Anda di halaman 1dari 10

Survai Dan investigasi Untuk Perencanaan Bendungan Type Urugan

Sukardi

SURV AIDAN INVESTIGASI UNTUKPERENCANAANBENDUNGANTYPEURUGAN


Oleh : Sukardi Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang J1. Prof. H. Soedarto, S.H. Ternbalang, Sernarang 50275 Abstrak Survai dan investigasi merupakan salab satu bagian kegiatan yang sangat penting didalam proses desain suatu bendungan. Pemilihan untuk penetapan lokasi, tipe, dimensi dan pelaksanaan konstruksi Bendungan beserta bangunan pelengkapnya sangat dipengaruhi oleh adanya akurasi data-data awal berupa topografi, geologi, geoteknik maupun hidrologi. Keruntuhan maupun Inefisiensi dari hasil desain bendungan dapat terjadi berawal dari data-data survai dan investigasi yang tidak memadai. Kata Kunci: Desain Bendungan, Survai dan Investigasi

1. Pendahuluan Pada tahapan perencanaan pembangunan bendungan, survai dan investigasi memegang peranan penting dalam mendapatkan datadata pendukung yang berguna untuk menentukan lokasi dan tipe bendungan pada suatu alur sungai yang akan dipilih untuk bangunan bendungan. Hasil desain suatu bendungan yang kurang didukung dengan adanya survai yang memadai dan akurat akan menghasilkan biaya pembangunan yang mahal bahkan dapat berakibat terjadinya keruntuhan bendungan. Kegiatan survai dan investigasi untuk perencanaan bendungan adalah berhubungan dengan kegiatan di kantor, lapangan dan laboratorium, sehingga diperlukan perencanaan yang cerrnat agar diperoleh efesiensi. Secara garis besar survai dan investigasi dapat dikelompokkan menjadi (1) perencanaan umum (2) survai topografi (3) survai dan investigasi geologi teknik untuk fondasi (4) survai dan investigasi material bangunan (S) hidroklimatologi (6) survai tambahan yang diperlukan. Kegiatan survai dan investigasi yang dilakukan hams memenuhi kebutuhan minimal untuk desain bendungan sesuai tipe dan dimensi bendungan antara lain (1) cakupan areal (2) lokasi bendungan dan bangunan pelengkapnya (3) kedalaman investigasi (4) 42

jumlah sarnpel (S) jenis dan jumlah laboratorium dan uji insitu.

UJI

Sebelum pelaksanaan survai dan investigasi dilakukan hams dipastikan semua peralatan ukur dan pembacaan hams dikalibrasi terlebih dahulu sesuai manual pabrik agar diperoleh ketelitian yang memadai.

2. SurvaiTopografi
Kegiatan survai topografi hams menggunakan titik referensi yang sarna, dan diutarnakan menggunakan titik referensi dari jaringan trianggulasi seperti TTG (titik tinggi geodesi) atau SPB (Semarang Peil Bam) dIl. Tingkat ketelitian hams memenuhi standar yang berlaku. Data survai pada tiap tahap perencanaan antara lain: 1. Survai topografi untuk perencanaan umum: Peta Daerah Aliran Sungai skala 1 2S.000 sampai 1 : SO.OOO Peta situasi cekungan waduk dan sekelilingnya terrnasuk lokasi bendungan utama, bendungan pelana, bangunan pelengkap, fasilitas penunjang, rencana relokasi jalan dan pemukiman , skala 1 : S.OOO s.d. 1 : 10.000

~BITH

Vol.5 No.1 Maret 2009:

