Anda di halaman 1dari 30

BAB 1

PENDAHULUAN

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat


menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang dapat merusak
sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune
Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan
virus hiv dalam tubuh makhluk hidup.
Anak-anak dengan infeksi HIV yang didapat pada masa perinatal tampak
normal saat lahir dan mulai timbul gejala pada 2 tahun pertama kehidupan. Tanda dan
gejalanya antara lain berat badan lahir rendah, gagal tumbuh, infeksi saluran
pernapasan atas berulang, diare kronik atau kambuhan
Dari data statistik yang ada di Asia jumlah penderita HIV meningkat lebih dari
150%. Dan Indonesia adalah Negara dengan pertubuhan epidemic HIV tercepat. Data
statistik nasional tahun 2009 mengenai penderita HIV/AIDS di Indonesia
menunjukkan bahwa proporsi kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok umur
20-29 tahun (37,79 persen) disusul kelompok umur 30-39 tahun (34,48 persen) dan
kelompok umur 40-49 tahun (12,12 persen). Kasus terbanyak terjadi di sepuluh
propinsi yakni DKI Jakarta, Jawa barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Papua, Bali,
Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara dan Riau. Sedangkan cara
penularan terjadi melalui hubungan heteroseksual (51,3 persen), pengguna narkoba
suntik (39,6 persen), lelaki seks lelaki (3,1 persen) dan ibu pengidap kepada bayinya
(2,6 persen).
Di Banyumas tak lepas dari merebaknya gaya hidup seks bebas dan
penggunaan narkoba suntik di kalangan generasi muda di wilayah ini. Tak heran, dari
293 kasus HIV/AIDS di Banyumas dalam tiga tahun terakhir, sebagian besar terjadi
pada generasi muda, yakni antara umur 20 dan 30 tahun.
Wabah HIV/AIDS adalah bencana besar yang sangat cepat berdampak bagi
anak-anak. Hampir 3 juta anak-anak telah terjangkiti virus HIV atau hidup dengan
AIDS. Lebih dari 14 juta anak-anak berusia di bawah 15 tahun telah kehilangan salah
satu atau kedua orang tua mereka akibat AIDS, dan sebagian besar dari mereka
tinggal di benua Sub-Sahara Afrika.
Pada tahun 2010, jumlah anak yatim akibat AIDS secara global diperkirakan
lebih dari 25 juta anak. Namun angka ini hanya sebagian dari jumlah anak-anak yang
kehidupannya telah berubah drastis akibat dampak HIV/AIDS terhadap keluarga
mereka, masyarakat, sekolah, sistem layanan kesehatan dan kesejahteraan serta
perekonomian nasional maupun lokal. Dengan tingkat penyebaran infeksi HIV yang
semakin meningkat di beberapa kawasan di dunia ini, maka krisis bagi anak-anak ini
diperkirakan akan terus berlangsung selama beberapa dekade, meskipun program
pencegahan dan perawatan telah diperluas.
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan
Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human
Immunodeficiency Virus (HIV), Imunisasi disarankan untuk anak-anak dengan
infeksi HIV. Sebagai ganti vaksin poliovirus oral (OPV), anak-anak diberi vaksin
virus polio yang tidak aktif (IPV), untuk memulihkan sistem imun.
Timbulnya penyakit AIDS pada anak dapat dicegah dengan cara mencegah
kehamilan ibu yang sudah terinfeksi HIV, tidak menyuntik anak dengan jarum yang
tercemar, menghimbau agar mereka yang berperilaku risiko tinggi tertular HIV tidak
menjadi donor darah
Bila ada ibu hamil dengan HIV/AIDS perlu penanganan yang baik dalam
menghadapi persalinan, sama aja dengan manusia lain. Jangan diberikan tekanan baik
berupa pengusiran, penghinaan, pokoknya segala hal yang bertujuan penganiayaan.
Mereka juga membutuhkan persiapan, bahkan karena beban HIV/AIDS itu membuat
beban lebih berat. Persalinan sebaiknya dilakukan di rumah sakit sehingga
penanganan terhadap ibu dan anak bisa dilakukan dengan optimal. Anak yang lahir
dari ibu dengan HIV/AIDS perlu mendapatkan pemeriksaan dan penanganan untuk
mencegah penularan. Setelah lahir bayi tesebut mendapat perlakuan sama dengan bayi
lain, Yang perlu diperhatian juga penanganan lebih lanjut dari anak ini saat memasuki
usia sekolah, namun masih  ada sekolah yang menolak mempunyai murid HIV/AIDS.
Berdasarkan hal diatas maka kelompok kami mengambil kasus tentang
HIV/AIDS pada anak yang hingga saat ini masih kontroversi di Indonesia, untuk
menunjang upaya penanggulangan HIV/AIDS yang mulai marak berkembang di
kalangan kelompok-kelompok masyarakat di Indonesia,dan untuk memenuhi tugas
keperawatan anak serta untuk berbagi pengetahuan kepada para pembaca agar dapat
mengaplikasikan dalam lingkungan masyarakat.
BAB 2
KONSEP TEORI

