Global AS
PADA hari ini, sembilan tahun yang lalu, 11 September 2001 sembilan belas orang
yang konon katanya dianggap sebagai kelompok “teroris” dengan bersenjatakan pisau
berhasil membajak pesawat jenis Boeing dan menabrakkannya ke gedung kembar WTC dan
Pentagon Amerika Serikat (AS). Dan hanya dalam hitungan detik gedung tersebut runtuh,
korban tewas konon mencapai lebih dari 3.000 orang.
Al-Qaeda di bawah pimpinan Osama Bin Laden diklaim bertanggung jawab terhadap
serangan tersebut. Amerika meradang dan lahirlah “perang” yang dalam Istilah Bush disebut
sebagai new crusader (perang salib baru).
Peristiwa tersebut merupakan babak perjalanan sejarah yang paling kelam bagi dunia
Islam, maka praktis sejak saat itu Islam menjadi salah satu agama yang dituduh berada di
balik serangan yang menghancurkan pusat ekonomi dunia dan pusat pertahanan AS tersebut.
Selang beberapa hari tepatnya tanggal 20 September 2001 presiden Amerika Serikat
George Bush menyampaikan pidato di depan kongres Amerika Serikat. Inti pidato tersebut
terangkum dalam kalimat, “Setiap bangsa, di belahan bumi manapun, kini harus membuat
keputusan. Apakah mereka bersama kita atau bersama teroris (either you are with us or you
are with the terrorists).”
Dan tentu saja isi pidato Bush tersebut menimbulkan reaksi pro dan kontra berbagai
negara. Sebuah pernyataan yang secara hitam putih menggambarkan sikap AS yang keras dan
menggambarkan kondisi dunia yang terpilah dalam sebuah pertarungan antara kekuatan baik
(good) dan kekuatan jahat (evil). AS sengaja menciptakan stigma untuk mendukung atau
melawan AS terhadap negara-negara di berbagai dunia untuk terlibat aktif dalam kebijakan
AS dalam bentuk kampanye War On Terorisme (WOT), perang melawan teroris internasional
sebagai ancaman global.
Terorisme: Islam sebagai Tertuduh
Pada dasarnya terorisme dalam perjalanannya berkembang dari sekedar istilah yang ditujukan
pada entitas yang berorientasi pada kondisi penciptaan kekerasan dan penciptaan situasi
yang chaos di masyarakat.
Perlu diketahui, sampai detik ini belum pernah ada satu pun definisi terorisme yang
disepakati publik baik secara hukum international maupun organisasi skala international.
Setiap negara, organisasi serta kaum akademisi memiliki definisi dan persepsi sesuai faktor
ideologi politik masing-masing.
…Setelah kejadian 11 September 2001, istilah terorisme menjadi bid’ah terminologi yakni
sejak pernyataan Bush tentang crusade. Terorisme muncul sebagai salah satu isu politik
terpenting di Amerika Serikat…
Sejak saat itu kalangan akademisi, orientalis, politisi dan dunia pers Barat acapkali
melakukan stereotip yang jelek terhadap Islam yang melulu digambarkan sebagai ekstrim,
radikal, fundamental. Islam menjadi ancaman bagi Barat sebagai mana komunisme saat
perang dingin.
Hal ini menurut Azra, sesungguhnya cenderung dipandang sebagai aktualisasi dari
apa yang disebutkan oleh Samuel P Huntington dalam tesisnya sebagai the clash of
civilizations (benturan antarperadaban) yakni benturan peradaban Barat vis a visIslam.
Genderang perang melawan terorisme yang terus diopinikan secara masif di berbagai
belahan negara di bawah komando AS. Sesungguhnya adalah upaya menggiring kesatuan
opini dunia (one world opinion) bahwa yang sedang diperangi adalah Islam entah dengan
berbagai kamuflase istilah yang diluncurkan seperti Islam Radikalis, Islam Fundamentalis,
Islam Revivalis, Islam Politis, Islam ektrimis dan lain sebagainya. Sehingga sikap curiga
secara kolektif berbagai negara terhadap Islam mencapai puncaknya persis seperti yang
diramalkan oleh Huntington di atas.
Genderang perang melawan terorisme terus diopinikan secara masif di berbagai
negara di bawah komando AS. Inilah upaya menggiring opini dunia bahwa yang sedang
diperangi adalah Islam dengan berbagai kamuflase istilah seperti: Islam Radikalis, Islam
Fundamentalis, Islam Revivalis, Islam Politis, Islam ektrimis dsb…
Salah satu entitas Islam yang menjadi sasaran empuk tuduhan akademisi barat
terutama kaum orientalis adalah penggunaan doktrin Jihad sebagai alat legitimasi melakukan
kekerasan teologis. Asumsi teroritis yang kebablasan yang lahir dari tafsiran subjektif tentang
jihad yang mulia dalam Islam
Tidak segan-segan kaum orientalis barat menunjuk hidung tokoh-tokoh Islam semisal
Sayyid Qutb, Abu A’la Al-Maududi, Abdullah Azzam, Abdus Salam Al-Faraj dan lain
sebagainya sebagai biang pemikiran gerakan terorisme. Padahal sejatinya tokoh-tokoh
tertuduh tersebut tidak pernah mengajarkan aktivitas terorisme.
Islam bukan teroris itu pasti
Islam sejatinya agama yang mengajarkan keramahan dan kedamaian pada semua
entitas, dan sejatinya radikalisme sungguh jauh dari nilai-nilai Islam yang fundamental dan
tidak pernah ada ceritanya Islam mengajarkan terorisme. Klaim barat bahwa Islam sebagai
dalang terorisme merupakan tuduhan tanpa dasar dan belum bisa dibuktikan secara faktual
maupun teoritis.
…Klaim barat bahwa Islam sebagai dalang terorisme merupakan tuduhan tanpa dasar
dan belum bisa dibuktikan secara faktual maupun teoritis…
Sejatinya, menyandarkan aktivitas terorisme dengan Islam sudah tidak relevan lagi,
karena label terorisme bisa terjadi oleh beberapa faktor seperti kemiskinan, kekecewaan
politik secara global, kesenjangan sosial dan lain sebagainya. Sungguh jargon crusader abad
ke-13 &l
TUGAS INDIVIDU:
NAMA :HARIANTO
NIM :10500110044
JURUSAN :ILMU HUKUM