Anda di halaman 1dari 12

BAB 12: STRATEGI PORTOFOLIO SAHAM

12.1: STRATEGI PASIF


Strategi ini tidak membutuhkan pencarian informasi dan aktivitas jual beli untuk
mendapatkan return abnormal. Kegiatan yang berlangsung hanya mengikuti kinerja
indeks pasar sedekat mungkin.

12.1.1: STRATEGI BELI DAN SIMPAN


Investor memilih saham yang akan dimasukkan dalam investasinya dan melakukan
penyesuain seandainya resiko (biaya-biaya) meningkat, tetapi return tetap. Saham yang
terpilih akan dibeli lalu disimpan dalam waktu tertentu untuk menghindari biaya. Strategi
ini dipilih bila investor yakin return dari strategi aktif hampir sama dengan return strategi
beli dan simpan.

12.1.2: STRATEGI MENGIKUTI INDEKS


Investor membeli instrumen reksadana dan menunggu return dari reksadana tsb. Kinerja
investasi pada saham-saham dalam instrumen itu diharapkan sudah mewakili kinerja
indeks pasar.

12.2: STRATEGI AKTIF


Pelaku investasi berusaha mendapatkan return yang sebanding atau melebihi return pasar.
Aktivitas aktif meliputi pencarian informasi dan pengolahannya, juga peningkatan
kemampuan analisa informasi.

12.2.1: PEMILIHAN SAHAM


Aktivitas akan dimulai dengan memutuskan untuk membeli saham bernilai intrinsik di
atas harga pasar (undervalued) dan menjual saham bernilai intrinsik di bawah harga pasar
(overvalued). Keuntungan (capital gain) diperoleh dari manfaat perubahan harga saham
yang terjadi. Keputusan pembelian dan penjualan didapat dengan menganalisa informasi
investasi dari jasa analis saham dan informasi yang didapat secara individual.

12.2.2: ROTASI SEKTOR


Strategi ini berdasarkan perubahan kondisi di sektor-sektor ekonomi dalam negeri.
Manfaat dari strategi ini bergantung pada pemahaman investor akan kondisi ekonomi
yang sedang terjadi dan perkiraan kondisi yang akan terjadi. Contoh, investor membeli
saham dari sektor finansial yang harganya menurun ketika suku bunga meningkat,
sehingga ketika tingkat bunga menurun, maka harga saham di sektor finansial meningkat
dan penjualan saham tsb. mendapat peningkatan earning.
12.2.3: STRATEGI MOMENTUM HARGA
Strategi ini berdasarkan prediksi dari pergerakan earning dan pertumbuhan pasar pada
waktu-waktu tertentu (momentum). Pencarian momentum dalam peta pergerakan harga
menentukan saat yang tepat untuk membeli atau menjual saham.

BAB 13: ANALISIS EKONOMI


Analisis ekonomi membantu investor memperhitungkan variabel-variabel ekonomi yang
mempengaruhi besar dividen dan earning. Tiga tahapan dari proses analisis ini
digambarkan sbb:
1. Analisis ekonomi dan pasar modal, bertujuan untuk memutuskan alokasi dana di
beberapa negara atau dalam negeri dalam bentuk saham, obligasi atau kas
2. Analisis industri, bertujuan untuk menentukan jenis-jenis industri yang
menguntungkan dan berprospek baik setelah menganalisi ekonomi dan pasar
modal
3. Analisis perusahaan, bertujuan untuk menentukan industri-industri terpilih yang
berprospek baik dari hasil analisa industri

13.1: KONDISI EKONOMI DAN PASAR MODAL


Investor harus mempertimbangkan analisis ekonomi makro untuk memperkirakan aliran
kas, bunga atau resiko dari suatu sekuritas. Perkiraan perubahan ekonomi makro akan
mempengaruhi kinerja pasar modal yang menentukan nilai investasi. Siegel (1991)
menyimpulkan perubahan harga saham terjadi sebelum perubahan harga ekonomi. Dua
alasan yang mendasari:
1. Harga saham merupakan cerminan ekspektasi investor terhadap earning, dividen
dan tingkat bunga yang akan terjadi sehingga dapat menentukan harga saham
yang sesuai.
2. Kinerja pasar modal bereaksi terhadap ekspektasi-ekspektasi tsb.