A. Pengertian
1. ADIS : Acquired Immune Deficiency Syndrome
2. HIV : Human immunodeficiency virus
HIV sebagai virus penyebab AIDS
3. AIDS merupakan kumpulan gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh, yang
terjadi karena seseorang terinfeksi virus sehingga orang yang terinfeksi oleh virus ini
tidak dapat mengatasi serbuan infeksi penyakit lain karena sistem kekebalan tubuhnya
menurun secara drastic
4. AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak system kekebalan
tubuh sehingga tubuh mudah diserang penyakit-penyakit lain yang dapat berakibat
fatal..
5. AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan
tubuh oleh virus yang disebut HIV (Human Immunodeficiency Virus). (Aziz Alimul
Hidayat, 2006).
6. AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immodeficiency
Virus) ditandai dengan sindrom menurunnya sistem kekebalan tubuh. (Depkes RI,
1992 : 2)
7. AIDS adalah suatu penyakit retrovirus yang ditandai oleh imunosupresi berat yang
menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik, neoplasma sekunder dan kelainan
imunolegik. (Price, 2000 : 241)

B. Manifestasi Klinik
1. Kategori N: tidak bergejala
Anak-anak tanpa tanda atau gejala infeksi HIV
2. Kategori A: Gejala ringan
Anak-anak mengalami dua atau lebih gejala berikut ini:
a. Limfadenopati
b. Hepatomegali
c. Splenomegali
d. Dermatitis
e. Parotitis
f. Infeksi saluran pernafasan atas yang kambuhan/persisten, sinusitis, atau otitis
media.

3. Kategori B: gejala sedang


Anak-anak dengan kondisi simtomatik karena infeksi HIV contoh kondisi tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Anemia, neutropenia, trombositopenia, selama >30 hari.
b. Meningitis, bakterial, pneumonia, atau sepsis.
c. Sariawan persisten selama lebih dari 2 bulan pada anak di atas 6 bulan.
d. Kardiomiopati
e. Infeksi sitomegalovirus dengan awitan sebelum berusia 1 bulan.
f. Diare, kambuhan atau kronik.
g. Hepatitis
h. Stomatitis herpes, kambuhan
i. Bronkitis, pneumonitis, atau esofagitis HSV dengan awitan sebelum berusia 1
bulan.
j. Herpes zoster, dua atau lebih spisode
k. Leiomiosarkoma
l. Pneumonia interstisial limfoid atau komopleks hiperplasia limfoid pullmoner
(LIP/PLH).
m. Nefropati
n. Nokardiois
o. Varisela zoster persisten
p. Demam persisten > 1 bulan.
q. Toksoplasmosis, awitan sebelum berusia 1 bulan
r. Varisela, diseminata (cacar air berkomplikasi)

4. Kategori C : gejala hebat
Anak dengan kondisi berikut ini:
a. Infeksi bakterial multiple atau kambuhan.
b. Kandidiasi pada trakea, bronki, paru, atau esofagus.
c. Koksidioidomikosis, diseminata atau ekstrapulmoner
d. Kriptosporodisis, intestinal kronik.
e. Penyakit sitomegalovirus (selama hati, limpa, nodus), dimulai pada umur > 1
bulan.
f. Retinitis sitomegalovirus (dengan kehilangan penglihatan).
g. Ensefalopati HIV
h. Ulkus herpes simpleks kronik (durasi > 1 bulan) atau pneumonitis atau
esofagitis, awitan saat berusia > 1 bulan.
i. Histoplasmosis, diseminata atau ekstrapulmoner.
j. Isosporiasis, intestinal kronik (durasi > 1 bulan)
k. Sarkoma kaposi.
l. Limfoma, primer di otak.
m. Limfoma (sarkoma Burkitt atau sarkoma imunoblastik).
n. Kompleks Mycobacterium avium atau Mycobacterium kansasii, diseminata atau
ekstrapulmoner.
o. Pneumonia Pneumocystis carinii.
p. Leukoensefalopati multifokal progresif.
q. Septikemia salmonela, kambuhan
r. Toksoplasmosis pada otak, awitan saat berumur > 1 bulan.
s. Wasting syndrome karena HIV.

Menurut Cecily L Betz, anak-anak dengan infeksi HIV yang didapat pada masa
perinatal tampak normal pada saat lahir dan mulai timbul gejala pada 2 tahun pertama
kehidupan. Manifestasi klinisnya antara lain :
1. Berat badan lahir rendah
2. Gagal tumbuh
3. limfadenopati umum
4. Hepatosplenomegali
5. Sinusitis
6. Infeksi saluran pernapasan atas berulang
7. Parotitis
8. Diare kronik atau kambuhan
9. Infeksi bakteri dan virus kambuhan
10. Infeksi virus Epstein-Barr persisten
11. Sariawan orofarings
12. Trombositopenia
13. Infeksi bakteri seperti meningitis
14. Pneumonia interstisial kronik

C. Etiologi
Menurut Hudak dan Gallo (1996), penyebab dari AIDS adalah suatu agen viral
(HIV) dari kelompok virus yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah
melalui hubungan seksual dan mempunyai aktivitas yang kuat terhadap limfosit T yang
berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh manusia. HIV merupakan Retrovirus yang
menggunakan RNA sebagai genom. HIV mempunyai kemampuan mengcopy cetakan
materi genetic dirinya ke dalam materi genetic sel-sel yang ditumpanginya.
Sedangkan menurut Long (1996) penyebab AIDS adalah Retrovirus yang telah
terisolasi cairan tubuh orang yang sudah terinfeksi yaitu darah semen, sekresi vagina,
ludah, air mata, air susu ibu (ASI), cairan otak (cerebrospinal fluid), cairan amnion, dan
urin. Darah, semen, sekresi vagina dan ASI merupakan sarana transmisi HIV yang
menimbulkan AIDS.
Cairan transmisi HIV yaitu melalui hubungan darah (transfusi darah/komponen
darah jarum suntik yang di pakai bersama sama tusuk jarum) seksual (homo
bisek/heteroseksual) perinatal (intra plasenta dan dari ASI)
Empat populasi utama pada kelompok usia pediatrik yang terkena HIV :
1. Bayi yang terinfeksi melalui penularan perinatal dari ibu yang terinfeksi (disebut juga
transmisi vertikal); hal ini menimbulkan lebih dari 85% kasus AIDS pada anak-anak
yang berusia kurang dari 13 tahun.
2. Anak-anak yang telah menerima produk darah (terutama anak dengan hemofilia).
3. Remaja yang terinfeksi setelah terlibat dalam perilaku risiko tinggi.
4. Bayi yang mendapat ASI (terutama di negara-negara berkembang)

