Anda di halaman 1dari 3

Judul: Pers Kampus

Bahan ini cocok untuk Perguruan Tinggi.


Nama & E-mail (Penulis): Deni Andriana
Saya Wartawan di Pers Suara Mahasiswa Unisba
Topik: Pers Kampus
Tanggal: 12 Februari 2005

PERS KAMPUS
Oleh DENI ANDRIANA
ORGANISASI yang baik, organisasi yang berisikan orang atau sumber daya manusia (SDM) yang
mempunyai tujuan sama. Adanya kesatuan tekad dan suatu komponen yang saling mendukung satu
sama lain, sehingga menciptakan suasana kerja yang harmonis di dalam tataran yang dinamis.

Pers kampus, sebagai bentuk organisasi mandiri idealnya harus lembaga yang mampu memberikan
informasi yang jernih dan akurat. Tanpa ada manipulasi sedikit pun, sekaligus menghapus bayang-
bayang kediktatoran penguasa yang selama ini mengintervensi segala bentuk kekritisan. Baik di dalam
tataran universitas maupun di lingkungan masyarakat luas umumnya.

Permasalahan signifikan yang dihadapi pers kampus dalam perjuangannya, tidak bisa dipungkiri masalah
modal dan ruang. Adanya modal, akan tercipta ruang untuk berkreasi. Modal adalah unsur sentral di
dalam perjalanan sebuah media penerbitan, di manapun.

Modal berkaitan dengan uang (money), dan uang adalah suatu bentuk kekuasaan. Tidak dapat
dipungkiri, uang telah menjadi titik penentu sebuah kekuasaan dewasa ini, dibuktikan dengan sebuah
realita di masyarakat yang menjadikan uang sebagai jangkar untuk menyambung kehidupan.

Alhasil, semuanya tidak ada yang tidak mungkin kalau sudah berbicara tentang uang, kecuali masalah
kasih sayang dan kebahagiaan. Orang bijak berkata, uang bukan segalanya, tapi tidak bisa dibohongi
juga bahwa segalanya membutuhkan uang, minimal untuk sebuah tahta dan jabatan.

Kembali ke permasalahan pers kampus yang merupakan basic social di masyarakat. Kinerja pers
kampus sedikit banyak melibatkan uang di dalamnya (modal), mulai dari biaya administrasi, liputan
sampai ke ongkos percetakan. Selebihnya idelogi dan kerja keras yang menjadi harga mati dari sebuah
pers kampus. Modalnya tidak lain kucuran dana segar dari pihak rektorat, sebagai birokrat tertinggi di
kampus.

Bila dihitung secara matematis, umumnya dana yang diperoleh dari pihak universitas tidak sesuai beban
yang harus ditanggung. Sebagai jantung informasi dan wadah aspirasi mahasiswa, pers kampus harus
tetap eksis dan selalu hadir tepat waktu, dalam memberikan informasinya dengan dana yang pas-pasan.
Sehingga para pengurusnya harus memutar otak, kiri-kanan mencari solusi terbaik untuk tetap bertahan.

Pers kampus harus membakar lidahnya sendiri ketika pemodal (rektorat) membatasi kinerja. Demi
kelangsungan hidupnya sebuah pers kampus banyak yang menodai ideologinya sendiri, sangat
disayangkan. Tidak ada uang, maka ruang pun terancam.

Mempertahankan ideologi

Sebagai organisasi yang bisa dikatakan independen, modal utama sebenarnya bukan uang semata, tapi
sebuah pemikiran yang logis dan kritis, kerja keras menuju sebuah perubahan ke depan. Sebuah
pergerakan yang dinamis dan keinginan yang kuat, itulah modal utama yang sebenarnya. Dan dari situ
pers kampus dapat mengembangkan dirinya sesuai kreativitasnya, untuk keluar dari bayang-bayang
penguasa kampus.

Masuk ke dalam dunia bisnis media, adalah salah satu jalannya, jelasnya dengan memperbanyak iklan
dan sponsor. Namun, permasalahan utamanya akan kehilangan identitas dan jati dirinya sebagai pers
mahasiswa menjadi pers komersial. Ini umumnya yang selalu menjadi pertimbangan dari kawan-kawan
pers kampus, yang ingin mencoba terjun ke dunia bisnis media.