42 - 51

2. Survai top a grafi untuk desain pendahuluan dan detail desain Peta lokasi bendungan, skala I : 500 s.d. 1: 1.000 Potongan memanjang dan melintang lokasi bendungan, skala 1 : 200 s.d. 1 : 500 Potongan memanjang dan melintang lokasi bangunan pelimpah, skala 1:200 s.d. 1 : 500 Peta cekungan waduk, skala 1 : 500 s.d. 1 : 5.000 Potongan memanj aug dan melintang cekungan waduk,skala 1 : 200 s.d. 1 : 500 Peta daerah sumber galian , borrow area dan quarry, skala 1 : 500 s.d. 1: 1.000 3. Survai topografi untuk supervisi dan pelaksanaan konstruksi Pengukuran tata letak (uit zet) bendungan dan bangunan, skala 1 : 100 s.d. 1: 200 Pemetaan fondasi bendungan, skala 1 : 100 s.d. 1:200 Pengukuran puma konstruksi (as built) bendungan dan bangunan lain, skala 1 : 200 Untuk peta DAS dapat digunakan foto udara dan peta topografi yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang seperti BAKOSURT ANAL, dapat berupa gambar peta atau data digital. Sebelum digunakan agar dilakukan uji validitas untuk meyakinkan bahwa data valid untuk digunakan. 3. Investigasi Geologi 3.1. Investigasi Geologi Perrnukaan Investigasi ini dilakukan pada tahap awal desain yang mencakup pengkajian data yang ada, pengenalan lapangan, pengamatan terhadap singkapan dan pembuatan peta geologi yang dilakukan dengan cara analogi terhadap kondisi bawah pennukaan.

Kajian geologi pennukaan meliputi topografi, stratigrafi, struktur geologi, sifat batuan, material endapan, hidrogeologi dan sejarah geologi. Tebal, derajat pelapukan dan sifat tanah penutup, diamati dengan membuat paritan dan sumur uji. Peta dasar yang digunakan berupa foto udara atau peta topografi : 1. Peta wilayah dengan skala 1 : 50.000 s.d. 1 : 100.000 2. Peta semi detaillapangan skala 1 : 10.000 s.d. 1 : 25.000 3. Peta detil dengan skala 1 : 500 sampai 1 : 5.000 Investigasi untuk fondasi, klasifikasi geologi terutama didasarkan pada kekuatan dan penneabilitas batuan fondasi, sedangkan investigasi cadangan material lebih diutamakan pada faktor gradasi, plastisitas serta hal-hal yang berkaitan dengan penggaliannya. Lokasi singkapan, batas formasi batuan dan lokasi struktur sesar, kekar, bidang geser hams dinampakkan dengan jelas didalam peta. Formasi batuan sebaiknya diklasifikasikan berdasar sifat mekaniknya. 3.2. Investigasi Geologi Bawah Pennukaan Investigasi im dimaksudkan untuk mengklasifikasi batuan fondasi berdasarkan sifat-sifat teknisnya antara lain, kondisi geologi yang mencakup jenis dan sifat batuan baik fisik, mekanik dan sifat hidrauliknya, serta mengumpulkan data lengkap guna menentukan tipe bendungan, batas galian serta perbaikan fondasi.Dilakukan dengan metode survai seismik, Pemboran inti, dan terowongan uji. Lokasi dan kuantitas investigasi mempertimbangkan tipe dan ukuran bendung dan kondisi geologi setempat.

43

Survai Dan Investigasi Untuk Perencanaan Bendungan Type Urugan

Sukardi

a. Survai Seismik

Pada Desain Awal : survai Seismik diperlukan untuk memperkirakan kedalaman lapisan tanah dan batuan, lokasi rekahan, struktur sesar, kondisi dan tingkat pelapukan batuan. Survai dilakukan pada sepanjang tapak bendungan sejajar poros bendungan, palung sungai. Tumpuan kanan dan kiri dan sepanjang bangunan pelimpah. Sedangkan pada desain rinei survai seismik diperlukan untuk melengkapi data yang diperoleh pada tahap desain awa1.
h. Pemboran

