PENDAHULUAN
1
kecepatan arus informasi yang dibutuhkan oleh pengguna dan lingkungan
puskesmas.
Selama ini banyak puskesmas yang masih mengelola data-data kunjungan
pasien, data-data arus obat, dan juga membuat pelaporan dengan menggunakan
cara-cara yang manual.Selain membutuhkan waktu yang lama, keakuratan dari
pengelolaan data juga kurang dapat diterima, karena kemungkinan kesalahan
sangat besar. Beberapa puskesmas mungkin sudah memakai komputer sebagai
alat bantu untuk pengelolaan data, hanya saja sampai sekarang belum banyak
program komputer yang secara khusus didesain untuk manajemen data di
puskesmas.
Sistem Informasi di Puskesmas sangat diperlukan selain mempermudah
akses pelayanan juga pelayanan dapat dijalankan semaksimal mungkin, dimana
sistem informasi merupakan rangkaian atau komponen terdiri dari pengumpulan
data yang kemudian diproses menjadi sebuah informasi yang bermanfaat dalam
pengambilan keputusan.Dikarenakan pentingnya sistem informasi kesehatan pada
puskesmas, penulis bermaksud meneliti mengenai sistem informasi kesehatan
yang terdapat pada puskesmas timbangan, Indralaya.
2
d. Mengetahui alternatif pemecahan system informasi manajemen
kesehatan di puskesmas timbangan, Indralaya.
e. Mengetahui sekilas mengenai profil puskesmas timbangan,
Indralaya.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
4
yang akan dipakai untuk mendasarinya kurang atau tidak cukup tersedia. Tanpa
dukungan data/informasi yang baik kebijakan yang kita ambil akan kurang tepat
atau keliru.
2.1.2.Tujuandan manfaat
Upaya pemantapan dan pengembangan sistem informasi kesehatan
ditujukan ke arah terbentuknya suatu sistem informasi kesehatan yang berhasil
guna dan berdaya guna, yang mampu memberikan informasi yang akurat, tepat
waktu dan dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan untuk:
1. Pengambilan keputusan di seluruh tingkat administrasi dalam rangka
perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan
penilaian
2. Mengatasi masalah-masalah kesehatan melalui isyarat dini dan upaya
penanggulangannya
3. Meningkatkan peran serta masyarakat dan meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk menolong dirinya sendiri
4. Meningkatkan penggunaan dan penyebarluasan ilmu pengetahuan dan
teknologi bidang kesehatan
Sasaran dalam upaya pemantapan dan pengembangan sistem informasi
kesehatan meliputi:
1. Terciptanya pengorganisasian dan tata kerja pengelolaan data/informasi
dan atau tersedianya tenaga fungsional pengelola data/ informasi yang
terampil di seluruh tingkat administrasi
2. Ditetapkannya kebutuhan esensial data/ informasi di tiap tingkat dan
pengembangan instrumen pengumpulan dan pelaporan data
3. Dihasilkannya berbagai informasi kesehatan di seluruh tingkat
administrasi secara teratur, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan dan
atau atas permintaan dari pengguna data/ informasi
4. Tersedianya dukungan teknis dan sumber daya yang memadai dalam
rangka pemantapan dan pengembangan otomasi pengolahan data di
seluruh tingkat administrasi
5. Pengembangan bank data kesehatan, pengembangan jaringan komunikasi
komputer dan informasi
5
2.1.3. Masalah-Masalah dalam Pengembangan SIKNAS dan SIKDA
Untuk mewujudkan SIKNAS yang diharapkan, sampai saat ini masih
dijumpai sejumlah kelemahan yang bersifat klasik, antara lain:
1. Sistem informasi kesehatan masih terintegrasi
Depkes RI memilki berbagai sistem informasi kesehatan, tetapi belum
terintegrasi. Sistem informasi kesehatan itu antara lain:
a. Sistem informasi puskesmas
b. Sistem informasi rumah sakit
c. Sistem informasi kewaspadaan pangan dan gizi
d. Sistem informasi obat
e. Sistem informasi sumber daya manusia kesehatan, yang mencakup:
1. Sistem informasi kepegawaian kesehatan
2. Sistem informasi pendidikan tenaga kesehatan
3. Sistem informasi diklat kesehatan
4. Sistem informasi tenaga kesehatan
f. Sistem informasi IPTEK kesehatan/ jaringan litbang kesehatan
2. Sebagian besar daerah belum memiliki kemampuan memadai
Daerah masih memerlukan fasilitasi. Adanya proyek ADB, HP5 dan lain-
lain mendorong daerah mengembangkan SIK. Akan tetapi setiap proyek
cenderung menciptakan sistem informasi kesehatan sendiri dan kurang
memperhatikan kelangsungan sistem.
