Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Logam-logam transisi (golongan VIIIB) dapat berfungsi sebagai katalis.
Kelemahan dari penggunaan logam transisi dalam keadaan murni adalah biaya
produksi yang mahal dan perbandingan luas permukaan dan volume yang kecil. Cara
yang mudah untuk mendapatkan katalis dengan luas permukaan komponen aktif
yang besar dan mudah dalam pemakaiannya adalah dengan mendispersikan
komponen aktif logam pada pengemban (Triyono,1994).
Logam transisi yang sering digunakan sebagai katalis adalah Ni, Cr, Cu, Pd, Pt
dan Mo. Penelitian tentang penggunaan logam-logam tersebut telah banyak
dilakukan, diantaranya adalah Syarifah, dkk (2000) dan Nugrahaningtyas (2001).
Syarifah, dkk telah mempelajari penggunaan katalis Ni/zeolit alam untuk
perengkahan fraksi minyak bumi, sedangkan Nugrahaningtyas (2001) telah
mempelajari penggunaan katalis Cr/Zeolit alam untuk reaksi hydrocracking biofuel
kayu bangkirai.
Logam-logam transisi tersebut juga dapat dikombinasikan dengan logam
transisi lainnya, yang menurut Triyono (1994), jumlah sisi aktif katalis bertambah
apabila kristal tersusun dari dua logam. Penelitian tentang penggunaan paduan logam
transisi telah banyak dilakukan oleh para peneliti, diantaranya adalah Li (1999),
Yolanda (2000) dan Amirudin (2001). Li telah melakukan pengembanan Ni dan Mo
ke dalam zeolit Y ultrastabil, Na-zeolit Y, mordenit dan ZSM-5 untuk katalis
hidrotreatment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa katalis Ni-Mo/ultrastabil
zeolit-Y mempunyai aktivitas hidrodesulfurisasi (HDS) dibenzothiophene yang
tinggi. Yolanda telah melakukan preparasi, karakterisasi dan uji aktivitas katalis Ni-
Mo/ γ Alumina pada proses hidrodenitrogenasi (HDN). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa aktivitas katalis sebanding dengan kadar logam di dalamnya.
Amirudin telah melakukan preparasi dan karakterisasi katalis logam Ni, Mo, Cr dan
modifikasinya menggunakan pengemban γ -Alumina untuk hidrorengkah fraksi

1
2

aspalten dari aspal Buton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa katalis Mo-Ni/ γ -
Alumina tidak mengalami kerusakan struktur aslinya, sekalipun kandungan
logamnya paling besar dan katalis Mo-Ni/ γ -Alumina juga mempunyai aktivitas
katalitik yang paling besar.
Penelitian-penelitian tersebut menggunakan berbagai jenis pengemban seperti
γ Alumina dan zeolit. Namun begitu, pengemban yang banyak dikembangkan pada
saat ini adalah zeolit. Zeolit sendiri merupakan mineral kristal alumina silikat
terhidrasi yang mengandung kation alkali atau alkali tanah yang dapat dipertukarkan
dengan kation lain sehingga zeolit mempunyai sifat yang fleksibel. Urutan kapasitas
pertukaran kation dalam zeolit adalah : H-Zeolit > Na-Zeolit > NH4-Zeolit > zeolit
tanpa perlakuan awal (Handoko, 2002). Selain dapat mengalami pertukaran kation,
zeolit juga mempunyai ruangan kosong yang dapat berfungsi sebagai katalis.
Zeolit sebagai katalis mempunyai keunggulan yang disebabkan karena struktur
kristal yang sangat teratur, ukuran pori yang seragam dan adanya gugus hidroksil
yang sangat asam yang merupakan situs aktif dalam katalisis. Penggunaan zeolit
sebagai katalisator, pertama kali digunakan pada tahun 1960, untuk perengkahan
(cracking). Pemakaian zeolit sebagai katalisator perengkahan mempunyai beberapa
keuntungan antara lain, aktivitas katalisator yang tinggi, mampu menghasilkan
bensin yang lebih banyak dan lebih stabil pada suhu yang tinggi. Wibowo (2004)
telah mempelajari pengaruh suhu terhadap kestabilan zeolit alam dan zeolit alam
aktif asal Wonosari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zeolit alam dan zeolit alam
aktif stabil sampai suhu 8000C dan pada suhu pemanasan 5000C memberikan
aktivitas katalitik yang paling baik.
Potensi zeolit alam di Indonesia cukup besar, namun penggunaannya belum
optimal sehingga diperlukan usaha untuk meningkatkan daya guna zeolit alam, salah
satunya sebagai pengemban katalis logam yang banyak dibutuhkan oleh kalangan
industri. Selama ini kalangan industri mendatangkan katalis dari luar negeri dengan
harga yang cukup mahal. Oleh karena itu perlu dipelajari pembuatan katalis yang
menghasilkan katalis yang efektif dalam penggunaannya.
Metode pembuatan katalis logam-pengemban yang sering digunakan adalah
impregnasi. Handoko (2002) telah melakukan preparasi katalis Cr/zeolit alam
3

dengan metode impregnasi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa impregnasi