Sedangkan pada desain rinci, jumlah lokasi pemboran tergantung pada kondisi geologi setempat, dengan mempertimbagkan titik-titik pemboran yang telah dilaksanakan pada tahap desain awal. Jarak titik pemboran disarankan berkisar antara 20 sampai 30 meter. Inti hasil pemboran, harus disimpan dengan baik didalam peti kayu, disusun sesuai urutan kemajuan pemboran. Log bor memuat nama pelaksana, tanggal, elevasi, diskripsi, satuan batuan, perolehan inti, RGQ, koefisien perrneabilitas, air pembilas, dan lain-lain. Data hasil pemboran bersama hasil kegiatan geologi yang lain setelah diolah dibuat peta geologi teknik rinci (peta kontur batuan dasar, penampang atau profil geologi serta peta lugeon untuk menentukan kedalaman dan kerapatan injeksi. Pada tahap konstruksi, peta geologi rinei harus diperbaiki kembali sesuai hasil investigasi pada galian fondasi dan investigasi tambahan. Profil geologi bendungan digambarkan dari arah hulu ( skala I :500 ~ 1:1000 ) meneakup sepanjang poros bendungan, sampai batas galian pada bukit tumpuan, bangunan pelimpah, terowongan pengelak dan terowongan pengambilan.
c. Terowongan Uji

Pemboran diperIukan untuk mengetahui seeara langsung kondisi geologi dicalon lokasi bendungan, bangunan pelengkap dan sumber galian, dilakukan dengan "rotary core drilling" ( e mata bor = 56 rom ), menembus batuan dasar lebih dari 5 meter ( 2/3~ I kali tinggi bendungan ) atau berdasarkan hasil uji seismik dan geologi setempat. Uji yang dilakukan selama pemboran Uji penetrasi Standar (SPT) setiap kedalaman 2 meter/setiap pergantian lapisan, Uji penniabilitas setiap kedalaman 1,5-3 meter dengan metode uji packer, tekanan dan open end atau disesuaikan dengan karakteristik fonnasi. Pada tahap desain awal paling tidak diperlukan 2 lobang bor pada poros bendungan ditumpuan kanan dan kiri, 2 atau 3 bor dipalung sungai, keeuali bila terlihat adanya singkapan batuan segar jumlah bor dapat dikurangi( I lobang bor dibawah mereu pelimpah). Jika lembah sungai sempit dan diduga merupakan jalur struktur sesar, perIu dilakukan pemboran miringan pada sisi tebing sungai menembus forrnasi batuan dibawah sungai dengan kedalam pemboran 2/3-1 kali tinggi bendungan

Metode Terowongan Uji dilakukan pada Bendungan besar, dengan tinggi diatas 30 meter, dimana kekuatan fondasi sangat penting untuk diketahui. Dibuat 1 atau 2 buah pada tumpuan kiri dan atau kanan (tergantung kondisi geologi setempat).
Uji Insitu Geoteknik

Pada batuan fondasi ada dua fakor kekuatan penting yang harus diketahui, yaitu : kuat desaklkuat tarik dan kuat geser. Uji kuat desaklkuat tarik dapat dilakukan pada laboratorium terhadap sampel inti pernboran

44

~BITH

Vo1.S No.1 Maret 2009:

42 - 51

dan galian, Selain itu dilakukan pula uji insitu pada tanah batuan asli yang langsung dilakukan pada lobang bor/pada galian uji, Jenis insitu ; uji pembebananJuji defonnasi, uji msitu geseran, uji cepat rambat gelombang elastis. Selain itu, juga dikaji ketahanan batuan terhadap proses pelapukan (slaking) untuk mengetahui stabilitas jangka panjang. Uji Laboratorium Uji laboratorium diperlukan untuk melakukan analisis sifat teknik batuan (fragmen pembentuk batuan) dan melengkapi data untuk mengklasifikasi batuan dengan membandingkan sifat fisik dan sifat kimiawi fragmen batuan, mengetahui sifat telmik batuan atau fragemen batuan sebagai bahan timbunan, agregat beton dan sebagainya serta untuk mengevaluasi mutu batuan. Sesuai jenis material yang diuji, pekerjaan uji laboratorium dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu : a. Uji laboratorium mekanika tanah Sampel tanah yang akan diuji untuk investigasi fondasi adalah tanah asli, lingkup uji meliputi : Sifat fisik ; berat spesifik (Gs), berat isi (yn), kadar air Wn), analisis butiran (m%), batas atterberg, hidrometer. Sifat mekanik/teknik ; uji geser langsung (c,D), konsolidasi (Cc, Cv, Es), triaksial : consolidated undrained, unconsolidated, consolidated drained. Uji penniabilitas, uji Erodibility/Slake durability test. b. Uji laboratorium mekanika batuan Uji Iaboratorium mekanika batuan meliputi ; sifat fisik ; berat spesifik, berat satuan, porositas, serap Iernbab dan permiabilitas ( selalu dilakukan ), modulus elstisitas dinamis, nilai poison dinamis, stabilitas terhadap pembasahan dan penyerapan air,