D. Patofiisiologi
Penyebab dari AIDS adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang
termasuk dalam famili retrovirus. Virus HIV melekat dan memasuki limfosit T helper
CD4+. Virus tersebut menginfeksi limfosit CD4+ dan sel-sel imunologik lain dan akan
mengalami destruksi sel secara bertahap. Sel-sel ini, yang memperkuat dan mengulang
respons imunologik, dan bila sel-sel tersebut berkurang dan rusak, maka fungsi
imunologik lain terganggu.
HIV merupakan retrovirus yang membawa informasi genetic RANA. Pada saat
virus HIV masuk dalam tubuh virus akan menginfeksi sel yang mempunyai antigen
CD4+ (Sel T pembantu, helper T cell). Sekali virus masuk ke dalam sel, virus akan
membuka lapisan protein sel dan menggunakan enzim Reserve transcriptase untuk
mengubah RNA. DNA virus akan terintergrasi dalam sel DNA host dan akan
mengadakan duplikasi selama proses normal pembelahan.
Dengan memasuki limfosit T4, virus memaksa limfosit T4 untuk memperbanyak
dirinya sehingga akhirnya menyebabkan kematian limfosit T4. kematian limfosit T4
membuat daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah terserang infeksi dari luar (baik
virus lain, bakteri, jamur atau parasit). Hal itu menyebabkan kematian pada orang yang
terjangkit HIV/AIDS. Selain menyerang limfosit T4, virus AIDS juga memasuki sel
tubuh yang lain. Organ yang paling sering terkena adalah otak dan susunan saraf lainnya.
Virus AIDS diliputi oleh suatu protein pembungkus yang sifatnya toksik (racun) terhadap
sel. Khususnya sel otak dan susunan saraf pusat dan tepi lainnya yang dapat
mengakibatkan kematian sel otak.
Sel CD4+ (Sel T pembantu / helper T cell) sangat berperan penting dalam fungsi
system immune normal, mengenai antigen dan sel yang terinfeksi, dan mengaktifkan sel
B untuk memproduksi antibody. Juga dalam aktivitas langsung pada cell-mediated cell
immune (immune sel bermedia) dan mempengaruhi aktivitas langsung pada sel kongetitis
duplikasi.
Menurut Long (1996) retrovirus /HIV dibawa oleh hubungan seksual, tranfusi
darah dan oleh ibu yang terkena infeksi ke fetus. Pada saat virus HIV masuk ke dalam
aliran darha maka HIV mencari sel T4 dan pembantu sel virus melekat pada isyarat dari
T4 dan masuk ke dalam sel dan mengarahkan metabolisme agar mengabaikan fungsi
normal (kematian sel T4) dan memperbanyak dari HIV. HIV baru menempel kepada sel
T4 dan menghancurkannya. Hal ini terjadi berulang-ulang kemudian terjadi sebagai
berikut :
1. Infeksi Akut
Terjadi infeksi imun yang aktif terhadap masuknya HIV ke dalam darah. HIV masih
negatif. Gejala lainnya seperti demam, mual, muntah, berkeringat malam, batuk, nyeri
saat menelan dan faringgitis.
2. Infeksi kronik
Terjadi bertahun-tahun dan tidak ada gejala (asimtomatik), terjadi refleksi lambat
pada sel-sel tertentu dan laten pada sel-sel lainnya.
3. Pembengkakan kelenjar limfe
Gejala menunjukkan hiperaktivitas sel limfosit B dalam kelenjar limfe dapat persisten
selama bertahun-tahun dan pasien tetap merasa sehat. Pada masa ini terjadi progresi
terhadap dari adanya hiperplasia folikel dalam kelenjar limfe sampai dengan
timbulnya involusi dengan tubuh untuk menghancurkan sel dendritik pada otak juga
sering terjadi, pembesaran kelenjar limfa sampai dua tahun atau lebih dari nodus limfa
pada daerah inguinal selama tiga bulan atau lebih. HIV banyak berkonsentrasi pada
liquor serebrospinal.
4. Penyakit lain akan timbul antara lain :
a. Penyakit kontitusional
Gejala dengan keluhan yang disebakan oleh hal-hal yang tidak langsung
berhubungan dengan HIV seperti diare, demam lebih dari 1 bulan, berkeringat
malam, terasa lelah yang berlebih, berat badan yang menurun sampe dengan 10%
yang mengindikasikan AIDS (slim disease)
b. Gejala langsung akibat HIV/Kompleks Demensia AIDS (AIDS demensia
complex)
Muncul penyakit-penyakit yang menyerang sistem syaraf antara lain mielopati,
neuropati perifer, penyakit susunan syaraf otak, kehilangan memori secara
fluktoatik, bingung, kesulitan konsentrasi, apatis dan terbatasnya kecepatan
motorik. Demensia penuh dengan adanya gangguan kognitif, verbalisasi,
kemampuan motorik, penyakit kontitusional.
c. Infeksi akibat penyakit yang di sebabkan parasit : pneumonia carinii protozoa
(PCP), cryptosporidictis (etero colitis), toxoplasmosis (CNS dissemminated
desease), dan isoporiasis (coccodiosis), bakteri (infeksi mikrobakteri, bakteriemi,
salmonella, tubercullosis), virus sitomegelovirus : hati, retinaparu-paru, kolon;
herpes simplek) dan fungus (candidiasis pada oral, esofagus, intestinum)
d. Kanker sekunder
Muncul penyakit seperti sarcoma kaposi.
e. Penyakit lain
Infeksi sekunder atau neoplasma lain yang berakibat pada kematian dimana sistem
imunitas tubuh sudah pada batas minimal atau mugkin habis sehingga HIV
menguasai tubuh.
E. Pathway Keperawatan

