KAJIAN TEORI
4
hingga tampak kemegahannya hingga sekarang. UNESCO pun
memasukkannya ke dalam daftar World Heritage Site atau Warisan
Dunia UNESCO.
21 Januari 1985 beberapa stupa hancur karena serangan
ledakan bom. Beberapa waktu lalu pembangunan di sekeliling
candi juga menjadi isu kontroversial. Terakhir, kejadian gempa di
Yogyakarta tidak membuat kerusakan candi ini.
Dongeng setempat mengatakan Gunadharma memimpin
pembuatan candi ini di jaman Syailendra di akhir abad ke-8.
Menurut seorang akademisi Belanda, nama Gunadharma adalah
murni bahasa Sansekerta yang berarti dongeng rakyat tersebut
bersumber dari fakta sejarah, sebab dongeng rakyat yang semata-
mata dongeng hanya menampilkan figur nama lokal/setempat.
Candi Borobudur dibangun sebagai sebuah candi besar,
bukan sebuah komplek, yang jika dilihat tegak lurus dari atas
berbentuk sebuah mandala besar di atas tanah. Bentuk dasar candi
berukuran 123×123 meter, bertingkat 6 berbentuk bujur sangkar
dan 3 tingkat ke atasnya berbentuk lingkaran dan ditutup dengan
sebuah stupa besar.
Bahan dasar batu diambil dari sungai, dipahat, dibentuk
kubus dengan sistem kunci coakan dan sengkedan, tidak ada
penggunaan mortar atau bahan pelekat lainnya. Sebagai struktur
sebuah bukit menjadi tempat penyusunan batu-batu tersebut. Total
batu struktur dan termasuk reliefnya –seluas 2.500m2–
menghabiskan sekitar 55.000m3.
Gunadharma pun memikirkan sistem drainase, terutama
saat musim hujan di mana curah hujan daerah tropis sangat tinggi,
tetesan air hujan bisa mengalir deras dari puncak hingga ke bawah.
Di tiap tingkat, di setiap sudutnya dibuat 100 lubang air dalam
bentuk patung-patung yang unik.
Menurut para ilmuwan pembangunan candi ini memakan
waktu 50 tahun. Wajar jika legenda mengatakan Gunadharma
5
sebagai arsiteknya meminta tetap berada di candi tersebut, moksa
untuk menjaga kelestarian sebuah karya monumental, baik bagi
Gunadharma sendiri, bagi Samaratungga dan putrinya,
Pramudawardhani, dan bagi penerus wangsa Syailendra saat itu.
Yang masih menjadi misteri adalah kepastian mengapa
wilayah candi Borobudur adalah wilayah yang ditinggalkan. Saat
Raffles menemukan candi ini, wilayah tersebut adalah bukan
wilayah hunian, sebuah hal yang janggal ketika sebuah tempat
peribadatan besar umat Budha tapi tidak ada penduduknya. Bahkan
Majapahit atau pun Sunda Galuh tidak mencatat eksistensi candi
ini.
Para ilmuwan berkesimpulan Borobudur hilang karena
tertimbun ledakan Gunung Merapi di awal abad ke-11, diiringi
dengan pengungsian besar-besaran penduduk, menjadi wilayah
desertir. Namun pendapat ini pun masih belum bisa dipastikan oleh
para ilmuwan dan akademisi.
6
Candi Borobudur merupakan tiruan dari kehidupan pada
alam semesta, yang terbagi dalam tiga bagian besar yaitu
kamadhatu, rupadhatu, dan arupadhatu.
Patung Buddha
Patung budha di candi Borobudur berjumlah 504 buah,
dengan uraian sebagai berikut:
Patung budha yang berada pada relung-relung : 432 buah
sedangkan pada teras I,II,III : 72 buah . Jumlah 504 buah
Sekilas patung-patung budha itu tampak serupa
semuanya, tetapi sesungguhnya ada juga perbedaan-
perbedaannya. Perbedaan yang sangat jelas dan juga yang
membedakan satu dan yang lainya ialah sikap tangannya, yang
disebut mudra dan merupakan ciri khas untuk setiap patung.
Sikap tangan budha di candi Borobudur ada enam macam,
hanya saja oleh karena macam mudra yang dimiliki oleh patung-
patung yang menghadap semua arah (timur, selatan, barat, dan
utara) pada bagian rupadhatu maupun ada bagian arupadhatu
pada umumnya menggambarkan maksud yang sama, maka
jumlah mudra yang pokok ada lima. Kelima mudra itu ialah:
1. Bhumispara-mudra
2. Wara-mudra
3. Dhyana-mudra
4. Aphaya-mudra
5. Dharma cakra-mudra
7
Gambar 1. Lima Dhyani Buddha
Pada candi Borobudur selain patung budha juga terdapat patung singa,
jumlah patung singa seharusnya tidak kurang dari 32 patung, akan tetapi
bila dihitung sekarang mungkin jumlahnya kurang dari yang seharusnya
ada, karena berbagai sebab.Satu-satunya patung singa besar, berada pada
halaman sisi barat yang juga menghadap ke barat, seolah-oleh sedang
menjaga bangunan candi yang megah dan anggun.
3. Stupa
Stupa dalam candi Borobudur terdiri dari tiga macam:
1. Stupa induk
Stupa induk berukuran lebih besar dari stupa-stupa lainnya dan terletak
ditengah-tengah (paling atas) yang merupakan mahkota dari seluruh
monument bangunan candi Borobudur. Garis tengah ± 9,90m.