besamya pengernbangan/swelling dan tekanan akibat peredaman (sering dilakukan). sifat mekanik kekuatan terhadap penempatan bebas/unconfined compressive srength,modulus deformasi, nilai poison (selalu dilakukan ) ; triaksialkonstanta kekuatan batuan (c.o) modulus deformasi, nilai poison, geseran langsung kekuatan geser, konstansta batuan; tegangan tarik brasillian (sering dilakukan ) Investigasi Material a. Material Kedap Air/ Tanah Lempung Bahan-bahan kedap air merupakan bahan yang mutlak diperlukan untuk bendungan tipe urugan berzona dan stabilitas bendungan sangat tergantung pada karakteristik, kualitas serta kuantitas dari bahan ini. Mengingat karakteristik yang beragam anttara lain kadar air dan sifat teknis lainnya akan berpengaruh pada metode penimbunan, pemadatan dan pengamatan serta uji lapangan, maka investigasi serta uj i laboratorium diper1ukan secennat mungkin. Persyaratan utama untuk bahan kedap air adalah (1) koefisien filtrasi(2)kekuatan geser(3)tingkat deformasi( 4)kemudahan pelaksanaan(5)tidak mengandung zat-zat organik dan mineral yang mudah terurai. Koefisien filtrasi (k) tidak boleh melebihi IxIO -5 cmldt. Pada hakekatnya semakin halus butiran semakin rendah nilai koefisien filtrasinya. Nilai k biasanya sudah dapat diperkirakan berdasar besamya prosentase butiran yang lolos melalui saringan no 300. Prosentase dan besaran butiran yang sesuai untuk zona kedap seperti gambar dibawah ini. b. Material Semi Kedap Air/ Pasir Zona timbunan tanah dan batu pada tubuh bendungan dipisahkan dengan zona filter dan transisi. Zona filter ditinjau dari ketebalannya lebih tipis dari pada zona 45

SUnJai Dan Investigasi Untuk Perencanaan Bendungan Type Urugan

Sukardi

transisi, material ini harus memiliki kekuatan geser dan kemampuan kelulusan air yang memadai, khusus kemampuan kelulusan sangat tergantung dari gradasi butiran. Sedangkan besaran sudut geser dalam suatu bahan sangat tergantung dari bentuk butiran, kekerasan dan kestabilan yang tergantung pada pengaruh mekanis maupun fisik, gradasi, kepadatan dan tekanan yang bekerja pada bahan tersebut. Dari hasil uji pada US Army untuk bahan filter dan transisi dari kelompok A-E didapat besaran yd antara 1.46 - 2.40 tlcm3; ~(O) antara 29- 41 . Pengujian material semi kedap air baik untuk filter maupun zona transisi dilakukan sesuai tahapan dalam proses pembangunan bendungan sebagai berikut: tahap pemilihan lokasi , uji sifat fisik dan teknik 1 - 2 sampel tahap desain rinci, uji sifat fisik 1 - 2 sampel, tergantung pada gradasi material persiapan konstruksi, uji penimbunan (embankment test) I x uj i c. Material Lulus Air/ Batu Bahan batuan dengan cara pemecahan baik secara mekanis maupun peledakan rata-rata berdiameter 10 - 75 em dengan syarat ideal (1)ukuran dominan berdiameter 40 - 60 em dengan berat 250-500 kg (2)Diameter 10 em < 10% (3) tidak mudah pecah, baik pada saat pengangkutan maupun dumping (4) berat jenis >2.5 tlm3 dengan kuat tekan >700 kg/cruz (5) daya tahan terhadap pe1apukan tinggi dengan uji cairan Na2S04, penyusutan < 0.015% Pengujian material 1010s air /batuan sebagai berikut

tahap pemilihan lokasi sumber galian, pemboran, uji batuan 10 sampel, uji gradasi untuk material endapan sungai tahap desain rinci, pemboran untuk kualitas dan kauntitas, 1 lobang setiap 200.000 m3, uji batuan 5 sampel tiap jenis dan uji geser 5 sampel tiap jenis Persiapan konstruksi berupa uji peledakan, uji fisik 3 sampel dan uji sifat teknik I sampel

