Anda di halaman 1dari 5

Beberapa Jenis Insenerator

Banyak limbah berbahaya yang bernilai kalor tinggi dibakar pada industri yang
menggunakan boiler dan tungku, sehingga mengurangi bahan bakar sampai 5 – 10 %, misalnya
pada pabrik semen. Namun biasanya sarana ini tidak dilengkapi dengan pencegahan pencemaran
udara (misalnya HCl).
Beberapa jenis insenerator untuk limbah berbahaya tersebut akan dibahas secara ringkas.
a. Insenerator dengan injeksi cair (liquid injection inceneration)
Metode insenerasi untuk limbah berbahaya yang paling umum adalah didasarkan atas
injeksi cair, baik horizontal, vertikal maupun tangensial. Mayoritas dari insenerasi ini adalah
melalui nozel-pengatoman (atomizing nozzle) ke ruang pembakaran. Pemasok bahan bakar
tambahan (gas dan cair) atau auxiliary fuel digunakan. Temperatur yang digunakan biasanya
antara 1500 – 3000 0F (815 – 1650 0C). Limbah cair dengan pengatoman disemburkan ke dalam
ruang pembakaran dengan ukuran partikel antara 40 sampai 100 µm. Efesiensi destruksi
ditentukan oleh banyaknya pengembunan dan uap yang bereaksi. Turbulensi sangat diinginkan
untuk mendapatkan destruksi limbah organik berbahaya setinggi mungkin. Penambahan dan
peletakan alat pembakar (fuel burner) serta nozel penginjeksi akan tergantung pada aliran cairan
yang akan diinsenerasi (aksidal, radial ataupun tangensia l0 untuk mencapai temperatur, tingkat
turbulensi dan waktu tinggal yang diinginkan.

b. Insinerator Rotary Kiln


Jenis insinerator rotary kiln sering digunakan dalam menangani limbah berbahaya (padat
maupun cair) karena kemampuannya yang baik. Gambar 2 merupakan insenerasi jenis
insenerator ini yang menerima segala jenis limbah cair atau padat.
Limbah padat atau limbah cair dalam drum biasanya dipasok dengan sistem conveyor atau ram,
limbah cair atau lumpur yang dapat terpompa diinjeksi melalui nozel.
Insinerator rotary kiln biasanya mempunyai diameter 1,5 sampai 3,6 m dengan panjang 3
sampai 6 meter serta ratio panjang ke diameter (P/D) antara 2 sampai 8. Rotasi yang digunakan
biasanya 0,2 sampai 1 inchi perdetik. Rotasi lebih kecil digunakan bagi limbah yang
membutuhkan waktu tinggal lebih lama. Waktu tinggal limbah padat didasarkan atas kecepatan
rotasi dan sudutnya.
Persamaan yang biasa digunakan adalah:
Ѳ = (0,9 L)/ NDS
Ѳ = waktu tinggal (menit)
L = panjang kiln (ft)
N = rotari klin (h/menit)
D = diameterkiln (ft)
S = kemiringan kiln (ft/ft)
Drum-drum atau karto-karton limbah berbahaya langsung dipasok ke dalam kiln, tetapi
biasanya perlu dipotong-potong terlebih dahulu. Umumnya sistem kiln terdiri dari 2 kamar,
yaitu :
a. Kamar -1 beroperasi pada 1500-2000 0F (815-15400C), serta
b. Kamar-2 agar pembakaran sempurna (after-burner) bekerja pada 1800-30000F (98000-
16500C). Limbah cair biasanya diinjeksikan lansung pada kamar-2. Limbah yang
tervelatil meninggalkan kiln lalu masuk kamar-2, oksigen serta limbah cair berkalori
tinggi atau bahan bakar ditambahkan. Limbah dihancurkan sesuai dengan DRE yang
diinginkan di kamar-2. Kedua kamar biasanya dilengkapi dengan sistem pengapian untuk
startup.
Kelebihan :
 kemampuannya untuk menerima limbah yang bervariasi,
 dioperasikan pada temperatur tinggi dan pencampuran yang menerus.
 Insenerator ini dapat dioperasikan dalam kondisi kekurangan oksigen (pirolisis).
Kekurangan :
 membutuhkan biaya yang tinggi
 Membutuhkan tenaga yang terlatih.
Jenis lain yang sejenis adalah cement-kiln. Pabrik semen dapat menghemat energi
dengan meninsenerasi limbah cair. Asam hidroklorida dari limbah hidrokarbon-berkhlorida
misalnya, dapat menetralisir kapur dalam kiln sehingga menurunkan alkalinitas pada
produksemen. Cara ini yang diterpkan pada Pusat Pengolah Limbah B-3 di Cibinong, antara
Waste Management Indonesia dengan Pabrik Semen di dekatnya.