2. Stupa berlubang/ terawang
8
Lokasi Nama Relief Jumlah
Kaki Candi Asli Karwibhangga 160 Pigura
Tingkat I......... Dinding Lalitawistara 120 Pigura
Jataka /Awadana 120 Pigura
Langkan Jataka /Awadana 372 Pigura
Jataka /Awadana 128 Pigura
Tingkat II........ Dinding Gandawyuha 128 Pigura
Langkan Jataka /Awadana 100 Pigura
Tingkat III....... Dinding Gandawyuha 88 Pigura
Langkan Gandawyuha 88 Pigura
Tingkat IV....... Dinding Gandawyuha 84 Pigura
Langkan Gandawyuha 72 Pigura
Stupa berlubang atau terawang ialah stupa yang terdapat pada teras
I,II,dan III dimana di dalamnya terdapat patung budha. Di candi
Borobudur seluruh stupa berlubang jumlahnya 72 buah.
3. Stupa kecil
Stupa kecil hampir sama dengan stupa lainnya, hanya perbedaannya
yang menonjol adalah dalam ukurannya yang memang lebih kecil dari
stupa yang lainnya. Stupa ini seolah menjadi hiasan dari seluruh hiasan
candi. Jumlah stupa kecil ada 1472 buah.
4. Relief
9
Gambar 3. Borobudur pada pemugaran pertama
• 1926 - Borobudur dipugar kembali, tapi terhenti pada tahun 1940 akibat
krisis malaise dan Perang Dunia II.
10
Serangan dilakukan oleh kelompok Islam ekstrem yang dipimpin Habib
Husein Ali Alhabsyi.
Yang dimaksud dengan kerusakan benda cagar budaya adalah suatu proses
perubahan bentuk yang terjadi pada suatu benda dimana jenis dan sifat fisik
maupun kimiawinya tetap berubah. Sedangkan pelapukan adalah proses
penguraian dan perubahan dari bahan asli ke bahan lain dimana sifat fisik dan
kimia dari benda tersebut mengalami perubahan.
Kerusakan fisik
Kerusakan fisik adalah jenis kerusakan benda cagar budaya yang disebabkan
oleh faktor-faktor fisik misalnya: suhu, kelembapan, angin, air, hujan,
penguapan. Kerusakan yang diakibatkan faktor di atas antara lain
mengelupas, retak, pecah, dan lain-lain.
Kerusakan mekanis
Pelapukan khemis
Pelapukan khemis adalah pelapukan yang terjadi akibat dari proses atau
reaksi kimia. Faktor yang berperan adalah air, penguapan, suhu. Kerusakan
yang terjadi dapat berupa proses oksidasi, hidrasi, hidrolisis, karbonasi,
sulfatasi, dan lain-lain.
Pelapukan biologis
11
Pelapukan biologis adalah pelapukan yang erjadi akibat adanya kegiatan
mikroorganisme, seperti lumut, algae, jamur, bakteri, serangga, dan lain-lain.
Kerusakan yang ditimbulkan berup diskomposisi struktur benda, pelarutan
unsur dan mineral, dan lain-lain.
Nilai estetika (aesthetic value) adalah nilai keindahan yang dapat menarik
dan atau mendorong wisatawan untuk berkunjung ke tempat itu.
12
seperti mata air, serta tinggi rendah lokasi candi. Keberadaan Sungai Elo dan
Sungai Progo yang dianggap suci oleh umat Buddha di Indonesia
diasosiasikan dengan Sungai Gangga dan Sungai Jamuna di India. Selain itu,
Candi Borobudur diyakini juga seperti bunga teratai di tengah danau.
Nilai historis (historic value) adalah nilai kesejarahan yang dimiliki suatu
objek atau peristiwa-peristiwa penting yang melibatkan objek tersebut. Nilai
historis bangunan Candi Borobudur dapat diketahui, baik dari sumber
tertulis, seperti prasasti dan karya sastra, maupun sumber tak tertulis,
misalnya gaya bangunan, seni area, dan unsur-unsur bangunan lainnya.
13
kenaikan jumlah pengunjung yang sangat besar yaitu 1.750.000 - 2.500.000
orang. Puncak kunjungan pada tahun sembilan puluhan ini terjadi pada tahun
1997 dengan jumlah kunjungan mencapai 2.750.000 orang. Di penghujung
tahun sembilan puluhan situasi politik dan keamanan Indonesia kurang baik
yang disebabkan oleh gerakan reformasi untuk mengganti kepemimpinan
nasional. Akibat dari gerakan tersebut adalah tidak adanya jaminan
keamanan, kepastian hukum, dan kenyamanan berusaha. Kenyataan di atas
juga berpengaruh pada jumlah pengunjung Candi Borobudur. Masyarakat
takut mengadakan perjalanan karena di berbagai media massa diberitakan
bahwa kondisi keamanan di Candi Borobudur pada waktu itu sangat
memprihatinkan. Kelakuan pengasong yang memaksa wisatawan untuk
membeli dagangannya, munculnya preman-preman di tempat parkir, dan
terjadinya penodongan membuat orang takut untuk berwisata ke Candi
Borobudur bahkan di tempat-tempat wisata lainnya seperti Candi Prambanan.
Jumlah wisatawan hanya 1.500.000-an orang, sama dengan jumlah
wisatawan pada tahun delapan puluhan.
Kenyataan itu tidak berlangsung terlalu lama karena pada tahun 2000
terjadi lonjakan pengunjung mencapai 2.750.000 orang. Keberanian orang
datang berkunjung ke Candi Borobudur mulai pulih kembali karena jaminan
keamanan mulai terjaga.
14
15