar politik luar negri Jepang didasarkan pada suatu pemahaman yang memadai atas
perbedaan berbagai kultural (Kinhide, 1981:2). Hal ini tidak hanya mempengaruhi
hubungan Jepang dengan negara Barat tetapi juga hubungan Jepang dengan sesama
negara Timur.
suatu model tata hubungan Internasional telah melahirkan simulasi antar bangsa. Ada
dua simulasi yang digunakan, yang pertama adalah simulasi antar bangsa yang
sebagai perdana mentri dan mentri luar negri dari suatu negara yang berkecimpung
3).
Amerika tandingan. Dalam simulasi itu, orang yang memiliki budaya non amerika
dalam sebuah simulasi perundingan. Berbeda dengan simulasi pertam dimana para
pembedaan ”kultur rasa bersalah” (guilt culture) dan ”kultur rasa malu” (shame
horizontal’ yang diciptakan oleh Nakane Chie dari Universitas Tokyo. Kinhide sendiri
mengungkapkan satu tipologi lagi yaitu ’kultur erabi’ dan ’kultur awase’ (Kinhide,
1981:2)
tidak dapat hanya melihat salah satu pihak yang melakukan perundingan. Kedua belah
keduanya. Pada paragaraf yang terdahulu, sudah dibahas secara sederhana mengenai
negaranya. Sedangkan Indonesia adalah negara yang sangat berbeda dari Jepang.
terdiri dari beragam suku bangsa dan bahasa yang lazim disebut heterogen. Oleh
Indonesia.
Supaya lebih jelas, dibuat penjelasan dan keterangan pada sub bab selanjutnya
a. Kultur Awase
’kultur awase’. Erabi diambil dari kata erabu (選ぶ) yang memiliki arti memilih,
sedangkan kata awase diambil dari kata au (合う) yang memiliki arti memadukan dan
juga menyesuaikan sesuatu dengan yang lain. Jepang adalah negara yang menganut
kultur awase.
untuk mencapai tujuan tersebut, dan kemudian bertindak mengubah lingkungn itu
sejalan dengan rencana dan kehendaknya. Pandangan erabi juga terdiri dari tatanan
logis yang terdiri dari konsep-konsep dan lawan-lawannya; panas atau dingin, manis
atau tak manis, besar lawan kecil dan seterusnya. Oleh karena itu ketika menyusun
keputusan dengan pertimbangan ” Apakah lebih baik hangat atau dingin? Apakah
saya ingin manis atau tidak manis? Lumayan besar atau lumayan kecil?”. pemikiran
seperti membuktikan kalau erabi adalah logika untuk memilih yang terbaik dari
Awase berbeda dengan erabi dimana awase adalah kultur yang menolak
tidaklah ditandai dengan konsep-konsep dikotomi seperti panas lawan dingin. Yang
dipandangnya benar, ialah bahwa bisa agak panas atau agak dingin, sedikit manis atau
tidak manis, lumayan besar atau lumayan kecil; dengan kata lain, lingkungan terdiri
dari satu kontinum gradasi yang tidak begitu kentara dan gampang berubah. Awase
adalah logika yang berusaha memahami serta menyimak rangkaian gradasi perubahan
logika erabi membuat pemikiran mereka menjadi kabur dan tidak jelas bagi orang
Eropa dan Amerika. Daripada berkata Hon o kashite kure (Pinjami saya buku itu),
orang Jepang boleh jadi berkata Chotto kashite kure (saya hanya ingin melihatnya)
dan daripada berkata Ano shibai wa kunakatta (sandiwara itu tidak menarik), mereka
akan bilang Sore hodo omoswanai (saya kira sandiwara tu tidak begitu menarik).
Sebaliknya, orang Jepang merasa bahwa orang Amerika, dengan logika erabi-nya,
cendrung membuat perbedaan dalam ukuran-ukuran tertentu yang sangat simplitis dan
berkebudayaan erabi berharap agar orang lain yang mengerti dan menyesuaikan diri
dengan mereka. Dalam pembicaraan awase atau urusan dengan dagang, persetujuan
hidup dengan tidak membuat waktu menjadi eskak dan tidak memberikan perhatian
perlakuan khusus bisa dilihat sebagai sesuatu yang pokok bagi masyarakat awase
masyrakat erabi, logika awase tidaklah bergantung kepada arti-arti kata yang sudah
dibakukan. Setiap ungkapan memiliki berbagai nuansa dan dipandang hanya sebagai
realitas itu secara pasti. Kata-kata tidak ditangkap sesuai yang ada di permukaanya;
kebudayaan erabi yang nilai-nilai dipermukaan tidak dipercaya dan kita diharap
berjalan sesuia dengan itu, didalam masyarakat awase mungkin kita dapat
dengan kata lain menyesuaikan dengan posisi seseorang sebelum itu secara logis dan
kegagalan perundingan antara Jepang dengan Rusia sebelum pecahnya perang Pasifik
tepat. Dia menggambarkan dengan analogi, orang Jepang mengundang orang Barat
untuk naik ke ruang tingkat dua. Saat para tamu itu kelihatan ragu-ragu untuk naik,
pemandangan akan lebih baik jika dilihat dari atas. Namun, orang Barat ingin
mengetahui pemandangan apa yang mereka akan dapatkan terlebih dahulu sebelum
gagal. Dalam bentuk alegoris cerita ini, memperlihatkan suatu kesalahan pemanduan
yang mendasar diman kebudayaan erabi saling beradapan dengan kebudayan awase
dimulai hanya jika para perunding atau kedua belah pihak telah mengetahui jenis
”pandangan” apa yang akan muncul. Ini9 tidaklah mesti demikian dalam kebudayaan
awase. Di Jepang, sekalipun kedua belah pihak setidak-tidaknya sudah punya sedikit
gambaran tentang apa yang akan dibicarakan sebelum prundinag dimulai, tetapi
de...(”Mari, begtu kita duduk bersama...”)dan ome ni kakaranakutte wa, kuwasii koto
menyesuaikan diri (awaseru) dalam hal situasui tanpa prasyarat dan prakonsepsi
Saat kedua belah pihak sudah berada di meja perundingan, pendekatan ala
barat (erabi) ialah mengemukakan secara langsung atau lebih tepatnya membicarakan
pendekatan awase, yang petama kali dilakukan adalah menetapakan apakah para
perunding sudah sama-sama siap untuk saling menyesuaikan diri dengan posisi
terbuka didalam suasan asaling memberi dan saling menerima (Kinhide, 1981:10-11).
melau pernyataan posisi yang jelas dari kedua belah pihak, hal ini bertentangan
dengan pandangan awase yang lebih menyukai penafsiran atas posisi pihak
sebaliknya tanpa keterangan yang jelas. Tentu saja dalam kebudayaan Amerika,
etiket dan etika perundingan erabi, kita tidaklah perlu bersimpati dengan pihak sana.
