"Dekopin hanya punya tiga fungsi yakni edukasi, fasilitasi, dan advokasi terhadap
koperasi anggotanya. Tetapi, sekarang ini [Dekopin] malah berbisnis sendiri," ujar
Benny A. Kusbini, Ketua Bidang Kerja Sama dan Hubungan Luar Negeri Dekopin.
Menurut Benny, Dekopin seharusnya tidak menggarap bisnis perumahan dan bisnis lain
yang dilakukan secara langsung. Di bagian lain, koperasi yang menjadi anggotanya
justru berjalan sendiri-sendiri.
Sementara itu, Ketua Dewan Koperasi Wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel) Abdul Hamid
Basma menuding pengurus Dekopin saat ini memaksakan diri dengan program
aksinya.
"Dalam rapat pimpinan [Dekopin] saya selalu gugat. Ini mempermalukan gerakan
koperasi di masyarakat, seperti peletakan batu pertama pembangunan perumahan di
Layo, Sulsel. Sampai sekarang tidak ada kabarnya," ujar Basma.
Sementara itu, Ketua Induk Koperasi Unit Desa (Inkud) Herman Yosef Loli Wutun
menilai otokritik harus mendorong Dekopin kembali pada fungsi utamanya, yakni
edukasi, fasilitas, dan advokasi, serta mendorong partisipasi kaum muda dan
perempuan untuk berkoperasi.
Sementara itu, Deputi Pembiayaan Kementerian Negara Koperasi dan UKM Agus
Muharram mengharapkan kerja sama yang baik dan saling mendukung antara Dekopin
dan institusinya.
Dia mengharapkan Dekopin bisa seperti Kadin Indonesia. "Dalam rapat-rapat kabinet,
bersama-sama dengan Kementerian Negara Koperasi, Dekopin seharusnya bisa
memberi masukan kepada Presiden," katanya.
Basna menambahkan perlunya Dekopin membangun hubungan dan kerja sama (link
and match ) dengan Kementerian Negara Koperasi.
Selain kerja sama yang perlu dibangun, Dekopin diminta para anggotanya untuk
mengatasi konflik yang kerap menyertai kepengurusan organisasi gerakan koperasi.
Konflik kepengurusan dinilai merugikan upaya-upaya penguatan anggota dan pelaku
ekonomi kerakyatan.