13.2: VARIABEL EKONOMI MAKRO


Kondisi ekonomi makro mempengaruhi operasi kegiatan usaha sehari-hari sehingga
prediksi kondisi ekonomi masa datang yang tepat akan menguntungkan dalam tahap
pembuatan keputusan investasi. Beberapa variabel ekonomi makro yang perlu
diperhatikan adalah:
1. Produk Domestik Bruto (PDB), yaitu total ukuran produksi barang dan jasa suatu
negara. Pertumbuhan PDB berarti tingkat ekonomi juga bertumbuh sehingga daya
beli masyarakat meningkat. Peningkatan daya beli berarti perusahaan dapat
meningkatkan penjualan dan kesempatan memperoleh keuntungan
2. Tingkat Pengangguran, menunjukkan kapasitas operasi ekonomi suatu negara
dengan melihat persentase tingkat pengangguran. Tingginya persentase tsb. setara
dengan tingkat tidak termanfaatkannya tenaga kerja
3. Inflasi adalah kondisi ekonomi dimana permintaan melebihi kapasitas penawaran
sehingga daya beli uang menurun. Kondisi ini dihindari untuk mengoptimalkan
keuntungan investor
4. Tingkat Bunga yang tinggi mempengaruhi nilai sekarang (present value) aliran
kas perusahaan dan meningkatkan biaya modal (risk) yang harus ditanggung,
tetapi di samping itu juga akan meningkatkan return dari investasi

13.3: MERAMAL PERUBAHAN PASAR MODAL


Kondisi ekonomi sekarang dan saat mendatang akan menjadi dasar dalam pembuatan
keputusan investasi. Situasi tersebut mengharuskan investor untuk memperkirakan apa
yang akan terjadi di pasar modal di saat mendatang di samping mengetahui
perkembangan pasar di saat sekarang. Kesulitan dari peramalan perubahan pasar modal
adalah:
1. Penggunaan data dari masa yang telah lewat sehingga hasil mungkin tidak tepat
dengan perubahan yang terjadi
2. Pasar yang efisien tidak memberikan keuntungan abnormal bagi investor

13.3.1: PERUBAHAN SIKLIS EKONOMI


Perubahan dalam siklis ekonomi tidak dapat diramalkan secara tepat, jadi investor hanya
dapat memperkirakan waktu perubahan akan terjadi dengan menggunakan pola
perubahan-perubahan yang pernah terjadi. Contoh ketika ekonomi memasuki siklis
resesi, investor meramalkan kapan dan dengan nilai berapa siklis ekonomi akan menemui
titik balik.

13.3.2: PERUBAHAN VARIABEL-VARIABEL EKONOMI MAKRO


Prediksi perubahan kondisi ekonomi dapat dilihat dari perubahan variabel-variabel
ekonomi seperti PDB, inflasi, tingkat bunga atau nilai tukar mata uang. Contoh, investor
yang dapat meramalkan naiknya tingkat suku bunga dapat mempersiapkan modal untuk
membeli saham dengan harga rendah untuk dijual ketika tingkat suku bunga menurun
(harga saham meningkat).
BAB 14: ANALISIS INDUSTRI
Analisis ini dilakukan setelah analisis industri untuk membandingkan kinerja dari
industri-industri yang berprospek menjanjikan. Analisa ini juga akan dipakai untuk dasar
pembuatan keputusan investasi.

14.1: PENGERTIAN INDUSTRI


Pengelompokkan industri dan sektor-sektornya tidak sederhana sehingga dibutuhkan
sistem klasifikasi. Sistem yang digunakan secara umum dikeluarkan oleh Standard
Industrial Classification (SIC) yang memiliki 11 divisi (divisi A sampai K). Contoh,
perkebunan, pertanian dan perikanan dikelompokkan dalam divisi A, pertambangan
dalam divisi B, perdagangan eceran dalam divisi G dan industri-industri yang belum
dikelompokkan dalam divisi K. Masing-masing divisi memiliki kelompok utama dan
diberi kode dua digit. Contoh, industri logam dalam divisi D yaitu industri pertambangan
diberi kode 33. semakin panjang kode digit SIC, semakin spesifik pengelompokkan
industri tersebut.

