Anda di halaman 1dari 7

Urbanisasi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari

Downtown Toronto

Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah masalah yang
cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan
kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah
peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan diimbangi dengan jumlah
lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan,
dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang harus segera dicarikan jalan keluarnya.

Berbeda dengan perspektif ilmu kependudukan, definisi Urbanisasi berarti persentase


penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Perpindahan manusia dari desa ke kota hanya
salah satu penyebab urbanisasi. perpindahan itu sendiri dikategorikan 2 macam, yakni:
Migrasi Penduduk dan Mobilitas Penduduk, Bedanya Migrasi penduduk lebih bermakna
perpindahan penduduk dari desa ke kota yang bertujuan untuk tinggal menetap di kota.
Sedangkan Mobilitas Penduduk berarti perpindahan penduduk yang hanya bersifat sementara
atau tidak menetap.

Untuk mendapatkan suatu niat untuk hijrah atau pergi ke kota dari desa, seseorang biasanya
harus mendapatkan pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan, informasi media massa, impian
pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya.

Pengaruh-pengaruh tersebut bisa dalam bentuk sesuatu yang mendorong, memaksa atau
faktor pendorong seseorang untuk urbanisasi, maupun dalam bentuk yang menarik perhatian
atau faktor penarik. Di bawah ini adalah beberapa atau sebagian contoh yang pada dasarnya
dapat menggerakkan seseorang untuk melakukan urbanisasi perpindahan dari pedesaaan ke
perkotaan.

A. Faktor Penarik Terjadinya Urbanisasi

1. Kehidupan kota yang lebih modern dan mewah


2. Sarana dan prasarana kota yang lebih lengkap
3. Banyak lapangan pekerjaan di kota
4. Di kota banyak perempuan cantik dan laki-laki ganteng
5. Pengaruh buruk sinetron Indonesia
6. Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi jauh lebih baik dan berkualitas

B. Faktor Pendorong Terjadinya Urbanisasi

1. Lahan pertanian yang semakin sempit


2. Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya
3. Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa
4. Terbatasnya sarana dan prasarana di desa
5. Diusir dari desa asal
6. Memiliki impian kuat menjadi orang kaya

C. Keuntungan Urbanisasi

1. Memoderenisasikan warga desa


2. Menambah pengetahuan warga kota
3. Menjalin kerja sama yang baik antar warga suatu daerah
4. Menyeimbangkan masyarakat kota dengan masyarakat desa

Urbanisasi, Mobilitas dan Perkembangan Perkotaan


di Indonesia
Oleh : Prijono Tjiptoherijanto

PENGERTIAN urbanisasi sudah umum diketahui oleh mereka yang banyak bergelut
di bidang kependudukan, khususnya mobilitas penduduk. Namun demikian, mereka
yang awam dengan ilmu kependudukan sering kali kurang tepat dalam memakai
istilah tersebut. Dalam pengertian yang sesungguhnya, urbanisasi berarti persentase
penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Sedangkan mereka yang awam dengan
ilmu kependudukan seringkali mendefinisikan urbanisasi sebagai perpindahan
penduduk dari desa ke kota. Padahal perpindahan penduduk dari desa ke kota hanya
salah satu penyebab proses urbanisasi, di samping penyebab-penyebab lain seperti
pertumbuhan alamiah penduduk perkotaan, perluasan wilayah, maupun perubahan
status wilayah dari daerah pedesaan menjadi daerah perkotaan, dan semacamnya itu.