HIV

Plasenta ASI Transfusi darah jarum suntik Hubungan seksual

Transmisi dari ibu


ke anak

HIV masuk ke dalam tubuh

Menyerang sistem Imun


(sel darah putih/limfosit)

Menginfeksi limfosit

DNA virus terintegrasi dalam sel DNA host

Imun Menurun

Risiko Infeksi AIDS Perubahan


pertumbuhan dan
perkembangan
Demam Diare kronik Mual muntah Perubahan status
kesehatan
BB menurun
Hipertermi Resiko Kehilangan
Ketidak Cemas
kerusakan volume
Kelemahan seimbangan
integritas cairan aktif Kurang
fisik nutrisi kurang
kulit pengetahua
dari
Kekurangan n
Intoleransi kebutuhan
volume
aktivitas tubuh
cairan

Pneumonitis Perubahan
interstitial proses
keluarga
Dipsneu

Pola nafas
tidak efektif
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium menurut Mansjoer (2000), dapat dilakukan dengan dua
cara :
a. Cara langsung yaitu isolasi virus dari sampel. Umumnya dengan menggunakan
microskop elektron dan deteksi antigen virus. Salah satu cara deteksi antigen virus
adalah dengan polymerase chain reaction (PCR). Penggunaan PCR antara lain
untuk ;
1) Tes HIV pada bayi karena zat anti dari ibu masih ada pada bayi sehingga
menghambat pemeriksaan serologis.
2) Menetapkan status infeksi pada individu seronegatif
3) Tes pada kelompok rasio tinggi sebelum terjadi sero konversi
4) Tes konfirmasi untuk HIV-2 sebab sensitivitas ELISA untuk rendah.
b. Cara tidak langsung yaitu dengan melihat respon zat anti spesifik tes, misalnya :
1) ELISA, sensitivitas tinggi (98,1-100%), biasanya memberikan hasil positif 2-3
buah sesudah infeksi. Hasil positif harus di konfirmasi dengan pemeriksaan
Western Blot.
2) Western Blot, spsifitas tinggi (99,6-100%). Namun, pemeriksaan ini cukup
sulit, mahal dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam. Mutlak diperlukan untuk
konfirmasi hasil pemeriksaan ELISA positif.
3) Imonofivoresceni assay (IFA)
4) Radio Imuno praecipitation assay (RIPA)
2. Pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosa dan melacak virus HIV
a. Status imun
1) Tes fungsi sel CD4
2) Sel T4 mengalami penurunan kemampuan untuk reaksi terhadap antigen
3) Kadar imunoglobutin meningkat
4) Hitung sel darah putih normal hingga menurun
5) Rasio CD4 : CD8 menurun
3. Complete Blood Covnt (CBC)
Dilakukan untuk mendeteks adanya anemia, leukopenia dan thrombocytopenia yang
sering muncul pada HIV.
4. CD4 cell count
Tes yang paling banyak digunakan untuk memonitor perkembangan penyakit dan
terapi yang akan dilakukan.
5. Blood Culture
6. Immune Complek Dissociaced P24 Assay
Untuk memonitor perkembangan penyakit dan aktivitas medikasi antivirus.
7. Tes lain yang biasa dilakukan sesuai dengan manifestasi klinik baik yang general atau
spesifik antara lain :
a. Tuberkulin skin testing
Mendeteksi kemungkinan adanya infeksi TBC.
b. Magnetik resonance imaging (MRI)
Mendeteksi adanya lymphoma pada otak
c. Spesifik culture dan serology examination (uji kultur spesifik dan scrologi)
d. Pap smear setiap 6 bulan
Mendeteksi dini adanya kanker rahim.
Mendiagnosisi infeksi HIV pada bayi dari ibu yang terinfeksi HIV tidak mudah.
Dengan menggunakan gabungan dari tes-tes di atas, diagnosis dapat ditetapkan pada
kebanyakan anak yang terinfeksi sebelum berusia 6 bulan.
Temuan laboratorium ini umumnya terdapat pada bayi dan anak-anak yang
terinfeksi HIV :
1. Penurunan jumlah limfosit CD4+ absolut
2. Penurunan persentase CD4
3. Penurunan rasio CD4 terhadap CD3
4. Limfopenia
5. Anemia, trombositopenia
6. Hipergammaglobulinemia (IgG, IgA, IgM)
7. Penurunan respons terhadap tes kulit (Candida albicans, tetanus)
8. Respons buruk terhadap vaksin yang didapat (difteria, tetanus, morbilli, Haemophilus
influenzae tipe B)
Bayi yang lahir dari ibu HIV-positif, yang berusia kurang dari 18 bulan dan yang
menunjukkan uji positif untuk sekurang-kurangnya dua determinasi terpisah dari kultur
HIV, reaksi rantai polimerase-HIV, atau antigen HIV, maka ia dapat dikatakan “terinfeksi
HIV”. Bayi yang lahir dari ibu HIV-positif, berusia kurang dari 18bulan, dan tidak positif
terhadap ketiga uji tersebut dikatakan “terpajan pada masa perinatal”. Bayi yang lahir dari
ibu terinfeksi HIV, yang ternyata antibodi-HIV negatif dan tidak ada bukti laboratorium
lain yang menunjukkan bahwa ia terinfeksi HIV maka ia dikatakan “seroreverter”
G. Penatalaksanaan
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human
Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :
a. Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang
tidak terinfeksi.
b. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang
tidak terlindungi.
c. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status
Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
d. Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.
e. Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.

Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terpinya yaitu :


a. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik,
nasokomial, atau sepsis. Tindakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah
kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi
pasien dilingkungan perawatan kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap
AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus
(HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien
AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan
Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3.
c. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan
menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya.
Obat-obat ini adalah :
1) Didanosine
2) Ribavirin
3) Diedoxycytidine
4) Recombinant CD 4 dapat larut
d. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka
perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses
keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi
AIDS.
e. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan
sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu
fungsi imun.
f. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).

Imunisasi disarankan untuk anak-anak dengan infeksi HIV. Sebagai ganti vaksin
poliovirus oral (OPV), anak-anak diberi vaksin virus polio yang tidak aktif (IPV).
Memulihkan sistem imun.
1. Obat-obat yang telah dicoba dipakai adalah imunomodulator, seperti isoprenosino,
interferon (alfa dan gamma), interleukin 2. Namun, sampai sekarang belum
memberikan hasil seperti yang diharapkan.
2. Transfusi limfosit dan transplantasi sumsum tulang.
Memberantas virusnya. Salah satu cara untuk memutuskan rantai pembiakan virus
AIDS adalah dengan “inhibiton reserve transcriptace” dengan obat suramin untuk
menghambat efek sitopatis virus terhadap sel limposit-T helper, namun obat ini
sangat toksik.

Menurut Long (1996) perawatan diri pasien dengan AIDS adalah :


1. Upaya preventif meliputi :
a. Penyuluhan kesehatan pada kelompok yang beresiko terkena AIDS.
b. Anjuran bagi yang telah terinfeksi virus ini untuk tidak menyumbangkan
darah, organ atau cairan semen.
c. Modifikasi tingkah laku dengan :
1). Membantu mereka agar bisa merubah perilaku resiko tinggi menjadi
perilaku yang beresiko atau yang kurang beresiko dengan mengubah
kebiasaan seksual guna mencegah terjadinya penularan.
2). Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa
mempertahankan tubuh dengan baik yaitu dengan asupan nutrisi dan
vitamin yang cukup.
3). Pandangan hidup yang positif
4). Memberikan dukungan psikologis dan sosial
d. Skrining darah donor terhadap adanya antibody HIV
2. Edukasi yang bertujuan :
a. Mendidik pasien dan keluarganya tentang bagaimana menghadapi kenyataan
hidup bersama AIDS, kemungkinan didiskriminasikan dari masyarakat sekitar,
bagaimana tanggung jawab keluarga, teman dekat atau masyarakat lain.
b. Pendidikan bagaimana cara hidup sehat, dengan mengatur diet, asupan nutrisi
dan vitamin yang cukup, menghindari kebiasaan.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Data Subjektif, mencakup:
a. Pengetahuan klien tentang AIDS
b. Data nutrisi, seperti masalah cara makan, BB turun
c. Dispneu (serangan)
d. Ketidaknyamanan (lokasi, karakteristik, lamanya)
2. Data Objektif, meliputi:
a. Kulit, lesi, integritas terganggu
b. Bunyi nafas
c. Kondisi mulut dan genetalia
d. BAB (frekuensi dan karakternya)
e. Gejala cemas
3. Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran TTV
b. Pengkajian Kardiovaskuler
c. Suhu tubuh meningkat, nadi cepat, tekanan darah meningkat. Gagal jantung
kongestif sekunder akibat kardiomiopati karena HIV.
d. Pengkajian Respiratori
e. Batuk lama dengan atau tanpa sputum, sesak napas, takipnea, hipoksia, nyeri
dada, napas pendek waktu istirahat, gagal napas.
f. Pengkajian Neurologik
g. Sakit kepala, somnolen, sukar konsentrasi, perubahan perilaku, nyeri otot, kejang-
kejang, enselofati, gangguan psikomotor, penurunan kesadaran, delirium,
meningitis, keterlambatan perkembangan.
h. Pengkajian Gastrointestinal
i. Berat badan menurun, anoreksia, nyeri menelan, kesulitan menelan, bercak putih
kekuningan pada mukosa mulut, faringitis, candidisiasis esophagus, candidisiasis
mulut, selaput lender kering, pembesaran hati, mual, muntah, colitis akibat diare
kronis, pembesaran limfa.
j. Pengkajain Renal
k. Pengkajaian Muskuloskeletal
l. Nyeri otot, nyeri persendian, letih, gangguan gerak (ataksia)
m. Pengkajian Hematologik
n. Pengkajian Endokrin
4. Kaji status nutrisi
5. Kaji adanya infeksi oportunistik
6. Kaji adanya pengetahuan tentang penularan