3. Pemanfaatan data dan informasi oleh manajemen belum optimal
Era sentralisasi menyebabkan segala sesuatunya serba dari atas
menyebabkan para manajer tidak pernah memikirkan perlunya
memanfaatkan data untuk mendukung pengambilan keputusannya
4. Pemanfaatan data dan informasi oleh masyarakat kurang dikembangkan
Minat masyarakat memanfaatkan data dan informasi semakin meningkat
dengan makin meluasnya pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi. Namun demikikian tuntutan masyarakat yang mening
kat ini kurang berkembang di bidang kesehatan karena kurangnya respon.
6
5. Pemanfaatan teknologi telematika belum optimal
Masalah nomor 5 bersumber dari masalah pada nomor 4. Biaya untuk
teknologi telematika memang besar, ditambah lagi dengan apresiasi
terhadap penggunaan teknologi telematika yang masih kurang, akibat
pengaruh budaya (kultur). Apresiasi yang rendah ini dikarenakan oleh
alasan rasio manfaat biaya, yang kurang memadai. Investasi untuk
teknologi telematika yang besar belum dapat menjamin akan
menghasilkan manfaat yang sepadan.
6. Dana untuk pengembangan sistem informasi kesehatan terbatas
Kelemahan ini berkaitan dengan masalah rasio biaya manfaat yang maasih
sangat rendah. Selain investasi, sistem informasi kesehatan juga
memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk pemeliharaannya.
7. Kurangnya tenaga purna waktu untuk sistem informasi kesehatan
Selama ini di daerah, pengelola data dan informasi umumnya adalah
tenaga yang merangkap tugas atau jabatan lain. Dibeberapa tempat
memang dijumpai adanya tenaga purna waktu. Akan tetapi mereka tidak
dapat sepenuhnya bekerja mengelola data dan informasi karena imbalan
yang kurang memadai. Belum lagi ditambah dengan rendahnya
keterampilan dan pengetahuan mereka di bidang informasi, khususnya
teknologi informasi dan manfaatnya.Jabatan fungsional untuk para
pengelola data dan informasi yaitu Pranata Komputer dan Statistisi,
memberikan tunjangan jabatan sebagai imbalan, namun demikian untuk
dapat memangku jabatan-jabatan tersebut diperlukan persyaratan tertentu
yang sulit dipenuhi oleh para pengelola data dan informasi.
2.1.4.Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional
Berdasarkan kepada analisis situasi dan kebijakan yang telah ditetapkan maka
strategi pengembangan SIKNAS adalah:
1. Integrasi sistem informasi kesehatan yang ada
Pengertian terintegrasi tidak bermaksud mematikan/ menyatukan semua
sistem informasi yang ada. Sistem-sistem informasi yang lebih efisien bila
digabungkan akan disatukan. Sistem-sistem informasi lainnya,
7
pengintegrasian lebih berupa pengembangan: pembagian tugas, tanggung
jawab dan otoritas-otoritas dan mekanisme saling hubung. Dengan integrasi
ini diharapkan semua sistem informasi yang ada akan bekerja secara terpadu
dan sinergis membentuk SIKNAS. Pembagian tugas dan tanggung jawab
akan memungkinkan data yang dikumpulkan memiliki kualitas dan validitas
yang baik. Otaritas akan menyebabkan tidak adanya duplikasi dalam
pengumpulan data, sehingga tidak akan terdapat informasi yang berbeda-beda
mengenai suatu hal. Mekanisme saling hubung, khususnya dengan Pusat Data
dan Informasi Departemen Kesehatan akan menjamin dapat dilakukannya
pengolahan dan analisis data secara komprehensif.
2.1.5. Penyelenggaraan pengumpulan dan pemanfaatan bersama (sharing)
data dan Informasi Terintegrasi
Pertimbangan akan perlunya mengkoordinasikan lima jenis pengumpulan
data yang masing-masing memiliki kekhasan dan kepentingan yang sangat
signifikan, yaitu:
a. Surveilans, yang meliputi surveilans penyakit, gizi, kesehatan lingkungan
dan pemantauan ketersediaan obat
b. Pencatatan dan pelaporan data rutin dari UPT kabupaten/ kota ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota, dari UPT provinsi dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota ke Dinas Kesehatan Provinsi ke Departemen Kesehatan
(kegiatan-kegiatan ini memerlukan suatu sistem pencatatan dan pelaporan
yang terintegrasi dan terkoordinasi.