Proses urbanisasi sangat terkait mobilitas maupun migrasi penduduk. Ada sedikit
perbedaan antara mobilitas dan migrasi penduduk. Mobilitas penduduk didefinisikan
sebagai perpindahan penduduk yang melewati batas administratif tingkat II, namun
tidak berniat menetap di daerah yang baru. Sedangkan migrasi didefinisikan sebagai
perpindahan penduduk yang melewati batas administratif tingkat II dan sekaligus
berniat menetap di daerah yang baru tersebut. Di dalam pelaksanaan perhitungannya,
data yang ada sampai saat ini baru merupakan data migrasi penduduk dan bukan data
mobilitas penduduk. Di samping itu, data migrasi pun baru mencakup batasan daerah
tingkat I. Dengan demikian, seseorang dikategorikan sebagai migran seumur hidup
jika propinsi tempat tinggal orang tersebut sekarang ini, berbeda dengan propinsi
dimana yang bersangkutan dilahirkan. Selain itu seseorang dikategorikan sebagai
migran risen jika propinsi tempat tinggal sekarang berbeda dengan propinsi tempat
tinggalnya lima tahun yang lalu.

Oleh karena itu, pemerintah di samping mengembangkan kebijaksanaan pengarahan


persebaran dan mobilitas penduduk, termasuk di dalamnya urbanisasi, juga
berkewajiban menyempurnakan sistem pencatatan mobilitas dan migrasi penduduk
agar kondisi data yang ada lebih sesuai kondisi di lapangan. Terutama bila diperlukan
untuk perumusan suatu kebijakan kependudukan.

Perkembangan urbanisasi

Di masa mendatang, para ahli kependudukan memperkirakan bahwa proses urbanisasi


di Indonesia akan lebih banyak disebabkan migrasi desa-kota. Perkiraan ini
didasarkan pada makin rendahnya pertumbuhan alamiah penduduk di daerah
perkotaan, relatif lambannya perubahan status dari daerah pedesaan menjadi daerah
perkotaan, serta relatif kuatnya kebijaksanaan ekonomi dan pembangunan yang
“urban bias”, sehingga memperbesar daya tarik daerah perkotaan bagi penduduk yang
tinggal di daerah pedesaan . Itulah sebabnya di masa mendatang, isu urbanisasi dan
mobilitas atau migrasi penduduk menjadi sulit untuk dipisahkan dan akan menjadi isu
yang penting dalam kebijaksanaan kependudukan di Indonesia.

Jika di masa lalu dan dewasa ini, isu kelahiran (fertilitas) dan kematian (mortalitas)
masih mendominasi kebijaksanaan kependudukan, di masa mendatang manakala
tingkat kelahiran dan kematian sudah menjadi rendah, ukuran keluarga menjadi kecil,
dan sebaliknya kesejahteraan keluarga dan masyarakat meningkat, maka keinginan
untuk melakukan mobilitas bagi sebagian besar penduduk akan semakin meningkat
dan terutama yang menuju daerah perkotaan.

Jika pada tahun 1980 migran di Indonesia berjumlah 3,7 juta jiwa, maka angka
tersebut meningkat menjadi 5,2 juta jiwa pada tahun 1990 dan sedikit menurun
menjadi 4,3 juta jiwa pada periode 1990-1995. Secara kumulatif diketahui bahwa
sampai tahun 1980, jumlah penduduk Indonesia yang pernah melakukan migrasi
adalah 11,4 juta jiwa, sedangkan pada tahun 1990 angka tersebut meningkat menjadi
17,8 juta jiwa.

Lebih lanjut, data survei penduduk antarsensus (Supas) 1995 memperlihatkan bahwa
tingkat urbanisasi di Indonesia pada tahun 1995 adalah 35,91 persen yang berarti
bahwa 35,91 persen penduduk Indonesia tinggal di daerah perkotaan. Tingkat ini telah
meningkat dari sekitar 22,4 persen pada tahun 1980 yang lalu. Sebaliknya proporsi
penduduk yang tinggal di daerah pedesaan menurun dari 77,6 persen pada tahun 1980
menjadi 64,09 persen pada tahun 1995.

Gambaran pertumbuhan penduduk daerah perkotaan itu dapat dicermati dari Tabel.