Sekali terjebak dalam dunia bisnis, ideologi akan dipertaruhkan. Ideologi yang menekankan, pers kampus
adalah sebuah media mahasiswa alternatif dan pergerakan yang menjauhkan diri dari segala bentuk
interpensi, terutama pihak pemodal dan kaum kapitalis. Solusinya, sebagian tidak bisa menutup diri
terhadap dunia bisnis. Namun penetapan batasan yang jelas menjadi kuncinya, selama tidak mengubah
dan merusak tatanan dalam pers kampus itu sendiri. Ini sudah semestinya dijalankan.

Media pergerakan

Pergerakan mahasiswa tidak bisa dipungkiri, telah melibatkan pers kampus di dalamnya. Sebab, sebagai
wadah aspirasi mahasiswa, pers kampus merupakan perwujudan dari sikap mahasiswa yang ingin
menata sebuah sitem dinamis, dan bebas dari bentuk interfensi apapun.

Setiap pergerakan mahasiswa mempunyai jalur dan bentuk yang berbeda. Sebuah forum pergerakan
mahasiswa tentunya menjadikan ajang demonstrasi sebagai media untuk melakukan pergerakannya.
Namun, pers kampus mempunyai jalur dan bentuk tersendiri, bukan melalui demonstrasi lapangan, tapi
pemberitaan dan penelusuran .

Meski sering disebut bermain di balik layar dari sebuah pergerakan mahasiswa, namun kerja pers
kampus sama beratnya dengan pergerakan dan aksi lapangan semacam demonstrasi. Apalagi, dengan
tuntutan harus menyampaikan informasi sejernih dan seakurat mungkin, pers kampus harus peka dan
lebih berani daripada semua elemen pergerakan mahasiswa umumnya. Seperti kata pepatah, mata pena
lebih tajam dari mata pedang, mungkin itulah yang menjadi kelebihan pers kampus.

Sejalan dengan perkembangan zaman, selain menjadi mediator informasi dalam tataran kampus,
keberadaan pers kampus sudah diklaim sebagai pers alternatif yang menyokong keberadaan pers umum
yang lebih dulu mewahana di tengah masyarakat.

Untuk itu, kinerja dan kualitas pers kampus harus tetap mencerminkan kenetralan dalam menghadapi
setiap permasalahan dan fenomena yang terjadi di lingkungannya, baik di dalam dunia kampus maupun
kondisi real di masyarakat luas, tanpa terkontaminasi kepentingan pihak manapun. Pemikiran jernih dari
mahasiswa, dalam hal ini komponen pembentuk pers kampus, modal utama yang harus dipertahankan.
Selain semangat yang menggelora untuk menuju perubahan yang lebih baik.

Sebagai organisasi dengan sistem kepengurusan estafet dan pengkaderan, penanaman ideologi
merupakan langkah utama yang harus ditempuh untuk tetap mempertahankan kinerja pers kampus, dan
tentunya dengan peningkatan skill dan kualitas. Dengan begitu, pers kampus akan tetap menjadi pers
alternatif dan media pergerakan mahasiswa yang selalu menyuarakan perubahan ke arah yang lebih
baik.

Semua itu sebuah tantangan yang sulit bagi pers kampus di tengah keruhnya peta politik dalam maupun
luar kampus. Namun, selama mahasiswa menyadari fungsinya, pers kampus akan terjamin untuk tetap
eksis dan lebih baik dari masa ke masa.

Sebab, mahasiswa itu sendiri bukanlah sekelompok orang yang hanya mendengarkan kuliah dari
dosennya di kelas, dan membanggakan seberapa banyak buku yang telah dibaca. Namun mahasiswa
perwujudan dari orang-orang yang melihat dengan berbagai arah mata angin kepada setiap
permasalahan di lingkungannya. Sekaligus mencari solusi dari permasalahan itu. Pers kampus adalah
bentuk dan wadah dari perwujudan itu.***

Penulis, mahasiswa Fikom jurusan Jurnalistik & anggota Pers Suara Mahasiswa Unisba

Tulisan ini pernah di muat di Harian Umum Pikiran Rakyat / Rubrik Mimbar - Kampus (1 Februari 2005)

Anda mungkin juga menyukai