Sebagai gantinya, sudah dipandang cukup untuk secara jujur dan sepenuhnya
perasaan yang ada adalah ”Anda menyesuaikan diri dengan posisi saya dan saya akan
untukmu kali ini..”). Dari sis lainnya, oang Jepan juga menggunakan ungkapanseperti
Dalam kebudayaan erabi kontrak dipandang sebagi pilihan terakhir dari pihak-
hanyalah suatu manifestasai dari hubungan awase yang akrab antar pihak-pihak yang
mendorong kedua belah pihak untuk mencari konsens-konsensi lebih jauh. Sehiingga
1981:11-12)
kridibilitaas formal tertentu dalam beberapa hal, makna luarnya trkadang ditolak demi
formal dari suatu perundingan, pola awase mencakup suatu pemahamn implisit akan
meletakkan tekanan pada sekian keadaan khusus yang membedakan tiap kasus konkrit
awase jika salah dikelola, bisa membat kita hanyut disepanjang rentetan pristiwa.
Akan tetapi perundingan awase punya kelebihan yang memungkinkan pihak lain
pernyatan posisi secara jelas, ia mmberikan cukup banyak pelonggaran untuk tidak
Begitu ketidak percayaan pihak lain mencapai suatu titik tertentu, perundingan pun
gagal dan soal-soal poko sama-sama dikobankan dengan soal-soal tidak pokok.
Kultur haji no bunka adalah kultur Jepang yang dikemukakan oleh Ruth
Benedict, seorang ahli antropologi yang berasal dari Amerika. Dalam bukunya yang
kebudayaan Jepang. Tentu saja hal ini juga terlihat dalam hubungan diplomasi Jepang.
Tentu saja hal ini juga terlihat dalam hubungna diplomasi Jepang terhadap negara-
negara lain termasuk Indonesia. Haji no bunka (恥 の文化) terdiri atas dua kanji modern
yaitu kanji haji (恥) dan bunka (文化). Kanji haji menurut kamus besar kanji (Nicholson
, 2005: 734) memiliki arti malu. Sedangkan bunka menurut kamus kanji modern
(Nicholson, 2005: 462) memiliki arti budaya. Apabila kedua kata ini digabungkan
Ada perbedaan pandangan yang cukup besar antara orang-orang Barat denga
orang-orang Timur. Dalam masalah sejarah, orang Barat cendrung mengtakan kalu
mereka adalah pewaris sejarah. Berbeda dengan orang-orang Timur yang mengatakan
berutang kepada sejarah. Masyrakat Barat menilai pemujaan trehadap roh nenek
moyang hanyalah pemujaan biasa kepada roh-roh yang sudah meninggal. Bagi
masyarakat Timur, itu bukanlah pemujaan biasa tetapi hal itu juga merupakan
pengakuan ritual bahwa manusia sangat berutang kepada segala sesuatu yang terjadi
Lagi pula orang tidak berutang kepada masa lampau saja; setiap kontak sehari-
adalah titik yang fundamental. Di Jepang, bergantung kepada pengakuan akan tempat
seseorang di dalam jaringan besar dari saling keberutangan tersebut yang mencakup
baik nenek moyang maupun oraang-orang sezaman. Hal ini terlihat sederahana tetapi
rumit. Padanya pun diletakkan tanggung jawab yang besar (Benedict, 1979: 104-105).
Bangsa Jepang memiliki banyak kata yang artinya ”kewajiban”. Kata-kata itu
tepat dalam bahasa Inggris, karena gagasan yang diutrakan asing bagi orang Barat.
Kata ”kewajiban”, yang mencakup utang seseorang dari yang paling besar sampai
yang paling kecil adalah on. Didalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi
”kewajiban” dan ”kesetiaan” sampai ”keramahan” dan ”cinta kasih”, teaepi kata-kata
sesuatau yang harus dipikul seseorang sebaik mungkin. Seseorang menerima on dari
atasannya atau setidaknya orang setingkat, menimbulkan perasaan bahwa orang itu
lebih rendah dari pada si pemberi on. Kalau mereka mengatakan, ”Saya mengenakan
suatu beban kewajiban terhadapnya”, dan mereka menyebut kreditor atau dermawan
itu sebagi ’orang on’-nya (Benedict, 1979: 105). ”mengingat on seseorang” mungkin
balik.