Studi Gempa Parameter gempa desain bendungan, dapat ditentukan dengan menggunakan Peta zona gempa atau dengan melakukan studi gempa tersendiri. Peta Zona Gempa tidak dapat digunakan 1agi bagi bendungan besar (tinggi diatas 100m) atau yang terletak didaerah yang memiliki kondisi geologi khusus seperti sesar besar yang aktif, atau bendungan yang terletak pada zona E (koef zona 1.2 - 1.4 ) dan F (koef zona 1.4 - 1. 6) pada Peta Zona Gempa. Contoh daerah yang masuk Zona E antara lain Gorontalo dan Sulawesi Tengah sedangkan yang masuk zona F antara lain Bengku1u dan Padang. Bagi bendungan besar harus dilakukan studi gempa tersendiri. Jenis beban gempa yang harus diperhitungkan adalah : a. Gempa dasar operasi (operating basis earthquake/OBE), atau gempa dengan periode ulang sekitar 100 - 200 tahun b. Gempa desain maksium (maximwn design earthquakelMDE) atau (maximwn considered earthquakeIMCE), atau gempa dengan peri ode ulang 1000 to.OOO tahun c. Gempa imbas waduk (reservoir induce earthquake/RIE), khusus bagi bendungan dengan tinggi diatas 100 m atau tampungan diatas 500.000 m3

46

~ITH

Vo1.5 No.1 Maret 2009

42 - 51

A:~~_~~~
!(LOJI

bC',r.. lntt:

mll.l.l.u.b
1':'1~'~'

~ii',~~j

..

...
ri

,."

',itJ<

t~=-~ml --'-""··~II"
"..,"" rUe
Q~

Gambar 1. Gradasi bahan yang dapat dipergunakan untuk penimbunan zone kedap air bendungan urugan Adapun uji yang diperlukan pada material untuk bahan timbun sebagaimana tercantum dalam tabel dibawah

Uji Sirat FIBII<

l.s.in-Iaio

.,..

+-

~n ...h balbulif hi)I"l~ y~l\il diLl)!p~d" k""d~"i


iid:.::Jk.'*.t:!Ilr1U

1)

-: :;;."mph:-

(erm;::lMJIo..

Uii
Si("t TeA-

nlk

B<;!raf
Uji doy",

spes'11~
~.,r(Jp

&
ollr

o
+ +

8atu~n

~~aK~I~~~~t~~~~e~kH~n---------+--------t--------+--------l---------I'~~--r---~()~__,
$taNlitas HK"e",t",a!!.h,:!,a!!.n!!<I!.!n~"'~bC'r;::!.,,<"~.i!---+ Kadar I<d.>n"t;)n

+-

-+
....

-1'_~

-e-

,- __ +-~_,O"----i

~~~;~-----~--.------+--------+--------+--------t--~+~--~--~+--~
'--__,_u,_, Cata~an

h~:j~,~'_ , ------_t_------...L--+--harus dilakukan.

---+ _L

+_

.. dllakukar"l blla perlu

47

Survai Dan lnvestigasi Untuk Perencanaan Bendungan Type Urugan

Sukardi

PC:TA ZONA GEMPA INDONESIA

D~1f ~tlKt""U;i.«I'N,c-;.~n
~J;tP'l; lit ~t
t<l

p~u~

. "'4'''I!D,,!,
l l'!eli\! 1 • k,"~?lt .. tp'I_1 fjl'!'iI
(!'~IC'~~i411!'1UJ~r ".IJ'

...I!O~t ... ' F.':e~"""~~. Ij.ii. !D 'XI rl(l 110 Iii) tlQ ·1M-

l~l r""''lhlDl "'_«.I.~il~'J

.,1•.;.--J.HI\..i.n I
~~t

..f1rfJ. HHtHa.h,\,I

hi'fioil.jtrdifi.~

'j'~'WJ4.fU:il

Ti t():~~ -"--, --~.,

Till.,"1

It!

K!i.'
?Ii')

1 P~II!~~.I

..