Uji Laboratorium dan Diagnostik


1. ELISA : Enzyme-linked immunosorbent assay (uji awal yang umum) untuk
mendeteksi antibody terhadap antigen HIV(umumnya dipakai untuk skrining HIV
pada individu yang berusia lebih dari 2 tahun).
2. Western blot (uji konfirmasi yang umum) untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap
beberapa protein spesifik HIV.
3. Kultur HIV untuk memastikan diagnosis pada bayi.
4. Reaksi rantai polimerase (Polymerase chain reaction)/PCR untuk mendeteksi asam
deoksiribonukleat (DNA) HIV (uji langsung ini bermanfaat untuk mendiagnosis HIV
pada bayi dan anak).
5. Uji antigen HIV untuk mendeteksi antigen HIV.
6. HIV, IgA, IgM untuk mendeteksi antibodi HIV yang diproduksi bayi (secara
eksperimental dipakai untuk mendiagnosis HIV pada bayi).
Temuan laboratorium yang terdapat pada bayi dan anak yang terinfeksi HIV :
1. Penurunan jumlah limfosit CD4+ absolut
2. Penurunan persentase CD4
3. Penurunan rasio CD4 terhadap CD8
4. Limfopenia
5. Anemia, trombositopenia
6. Hipergammaglobulinemia (IgG, IgA, IgM)
7. Penurunan respons terhadap tes kulit (Candida albicans, tetanus)
8. Respons buruk terhadap vaksin yang didapat (difteria, tetanus, morbili, Haemophilus
influenzae tipe B)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun
2. Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan penurunan imun
3. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (diare)
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dispneu
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan frekuensi buang air besar sering
(diare)
7. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
8. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
9. Cemas berhubungan dengan perubahan staus kesehatan
10. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit serius
11. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

C. INTERVENSI
1. Diagnosa 1 : Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi
infeksi
NOC : immune status
Kriterias hasil :
a. Status gastrointestinal normal
b. Status respirasi norml
c. Status BB normal
d. Status integritas kulit normal
e. Tidak menunjukan kelemahan

Skala penilaian :
1 = Extreme
2 = Berat
3 = Sedang
4 = Ringan
5 = Tidak kompromi
NIC : imunisation / vaccination administration
Intervensi :
a. Ajarkan orang tua untuk mengikuti jadwal administerasi
b. Ajarkan individu keluarga untuk melakukan vaksinasi seperti kolera, influenza,
rabies, demam typoid, typus, TBC
c. Sediakan informasi mengenai imunisasi
d. Pantau pasien setelah mendapat imunisasi
e. Identifikasi kontraindikasi dari imunisasi seperi panas.

2. Diagnosa II : Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan penurunan imun


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien menunjukan
tanda pertumbuhan yang normal
NOC : pertumbuhan
Kriteria hasil:
a. Berat badan sesuai dengan umur dan tinggi badan
b. Turgor kulit baik
c. Tanda-tanda vital baik
Skala penilaian:
1 = Tidak ada penyimpangan dari yang diharapkan
2 = Penyimpangan ringan
3 = Penyimpangan sedang
4 = Penyimpangan berat
5 = Extrim

NIC : Peningkatan pertumbuhan


Intervensi:
a. Lakukan pemeriksaan kesehatan dengan saksama ( tanda-tanda vital dan
pemeriksaan fisik )
b. Tentukan makanan yang disukai klien
c. Pantu kecenderungan peningkatandan penurunan berat badan
d. Kaji keadekuatan asupan nutrisi
e. Demonstrasikan aktivitas yang meningkatkan perkembangan
3. Diagnosa III : Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
(diare)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan terjadi
keseimbangan cairan
NOC : fluid balance
Kriteria hasil :
a. Tekanan darah normal
b. Keseimbangan masukan dan haluaran selama 24 jam
c. Tidak ada distensi vena jugularis
d. Hidrasi kulit
e. Membran mukosa normal
f. Turgor kulit baik
Skala penilaian :
1 = Tidak pernah menunjaukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan
NIC : fluid management
Intervensi :
a. Timbang popok jika diperlukan
b. Pertahankan intake dan output
c. Monitor status hidrasi
d. Monitor vital sign
e. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan

4. Diagnosa IV : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dispneu


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola nafas efektif
NOC : Respitarory status
a. RR alam batas normal
b. Irama nafas normal
c. Ekspansi dada simetris
d. Tidak ada dispneu
e. Tidak ada traktil fremitus
f. Auskultasi bunyi nafas normal
Skala penilaian :
1 = Extreme
2 = Berat
3 = Sedang
4 = Ringan
5 = Tidak kompromi
NIC : Oxygen terapy
Intervensi :
a. Bersihkan mulut, hidung, dan secret trakea
b. Pertahankan jalan nafas yang paten
c. Atur peralatan oxygenasi
d. Monitor aliran oxygen
e. Petahankan posisi pasien
NIC : Vital Sign Monitoring
Intervensi :
a. Monitor TD, nadi, suhu dan dan RR
b. Monitor frekuensi dan irama pernafasan
c. Monitor suhu warna dan kelembaban kulit

5. Diagnosa V : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan mual, muntah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan
nutrisi terpenuhi
NOC : Nutritional status
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Skala penilaian :
1= Tidak pernah menunjukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan
NIC : nutrition management
Intervensi :
a. Kaji adanya alergi makanan
b. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake seperti Fe, vitamin, dan protein
c. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
NIC : nutrition monitoring
a. Monitor adanya penurunan berat badan
b. Monitor interaksi anak / orang tua selama makan
c. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
d. Monitor turgor kulit
e. Monitor mual dan muntah
f. Monitor pertumbuhan dan perkembangan