menyangkut utang yang terbesar dan terutama, yaitu ”on kekaisaran ” orang tadi. Ini
adalah utang seseorang kepada kaisarnya, yang harus diterima orang itu dengan kasih
ini. Dalam seluruh Jepang, orang yang paling utama diantara sesamanya ini, pada
siapa seseorang berutang, adalah atasan tertinggi dalam lingkup kehidupan seseorang
tadi. Negara Jepang modern telah memakai semua cara untuk memusatkan perasaan
tingkatnya dari pada Kaisar. Tentu saja ada on yang diterima dari orang tua masing-
masing. Inilah dasar dari bakti dan hormat filial bangsa-bangsa Timur yang
menempatkan orang tua pada suatu posisi yang strategis atas anak-anaknya. On ini
dijabarkan sebagi utang anak-anak terhadap orang tuanya dan mereka berusaha mati-
matian untuk menebusnya. Karena itu, anak-anaklah yang harus berusaha untuk patuh
Orang juga mempunyai on khusus kepada guru dan tuannya (nushi). Kedua-
duanya telah membantu dia untuk maju dan orang mengenakan on terhadap mereka,
yang dimasa depan mungkin mengharuskan orang tersebut untuk memenuhi suatu
permintaan mereka, pada saat mereka mengalami kesulitan, atau barangkali untuk
memberikan bantuan kepada salah seorang sanak saudaranya yang muda, setelah
mereka tiada. Orang harus berusaha keras untuk melaksanakan kewajiban itu dan
utangnya tidak berkurang dengan berlalunya waktu. Bahkan sebaliknya, semakin lama
utang itu semakin bertambah. On itu seakan mengumpulakn sejenis riba. On kapada
siap saja adalah hal yang serius. Seperti yang biasa mereka katakan, ”Orang tidak
pernah dapat menebus sepersepuluh ribu dari on-nya”. On adalah beban yang berat
menganggap dirinya sebagai orang yang berutang banyak tanpa merasa tidak terlalu
menyertainya dan dijalankan dengan giat memungkinkan bangsa Jepang untuk moral
mereka sampai suatu taraf yang tidak masuk akal bagi seorang Barat (Benedict, 1979:
109).
Orang tidak suka denga seenaknya menyandang arti utang budi yang
terkandung dalam on. Mereka selalu berbicara ”membuat orang mengenakan on” dan
sering terjemahan yang paling mendekai adalah ”memaksakan kepada orang lain”. Di
Jepang istilah ini berarti memberi sesuatu kepada orang atau berbuat baik kepada
orang itu. Orang Jepang paling tidak menyukai perbuatan-perbuatan baik dari orang
yang sudah mantap, orang tahu dan telah menerima kerumitan on. Tetapi dengan
kenalan biasa atau orang yang hampir setingkat, hal ini menyinggung perasaan
(Benedict, 1979:110).
Didalam hubungan struktural yang diterima, rasa berutang yang besar yang
ada dalam dirinya sebagai imbalan. Walaupun demikian, cukup berat menjadi orang
yang berutang, dan karena itu orang mudah tersinggung (Benedict, 1979: 113).
sebenarnya adalah dirinya sendiri; ia sudah diberi tempat dalam pola hirarki ”saya”,
atau ia melakukan sesuatu yang dapat saya lakukan, seperti mengembalikan topi saya
yang terbawa angin, atau ia seseorang yang mengagumi saya. Sekali indefikasi-
indefikasi ini runtuh on merupakan luka yang membusuk. Seremeh apa pun yang
terjadi, terlebih baik jika menyukainya. Setiap orang Jepang mengetahui bahwa jika
melakukan kesulitan (Benedict, 1979: 115). Setiap perbuatan baik yang diterima
seseorang, menjadikan orang itu berutang. Seperti dikatakan oleh pribahasa mereka,
”diperlukan suatu tingkat kemurahan hati yang tidak terjangkau tingginya dan yang
sudah dibawa sejak lahir, untuk menerima on” (benedict, 1979: 120).
pembayran kembali dianggap berada dalam kategori lain. Untuk bangsa Jepang, rasa
berutang yang utam dan yang selalu ada, yaitu on, berbeda sekali dengan pembayaran
kembali secara aktif dan ketat yang disebut-sebut dalam serentetan konsep-konsep
lain. Rasa berutang seseorang dalam serentetan konsep-konsep lain. Rasa berutang
dianggap sebagai kebajikan. Kebajikan dimulai pada saat orang itu memusatkan
dirinya secara aktif untuk menebus utang itu (Benedict, 1979: 121).
denga peraturannya yang berlainan, pembayran kembali on itu, yang jumlah dan
jangka waktu pembayrannya tidak terbatas, dan on mana yang sama secara kuantitatif,
Pembayaran tanpa batas atas utang ini disebut gimu dan tentang itu mereka
mengatakan, ”Orang tidak dapat membayar dari sepersepuluh ribu dari on ini”. Gimu
orangtua sendiri, yang adalah ko, dan pembayaran kembali on kepada Kaisar, yang
adalah chu. Kewajiban kedua gimu ini adalah suatu keharusan dan merupakan nasib
”pendidikan gimu” karena tidak ada kata lain yang lebih tepat mengrtikan kata
diatas semua kejadian yang tidak disengaja. Kedua bentuk gimu itu adalah tanpa
Bangsa Jepang sangat tegas tentang hal ini; orang membayar kembali utang-
asuhan yang telah diterimanya sendiri. Tidak ada kata yang mengungkapkan
”kewajiban bapak terhadap anak-anaknya” dan semua tugas seperti itu dicakup oleh
ko kepada oarang tuanya orang tau. Bakti filial meletakkan semua tanggung jawab
yang banyak ke atas pundak kepala keluarga untuk mencari nafkah bagi anak-
tajam membatasi jumlah orang terhadap siapa seseorang mempunyai gimu ini. Kaisar
haruslah berupa bapak keramat yang jauh dari semua pertimbangan sekuler. Kesetiaan
seseorang kepadanya, yaitu chu, yang merupakan kebajikan tertinggi, harus menjadi
pikirang yang membahagiakan mengenai seorang bapak yang baik, yang tidak dinodai
131).
chu dan secara khusus menunjukkannya pada diri Kaisar. Kaisar pertama setelah
restorasi adalah Kaisar yang konsekuen dan berwibawa dan selama pemerintahannya
lengkap. Dengan segala cara ini, Kaisar dijadiakan sebuah lambang yang berada di
135).
Chu menyediakan sebuah sistem ganda dalam hubungan antara hamba sahaya
perantaraan siapa pun; secara pribadi, hamba ni ”menentramkan hati Kaisar” melalui
militer adalah saluran-saluran melalui mana seorang hamba sahaya menyerahkan chu.