Meningkatnya proses urbanisasi tersebut tidak terlepas dari kebijaksanaan


pembangunan perkotaan, khususnya pembangunan ekonomi yang dikembangkan oleh
pemerintah. Sebagaimana diketahui peningkatan jumlah penduduk akan berkorelasi
positif dengan meningkatnya urbanisasi di suatu wilayah. Ada kecenderungan bahwa
aktivitas perekonomian akan terpusat pada suatu area yang memiliki tingkat
konsentrasi penduduk yang cukup tinggi. Hubungan positif antara konsentrasi
penduduk dengan aktivitas kegiatan ekonomi ini akan menyebabkan makin
membesarnya area konsentrasi penduduk, sehingga menimbulkan apa yang dikenal
dengan nama daerah perkotaan.

Di sini dapat dilihat adanya keterkaitan timbal balik antara aktivitas ekonomi dengan
konsentrasi penduduk. Para pelaku ekonomi cenderung melakukan investasi di daerah
yang telah memiliki konsentrasi penduduk yang tinggi serta memiliki sarana dan
prasarana yang lengkap. Karena dengan demikian mereka dapat menghemat berbagai
biaya, antara lain biaya distribusi barang dan jasa. Sebaliknya, penduduk akan
cenderung datang kepada pusat kegiatan ekonomi karena di tempat itulah mereka
akan lebih mudah memperoleh kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan . Dengan
demikian, urbanisasi merupakan suatu proses perubahan yang wajar dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan penduduk atau masyarakat.

Jika urbanisasi merupakan suatu proses perubahan yang wajar, mengapa proses
urbanisasi tetap harus dikendalikan atau diarahkan? Ada dua alasan mengapa
urbanisasi perlu diarahkan.

Pertama, pemerintah berkeinginan untuk sesegera mungkin meningkatkan proporsi


penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Hal ini berkaitan dengan kenyataan
bahwa meningkatnya penduduk daerah perkotaan akan berkaitan erat dengan
meningkatnya pertumbuhan ekonomi negara. Data memperlihatkan bahwa suatu
negara atau daerah dengan tingkat perekonomian yang lebih tinggi, juga memiliki
tingkat urbanisasi yang lebih tinggi, dan sebaliknya. Negara-negara industri pada
umumnya memiliki tingkat urbanisasi di atas 75 persen. Bandingkan dengan negara
berkembang yang sekarang ini. Tingkat urbanisasinya masih sekitar 35 persen sampai
dengan 40 persen saja.

Kedua, terjadinya tingkat urbanisasi yang berlebihan, atau tidak terkendali, dapat
menimbulkan berbagai permasalahan pada penduduk itu sendiri. Ukuran terkendali
atau tidaknya proses urbanisasi biasanya dikenal dengan ukuran primacy rate, yang
kurang lebih diartikan sebagai kekuatan daya tarik kota terbesar pada suatu negara
atau wilayah terhadap kota-kota di sekitarnya. Makin besar tingkat primacy
menunjukkan keadaan yang kurang baik dalam proses urbanisasi. Sayangnya data
mutahir mengenai primacy rate di Indonesia tidak tersedia.

Kebijaksanaan urbanisasi di Indonesia

Ada dua kelompok besar kebijaksanaan pengarahan urbanisasi di Indonesia yang saat
ini sedang dikembangkan.

Pertama, mengembangkan daerah-daerah pedesaan agar memiliki ciri-ciri sebagai


daerah perkotaan. Upaya tersebut sekarang ini dikenal dengan istilah “urbanisasi
pedesaan “.

Kedua, mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru, atau dikenal dengan


istilah “daerah penyangga pusat pertumbuhan”.

Kelompok kebijaksanaan pertama merupakan upaya untuk “mempercepat” tingkat


urbanisasi tanpa menunggu pertumbuhan ekonomi, yaitu dengan melakukan beberapa
terobosan yang bersifat “non-ekonomi”. Bahkan perubahan tingkat urbanisasi tersebut
diharapkan memacu tingkat pertumbuhan ekonomi. Untuk itu perlu didorong
pertumbuhan daerah pedesaan agar memiliki ciri-ciri perkotaan, namun tetap
“dikenal” pada nuansa pedesaan. Dengan demikian, penduduk daerah tersebut dapat
dikategorikan sebagai “orang kota” walaupun sebenarnya mereka masih tinggal di
suatu daerah yang memiliki nuansa pedesaan .

