Anda di halaman 1dari 2

Nama : Tarida Simbolon

Fak : FKM

INDONESIA BUKAN NEGARA AGAMA

“Kebebasan untuk memilih, memeluk agama serta beribadah menurut agama masing-
masing merupakan hak asasi setiap individu.” Kalimat ini selalu terdengar setiap ada peristiwa
keagamaan yang memilukan yang terjadi di bumi pertiwi yang indah ini, kalimat ini menjadi
slogan pemersatu untuk menunjukkan bahwa kita adalah bangsa yang beradab.

Slogan tinggal slogan, dan luka tetap tinggal luka.

Karena pada kenyataan yang terjadi kebebasan itu adalah kebebasan yang terkekang oleh
kepentingan, kebebasan yang hanya menjadi teori tanpa bukti. Tak ada yang bisa mencelanya
karena suara yang diteriakkan pada akhirnya hanya menjadi kabut yang diterbangkan angin
kelabu. Realitanya agama-agama tertentu masih menghadapi kesulitan ketika mereka ingin
mendirikan suatu Rumah Tuhan, Rumah Ibadat. Larangan-larangan seperti ini merupakan
penindasan terhadap hati nurani yang dapat membuat luka hati yang tak terperih. Celakanya lagi
sikap intoleran yang dilakukan kaum mayoritas terhadap kaum minoritas masih tetap ditoleransi
oleh berbagai pihak. Dan pada akhirnya toleransi yang merupakan perekat dan pemersatu bangsa
yang majemuk ini hanya menjadi wacana langit yang tidak membumi dalam realita kebangsaan.

Berbagai kasus berbau agama yang terjadi belakangan ini menyebabkan disintegrasi pada
bangsa Indonesia. Identitas Bhineka Tunggal Ika yang sudah lama diretas sudah mulai luntur
oleh pemahaman dan pengalaman masyarakat. Ketidakadilan yang hadir di bidang ekonomi,
sosial dan politik didalangi sebagai penyebab terdegradasinya nilai-nilai kerukunan yang telah
lama dibina dan dipelihara. Negara yang diharapkan menjadi penengah dalam kerusuhan dan
perpecahan yang terjadi ternyata acuh tak acuh dan hanya menutup mata untuk melihat
permasalahan yang sebenarnya terjadi, dan menutup telinga atas ketidakadilan yang kerap kali
didengungkan di negeri ini. Padahal sesungguhnya Negara yang merupakan penentu kebijakan
harus dapat menjamin kebebasan dalam beragama. Hal ini lah yang melatarbelakangi perpecahan
dalam kehidupan beragama. Ketika pemerintah tidak tegas terhadap suatu pertimbangan yang
kemudian menjadi ketidakadilan bagi kaum yang dirugikan, maka hal ini memicu kemarahan
pada sebagian pihak yang kemudian menimbulkan kebencian, yang pada saat ini telah menjadi
barometer kehidupan bermasyarakat, dan tidak jarang kalau phenomena kekerasan terjadi karena
kebencian sehingga kebencian itu menjadi pemicu utama lahirnya konflik social yang pada
akhirnya menjadi titik tolak perpecahan terjadi di negeri ini.

Dari berbagai permasalah dan konflik mengenai agama yang dijelaskan, tampak jelas bahwa saat
ini “Agama hanya menjadi Ilusi, bukan lagi sebagai Solusi!”

Solusi yang dapat menjernihkan berbagai kondisi yang telah menjadi keruh berada pada
individu-individu itu sendiri.

Mencintai, Menghargai, dan Menghormati Perbedaan yang ada merupakan tiga pondasi
penting untuk memperkokoh kembali persatuan di bumi pertiwi ini.

Anda mungkin juga menyukai