Orang Jepang berpendapat bahwa patuh pada hukum merupakan pembayaran kembali
”Giri” begitu pepatah Jepang, ” adalah yang paling berat untuk ditanggung”.
gimu, tetapi giri sebagaimana dia harus membayar kembali gimu, tetapi giri itu adalah
serentetan keawjiban yang berlainan warnanya. Giri memiliki dua pembagian yang
jelas yaitu giri kepada dunia dan giri kepada nama sendiri. Giri kepada dunia secar
untuk membayar on kepada sesamanya. Giri kepada nama sendiri adalah kewajiban
untuk tetap membersihkan nama serta reputasi seseorang dari noda fitnah, semacam
yang dialami seseorang sejak lahirnya. Jadi, giri mencakup semua kewajiban yng
keluarga kandungnya. Seperti dikatakan oleh seorang Jepang, ”Kalau seorang putra
dan karena hal itu, itu bunkanlah giri. Seseorang tidak bekerja untuk giri kalau ia
melakukan dengan tulus hati”. Akan tetapi orang memenuh kewajibannya terhadap
mertuanya secara tepat karena bagaimanpun juga ia harus menghindari celaan yang
”karena giri” saja sudah cukup bagi orang Jepang untuk menggambarkan hubungan
yang membenani itu. Bukan saja kewajiban terhadap mertua merupakan giri;
kewajiban terhadap paman, biib, keponakan pria dan wanita berada dalam kategori
sama. Hubungan tradisional giri yang besar, yang oleh banyak orang Jepang bahkan
dianggap lebih penting daripada giri terhadap mertua, adalah giri seorang pengikut
terhadap tuannya dan giri terhadap sesama rekan prajurit. Itu adalah kesetiaan yang
yang wajib. Kalau seseorang dipaksa untuk dengan giri , maka dianggap ia
orang berbuat baik dari dalam hatinya. Mereka mengatakan harus bahwa orang harus
melakukan giri, karena kalau tidak, ia akan disebut orng tidak tahu giri dan akan
dibuat malu didepan umum. Yang harus membuat giri ditaati adalah; apa kata orang
tentang itu. Mem,ang. ” giri terhadapadunia” sering muncul dalam terjemahan Inggris
membayar giri, dan setiap kontak dalam kehidupan dapat menimbulkan giri dengan
satu atau lain cara. Pembayaran kembali giri dianggap sebagai suatu pembayaran
kembali yang sama jumlahnya. Dalam hal ini, giri sangat berbeda dengan gimu, yang
secara kira-kira pun tidak akn pernah dapat dilunaskan, apapun yang dilakukan oleh
seseorang. Akan tetapi, giri tidak tanpa batas. Bangsa Jepang melarang pemberian
hadiah yang bernilai lebih dari hadiah yang sebelumnya diterima. Orang tidak
komentar terburuk yang dapat dikatakan orang tentang suatu hadiah adalah bahwa si
pemberi ”telah membayar emabali ikan teri dengan ikan kakap”. Begitu juga hal-hal
supaya tidak bernoda. Giri ysang ini adalah sederetan kebajikan, seakan-akan saling
yang tetap menjaga reputasai baik seseorang tanpa mendasarkannya kepada suatu
utang tertentu yang sebelumnya dipunyai orang itu terhadap orang lain. Oleh karena
seseorang yang sesuai”, misalnya, kalau merasa sakit sama sekali tidak
terhadap nama juga menuntut tindakan-tindakan yang menghilangkan noda atau cela;
ataumemeaksa seseorang untuk melakukan bunuh diri,dan diantara kedua ekstrem ini
terdapat segala macam kemungkina tindakan. Akan tetapi, orang tidak dapat
Bangsa Jepang tidak memilik istilah tersendiri untuk apa yang dinamakan
”giri terhadap nama”. Mereka hanya melukiskannya sebagai giri ”diluar lingkup on”.
kehormatan,maka ia seoran yang bajik dengan sesungguhnya. Akan tetapi giri terhdap
nama, yang dalam kebudayaan didampingi rasa permusuahn serata menanti dengan
waspada, bukanlah kebajikan khas Asia. Ini adalah kebudayaan yang murni hanya
Arti sepenuhnya dari giri terhadap nama tidak dapat dimengerti tanpa
dengan giri ini. Pembalasan hanyala suatu kebajikan yang mungikn diwajibkan pada
suatu kesempatan. Giri ini juga mencakup banyak tingkah laku yang tenang dan
seorang Jepang yang mempunyai harga dri, merupakan bagian dari giri terhadap
nama. Giri terhadap nama juga mengaruskan seseorang untuk hidup sesuai denga
tempatnyadalam hidup ini. Kalau orang gagal dalam giri ini, ia tidak berahk untuk
Giri terhadap nama juga berarti memenuhi banyak macam ikatan selain
ikatan yang ada hubungnya deangan tempat yang sesuai. Seorang yang berutang daoat
mempertaruhka giri terhadap namanya ketika ia meminta pinjaman; satu generasi yan
glalu biasa dikatakn orang bahwa ”Saya setuju untuk ditertawakan di depan umum
secara harfiah dijadikan bahan tertawaan umum; di Jepang tidak ada tiang cacian
umum. Akan tetapi, menjelang Tahun Baru, yaitu tanggal jatuh tempo semua utang,
orang yang tidak membayar utangnya itu, mungkin akan melakukan bunuh diri untuk
besar tuntutannya, tetapi giri tidak perlu dipelihara dengan standar profesinal yang
dapat menimbulkan rasa malu dan yang mungkin menyangkut giri terhadap namanya.
lebih banyak daripada persaingan langsung. Mereka berpendapat bahwa seorang tuan
rumah harus menyambut tamunya dengan penyambutan ritual tertentu serta dalam
busana yang baik. Karena itu, seseorang yang bertamu kepada petani yang sedang
pakaian yang baik dan mengatur tata cara yang patut (Benedict, 1979: 164).
memiliki wibawa. Cara-cara yang dipakai untuk mnecapai tujuannya itu adalah alat
yang diambil lalu diletakkan kembali sesuai dengan keperluan keadaan. Kalau situasi
berubah, bangsa Jepang dapat mengubah orientasnya dan berjalan ke arah yang baru.
respek bagi negara-negara dan mereka mengambil halauan untuk menyamai negara-
mereka tidak banyak dan teknologinya primitif. Kegagalan mereka dalam usaha besar
ini, berarti bahwa agresi bukanlah cara mencapai kehormatan. Giri selalu erarti
kekalahan, bangsa Jepang beralih dari yang satu ke yang lain, jelasa tanpakekerasan
psikis teradap dirinya sendiri. Tujuannya masih tetap nama baik mereka (Benedict,
1979: 181).
