Banyak limbah berbahaya yang bernilai kalor tinggi dibakar pada industri yang
menggunakan boiler dan tungku, sehingga mengurangi bahan bakar sampai 5 – 10 %, misalnya
pada pabrik semen. Namun biasanya sarana ini tidak dilengkapi dengan pencegahan pencemaran
udara (misalnya HCl).
Beberapa jenis insenerator untuk limbah berbahaya tersebut akan dibahas secara ringkas.
a. Insenerator dengan injeksi cair (liquid injection inceneration)
Metode insenerasi untuk limbah berbahaya yang paling umum adalah didasarkan atas
injeksi cair, baik horizontal, vertikal maupun tangensial. Mayoritas dari insenerasi ini adalah
melalui nozel-pengatoman (atomizing nozzle) ke ruang pembakaran. Pemasok bahan bakar
tambahan (gas dan cair) atau auxiliary fuel digunakan. Temperatur yang digunakan biasanya
antara 1500 – 3000 0F (815 – 1650 0C). Limbah cair dengan pengatoman disemburkan ke dalam
ruang pembakaran dengan ukuran partikel antara 40 sampai 100 µm. Efesiensi destruksi
ditentukan oleh banyaknya pengembunan dan uap yang bereaksi. Turbulensi sangat diinginkan
untuk mendapatkan destruksi limbah organik berbahaya setinggi mungkin. Penambahan dan
peletakan alat pembakar (fuel burner) serta nozel penginjeksi akan tergantung pada aliran cairan
yang akan diinsenerasi (aksidal, radial ataupun tangensia l0 untuk mencapai temperatur, tingkat
turbulensi dan waktu tinggal yang diinginkan.
d. Insinerator Di Lautan
Di negara industri juga dikembangkan kapal insinerator menangani limbah berbahaya.
Insinerator ini mula-mula dikembangkan di Jerman (1967) dengan menggunakan coastal tanker
membakar limbah yang berkhlor yang menghasilkan HCl.
Sejak saat itu beberapa negara Eropa dan Amerika mengembangkan insinerator jenis ini
terutama untuk limbah organik berhorinasi. Insinerator vulkanis merupakan contoh insinerator
tersebut yang digunaan di USA, dengan kapasitas 25 metrik ton per jam, dilakukan denga liquid-
injection pada tekanan pengembunan limbah yang dipasok sekitar 100 – 150 psig, temperatur
2300 0F (1260 0C) dan waktu tinggal sebesar 0,5 detik.
Sifat laut yang alkalin akan menetralisir asam yang keluar dari cerobong bila berkontrak
dengan air laut, sehingga tidak dibutuhkan scrubber, dengan demikian akan mengurangi biaya.
Namun di Amerika jenis insinerator ini mendapat kritik, salah satu alasannya karena sulit
dipantau dampaknya sebab tidak menetap di satu titik.
e. Insinerator Kamar-Jamak
Rancangan insinerator tradisional yang biasa digunakan adalah insinerator kamar-jamak
(multiple chambre incineration), dikenal dua jenis yaitu in-line hearth dan retort hearth. Pada
model in-line, gas pembakaran mengalir lurus melaui insinerator, dan membelok secara vertikal
ke atas, sedang pada model retort aliran gas disamping berbelok secara vertikal tetapi juga
berbelok ke samping. Model in-line berfungsi baik pada kapasitas di atas 340 Kg/jam, sedang
model retort berfungi baik pada kapasitas di bawah 340 Kg/jam, dan biasa digunakan untuk
limbah rumah sakit.