Beberapa cara yang sedang dikembangkan untuk mempercepat tingkat urbanisasi


tersebut antara lain dengan “memodernisasi” daerah pedesaan sehingga memiliki
sifat-sifat daerah perkotaan. Pengertian “modernisasi” daerah pedesaan tidak semata-
mata dalam arti fisik, seperti misalnya membangun fasilitas perkotaan, namun
membangun penduduk pedesaan sehingga memiliki ciri-ciri modern penduduk
perkotaan. Dalam hubungan inilah lahir konsep “urbanisasi pedesaan”. Konsep
“urbanisasi pedesaan” mengacu pada kondisi di mana suatu daerah secara fisik masih
memiliki ciri-ciri pedesaan yang “kental”, namun karena “ciri penduduk” yang hidup
didalamnya sudah menampakkan sikap maju dan mandiri, seperti antara lain mata
pencaharian lebih besar di nonpertanian, sudah mengenal dan memanfaatkan lembaga
keuangan, memiliki aspirasi yang tinggi terhadap dunia pendidikan, dan sebagainya,
sehingga daerah tersebut dapat dikategorikan sebagai daerah perkotaan.

Dengan demikian, apa yang harus dikembangkan adalah membangun penduduk


pedesaan agar memiliki ciri-ciri penduduk perkotaan dalam arti positif tanpa harus
merubah suasana fisik pedesaan secara berlebihan. Namun, daerah pedesaan tersebut
sudah dapat dikategorikan sebagai daerah perkotaan. Sudah barang tentu bersamaan
dengan pembangunan penduduk pedesaan tersebut diperlukan sistem perekonomian
yang cocok dengan potensi daerah pedesaan itu sendiri. Jika konsep urbanisasi
pedesaan seperti di atas dapat dikembangkan dan disepakati, maka tingkat urbanisasi
di Indonesia dapat dipercepat perkembangannya tanpa merusak suasana tradisional
yang ada di daerah pedesaan dan tanpa menunggu pertumbuhan ekonomi yang
sedemikian tinggi. Bahkan sebaliknya, dengan munculnya “para penduduk” di daerah
“pedesaan” yang “bersuasana perkotaan” tersebut, mereka dapat menjadi motor
pertumbuhan ekonomi dengan tetap mempertahankan aspek keserasian,
keseimbangan, dan keselarasan antara tuntutan pertumbuhan ekonomi dan
keseimbangan ekosistem serta lingkungan alam.

Kelompok kebijaksanaan kedua merupakan upaya untuk mengembangkan kota-kota


kecil dan sedang yang selama ini telah ada untuk mengimbangi pertumbuhan kota-
kota besar dan metropolitan. Pada kelompok ini, kebijaksanaan pengembangan
perkotaan diklasifikasikan ke dalam tiga bagian, yaitu:

(a) kebijaksanaan ekonomi makro yang ditujukan terutama untuk menciptakan


lingkungan atau iklim yang merangsang bagi pengembangan kegiatan ekonomi
perkotaan. Hal ini antara lain meliputi penyempurnaan peraturan dan prosedur
investasi, penetapan suku bunga pinjaman dan pengaturan perpajakan bagi
peningkatan pendapatan kota;

(b) penyebaran secara spesial pola pengembangan kota yang mendukung pola
kebijaksanaan pembangunan nasional menuju pertumbuhan ekonomi yang seimbang,
serasi dan berkelanjutan, yang secara operasional dituangkan dalam kebijaksanaan
tata ruang kota/ perkotaan, dan
(c) penanganan masalah kinerja masing-masing kota.