Seperti bulan, giri mermiliki bagian yang gelap membuat Jepang menerima
itikad baik yang ditunjukkan untuk menerima akibat penyerahan di tahun 1945.
Setelah membahas keseluruhan mengenai on, gimu, dan giri mungkin ada
kesulitan untuk memahaminya. Oleh karean itu, dibawah ini ada sebuah penjelasan
yang dapat membantu pemahaman agar lebih jelas sehingga tidak menimbulkan
kerancuan.
seseorang “mengenakan on”, artinya: on adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh
si penerima.
kewajiban ini” terhadap orang-on nya; artinya: ini adalah kewajiban yang dilihat dari
Gimu. Pembayaran kembali yang maksimal sekalipun dari kewajiban ini dianggap
Giri. Utang-utang ini wajib dibayar dalam jumlah yangsama dengan kebaikan yang
dendam.
yang merupakan dua kultur yang dimiliki oleh bangsa Jepang. Selain kedua kultur
tersebut ada sebuah kultur agi yang dikemukakan oleh Chie Nakane, seorang profesor
yang berasal dari univertitas Tokyo. Ia mencoba menyusun suatu gambarn struktural
mengenai masyarakat Jepang dengan cara memadukan ciri-ciri besar yang menonjol
memusatkan analisanya pada tingkah laku perorangan dan hubungan antar manusia
Daya hidup struktur sosial ini dapat dilihat jelas dalam cara hubungan sosial
antar manusia, yang dapat menentukan keaneka ragaman yang mungkin terjadi dalam
sosial itu tergantaung kepada taraf intergrasi dan jangka waktu sejarah suatu
analisis struktural, dan bukan dengan memberikan penjelasan yang bersifat kultural
maupun historis. Tema buku ini adalah penggarapan yang dinamakan olehnya dengan
sebutan prinsip vertikal dalam masyarakat Jepang. Dalam pandangannya, ciri yang
paling karakteristik dalam organisasi sosial Jepang timbul dari ikatan tunggal dalam
hubungan tunggal yang distingtif dengan orang atau kelompok yang lain. Jalannya
hubungan macam ini adalah sesuai dengan struktur masyarakat Jepang yang unk itu
secara keseluruhan, yang berbeda dengan struktur masyarakat yang berkasta dan
atribut berbeda, dan dalam pada itu menyangkut kemungkina mendepak anggota
dengan atribut yang sama. Pristiwa demikian sering terjadi, terutama didalam
dasarnya adalah pekerjaan, dimana tersangkut segi-segi pokok kehidupan sosial dan
ekonomi. Di sini akan kita temui lagi unit yang sangat p[enting dalam masyarakat
Jepang, yaitu kelompok kerjasama berdasarkan kerangka. Inilah prinsip pokok yang
pada struktur rumah tangga. Konsep lembaga rumah tangga tradisional, ie, tetap
bertahan dalam indetitas kelompok macam-macam yang disebut uchi, suatu bentuk
sosial atas dasar kerangka yang tetap merupakan ciri struktur sosial dalam masyarakat
Jepang. Di antara kelompok-kelompok yang lebih besar dari rumah tangga, ada
yang diungkapkan dalam istilah itu merupakan suatu contoh istimewa dari kelompok
sosial berdasarkan kerangka. Tentu saja konsep itu merupakan konsep suatu rumah
tangga di mana para anggota keluarga dan orang-orang luar yang dijadikan anggota
Hubungan in sama dengan hubungan antara anggota keluarga dan para kerani atau
pembantu dalam suatu antitesis dari suatu kelompok yang secara eksklusif terbentuk
roto adalah kelompok seperti ”keluaraga besar kereta api”, yang menojolkan Japanese
Walaupun sering dikatakan bahwa lembaga keluarga tradisional ie telah lenyap, tetapi
konsep ie masih bertahan dal masyarakat modern. Suatu perusahaan dianggap sebagai
suatu ie, semua pekerjanya dianggap sebagai anggota rumah tangga, sedangkan
struktur formalnya mungkin sama dengan yang terdapat dalam masyarakat barat
modern. Akan tetapi, hal ini tidak harus berarti mengubah struktur informalnya yang
sebagian besar mempertahan kan struktur tradisional seperti yang kita lihat dalam
kasus Jepang ini. Hal ini menunjukkan bahwa struktur sosial dasar tetap berlaku
kendati terdapat banyak perubahan besar dalam organisasi sosial (Nakane, 1981: 5).
Disamping tuntutan awal akan kertangka yang kuat dan taahan lama,
selanjutnya diperlukan usaha untu memperkokoh kerangka itu dan membuat unsur
kelompok lebih kompak lagi. Secara teoritis hal ini dapat dilakukan dengan dua cara.
Cara yang pertama adalah mempengaruhi para anggota dalam kerangka itu
sedemikian rupa sehingga mempunyai perasaan kesatuan, cara yang kedua adalah
satu dengan yang lain dan kemudian memperkuat organisasi ini. dalam prakteknya
”kita” terhadap ”mereka, yaitu orang–orang luar, dan dengan mempertajam rasa
bersaiang dengan kelompok sejenis lainnya. Dengan cara ini dalam hati orang
berkembang ikatan sebagai ”anggota dari himpunan yang sama” (Nakane, 1981: 7).
keikutsertaan emosinal dari orang perorang dalam kelompok itu; rasa perpaduan itu
ikut membina suatu dunia yang tertututup dan menghasilakan pengasingan atau
kebebasan kelompok yang kuat. Hal inilah yang menyuburkan adat kebiasaan rumah
tangga dan perusahaan. Dua hal yang disebut terakhir itu pada gilirannya ditekankan
dalam berbagai moto yang mempertebal rasa persatuan dan solidaritas kelompok itu.