Selain SIC, terdapat standar pengelompokkan lain seperti Standard & Poor
Coorporation dan Value Line. Di Indonesia, pengelompokkan berdasarkan Jakarta Stock
Exchange Sectoral Industry Classification (JASICA).

14.2: PENTINGNYA ANALISIS INDUSTRI


Analisis industri penting untuk membantu investor mengidentifikasi peluang-peluang
investasi dalm industri yang beresiko dengan return yang menguntungkan. Selain itu,
analisis tsb. meminimalkan resiko investasi. Reilly dan Brown (1997) menyimpulkan
bahwa:
1. Studi mengenai kinerja tahunan industri menunjukkan industri yang berbeda
mempunyai tingkat returm yang berbeda. Perbedaan kinerja antar industri
membantu analis mengidentifikasi peluang-peluang yang menguntungkan dan
tidak menguntungkan.
2. Tingkat return masing-masing industri berbeda di setiap tahunnya. Perkiraan
tingkat return di masa mendatang tidak dapat dibandingkan dengan data return
tahun-tahun sebelumnya, sehingga perlu ditambahkan data yang relevan untuk
membuat estimasi
3. Tingkat return perusahaan-perusahaan di suatu industri yang sama terlihat cukup
beragam. Hal ini menunjukkan analisis industri perlu diikuti analisis perusahaan
4. Tingkat resiko berbagai industri juga beragam. Investor perlu mempelajari dan
mengestimasi faktor-faktor resiko yang relevan
5. Tingkat resiko suatu industri relatif stabil sepanjang waktu. Perkiraan resiko di
masa mendatang dapat didasarkan pada data historis periode sebelumnya
14.3: ESTIMASI TINGKAT KEUNTUNGAN
INDUSTRI
Satu langkah dalam analisis industri adalah menilai dan menentukan tingkat return yang
diharapkan dari suatu industri yang dianalisis. Penilaian yang pertama adalah Earning
per Share (EPS) nda yang kedua adalah Price Earning Ratio (P/E). Kedua hasil estimasi
dikalikan dan hasil akhirnya adalah nilai akhir yang diharapkan (Expected Ending Value
of Industry). Dari hasil akhri tersebut, investor dapat memperkirakan tingkat return yang
diharapkan.

14.4: ESTIMASI EARNING PER SHARE INDUSTRI


Ada tiga tekhnik estimasi EPS yang sifatnya saling melengkapi sehingga investor dapat
mengkombinasikan ketiganya dan mendapatkan ganbaran mengenai posisi dan prospek
industri dalam berbagai skenario.

14.4.1: PRAKIRAAN PENJUALAN DAN DAUR HIDUP INDUSTRI


Berdasarkan tahap perkembangan industri dan melihat perbandingan pertumbuhan
penjualan industri dan pertumbuhan ekonomi, investor dapat memperkirakan besar
penjualan dari industri tsb.:
• Tahap permulaan: pertumbuhan penjualan sangat kecil dan return mungkin
menunjukkan angka negative untuk menutup pengeluaran di awal-awal
pertumbuhan industri
• Tahap pertumbuhan: permintaan yang meningkat dan persaingan yang belum
ketat menunjang pertumbuhan penjualan yang cepat dan profit yang didapat akan
tinggi
• Tahap kedewasaan: pertumbuhan penjualan melambat karena fator-faktor
munculnya pesaing dan permintaan yang stabil. Profit akan menurun menuju
tingkat yang normal
• Tahap stabil: pertumbuhan industri akan seiring dengan pertumbuhan ekonomi
secara keseluruhan sehingga estimasi investasi dapat didasarkan pada
perkembangan ekonomi. Selain itu, peran manajer dari masing-masing industri
juga mempengaruhi kelanjutan pertumbuhan industri
• Tahap penurunan: pertumbuhan industri berada jauh di bawah pertumbuhan
ekonomi sehingga tingkat penjualan dan profit menurun. Investor harus berpikir
untuk mencari alternatif industri lain yang lebih menguntungkan