Dengan demikian, kebijaksanaan pengembangan perkotaan di Indonesia dewasa ini


dilandasi pada konsepsi yang meliputi: (i) pengaturan mengenai sistem kota-kota; (ii)
terpadu; (iii) berwawasan lingkungan, dan (iv) peningkatan peran masyarakat dan
swasta. Dengan makin terpadunya sistem-sistem perkotaan yang ada di Indonesia,
akan terbentuk suatu hierarki kota besar, menengah, dan kecil yang baik sehingga
tidak terjadi “dominasi” salah satu kota terhadap kota-kota lainnya.

Urbanisasi merupakan proses yang wajar dan tidak perlu dicegah pertumbuhannya.
Karena, proses urbanisasi tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu
daerah. Namun demikian, proses urbanisasi tersebut perlu diarahkan agar tidak terjadi
tingkat primacy yang berlebihan. Pada saat ini pemerintah telah mengembangkan dua
kelompok kebijaksanaan untuk mengarahkan proses urbanisasi, yaitu
mengembangkan apa yang dikenal dengan istilah “urbanisasi pedesaan” dan juga
mengembangkan “pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru”.

Diharapkan dengan makin bertumbuhnya daerah pedesaan dan juga menyebarnya


daerah-daerah pertumbuhan ekonomi, sasaran untuk mencapai tingkat urbanisasi
sebesar 75 persen pada akhir tahun 2025, dan dibarengi dengan makin meratanya
persebaran daerah perkotaan, akan dapat terwujud.

Faktor Penarik dan Pendorong Urbanisasi Perpindahan Penduduk Dari


Desa Ke Kota - Masalah Ekonomi Kependudukan Indonesia
Sat, 08/07/2006 - 5:04pm — godam64

Pengertian & Definisi Urbanisasi : Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke
kota. Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk
yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan
kehidupan sosial kemasyarakatan. Jumlah peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa
didukung dan diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat penegak
hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain sebagainya tentu adalah suatu masalah yang
harus segera dicarikan jalan keluarnya.

Untuk mendapatkan suatu niat untuk hijrah atau pergi ke kota dari desa, seseorang biasanya
harus mendapatkan pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan, informasi media massa, impian
pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya.

Pengaruh-pengaruh tersebut bisa dalam bentuk sesuatu yang mendorong, memaksa atau
faktor pendorong seseorang untuk urbanisasi, maupun dalam bentuk yang menarik perhatian
atau faktor penarik. Di bawah ini adalah beberapa atau sebagian contoh yang pada dasarnya
dapat menggerakkan seseorang untuk melakukan urbanisasi perpindahan dari pedesaaan ke
perkotaan.

A. Faktor Penarik Terjadinya Urbanisasi


1. Kehidupan kota yang modern dan mewah
2. Sarana dan prasarana kota yang lebih lengkap
3. Banyak lapangan pekerjaan di kota
4. Di kota banyak cewek cantik dan cowok ganteng
5. Pengaruh buruk sinetron indonesia
6. Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi jauh lebih baik dan berkualitas

B. Faktor Pendorong Terjadinya Urbanisasi

1. Lahan pertanian yang semakin sempit


2. Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya
3. Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa
4. Terbatasnya sarana dan prasarana di desa
5. Diusir dari desa asal
6. Memiliki impian kuat menjadi orang kaya

Anda mungkin juga menyukai

  • File
    File
    Dokumen47 halaman
    File
    Muhammad Isra
    Belum ada peringkat
  • Untitled 3e32e
    Untitled 3e32e
    Dokumen2 halaman
    Untitled 3e32e
    Syahrun Mubarak
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen3 halaman
    1
    Syahrun Mubarak
    Belum ada peringkat
  • 3 Idiots Movie
    3 Idiots Movie
    Dokumen3 halaman
    3 Idiots Movie
    Syahrun Mubarak
    Belum ada peringkat
  • Kimia
    Kimia
    Dokumen2 halaman
    Kimia
    Syahrun Mubarak
    Belum ada peringkat