diperkuat oleh rasa persatuan itu menciptakan jurang pemisah antara orang–orang
kelompok itu dengan orang–orang kelompok lain dari atribut yang sama tetapi berada
di luar kerangka; sementara itu jarak orang-orang yang berbeda atributnya yang
berada di dalam kerangka makin dipersempit dan berfungsinya setiap kelompok yang
dibentuk atas dasar atribut yang sama dilumpuhkan. Para pekerja, suka atau tidak
Satu contoh yang lebih ekstrem mengenai sikap prilaku kelompok adalah
dinginnya orang Jepang (yang tidak semata-mata sikap acuh tak acuh, melainkan rasa
bermusuan yang aktif) yang mengherankan, rasa jijik dan penolakan yangakan mereka
tunjukakn pada orng asing dari pulau lain, atau pada mereka yang hidup dalam
”buraku” (dulu kelompok sosial yang dikucilkasn tetapi sekarang sudah dianggap
secara hukum sama dengan yang lain meskipun masih juga didiskriminasikan). Disini
sikap sempurna mengasingkan orang dari luar dunia ”kita” dilembagakan (Nakane.
1981: 23).
Jadi dalam masyarakat Jepang tidak ada ikatan dalam kelompok individual
satuterhadap yang lain, tetapi juga ikatan yang menghimpun individu-individu satu
Dalam arti abstrak, tipe pokok hubungan antar manusia dapat dibagi-bagi
menurut cara mengatur berbagai ikatan, menjadi dua ikatan yaitu kategori: vertikal
dan horizontal. Kedua kategori ini bersifat linear. Konsep dasar ini dapat diterapkan
orang tua adalah hubungan vertikal, hubungan antara saudara kandung adalah
sedangkan hubungan antara rekan sejawat adalah hubungan horisontal. Kedua jenis
hubungan ini merupakan faktor yang amat penting dalam tata huubungan dan
kelihatan bahwa salah satu jenis hubungan dalam masa tertentu memiliki fungsi yang
lebih penting daripada jenis hubungan lainnya, tetapi kadang-kadang kedua faktor ini
serius, sekalipun sesungguhnya tidak ada alasan yang masuk akal untuk dapat
melindungi dengan kekuasaan yang mereka miliki dan mereka tidak segan-segan
Mereka pada tiap waktu memihak kepadanya secara gigih belum tentu karena dia
benar, tetapi semata-mata atas dasar bahwa ia termasuk kelompok mereka (Nakane,
1981: 174).
negara yang berada diantara dua samudra dan dua benua, Indonesia memiliki posisi
yang sangat strategis baik secara geografis dan ekonomi. Hal ini lebih ditunjang lagi
dengan iklim tropis yang dimiliki Indonesia. Iklim ini menyebabkan negara Indonesia
memiliki kesuburan yang menunjang pertanian dan kehutanan. Sejak dahulu kala,
Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki hasil alam dengan harga yang sangat
tinggi dan dincar oleh negara-negara Asing dimulai dari kedatangan bangsa Portugis
ke Indonesia. Hal ini juga yang mendorong negara-negara tersebut datang dan
Indonesia sama seperti Jepang adalah negara kepulauan yang terdiri atas
banyak pulau dan dipisah oleh lautan. Kesatuan politis Negara Kesatuan Republik
Indonesia terdiri atas 6000 buah pulau yang terhuni dari jumlah keseluruhan sekitar
13.667 buah pulau. Tetapi berbeda dengan Jepang yang homogen (satu ras atau suku),
Indonesia adalah negara yang terdiri atas berbagai macam suku dan bahasa. Secara
Indonesia kurang lebih sudah di atas 200 juta dalam 30 kesatuan suku bangsa.
Indonesia adalah negara tropis yang memiliki banyak areal hutan yang lebat. Hal ini
menyebabkan sekelompok orang disuatu wilayah bisa saja tidak pernah bertemu atau
berhubungan dengan sekelompok orang di wilayah lain dalam areal hutan yang sama.
mungkin memilki kesamaan tetapi tidak ada yang memiliki kesamaan sampai seratus
persen. Hal ini dapat dilihat di pulau Irian dan Kalimantan. Dua pulau ini terkenal
dengan areal hutannya yang luas dan juga jumlah suku yang banyak. Suku dayak di
Kalimantan saja misalnya, memiliki banyak variasi walaupun mereka mengatakan diri
mereka sebagi suku dayak. Contoh lainnya adalah suku Batak yang berada di
Sumatera, terdiri atas 5 suku batak seperti Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak,
2008:2).
belum tentu sudah tersosialisasikan pada 6000 pulau tersebut, mengingat sebagian
Jawa mncakup 8% penduduk urban. Satu contoh sak mengenai sebuah kalimat yaitu “
Gemah Ripah Loh Jinawi” yang sering digunakan dalam kosa kata bahasa Indonesia
yang menggambarkan kesuburan Indonesia, antara penutur Jawa dan Sunda memiliki
konsep yang berbeda. Dalam konsep Jawa “Gemah Ripah Loh Jinawi, Subur kang
Sarwa Tinandur, Murah kang Sarwa Tinuku, Tata Tentrem Kerta Raharja”,
Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi , Rea Ketan Rea Keton Buncir Leuit Loba Duit”
yang artinya saudara dari suku Sunda yang lebih memahami. Sementara itu di
Sumatera Barat dengan adat Minangkabau yang didalamnya terdapat suatu sistem
yang sempurna dan bulat, dalam berbahasa sangat memperhatikan raso, pareso, malu
dan sopan, sehingga bahasa Indonesia yang dituturkannya pun sangat terkait dengan
masih menyangkut bahasa yang dimiliki tiga suku yang berada di Indonesia. Dalam
dikirim berasal dari suku Batak, apakah ia hanya akan membawa indetitasnya sebagai
tetapi ideologi Indonesia. Keduanya memiliki kekuatan yang sama. Pancasila, selama
NKRI ada tetaplah bagian yang tidak terpisahkan dari Indonesia. Dia adalah indetitas
Indonesia dan mencakup cita-cita bangsa Indonesia dan tentu saja memiliki pesan dari
dan Dunia. Maka pertanyaan diatas dapat dijawab. Setiap diplomat Indonesia pergi ke
Indonesia, bukan sebagai orang Batak ataupun orang Jawa, bukan sebagai orang
dari politik luar negri Republik Indonesia yaitu Pancasila dan Undang-undang 1945.
