Dahulu kala robot diciptakan dengan tujuan untuk menolong manusia. Kata robot sendiri berasal dari kata Robota yang
berarti pekerja dalam bahasa Chech(Ceko). Robot digunakan untuk menggantikan fungsi manusia dalam menjalankan
tugas yang berat, berbahaya, serta pekerjaan yang berulang dan kotor. Pada awalnya robot masih sangat sederhana
dengan bentuk dan fungsi yang masih terbatas, sedangkan saat ini, secara sadar atau tidak, robot memang telah hadir
di dalam kehidupan manusia dalam bentuk yang bermacam-macam dan berbagai fungsi.
Tentang robot
Robot adalah sebuah alat mekanik yang dapat melakukan tugas fisik, baik menggunakan pengawasan dan kontrol
manusia, ataupun menggunakan program yang telah didefinisikan terlebih dulu (kecerdasan buatan). Suatu mesin
dikatakan sebagai robot jika mesin tersebut dapat diprogram untuk melakukan suatu aktivitas tertentu dan
pemrograman bisa dilakukan berulang-ulang ( re-programmable), kemudian mesin mampu mengekstrak informasi dari
lingkungannya dan menggunakan pengetahuan tentang lingkungannya untuk beraksi secara aman dengan cara yang
sesuai yang diinginkan oleh pemrogrammnya, bersifat otomatis atau mampu beroperasi tanpa supervisi langsung dari
manusia, memiliki bagian yang disebut manipulator yang terdiri dari link (rangka – seperti tulang pada tubuh manusia)
dan joint (engsel – penghubung antar link). Link pada ujung manipulator disebut end effector yang digunakan robot
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan bisa berbentuk alat untuk memegang atau sebuah alat lain. End-effector bisa
dianalogikan sebagai tangan manusia. Selain itu mesin tersebut memiliki unjuk kerja seperti Resolusi atau perubahan
gerak terkecil yang dapat diperintahkan oleh sistem kontrol pada lingkup kerja manipulator, Akurasi atau besarnya
mengembalikan end effector (pemegang/griper) pada posisinya semula, dan terakhir Fleksibilitas yang merupakan
kelebihan yang dimiliki oleh robot secara umum jika dibandingkan dengan mesin konvensional.
Perkembangan robot
Ketika para pencipta robot pertama kali mencoba meniru manusia dan hewan, mereka menemukan bahwa hal tersebut
sangatlah sulit, karena membutuhkan tenaga dan penghitungan yang jauh lebih banyak dari yang tersedia pada masa
itu. Jadi, penekanan perkembangan diubah ke bidang riset lainnya. Robot sederhana beroda digunakan untuk
melakukan eksperimen dalam tingkah laku, navigasi, dan perencanaan jalur. Teknik navigasi tersebut telah
berkembang menjadi sistem kontrol robot otonom yang tersedia secara komersial.
Ketika para teknisi siap untuk mencoba robot berjalan kembali, mereka mulai dengan heksapoda dan platform berkaki
banyak lainnya. Robot-robot tersebut meniru serangga dan arthropoda dalam bentuk dan fungsi. Tren menuju jenis
badan tersebut menawarkan fleksibilitas yang besar dan terbukti dapat beradaptasi dengan berbagai macam
lingkungan, tetapi biaya dari penambahan kerumitan mekanikal telah mencegah pengadopsian oleh para konsumer.
Dengan lebih dari empat kaki, robot-robot ini stabil secara statis yang membuat mereka bekerja lebih mudah. Tujuan
dari riset robot berkaki dua adalah mencapai gerakan berjalan menggunakan gerakan pasif-dinamik yang meniru
gerakan manusia. Namun hal ini masih dalam beberapa tahun mendatang.
Pembuatan robot
Ada tiga tahapan dalam pembuatan robot, yaitu pertama perencanaan yang meliputi pemilihan hardware dan desain,
kedua pembuatan yang meliputi pembuatan mekanik, elektronik, dan program, dan terakhir yaitu uji coba.
Pada tahap perencanaan pembuat robot merencanakan apa yang akan dibuat, atau sederhananya merumuskan seperti
apa robot yang akan dibuat dan akan berguna untuk apa. Hal-hal yang perlu ditentukan dalam tahap ini adalah
dimensi, struktur material, cara kerja robot, sensor yang akan dipakai robot, mekanisme, dan metode pengontrolan.
Setelah gambaran garis besar bentuk robot dirancang, maka lanjut ke tahap kedua, yaitu tahap pembuatan. Ada tiga
pekerjaan yang harus dilakukan dalam tahap ini, yang pertama adalah pembuatan mekanik. Dalam pembuatan mekanik
ini rangka robot mulai dirancang, umumnya rangka terbuat dari alumunium kotak atau alumunium siku, dan setiap
Kemudian jika rangka robot telah selesai, maka selanjutnya masuk ke dalam pembuatan sistem elektronika. Pada
proses ini, bagian sistem elektronika dirancang sesuai dengan fungsi yang diinginkan. Misalnya untuk menggerakkan
Setelah pembuatan sistem elektronika, maka proses pembuatan robot masuk ke dalam proses terakhir, yaitu
pembuatan software atau program, pembuatan software ini dilakukan setelah alat siap untuk diuji. Software ini
ditanamkan pada mikrokontroler sehingga robot dapat berfungsi sesuai dengan yang diharapkan. Tahap
pembuatan software ini meliputi perancangan algoritma atau alur program, penulisan program, dan
terakhir Compile dan download atau mentransfer program yang telah kita tulis kepada robot.