6. Diagnosa VI : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan frekuensi buang air


besar sering (diare)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kulit anak tetap
bersih, utuh dan bebas iritasi
NOC : Tissue integrity
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperature dan
pigmentasi )
b. Tidak ada luka atau lesi pada kulit
c. Perfusi jaringan baik
d. Mampu melindungi kulit
e. Mampu mempertahankan kelembaban kulit
Skala penilaian :
1 = Selalu
2 = Sering
3 = Kadang-kadang
4 = Jarang
5 = Tidak pernah
NIC : Exercise Therapy
a. Inspeksi permukaan kulit secara teratur untuk adanya tanda-tanda iritasi kemerahan
b. Lindungi permukaan kulit yang bergesekan
c. Masase kulit dengan lembut menggunakan lotion di area yang iritasi

7. Dignosa VII : Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan suhu tubuh normal
NOC : Thermoregulation
a. Suhu kulit dalam rentang yang diharapkan
b. Suhu tubuh dalam batas normal
c. Nadi dan pernapasan dalam rentang yang diharapkan
d. Perubahan warna kulit tidak ada
Skala penilaian :
1 = Tidak pernah menunjukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Selalu menunjukan
5 = Sering menunjukan
NIC : Fever management
Intervensi :
a. Pantau suhu minimal setiap 2 jam, sesuai dengan kebutuhan
b. Pantau warna kulit dan suhu
c. Ajarkan keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan mengenali secara dini
hipertermia
d. Lepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi klien dengan hanya selembar pakaian
e. Berikan cairan intravena

8. Dignosa VIII : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat
beraktifitas seperti biasa
NOC : Penghematan energi
Kriteria hasil :
a. Menyadari kjeterbatasan energi
b. Menyeimbangkan aktifitas dan energi
c. Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktifitas
Skala penilaian :
1 = Tidak sama sekali
2 = Jarang
3 = Kadang
4 = Sering
5 = Selalu
NIC : Pengelolaan enegi
a. Tentukan penyebab keletihan
b. Pantau asupan untuk mamastikan keadekuatan sumber energi
c. Batasi rangsangan lingkungan
d. Bantu dengan aktifitas fisik teratur

9. Diagnosa IX : Cemas berhubungan dengan perubahan staus kesehatan


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan dapar berkurang
NOC : Anxiety control
Kriteria hasil :
a. Monitor intensitas cemas
b. Mengurangi penyebab cemas
c. Penurunan rangsang lingkungan ketika cemas
d. Memberikan informasi untuk mengurangi cemas
e. Melaporkan penurunan cemas
f. Melaporkan keadekuaan tidur
Skala penilaian :
1 = Tidak pernah menunjukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan
NIC : penurunan cemas
1. Gunakan pendekatan yang menangkan
2. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
3. Pahami persepsi pasien terhadap stress
4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi keemasan
5. Identifikasi tingkat kecemasan
6. Dorong untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan
10. Diagnosa X : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita
penyakit serius
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan orang tua dan
anak menunjukan perilaku kedekatan
NOC : Koping keluarga
Kriteria hasil :
a. Saling percaya dan dapat manghadapi masalah
b. Mengatasi masalah
c. Pedui terhadap kebutuhan seluruh anggota keluarga
d. Tetapkan prioritas
Skala penilaian :
1 = Tidak pernah menunjukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Selalu menunjukan
5 = Sering menujukan
NIC : Support keluarga
Intervensi :
a. Yakinkan keluarga bahwa pasien akan diberi perawatan terbaik
b. Hargai reaksi pasien terhadap kondisi pasien
c. Berikan timbal balik atas koping keluarga
d. Terangkan menhenai rencana medis dan perawatan pasien terhadap keluarga
e. Berikan informasi tentang perkembangan pasien sesuai dengan kondisi

11. Dignosa XI : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dan keluarga
pengetahuannya bertambah
NOC : Proses penyakit
Kriteria hasil :
a. Mengenal nama penyakit
b. Deskripsi proses penyakit
c. Deskripsi factor penyebab
d. Deskripsi tanda dan gejala
e. Deskripsi cara meminimalkan perkembangan penyakit
Skala penilaian :
1 = Tidak pernah menunjukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan
NIC : Pembelajaran proses penyakit
a. Jelaskan tanda dan gejala
b. Identifikasi penyebab penyakit
c. Beri informasi tentang hasil pemeriksaan diagnostik

D. EVALUASI
1. Dx 1 : Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun
a. Status gastrointestinal normal 4
b. Status respirasi normal 3
c. Status BB normal 3
d. Status integritas kulit normal 3
e. Tidak menunjukan kelemahan 3

2. Dx II : Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan penurunan imun


a. Berat badan sesuai dengan umur dan tinggi badan 2
b. Turgor kulit baik 3
c. Tanda-tanda vital baik
2

3. Dx III : Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (diare)
a. Tekanan darah normal 3
b. Keseimbangan masukan dan haluaran selama 24 jam 3
c. Hidrasi kulit 3
d. Membran mukosa normal 3
e. Turgor kulit baik 3

4. Dx IV : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dispneu


a. RR alam batas normal 3
b. Irama nafas normal 3
c. Ekspansi dada simetris 3
d. Tidak ada dispneu 3
e. Tidak ada traktil fremitus 3
f. Auskultasi bunyi nafas normal 3