14.4.2: PRAKIRAAN PENJUALAN DAN ANALISIS INPUT-OUTPUT


Analisis input-output menggambarkan prospek penjualan suatu industri di masa
mendatang dengan mengidentifikasi supplier dan konsumen dari suatu industri. Hasil dari
analisis memperkirakan kemampuan supplier untuk menyediakan barang dan jasa yang
diperlukan dan juga permintaan konsumen.
14.4.3: PRAKIRAAN PENJUALAN DAN HUBUNGAN INDUSTRI
DAN EKONOMI
Tekhnik ini membandingkan tingkat penjualan industri dengan tingkat ekonomi yang
berhubungan dengan barang dan jasa yang diproduksi oleh industri tsb.

14.5: PERSAINGAN DAN RETURN INDUSTRI


YANG DIHARAPKAN
Faktor lain yang mempengaruhi tingkat return suatu industri adalah intensitas persaingan
dalam industri tsb. Intensitas persaingan ditentukan oleh lima faktor:
1. Persaingan antara perusahaan yang ada dalam industri, persaingan antar
perusahaan dimulai karena banyaknya perusahaan yang pertumbuhan, ukuran,
biaya tetap dan hambatannya relatif sama, tetapi memperebutkan pangsa pasar
yang relatif kecil
2. Ancaman permain baru, kemungkinan masuknya pemain baru dalam industri akan
menurun bila hambatan masuk (barrier to entry) dalam industri meningkat.
Hambatan-hambatan yang muncul seperti tingginya biaya investasi, peraturan
pemerintah dll.
3. Ancaman adanya produk substitusi, adanya produk substitusi memungkin
penurun tingkat penjualan karena konsumen bias berpindah ke produk substitusi
yang beredar
4. Bargaining power pembeli, kekuatan konsumen untuk menawar bergantung pada
banyaknya industri. Jumlah industri yang banyak memungkinkan konsumen
untuk menawar harga rendah atau meminta kualitas yang lebih tinggi dengan
pilihan produk dari produsen pesaing
5. Bargaining power pemasok, jumlah pemasok yang sedikit memiliki bargaining
power yang besar sehingga dapat menentukan harga dan kualitas produk
Analisa dari lima faktor persaingan digunakan untuk menilai profit potensial dari suatu
industri dalam jangka panjang.

14.6: ESTIMASI EARNING MULTIPLIER SUATU


INDUSTRI
Estimasi earning multiplier dapat dilakukan menggunakan analisis makro dengan
mempelajari hubungan earning multiplier industri dengan earning multiplier pasar atau
dengan analisis mikro yang mengamati variabel-variabel yang mempengaruhi earning
multiplier industri seperti dividend-payout ratio (DPR), tingkat return yang disyaratkan
dalam industri (k) dan tingkat pertumbuhan earning dan dividen industri yang diharapkan
(g).
BAB 15: ANALISIS PERUSAHAAN
Analisis perusahaan adalah langkah selanjutnya dalam mengevaluasi prospek-prospek
perusahaan. Investor mendasarkan analisisnya melalui EPS dan P/E perusahaan. Tiga
alasan yang mendasari penggunaan dua komponen tsb. yaitu:
• Kedua komponen dipakai untuk mengukur nilai intrinsik saham
• Dividen yang dibayar oleh perusahaan diambil dari earning
• Perubahan earning berhubungan dengan perubahan harga saham

15.1: EPS DAN INFORMASI LAPORAN KEUANGAN


Informasi laporan keuangan adalah informasi yang paling mudah dan murah untuk
didapat oleh para investor. Informasi-informasi ini menggambarkan nilai perkembangan
suatu perusahaan, seperti seberapa besar kekayaan dan penghasilan perusahaan serta
transaksi-transaksi yang pernah dilakukan untuk memperolehnya. Dari informasi-
informasi yang didapat, investor dapat memutuskan untuk membeli atau menjual saham
yang bersangkutan.