c. Pencatatan dan pelaporan program-program kesehatan khusus yang ada,
seperti program pemberantasan malaria
d. Pencatatan dan pelaporan sumber daya dan administrasi kesehatan yang
sudah berjalan seperti ketenaga kesehatan (Sinakes, Sidiklat, dan lain-lain)
e. Survei dan penelitian untuk melengkapi data dan informasi dari
pengumpulan data rutin, yang meliputi baik yang berskala nasional
(seperti Survei Kesehatan Nasional), maupun yang berskala provinsi dan
Kabupaten/ Kota (SI IPTEK Kesehatan / Jaringan Litbang Kesehatan)
2.1.6. Fasilitasi pengembangan sistem informasi kesehatan daerah
8
Sistem Informasi Kesehatan Daerah mencakup SIK yang dikembangkan di
unit-unit pelayanan kesehatan (khususnya puskesmas dan rumah sakit), SIK
kabupaten/ kota, dan SIK provinsi. Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di
Puskesmas memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan:
a. Mencatat dan mengumpulkan data baik kegiatan dalam gedung maupun
luar gedung
b. Mengolah data
c. Membuat laporan berkala ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
d. Memelihara bank data
e. Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen pasien
dan manajemen unit puskesmas
f. Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-
pihak berkepentingan lainnya di wilayah kerjanya.
Sistem Informasi Kesehatan di rumah sakit memiliki tanggungjawab
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan:
a. Memantau indikator kegiatan-kegiatan penting rumah sakit (penerimaan
pasien, lama rawat, pemakaian tempat tidur, mortalitas, waktu tunggu dan
lain-lain)
b. Memantau kondisi finansial rumah sakit (cost recovery)
c. Memantau pelaksanaan sistem rujukan
d. Mengolah data
e. Mengirim laporan berkala ke Dinas Kesehatan/ Pemerintah setempat
f. Memelihara bank data
g. Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen pasien
dan manajemen unit rumah sakit
h. Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-
pihak berkepentingan lainnya di wilayah kerjanya
9
c. Membuat profil kesehatan kabupaten/ kota untuk memantau dan
mengevaluasi pencapaian Kabupaten/ kota untuk memantau dan
mengevaluasi pencapaian Kabupaten/ Kota sehat
d. Mengirim laporan berkala/ profil kesehatan kabupaten/ kota ke dinas
kesehatan provinsi setempat dan pemerintah pusat
e. Memelihara bank data
f. Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen klien,
manajemen unit dan manajemen sistem kesehatan kabupaten/ kota
g. Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-
pihak berkepentingan lainnya di wilayah kerjanya
Sistem Informasi Kesehatan propinsi memiliki tanggungjawab untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan:
a. Mengolah data dari DKK, unit-unit pelayanan kesehatan milik daerah
propinsi dan sumber-sumber lain
b. Menyelenggarakan survei/ penelitian bilamana diperlukan
c. Membuat profil kesehatan propinsi untuk memantau dan mengevaluasi
pencapaian propinsi sehat
d. Mengirim laporan berkala/ profil kesehatan propinsi ke pemerintah pusat
e. Memelihara bank data
f. Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen klien,
manajemen unit dan manajemen sistem kesehatan kabupaten/ kota
g. Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-
pihak berkepentingan lainnya di wilayah kerjanya
Fasilitasi pengembangan SIK daerah dilaksanakan dengan terlebih dahulu
membantu menata sistem kesehatannya, membantu pengadaan perangkat
keras, perangkat lunak, rekruitmen dan pelatihan tenaga kesehatan.
2.1.7. Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk manajemen
Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk manajemen diawali
dengan mengidentifikasi peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan untuk
menyajikan data dan informasi kesehatan. Misalnya dalam rapat dengar pendapat
dengan DPRD harus dapat disajikan, kemasan-kemasan data dan informasi yang
menggambarkan kecenderungan masalah-masalah kesehatan rakyat dan kerugian
10
yang diakibatkannya. Pembahasan rancangan anggaran harus disajikan kemasan
data dan informasi tentang cost benefit dari kegiatan-kegiatan yang diusulkan.
Selain itu dikembangkan pula publikasi berkala cetak atau elektronik atau akses
online.
2.1.8. Pengembangan pelayanan data dan informasi untuk masyarakat
Pemanfaatan fasilitas intranet dan internet karena penggunaannya sudah
meluas di masyarakat. Depkes menyelenggarakan pelatihan bagi tenaga-tenaga
fungsional pengelola data dan informasi kesehatan.