Setelah kita mendownload program ke mikrokontroler (otak robot) berarti kita siap melakukan tahapan terakhir dalam
membuat robot, yaitu uji coba. Untuk uji coba ini, robot hasil rakitan diuji kemampuannya. Jika ada yang tidak berjalan
sebagaimana mestinya, maka robot harus diperbaiki sampai berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Dengan adanya robot di dalam kehidupan manusia bukan berarti menggantikan kita atau dalam arti lain mempersulit
lapangan perkerjaan bagi kita. Namun, hal tersebut harus membuat kita menjadi lebih termotivasi dalam pendidikan
dan ilmu pengetahuan untuk mengatur mereka (robot). Sehingga masyarakat Indonesia akan lebih cerdas ke depannya.
Motivasi tersebutlah yang sepertinya membuat sekolah robot ( robotics school) mulai bermunculan saat ini, begitupun di
Sekolah robot yang telah berdiri sejak 2006 ini memang mengkhususkan diri untuk memberikan pelajaran tentang
robot bagi anak-anak. Ananta Dwi Rajasa, pengelola Robotics School ini menjelaskan bahwa banyak manfaat yang
dapat diambil bagi anak-anak dengan belajar membuat robot, yaitu anak-anak dapat mendalami teknologi terutama
teknologi mekatronika, memanfaatkan ilmu matematika, sains dan IT (komputer) dalam suatu aplikasi praktis, belajar
bekerja secara efektif dalam project teams, menumbuhkan kreatifitas dan berani berfikir orisinil, dan membiasakan
cara berfikir logis dan realistis. ”Dengan belajar membuat robot, anak diajak untuk kreatif dan menjadi orang yang bisa
menyelesaikan masalahnya sendiri (solving the problems) dan juga melatih motorik halusnya” terangnya.
Dengan menerapkan metode per level akan memudahkan untuk anak-anak untuk mencerna pelajaran, karena dengan
metode seperti ini mereka akan diajarkan sesuai dengan umur dan kemampuannya masing-masing, ”Kalau disini
memang dibagi menjadi beberapa level. Mulai dari awal atau level pertama anak mulai diperkenalkan dengan apa itu
robot dan pengenalan statika, kemudian selanjutnya memberikan teori elektro, otomasi dan pada level terakhir
diajarkan bagaimana cara membuat robot bergerak dan ini dalam jangka waktu dua tahun”. Level-level yang disediakan
tersebut terdiri dari lima level antara lain, level pertama Universal, dalam level ini anak-anak akan mempelajari dasar-
dasar kerja dan fungsi berbagai peralatan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Level kedua Mechanic-
Static, dalam level ini anak-anak akanmenghitung kestabilan struktur dari gedung, jembatan, dan bangunan lain yang
tak bergerak, juga mempelajari perubahan gerakan dan komponen-komponennya seperti pasangan hubungan antar
gir, gir dan rantai, mekanisme kopling, dan lain-lain. Level ketiga Electrical Engineering, pada level ini anak
mempelajari mengenai sirkuit elektronik, kontrol electro mechanical, kontrol secara elektronis, sirkuit AND/OR,
hubungan seri dan paralel. Level keempat yaitu Automation Technology, anak mulai belajar desain mesin-mesin
otomatis dan model-model robot, serta pemrograman kontrol ( interface) dengan graphic programming software. Dan
level terakhir yaitu Mobile Robots, dalam level terakhir ini anak mulai membangun dan memprogram robot-robot
”Untuk proses pembuatan robot di Robota, dilakukan dengan merakit komponen-komponen yang
terdiri dari berbagai macam dan telah disediakan. Sedangkan bahan komponennya itu sendiri
sebagian besar terbuat dari plastik, hal tersebut dipilih agar aman bagi anak-anak, selain itu ada
juga yang terbuat dari karbon metal yang terbagi dalam komponen-komponen elektronik”
jelasnya.
Sedangkan proses pengajaran dilakukan dengan metode pembelajaran yang bersifat open-ended problem-solving yaitu
metode pembelajaran dimana tidak ada batasan dalam pencapaian solusi, anak menjadi ingin tahu dan berani
mengekspresikan ide orisinil mereka, metode ini diambil karena dengan metode dan materi pembelajaran konvensional
dirasa membatasi kemampuan alami anak untuk belajar, karena metode dan materi pembelajaran konvensional
memberikan rute yang spesifik dalam pencapaian solusi. Anak dibatasi dengan variasi yang terbatas dalam pemecahan
masalah. ”Selain itu tim pengajar melakukan pendekatan secara informal supaya anak merasa tidak takut. Ya
sebenarnya proses pengajarannya sama saja karena teknologi itu tidak mengenal usia, bisa saja anak kecil lebih