logam pada pengemban dapat meningkatkan keasaman dan luas permukaan spesifik
Pembuatan katalis logam pengemban dengan dua atau tiga logam yang berbeda
dapat dilakukan metode impregnasi bersama (koimpregnasi) maupun impregnasi
terpisah dan hasilnya dimungkinkan terjadi salah satu dari dua bentuk yaitu cluster
dan alloy. Penelitian tentang cara pengembanan dua logam ke dalam pengemban
terhadap karakter katalisnya telah dilakukan oleh Utami (2003). Penelitian dilakukan
dengan cara membalik urutan pengembanan logam Ni dan Pd pada H/zeolit-Y. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa cara pengembanan logam Pd dan Ni pada H/zeolit-Y
yang dilakukan berpengaruh terhadap karakter dan aktivitas katalitik pada
hidrorengkah aspalten turunan aspal Buton.
Pembuatan katalis logam-pengemban mencakup pendistribusian senyawa
prekusor pada permukaan pengemban, pengeringan untuk menghilangkan pelarut
dan aktivasi katalis yang meliputi kalsinasi, oksidasi dan reduksi untuk memperoleh
distribusi logam yang merata dalam permukaan pengemban. Kalsinasi biasa
dilakukan dengan aliran gas N2, oksidasi dilakukan dengan aliran gas O2, dan reduksi
dilakukan dengan aliran gas H2. Fatmawati (2003) telah melakukan aktivasi dan
modifikasi terhadap zeolit alam. Aktivasi yang dilakukan meliputi perendaman
dalam larutan asam (HF dan HCl) dan larutan amonium (NH4NO3). Modifikasi yang
dilakukan meliputi pengembanan logam Cr dilanjutkan dengan pengeringan,
kalsinasi dengan aliran gas N2, oksidasi dengan aliran gas O2 dan reduksi dengan
aliran gas H2. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa aktivasi dan modifikasi
dapat meningkatkan karakter zeolit alam sebagai katalis.
Mengacu pada berbagai hal tersebut diatas, maka pada penelitian ini akan
dilakukan perbandingan efektivitas metode pengembanan logam Ni dan Mo dengan
metode koimpregnasi dan metode impregnasi terpisah.

B. Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini, masalah diidentifikasi meliputi :
4

a Zeolit yang digunakan. Zeolit dengan jenis berbeda memiliki kandungan mineral
yang berbeda sehingga sifat fisika dan kimianya juga berbeda.
b Modifikasi zeolit. Modifikasi zeolit melalui pengembanan logam tidak boleh
merusak struktur zeolit sebagai pengemban.
c Metode pengembanan logam. Ada beberapa metode untuk mengembankan logam
ke dalam pengemban.
d Karakterisasi katalis. Karakterisasi katalis dilakukan untuk mengetahui komposisi
mineral dalam zeolit, jenis logam yang terbentuk, kandungan logam, keasaman total,
luas permukaan spesifik, volume total pori dan rerata jejari pori.

2. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka masalah dibatasi menjadi :
a. Zeolit yang digunakan adalah Zeolit Aktif Wonosari (ZA) berasal dari PT. Prima
Zeolita Yogyakarta.
b. Modifikasi dan aktivasi yang dilakukan meliputi pengembanan logam Ni dan
Mo, kalsinasi dengan aliran gas N2, oksidasi dengan aliran gas O2 dan reduksi dengan
aliran gas H2.
c. Metode pengembanan logam dilakukan dengan metode impregnasi, yaitu secara
impregnasi bersama (koimpregnasi) dan impregnasi terpisah.
d. Karakterisasi katalis meliputi penentuan kandungan mineral dalam zeolit dan
senyawa logam yang terbentuk menggunakan XRD, penentuan kandungan logam Ni
dan Mo menggunakan XRF, keasaman total dengan metode adsorpsi amonia, luas
permukaan, volume pori total dan rerata jejari pori dengan SAA.

3. Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Apakah pengembanan logam Ni dan Mo pada zeolit aktif Wonosari dapat
meningkatkan kualitas zeolit sebagai katalis dan tidak merusak struktur zeolit?
b. Apakah metode pengembanan logam secara koimpregnasi dan secara impregnasi
terpisah mempunyai efektivitas yang berbeda?
5

c. Apakah perbedaan urutan pengembanan logam Ni dan Mo pada impregnasi


terpisah mempunyai efektivitas yang berbeda?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengembankan logam Ni dan Mo pada ZA untuk meningkatkan karakter ZA
sebagai katalis.
2. Membandingkan efektivitas metode pengembanan logam Ni dan Mo secara
koimpregnasi dan secara impregnasi terpisah untuk meningkatkan karakter ZA
sebagai katalis.
3. Membandingkan efektivitas urutan pengembanan logam Ni dan Mo pada metode
impregnasi terpisah untuk meningkatkan karakter sebagai katalis.

D. Manfaat Penelitian
1. Meningkatkan pemanfaatan zeolit alam sebagai pengemban dalam preparasi
katalis.
2. Membantu kalangan industri dalam pemenuhan katalis yang lebih efektif.

Anda mungkin juga menyukai