c. Insenerasi dengan media terfluidasi (fluidized bed)


Proses temperatur tinggi dengan fluidized bed telah digunakan lama dalam industri. Pada
awalnya teknologi ini digunakan dalam gasifikasi batubara, kemudian berkembang pada aplikasi
catalytic cracking dalam refineri minyak. Teknologi fluized bed ini diadaptasi dalam berbagai
proses karena teknologi ini mempunyai kemampuan memberikan derajat turbulensi yang tinggi,
area transfer panas yang besar untuk mencampur limbah berbahaya, oksigen dan media
terfluidisasi. Dengan pencampuran yang baik antara media inert (biasanya pasir) akan
memberikan hasil insenerisasi yang baik, dengan udara berlebih rendah dan gradien temperatur
yang minimal di seluruh media. Waktu tinggal yang digunakan antara 5-8 detik atau lebih, pada
temperatur 1400-16000F (760-8700C).
Kelebihan jenis insinerator ini adalah nilai DRE yang tinggi temperatur yang relatif
seragam (uniform), residu nya yang relatif tidak berbahaya serta biaya operasi dan pemeliharaan
yang rendah. Beberapa jenis fluidized bed ini antara lain : bubling fluidized bed dan circulating
fluidized bed.
Insinerasi bubling-bed mempunyai media dari pasir yang diaduk dengan lewatnya udara
melalui media serta yang memungkinkan media pasir terekspensi dan terfluidisasi. Pemanasan
awal dari media dilakukan melalui sebuah burner. Aliran limbah dilakukan langsung ke media
pasir. Dengan terpaparnya limbah secara langsung dengan media, maka didapat efisiensi
insinerasi yang tinggi. Kedalaman media biasanya anatara 0,60 – 2,4 m.
Teknik circulating-bed merupakan pengembangan bubbling-bed dengan kenaikan
turbulensi per-unit area. Teknik ini membutuhkan kecepatan udara yang tinggi dan sirkulasi
padatan unuk menimbulkan turrbulensi yang tinggi serta memungkinkan waktu tinggal yang
cukup guna menghancurkan limbah. Padatan dari area sirkulasi dipisahkan dari gas yang keluar
melalui cyclone dan dikembalikan pada insinerator. Temperatur dari jenis ini biasanya lebih
rendah dari jenis rotary klin atau bubling-bed, namun cukup mampu untuk menghancurkan
limbah berbahaya dengan pencampuran yang lebih sempurna.

d. Insinerator Di Lautan
Di negara industri juga dikembangkan kapal insinerator menangani limbah berbahaya.
Insinerator ini mula-mula dikembangkan di Jerman (1967) dengan menggunakan coastal tanker
membakar limbah yang berkhlor yang menghasilkan HCl.
Sejak saat itu beberapa negara Eropa dan Amerika mengembangkan insinerator jenis ini
terutama untuk limbah organik berhorinasi. Insinerator vulkanis merupakan contoh insinerator
tersebut yang digunaan di USA, dengan kapasitas 25 metrik ton per jam, dilakukan denga liquid-
injection pada tekanan pengembunan limbah yang dipasok sekitar 100 – 150 psig, temperatur
2300 0F (1260 0C) dan waktu tinggal sebesar 0,5 detik.
Sifat laut yang alkalin akan menetralisir asam yang keluar dari cerobong bila berkontrak
dengan air laut, sehingga tidak dibutuhkan scrubber, dengan demikian akan mengurangi biaya.
Namun di Amerika jenis insinerator ini mendapat kritik, salah satu alasannya karena sulit
dipantau dampaknya sebab tidak menetap di satu titik.

e. Insinerator Kamar-Jamak
Rancangan insinerator tradisional yang biasa digunakan adalah insinerator kamar-jamak
(multiple chambre incineration), dikenal dua jenis yaitu in-line hearth dan retort hearth. Pada
model in-line, gas pembakaran mengalir lurus melaui insinerator, dan membelok secara vertikal
ke atas, sedang pada model retort aliran gas disamping berbelok secara vertikal tetapi juga
berbelok ke samping. Model in-line berfungsi baik pada kapasitas di atas 340 Kg/jam, sedang
model retort berfungi baik pada kapasitas di bawah 340 Kg/jam, dan biasa digunakan untuk
limbah rumah sakit.

f. Insinerator Dengan Kontrol Udara


Jenis insinerator yang sekarang banyak dikembangkan, misalya untuk insinerasi limbah
rumah sakit adalah dari jenis controlled-air, yang dikenal di pasaran sebagai pembakaran secara
starved air atau secara modular atau secara pyrolytic.
Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi (heating value)
limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya proses
pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya energi yang dapat diperoleh dari sistem
insinerasi. Dari semua jenis insinerator diatas, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat
tersebut dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara simultan.

Anda mungkin juga menyukai