5. Dx V : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


mual, muntah
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan 3
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan 3
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi 4
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi 5

6. Dx VI : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan frekuensi buang air besar


sering (diare)
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperature dan
pigmentasi ) 3
b. Tidak ada luka atau lesi pada kulit 5
c. Perfusi jaringan baik 4
d. Mampu melindungi kulit 3
e. Mampu mempertahankan kelembaban kulit 3

7. Dx VII : Hipertermi berhubungan dengan proses infesi


a. Suhu kulit dalam rentang yang diharapkan 3
b. Suhu tubuh dalam batas normal 4
c. Nadi dan pernapasan dalam rentang yang diharapkan 4
d. Perubahan warna kulit tidak ada 4

8. Dx VIII : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik


a. Menyadari keterbatasan energi 2
b. Menyeimbangkan aktifitas dan energi 3
c. Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktifitas 3

9. Dx IX : Cemas berhubungan dengan perubahan staus kesehatan


a. Monitor intensitas cemas 4
b. Mengurangi penyebab cemas 4
c. Penurunan rangsang lingkungan ketika cemas 3
d. Memberikan informasi untuk mengurangi cemas 5
e. Melaporkan penurunan cemas 3
f. Melaporkan keadekuaan tidur 3

10. Dx X : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit
serius
a. Saling percaya dan dapat manghadapi masalah 5
b. Mengatasi masalah 5
c. Pedui terhadap kebutuhan seluruh anggota keluarga 5
d. Tetapkan prioritas 5

11. Dx XI : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi


a. Mengenal nama penyakit 4
b. Deskripsi proses penyakit 4
c. Deskripsi factor penyebab 4
d. Deskripsi tanda dan gejala 4
e. Deskripsi cara meminimalkan perkembangan penyakit 4
BAB 3
PENUTUP
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yang ditandai dengan syndrome
menurunnya sistem kekebalan tubuh, sehingga pasien AIDS mudah diserang oleh infeksi
oportunistik dan kanker.
Anak-anak dengan infeksi HIV yang didapat pada masa perinatal tampak normal pada
saat lahir dan mulai timbul gejala pada 2 tahun pertama kehidupan. Manifestasi klinisnya
antara lain :Berat badan lahir rendah, Gagal tumbuh, limfadenopati umum,
Hepatosplenomegali, Sinusitis, Infeksi saluran pernapasan atas berulang, Parotitis, Diare
kronik atau kambuhan, Infeksi bakteri dan virus kambuhan, Infeksi virus Epstein-Barr
persisten, Sariawan orofarings, Trombositopenia, Infeksi bakteri seperti meningitis,
Pneumonia interstisial kronik.
Penyebab dari AIDS antara lain suatu agen viral (HIV) yang ditularkan oleh darah
melalui hubungan seksual dan mempunyai aktivitas yang kuat terhadap limfosit T yang
berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh manusia, dan melalui cairan tubuh orang yang
sudah terinfeksi yaitu darah semen, sekresi vagina, ludah, air mata, air susu ibu (ASI), cairan
otak (cerebrospinal fluid), cairan amnion, dan urin. Darah, semen, sekresi vagina dan ASI
merupakan sarana transmisi HIV yang menimbulkan AIDS.
Cairan transmisi HIV yaitu melalui hubungan darah (transfusi darah/komponen darah
jarum suntik yang di pakai bersama sama tusuk jarum) seksual (homo bisek/heteroseksual)
perinatal (intra plasenta dan dari ASI)
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency
Virus (HIV), Imunisasi disarankan untuk anak-anak dengan infeksi HIV. Sebagai ganti
vaksin poliovirus oral (OPV), anak-anak diberi vaksin virus polio yang tidak aktif (IPV),
untuk memulihkan sistem imun.
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.


Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klini Betz, Cecily L. 2002. Buku Saku Keperawatan
Pediatrik. Jakarta : EGC
Johnson, Marion, dkk. 2000. IOWA Intervention Project Nursing Outcomes Classifcation
(NOC), Second edition. USA : Mosby.
McCloskey, Joanne C. dkk. 1996. IOWA Intervention Project Nursing Intervention
Classifcation (NIC), Second edition. USA : Mosby.
Muma, Richard D. 1997. HIV : Manual untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC
http://blog.umy.ac.id/zains/2010/12/12/data-statistik-korban-hiv-aids/
http://nanikewet.blogspot.com/2008/12/asuhan-keperawatan-klien-hiv-positif.html
http://hafidzf.wordpress.com/category/hivaids/
http://dodynurandriyan.blogspot.com/2010_12_01_archive.html

http://olongdesign.wordpress.com/2009/12/02/data-statistik-hiv-aids-di-daerah-kota-di-indonesia-
2009/
TUGAS KEPERAWATAN ANAK

LAPORAN PENDAHULUAN
ANAK DENGAN HIV/AIDS

Disusun oleh :

1. Ayu Widuri N (P17420209006)


2. Dewi Rahmawati (P17420209008)
3. Inovy Cahyaningrum (P17420209016)
4. Muh. Ilham N (P17420209027)
5. Naomy Carendiya (P17420209028)
6. Nopi Bagus N (P17420209029)
7. Priska Anggiri (P17420209032)
8. Ristya Alvadianti (P17420209034)
Kelas 2A

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI KEPERAWATAN PURWOKERTO
2011

Anda mungkin juga menyukai