pelaksanaan hubungan luar negeri didasarkan pada asas kesamaan derajat, saling
yang tersirat di dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Bahwa sesuai
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
tujuan itu Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia selama ini telah
melaksanakan hubungan luar negeri dengan berbagai negara dan organisasi regional
kepentingan nasional berdasarkan prinsip politik luar negeri yang bebas aktif
menjelaskan dasar hubungan diplomasi Indonesia. Berikut kutipan dari pasal satu
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:
1. Hubungan Luar Negeri adalah setiap kegiatan yang menyangkut aspek regional dan
internasional yang dilakukan oleh Pemerintah di tingkat pusat dan daerah, atau
lembaga-lembaganya, lembaga negara, badan usaha, organisasi politik, organisasi
masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau warga negara Indonesia.
2. Politik Luar Negeri adalah kebijakan, sikap, dan langkah Pemerintah Republik
Indonesia yang diambil dalam melakukan hubungan dengan negara lain, organisasi
internasional, dan subyek hukum internasional lainnya dalam rangka menghadapi
masalah internasional guna mencapai tujuan nasional.
3. Perjanjian Internasional adalah perjanjian dalam bentuk dan sebutan apapun, yang
diatur oleh hukum internasional dan dibuat secara tertulis oleh Pemerintah Republik
Indonesia dengan satu atau lebih negara, organisasi internasional atau subyek hukum
internasional lainnya, serta menimbulkan hak dan kewajiban pada Pemerintah
Republik Indonesia yang bersifat hukum publik.
4. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang hubungan luar negeri
dan politik luar negeri.
5. Organisasi Internasional adalah organisasi antar pemerintah.
Pasal 2
Pasal 3
Politik Luar Negeri menganut prinsip bebas aktif yang diabadikan untuk kepentingan
nasional.
Pasal 4
Politik Luar Negeri dilaksanakan melalui diplomasi yang kreatif, aktif, dan antisipatif,
tidak sekedar rutin dan reaktif, teguh dalam prinsip dan pendirian, serta rasional dan
luwes dalam pendekatan.
dan Undang-undang 1945 sebagai dasar negara dan segala aspek kehidupan berbangsa
dan bernegara termasuk dalam hubungan luar negri atau dengan kata lain hubungan
Turki dikutip dari Departemen Direktur Jendral Pos dan Telekomunikasi yang berada
Maka Sangatlah jelas disini kalau dalam politik luar negrinya Indonesia tidak
Hubungan diplomasi yang dijalin oleh negara Indonesia dengan negara Jepang
sudah mencapai umur setengah abad. Hubungan yang demikian lama tentu saja
Nazir (1988 :55) sejarah adalah pengetahuan yang tetap terhadap apa yang telah
terjadi. Sejarah adalah deskripsi yang terpadu dari keadaan-keadaan atau fakta-fakta
masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk mencari
kebenaran. Hal ini sangat penting untuk diketahui untuk mengntisipasi kesalahan-
kesalahan yang terjadi di masa lalu agar tidak terjadi di masa kini dan di masa yang
akan datang.
Pada abad kesembilan belas sampai tahun 1920-an, negara Jepang adalah
negara yang belum lama mengalami restorasi. Pengalihan kekuasaan dari shogun
(pejabat militer tertinggi di Jepang) kepada kaisar juga pembukaan diri besar-besaran
kepada dunia luar setelah kurang lebih 350 tahun menutup diri memberikan dampak
yang cukup besar. Banyak pemuda-pemudi Jepang yang mencari kehidupan ekonomi
yaang lebih baik di Hindia Belanda (Indonesia dalam masa penjajahan Belanda).
Didominasi oleh pekerja wanita Jepang yang bekerja sebagai wanita penghibur bagi
Orang Jepang, yang semula merupakan warga kelas dua di Hindia Belanda
bersama-sama dengan orang China dan Arab (Timur Asing), berubah statusnya pada
akhir abad ke-19 menjadi “The Most Favoured Nation” yang sejajar dengan bangsa
prostitusi karena merebaknya berbegai penyakit. Hal ini mengubah sikap dan mata
beralih dari menjadi pembantu rumah tangga atau menjadi nyai pejabat Belanda.
kesengsaraan. Pada tahun 1830-1870 Indonesia memasuki masa Culture stelsel. Pada
tahun 1870-1900, Indonesia memasuki masa ekonomi liberal (Anonim, 2008: 34).
Pada tahun 1930-an sampai awal 1940, dilatar belakangi oleh paham ultra
strategis, dengan karakater “anti-Barat” yang sangat kuat. Dunia Internasional pada
masa itu memberikan tekanan yang kuat terhadap Jepang secara ekonomi dan militer.
Sedangkan latar belakang di Indonesia pada saat itu, pemerintahan Hindia Belanda
bertindak dengan sangat represif terhadap gerakan radikal pemuda Indonesia. Hal ini
Pada masa yang sama, Jepang melakukan gerakan ekspansif yang politis. Jepang
Hindis Belanda dengan berbagai cara. Jepang mendominasi pasar Hindia Belanda
mengolah hasil hutan dan hasil laut Hindia Belanda. Banyak Bank Jepang yang
pada tahun 1940 dan 1941 karena kebutuhan mendesak Jepang akan hasil bumi dari
baik) terhadap Jepang di Hindia Belanda di mata Indonesia. Karakter baik orang
Jepang tersebut dikenal lewat interaksi orang Indonesia dengan pedagang atau tuan
toko Jepang yang tampak ramah dan baik (Anonim, 2008: 34).
bahan mentah untuk kepentingn industry dan operasi militernya. Jepang pada
wilayah Asia Pasifik dan kedatangannya di Indonesia pada awlanya diterima dengan
sangat baik oleh bangsa Indonesia. Hal ini dilatar belakangi oleh imej baik yang
dibawa Jepang saat pemerintahan Hindia Belanda juga adanya ramalan kalau Jepang
adalah negara yang akan membebaskan Indonesia dari penjajahan (Anonim, 2008:
34).