Jenis-jenis laporan berdasarkan informasinya dibagi menjadi neraca, laporan rugi laba
dan laporan arus kas.

15.1.1: NERACA
Neraca menggambarkan kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu saja.
Kelemahan dari laporan ini, kondisi mungkin sudah mengalami perubahan ketika
pengulasan laporan sedang berlangsung. Informasi-informasi yang tercakup adalah
aktiva, kewajiban dan ekuitas pemegang saham pada suatu tanggal tertentu. Pelaporan
posisi aktiva dan pasiva harus seimbang.

15.1.2: LAPORAN RUGI LABA


Laporan rugi laba (income statement) meringkas laporan profitibilitas perusahaan di suatu
waktu, misal satu tahun. Informasi yang diterima adalah pelaporan penghasilan, baik
yang menguntungkan (atau merugikan) di suatu periode. Data yang diperlukan adalah
penghasilan , biaya dan elemen-elemen pembentuk laba lainnya.

Elemen biaya dibeda-bedakan menjadi:


1. Biaya produksi – biaya yang berkaitan langsung dengan aktivitas produksi
2. Biaya administrasi dan umum – biaya lain yang tidak terkait langsung dengan
biaya produksi, seperti BOP, biaya gaji, biaya pemasaran, dll.
3. Biaya bunga – biaya yang harus dikeluarkan sebagai konsekuensi peminjaman
uang
4. Biaya pajak penghasilan - biaya untuk membayar sejumlah pajak kepada
pemerintah
Informasi laba akan dijadikan dasar untuk menilai Return on Investment (ROI), earning
dari tiap saham untuk para investor (EPS).

15.1.3: LAPORAN ARUS KAS (THE STATEMENT OF CASH


FLOWS)
Laporan ini melaporkan aliran dana perusahaan yang berasal dari operasi dan investasi
perusahaan juga aktivitas finansialnya. Tujuan dari pelaporan ini menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus kas setiap harinya untuk melunasi
utang, pembiayaan operasi, pembayaran dividen dan melakukan investasi baru.
Perbedaan laporan arus kas dengan neraca dan laporan rugi laba adalah:
1. Neraca dan laporan rugi laba disusun dengan metode akrual akuntansi (dicatat
semua transaksi yang terjadi) sedangkan laporan arus kas hanya mencatat
transaksi yang menyebabkan aliran kas nyata
2. Laporan rugi laba memasukkan pos depresiasi dalam laporannya agar
pengeluaran modal yang tinggi dalam suatu periode dapat dihitung dalam
beberapa tahun sehingga keuntungan tampak halus, sedangkan laporan arus kas
mencatat transaksi pengeluaran modal perusahaan pada saat transaksi terjadi

15.2: KELEMAHAN PELAPORAN EPS DALAM


LAPORAN KEUANGAN
Permasalahan dalam perlaporan EPS adalah kemungkinan munculnya konflik
kepentingan antara investor (pengguna laporan keuangan) dengan manajemen (penyaji
laporan keuangan). Investor menginginkan hasil laporan yang apa adanya sebagai dasar
pembuatan keputusan, sedangkan manajemen menyajikan laporan denga trik-tri yang
bertujuan untuk memperlihatkan kinerja manajemen yang baik. Solusi untuk situasi ini
yaitu memposisikan akuntan di antara investor dan manajemen untuk meredam konflik
tsb.

Kelemahan lainnya berkaitan dengan kemampuan menyajikan laporan kondisi keuangan


yang paling baru. Laporan keuangan yang disusun di akhir periode hanya mencerminkan
kondisi di saat laporan tsb. dibuat, tidak menggambarkan kondisi perusahaan mulai dari
awal sampai akhir periode ketika laporan dibuat.
15.3: ANALISIS RASIO PROFITABILITAS
PERUSAHAAN
Bagi investor, pertumbuhan profitabilitas perusahaan menjadi indikator prospek
perusahaan. Rasio profitablitias menggunakan:
1. Return on Equity (ROE) untuk menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba. ROE = Earning After Tax (EAT) / Jumlah Modal Sendiri
2. Return on Asset (ROA) menggambarkan kemampuan aset-aset perusahaan yang
bias menghasilkan laba. ROA = Earning Before Interest & Tax (EBIT) / Jumlah Aset

Data ROE dan ROA dapat dipakai sebagai indikator pertumbuhan perusahaan di masa
mendatang, tetapi investor harus awas terhadap perubahan yang mungkin terjadi di masa
datang.