~~~t

I 11'oII.J .... \~

.;i~,;.~~."'~"I."ptl

h U" 1~

It

~ ~

li)illJ

",!lev

~~
)!()

U~

Gambar 2. Peta Zona Gempa Indonesia menurut pedoman analisis stabilitas bendungan tipe urugan akibat beban gempa Dalam menetapkan parameter gempa yang digunakan dalam analisis keamanan bendungan, harus dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut ; a. Tingkat bahaya gempa (seismic hazard rating) di lokasi bendungan b. Tingkat/kelas resiko setelah bendungan dan wad uk selesai dibangun c. Tipe bendungan d. Konsekuensi atas perkiraan resiko yang terlalu rendah atau terlalu tinggi Beberapa langkah untuk koefisien gempa : Percepatan gempa : ad = z * ac perhitungan Dengan z : koefisien zona gempa; ac : percepatan gempa dasar (gal), tergantung pada periode ulang; v : faktor koreksi Koefisien gempa dasar : k = ad/g gravitasi (mJdt2) 4. Hidrologi Cakupan Analisis Analisis dilakukan untuk mendapatkan (l) kebutuhan air(2) ketersediaan air dengan dependable flow sesuai pendayagunaan(3) banjir desain dalam bentuk hidrograf sesuai kebutuhan(4)tinggi jagaan dan (5) laju sedimentasi g

*v

48

~ITH

Vol.5 No.1 Maret 2009: 42 - 51

Apabila data aliran pada suatu lokasi disungai tersedia, data ini lebih disukai atau dipilih untuk dianalisis lebih lanjut dibanding transfonnasi data huj an ke aliran. Hal tersebut karena proses transfonnasi akan menggunakan banyak parameter seperti luas dan jenis tutupan lahan, kerapatan jaringan kuras, volume cekungan dalam DAS dll Pemeriksaan Data

dipercaya, dengan melalui pemeriksaan data primer baik pencatatan melalui A WLR atau staff gauges (papan duga biasa). Bila data debit tidak tersedia dapat menggunakan data hujan dan ditransformasikan menjadi data debit. Apabila data hujan di DAS rencana tidak tersedia dapat digunakan data hujan dari DAS tetangga yang memiliki sifat hidroklimatologis sama. Secara ringkas langkah analisis yang dilakukan untuk menghitung hidrograf banjir desain sebagai berikut : 1. Pengolahan data (konsistensi data, pengisian data yang hilang. Untuk PMP digunakan panjang catatan data> 30 th) 2. Perhitungan curah hujan desain (T : 2 1000 th; PMP dapat gunakan methode Hers field) 3. Perataan hujan 4. Hitung hujan DAS dengan koefisien reduksi (ARF) 5. Hitung distribusi hujanjam-jaman 6. Hitung hujan efektif 7. Buat hidrograf satuan sintetik 8. Lakukan reservoir routing 9. Tetapkan debit banjir desain

Syarat data hidrologi yang digunakan harus konsisten dan homogen, representative dan menerus dengan panjang catatan cukup, minimum 20 tahun. Oleh kerapa karena itu data harus diperiksa dengan beberapa cara baik manual maupun secara statistik. Data hujan tersebut digunakan untuk perhitungan curah hujan maksimum boleh jadi (CMB) atau probable maximum precipitation (PMP) dan/atau banjir maksimum boleh jadi (BMB) atau probable maksimum flood (P:MF) Analisis Banjir Desain Analisis statistik untuk menggunakan data debit
6,t;! -.•.----~~. -

banjir yang
~------~-

harns dapat

24 W A.I<T\J (jilm )

Gambar 3. Hidograf Satuan sintetis (HSS) dari berbagai metode untuk durasi 24 .un
J