Pada akhirnya, “good image” yang ditunjukkan Jepang pada masa pemerintahan
Belanda hilang dan digantikan dengan kenyataan yang menyakitkan. Jepang datang
Jepang menjajah Indonesia selama tiga setengah tahun tetapi penderitaan yang
ditimbulkan melebihi kesengsaraan 350 tahun dijajah Hindia Belanda. Selama masa
penjajahan itu, secara politik Jepang membagi Indonesia menjadi tiga wilayah
Policy”) di Indonesia dengan tujuan untuk mengerahkan semua sumber daya alam dan
perang dan bukan untuk kepentingan Indonesia. Di segi social, Jepang mengrahkan
sumber daya manusia u ntuk tenaga romusha (tenaga kerja paksa) dan jugun ianfu
(pekerja tuna susila). Jepang juga menggunakan masyarakat, baik dari kalangan elite
maupun tingkat bawah untuk dijadikan tenaga propagandis Jepang melalui organisasi-
organisasi bentukan mereka. Di segi budaya, Jepang melarang kebudayaan Barat dan
Pada tahun 1945, Jepang menyatakan kalah dalam perang yang kita kenal
sebagai Perang Dunia II. Pernyataan kalah ini tidak lama setelah penjatuhan bom
nuklir diatas kota Hiroshima danNagasaki. Pernyataan kalah perang ini menandai
akhir penjajahan Jepang di Indonesia. Indonesia yang mendengar pernyataan ini lewat
Pada pertengahan tahun 1945 sampai dengan 1950-an, keadaan Jepang sangat
lantakkan negara dan ekonomi mereka. Sedangkan Indonesia saat itu sedang
militer dan mental dalam menghadapi kedatangan tentara sekutu dan Belanda saat
revolusi 1945-1949.
Pada awal 1950-an, kedua negara mulai membahas masalah pampasan perang
sebagai bentuk penggantian kerugian yang diakibatkan oleh Jepang di Indonesia pada
juga menjadi anggota G8. Hubungan dengan negara-negara Asia lain merupakan
prioritas khusus bagi Jepang. Jepang aktif terlibat dalam berbagai kegiatan yang
lingkungan.
diplomatik antara Jepang dengan Indonesia. Sejak 1958, kedua Negara banyak
kerja sama ekonomi. Kedua negara menyepakati pampasan perang sebesar lebih
kurang 400 juta dollar AS. 223,08 juta dollar AS, dalam bentuk barang, modal dan
jasa, sisanya dalam bentuk pinjaman lunak. Beberapa kategori program yang
dan perikanan, pertambangan dan jasa atau pelayanan (Anonim, 2008: 34).
lama. Tetapi tetap saja tidak terlepas dari permasalahan. Permasalahan yang terjadi
sangat banyak tetapi tidak sampai membawa keduanya dalam hubungan paling buruk
berupa pemutusan hubungan diplomatik kedua Negara. Buktinya, kedua negara masih
Permasalahan yang paling awal dalam hubungan kedua negara adalah imej
buruk yang ditinggalkan Jepang di masa penjajahannya. Catatan masa lalu itu dengan
segala eksesnya, termasuk yang masih sering digugat sampai saat ini. Seperti yang
rakyat Indonesia. Mulai dari kekejaman yang dialami para pekerja paksa yang dikenal
dengan nama romusha sampai dengan pelecahan seksual yang dialami perempuan
Indonesia yang dihimpun dalam jugun ianfu. Permasalahan ini tidak akan pernah
dapat dilupakan bahkan dihapus oleh sejarah hubungan diplomatik kedua negara. Hal
tersebut akan selalu diingat oleh rakyat Indonesia (Sukarjapura, 2008: 33).
Permasalahan yang lain adalah tragedi 15 Januari tahun 1974 yang dikenal
dengan Pristiwa Malari. Tragedi Malari adalah salah satu lembaran hitam hubungan
Indonesia denag Jepang, yang juga terkait denga sejarah masa lalu kedua Negara.
Ekspansi ekonomi Jepang yang luar biasa di Indonesia diasosiasikan kembali dengan
penjajahan Jepang terhadap Republik Indonesia, tetapi dalam bentuk lain, yaitu
demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial yang terjadi pada 15 Januari 1974.
Peristiwa itu terjadi saat Perdana Menteri (PM) Jepang Tanaka Kakuei sedang
pangkalan udara. Tanggal 17 Januari 1974 pukul 08.00, PM Jepang itu berangkat dari
Istana tidak dengan mobil, tetapi diantar Presiden Soeharto dengan helikopter dari
sedikitnya 11 orang meninggal, 300 luka-luka, 775 orang ditahan. Sebanyak 807
mobil dan 187 sepeda motor dirusak/dibakar, 144 bangunan rusak. Sebanyak 160 kg
emas hilang dari sejumlah toko perhiasan (Adam, 2008: 1). Pristiwa Malari tidak
terlepas dari potret hubungan kedua negara yang tetap saja asimetris. Jepang dengan
minyak, dan lainnya sebagian besar dijual ke Jepang (Sukarjapura, 2008: 33).
Di sisi lain, ODA Jepang itu pun sebagian besar diberikan dalambentuk
pinjaman (berkisar antara 65-68 persen) sehingga Republik Indonesia praktis terus
hubungan Republik Indonesia dengan Jepang praktis terganggu karena banyak politisi
Jepang yang gerah dan menganggap ada “aksi perasaan anti Jepang” di Indonesia
pada akhir 1983 hiungga awal 1984. Akan tetapi, hubungan ekonomi kedua Negara
yang sangat kuat tidak lantas membuat hubungan kedua Negara terganggu