15.4: EARNING PER SHARE (EPS)


Laba bersih perusahaan ditunjukkan dengan laba per lembar saham atau Earning per
Share (EPS) yang besarnya diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan. Besar
EPS dapat dihitung sbb.:
EPS = EAT / Jumlah saham beredar atau EPS= ROE x (jumlah modal sendiri / jumlah saham beredar)

15.5: PRICE EARNING RATIO (PER)


Informasi PER mengindikasikan besar biaya yang dibayar investor untuk memperoleh
satu rupiah earning perusahaan. PER juga mengukur harga relatif dari sebuah saham
perusahaan. Rumus PER = D1 : E1 / k – g, dimana:
D1/E1 : tingkat Dividend Payout Ratio (DPR) yang diharapkan
k : tingkat return yang disyaratkan
g : tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan

Komponen pertama, DPR merupakan perbandingan anrata dividen yang dibayar


perusahaan terhadap earning yang diperoleh perusahaan.

Kedua , k dihitung dengan menjumlahkan tingkat return bebas resiko (risk-free rate) dan
premi resiko yang disyaratkan investor. Tingkat return bebas resiko yang dipakai di
Indonesia adalah tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Sedangkan premi resiko
diukur dari besar kompensasi tambahan yang diminta investor atas resiko yang
ditanggungnya . Rumus k = risk-free rate + premi resiko

Komponen terakhir, g merupakan fungsi dari besar ROE dan tingkat laba ditahan
perusahaan (retention rate). Rumusnya:
g = ROE x tingkat laba ditahan
= (EAT / jumlah modal sendiri) x (1 – DPR)
15.6: ESTIMASI NILAI INTRINSIK SAHAM
Nilai intrinsik saham menunjukkan harga pasar saham yang undervalued (nilai
intrinsiknya rendah) atau overvalued (nilai intrinsiknya tinggi). Perbedaan harga pasar
akan mempengaruhi keputusan investor untuk membeli dan menjual

Cara estimasi nilai intrinsik saham dilakukan dengan memanfaatkan EPS dan PER.
Rumus nilai Po (intrinsik saham) = estimasi EPS x PER = E1 x PER. Bila nilai Po sudah
diketahui, langkah selanjutnya adalah membandingkan nilai Po dengan harga pasarnya.
Jika Po > harga pasar, maka saham tergolong undervalued dan sebaiknya dibeli.
Sebaliknya bila Po < harga pasar, maka saham tergolong overvalued dan lebih baik tidak
dibeli atau dijual bila sudah dimiliki.

BAB 16: ANALISIS TEKNIKAL


Analisa tekhnikal dipengaruhi pola-pola pergerakan harga saham dari waktu ke waktu.

16.1: ASUMSI YANG MENDASARI ANALISIS


TEKHNIKAL
Analis tekhnikal ( orang yang menganalisa analisis tekhnikal) percaya bahwa pola-pola
pergerakan harga saham dipengaruhi pergerakan harga saham di masa lalu, sehingga
tidak menganalisa variabel-variabel ekonomi dan faktor-faktor perubahan untuk
memperkirakan harga saham. Levy (1966) mendasari asumsi tersebut dengan:
1. Nilai pasar barang dan jasa ditentukan oleh interaksi permintaan dan penawaran
2. Interaksi permintaan dan penawaran ditentukan oleh variabel-variabel ekonomi
dan variabel-variabel fundamental serta faktor-faktor irasional seperti opini yang
beredar dan mood dari investor
3. Harga-harga sekuritas secara individual dan niali pasar secara keseluruhan
bergerak mengikuti tren dalam waktu yang relatif panjang
4. Trend perubahan harga dan nilai pasar terjadi karena perubahan hubungan
permintaan dan penawaran

