Selain SIC, terdapat standar pengelompokkan lain seperti Standard & Poor
Coorporation dan Value Line. Di Indonesia, pengelompokkan berdasarkan Jakarta Stock
Exchange Sectoral Industry Classification (JASICA).
Jenis-jenis laporan berdasarkan informasinya dibagi menjadi neraca, laporan rugi laba
dan laporan arus kas.
15.1.1: NERACA
Neraca menggambarkan kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu saja.
Kelemahan dari laporan ini, kondisi mungkin sudah mengalami perubahan ketika
pengulasan laporan sedang berlangsung. Informasi-informasi yang tercakup adalah
aktiva, kewajiban dan ekuitas pemegang saham pada suatu tanggal tertentu. Pelaporan
posisi aktiva dan pasiva harus seimbang.
Data ROE dan ROA dapat dipakai sebagai indikator pertumbuhan perusahaan di masa
mendatang, tetapi investor harus awas terhadap perubahan yang mungkin terjadi di masa
datang.
Kedua , k dihitung dengan menjumlahkan tingkat return bebas resiko (risk-free rate) dan
premi resiko yang disyaratkan investor. Tingkat return bebas resiko yang dipakai di
Indonesia adalah tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Sedangkan premi resiko
diukur dari besar kompensasi tambahan yang diminta investor atas resiko yang
ditanggungnya . Rumus k = risk-free rate + premi resiko
Komponen terakhir, g merupakan fungsi dari besar ROE dan tingkat laba ditahan
perusahaan (retention rate). Rumusnya:
g = ROE x tingkat laba ditahan
= (EAT / jumlah modal sendiri) x (1 – DPR)
15.6: ESTIMASI NILAI INTRINSIK SAHAM
Nilai intrinsik saham menunjukkan harga pasar saham yang undervalued (nilai
intrinsiknya rendah) atau overvalued (nilai intrinsiknya tinggi). Perbedaan harga pasar
akan mempengaruhi keputusan investor untuk membeli dan menjual
Cara estimasi nilai intrinsik saham dilakukan dengan memanfaatkan EPS dan PER.
Rumus nilai Po (intrinsik saham) = estimasi EPS x PER = E1 x PER. Bila nilai Po sudah
diketahui, langkah selanjutnya adalah membandingkan nilai Po dengan harga pasarnya.
Jika Po > harga pasar, maka saham tergolong undervalued dan sebaiknya dibeli.
Sebaliknya bila Po < harga pasar, maka saham tergolong overvalued dan lebih baik tidak
dibeli atau dijual bila sudah dimiliki.
Dalam teori ini terdapat dua istilah utama, yaitu bull market (pasar dalam kondisi
bergairah) dan bear market (pasar dalam kondisi lesu). Bull market terjadi ketika
pergerakan saham dalam primary trend cenderung naik. Sebaliknya bear market terjadi
ketika pergerakan saham dalam primary trend cenderung turun.
16.4: TRADING RULES DALAM ANALISIS
TEKHNIKAL
Bantuan chart telabh membantu para analis untuk memprediksi arah pergerakan harga
saham, tetapi untuk lebih mempermudah lagi terdapat aturan dasar dalam pembacaan
grafik. Aturan dasar dapat disimpulkan dalam grafik sbb.
A – Trend penurunan (declining trend), investor menjual saham di awal periode trend
penurunan yang tidak lama setelah grafik menunjukkan titik puncak (peak point)
dan membeli saham di akhir periode trend yang tidak lama setelah grafik
menunjukkan titik terendah (through point)
B - Trend peningkatan (raising trend), investor membeli saham di awal periode trend
peningkatan yang tidak lama setelah grafik menunjukkan titik terendah (through
point) dan menjual saham di akhir periode trend yang tidak lama setelah grafik
menunjukkan titik puncak (peak point)
C - Trend mendatar (flat trend), analis bisa saja menjual saham tetapi adanya harapan
bahwa trend akan mengalami peningkatan menjadi pertimbangan untuk
mempertahankan saham yang dipegang. Tetapi bila di akhir trend mendatar
diperkirakan akan diikuti penuruhan harga saham maka saham harus dijual atau
perusahaan akan mengalami kerugian
D - Titik terendah (through point), harga saham terendah yang dilanjutkan oleh trend
peningkatan. Situasi pergerakan harga dari titik terendah dan mulai meningkat
menjadi indikator untuk membeli saham
E - Titik tertinggi (peak point), harga saham tertinggi yang dilanjutkan oleh trend
penurunan. Situasi pergerakan harga dari titik tertinggi dan mulai menurun menjadi
indikator untuk menjual saham