49

Survai Dall1nvestigasi

Untuk Perencallaan Bendungan Type Urugan

Sukardi

Ketersediaan

Air Waduk

5. Penutup Melalui survey dan investigasi yang eennat sesuai norma, standar, pedoman dan manual yang berlaku akan menghasilkan data akurat bagi proses pembangunan waduk selanjutnya dan dari aspek kearnanan bendungan dapat dijamin. Bendungan merupakan alat yang vital bagi kehidupan manusia terutama dalam hal pengadaan air yang bisa berfungsi diantaranya sebagai sumber air minum, untuk pengairan lahan pertanian sehingga bisa meningkatkan produksi pangan untuk kepentingan masyarakat sendiri. Selain itu waduk bisa berfungsi sebagai pembangkit energi yaitu diantaranya untuk pembangkit tenaga listrik. Listrik yang dihasilkan oleh pembangkit bisa memberi manfaat bagi kehidupan umat manusia. Oleh karena itu manusia wajib menjaga dan membuat waduk itu bisa aman sehingga bisa memberikan manfaat untuk manusia. Ingat Bendungan selain memiliki manfaat yang banyak bagi masyarakat juga mengandung unsur resiko bencana yang besar bila terjadi keruntuhan. Oleh karena itu bendungan sebaiknya dibuat dengan perhitungan yang matang agar tidak memberikan beneana banjir atau bencana lain yang merugikan bagi masyarakat karena kurang cennatnya dalam memperhitungan kan bendungan itu sendiri. Ketelitian dan kecermatan dalam penghitungan untuk membuat agar bendungan kuat itu akan memberikan dampak positif dan keamanan.

Perhitungan ketersediaan air waduk berdasar analisis data debit atau hujan yang relatif pendek, cukup 10th dengan syarat konsistensi dan kualitas data baik.Tingkat keandalan ketersediaan air waduk ditetapkan sesuai persyaratan pemanfaatan waduk seperti irigasi dengan keandalan 80%, PLTA dengan keandalan 90% dan air baku untuk air bersih dengan keandalan 95%. Besar tampungan bersih (eff storage ) ditetapkan dengan simulasi berdasar neraca air waduk sebagai fungsi inflow dan outflow berdasar anal isis dengan interval waktu tertentu misal tengah bulanan. Sedimentasi Sedimentasi di waduk secara umum lebih besar dari rene ana hal ini terjadi oleh karen a perubahan peruntukan lahan di daerah tangkapan waduk baik berupa pemukiman maupun budi daya pertanian yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi. Perkiraan laju sedimentasi dihitung berdasar persamaan empms hasil sampling sedimentasi di titik/lokasi bendungan. Pengukuran sedimen transport seyogyanya dilakukan pada variasi debit yang eukup, khususnya pada saat banj ir. Pola sebaran sedirnen perlu diketahui pada sungai-sungai yang mengalir sebagai inflow wad uk, hasil ini sebagai pedoman untuk upaya konservasi di hulu waduk. Pengalaman menunjukkan pembangunan waduk yang tidak didahului dengan upaya konservasi bersama masyarakat akan men gal ami sedirnentasi yang berlebihan sehingga di tengah umur layanan perlu kegiatan korektif pada sungai penyumbang inflow.Perkiraan volume sedimen dilakukan dengan menghitung berdasar debit tahunan yang ada untuk selama usia layanan rencana,

DAFTAR PUSTAKA

DR Suyono

Sosrodarsono dan Kensaku Takeda,1977. Bendungan type Urugan, PT Pradnya Paramita, Jakarta 1989.

50

~ITH

Vol.5 No.1 Maret 2009: 42 - 51

____

• Design of Small Dam , Bureau


of Reclamation US Department of Interior, US Government Printing Office, Washington.

2008. Rekayasa Bendungan,


Pelatihan Tenaga Ahli Konstruksi , BPKSDM Departemen Pekerjaan Umum - LPJK, Semarang.

51

Anda mungkin juga menyukai