16.2: KEUNTUNGAN DAN KRITIK TERHADAP


ANALISIS TEKHNIKAL
Keuntungan bagi pengguna analisis tekhnikal (investor) bergantung pada kemampuan
untuk mendapatkan informasi secara cepat dan tepat, kemampuan untuk menganalisa
secara cermat juga insting tajam untuk memperkirakan kecenderungan pergerakan harga
saham. Kemampuan-kemampuan tsb. diharapkan memberi abnormal return bagi para
investor. Data-data yang dipakai oleh para analis adalah data historis, seperti data harga
saham, volume perdagangan dan informasi lainnya, yang dipandang sudah cukup untuk
menjadi dasar pembuatan keputusan untuk menjual atau membeli saham.
Dibalik keuntungannya, analisis tekhnikal dipandang tidak akurat karena penelitian
membuktikan harga saham tidak bergerak mengikuti pergerakan harga saham di masa
lalu. Oleh karena itu penggunaan data tekhnikal untuk jangka waktu panjang tidak efektif
akibat penyesuian harga yang cepat karena banyaknya investor yang menggunakan data
analisis tekhnikal.

16.3: TEKHNIK-TEKHNIK ANALISIS TEKHNIKAL


Analis tekhnikal membuat chart atau grafik untuk melihat celah-celah keuntungan dari
pola dalam chart yang menunjukkan pola pergerakan harga saham dan volume
perdagangan. Charles H. Dow (1800an) membagi trend harga pasar jangka panjang
menjadi tiga, yaitu:
1. Primary trend, pergerakan saham yang cenderung naik dalam jangka waktu
beberapa tahun
2. Secondary trend, pergerakan saham yang cenderung turun dan merupakan
penyimpangan selama beberapa minggu atau bulan dari periode primary trend
3. Minor trend atau day-to-day move, pergerakan saham yang fluktuasi harganya
terjadi setiap hari

Dalam teori ini terdapat dua istilah utama, yaitu bull market (pasar dalam kondisi
bergairah) dan bear market (pasar dalam kondisi lesu). Bull market terjadi ketika
pergerakan saham dalam primary trend cenderung naik. Sebaliknya bear market terjadi
ketika pergerakan saham dalam primary trend cenderung turun.
16.4: TRADING RULES DALAM ANALISIS
TEKHNIKAL
Bantuan chart telabh membantu para analis untuk memprediksi arah pergerakan harga
saham, tetapi untuk lebih mempermudah lagi terdapat aturan dasar dalam pembacaan
grafik. Aturan dasar dapat disimpulkan dalam grafik sbb.

A – Trend penurunan (declining trend), investor menjual saham di awal periode trend
penurunan yang tidak lama setelah grafik menunjukkan titik puncak (peak point)
dan membeli saham di akhir periode trend yang tidak lama setelah grafik
menunjukkan titik terendah (through point)

B - Trend peningkatan (raising trend), investor membeli saham di awal periode trend
peningkatan yang tidak lama setelah grafik menunjukkan titik terendah (through
point) dan menjual saham di akhir periode trend yang tidak lama setelah grafik
menunjukkan titik puncak (peak point)

C - Trend mendatar (flat trend), analis bisa saja menjual saham tetapi adanya harapan
bahwa trend akan mengalami peningkatan menjadi pertimbangan untuk
mempertahankan saham yang dipegang. Tetapi bila di akhir trend mendatar
diperkirakan akan diikuti penuruhan harga saham maka saham harus dijual atau
perusahaan akan mengalami kerugian

D - Titik terendah (through point), harga saham terendah yang dilanjutkan oleh trend
peningkatan. Situasi pergerakan harga dari titik terendah dan mulai meningkat
menjadi indikator untuk membeli saham

E - Titik tertinggi (peak point), harga saham tertinggi yang dilanjutkan oleh trend
penurunan. Situasi pergerakan harga dari titik tertinggi dan mulai menurun menjadi
indikator untuk menjual saham

Anda mungkin juga menyukai