2.1.9.Pengembangan teknologi dan sumber daya informasi
Pengembangan teknologi dan sumber daya informasi berlangsung paralel
dengan kegiatan 3,4 dan 5. Depkes menyusun Rencana Induk Penataan Kerangka
Teknologi Informasi (Information Technology Framework Rearrangement
Master Plan) dan Rencana Induk Pengembangan Sumber Daya Manusia
Informasi (Information Human Resource Development Master Plan). Depkes juga
menerbitkan standar dan pedoman, serta advokasi agar terpenuhi sesuai rencana
induk.
2.2 . Puskesmas
2.2.1.Definisi
Pusat Kesehatan Masyarakat, disingkat Puskesmas, adalah Organisasi
fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh,
terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran
serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan
masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan
kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajad kesehatan yang
optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan.
2.2.2.Visi dan Misi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat .
Indikator Kecamatan Sehat:
1) lingkungan sehat,
2) perilaku sehat,
11
3) cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
4) derajat kesehatan penduduk kecamatan.
Sementara misi puskesmas adalah sebagai berikut :
1) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya
2) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya
3) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya
12
kemampuan pemerintah serta keinginan program ditingkat pusat, sehingga
kegiatan berkembang menjadi 18 kegiatan pokok,bahkan DKI Jakarta
mengembangkan menjadi 21 kegiatan pokok.Melalui rakerkesnas tersebut timbul
gagasan untuk menyatukan semua pelayanan kesehatan tingkat pertama kedalam
suatu organiisasi yang dipercaya dan diberi nama PUSAT KESEHATAN
MASYARAKAT ( Puskesmas ) dan puskesmas waktu itu dibedakan menjadi 4
macam :
1. Puskesmas tingkat Desa
2. Puskesmas tingkat Kecamatan
3. Puskesmas tingkat Kawedanan
4. Puskesmas tingkat Kabupaten
Pada rakernas ke II 1969 pembagian puskesmas dibagi menjadi 3 kategori
1. Puskesmas tipe A dipimpin oleh dokter secara penuh
2. Puskesmas tipe B dipimpin oleh dokter tidak secara penuh
3. Puskesmas tipe C dipimpin oles paramedik
13
fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas sektoral maupun LSM dan
tokoh mayarakat.Pemberdayaan keluarga adalah segala upaya fasilitas
yang bersifat non instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan
kemampuyan keluarga agar mampu mengidentifikasi masalah,
merencanakan dan mengambil keputusan untuk melakukan pemecahannya
dengan benar, tanpa atau dengan bantuan pihak.
3. Upaya Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Upaya pelayanan kesehatan tingkat pertama yang diselenggarakan
puskesmas bersifat holistic, komprehensif/menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan.Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan
yang bersifat pokok (basic health service), yang sangat dibutuhkan oleh
sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.Pelayanan kesehatan tingkat
pertama meliputi pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan
medik.Pada umumnya pelayanan kesehatan tingkat pertama ini bersifat
pelayanan rawat jalan (ambulatory/out patient service).
14
2.2.5. Wilayah Kerja Puskesmas
Wilayah kerja adalah batasan wilayah kerja puskesmas dalam
melaksanakan tugas dan fungsi pembangunan kesehatan, yang ditetapkan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berdasarkan keadaan geografis, demografi,
sarana transportasi, masalah kesehatan setempat, keadaan sumberdaya, beban
kerja puskesmas dan lain-lain. Selain itu juga harus memperhatikan dalam upaya
untuk meningkatkan koordinasi, memperjelas tanggung jawab pembangunan
dalam wilayah Kecamatan, meningkatkan sinergisme pembangunan dalam
wilayah Kecamatan, meningkatkan sinergisme kegiatan, dan meningkatkan
kinerjaApabila dalam satu wilayah Kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas
maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menunjuk salah satu
Puskesmas sebagai Koordinator pembangunan kesehatan di Kecamatan.
Sesuai dengan luas wilayah, keadaan geografis, sulitnya sarana
transportasi dan kepadatan penduduk, dalam upaya untuk memperluas jangkauan
dan mutu pelayanan kesehatan, Puskesmas ditunjang dengan unit pelayanan
kesehatan yang lebih sederhana dalam bentuk :
1. Puskesmas Pembantu adalah Unit Pelayanan Kesehatan yang sederhana
dan berfungsi menunjang serta membantu melaksanakan kegiatan yang
dilakukan Puskesmas dalam masyarakat lingkungan wilayah yang lebih
kecil serta jenis dan kompetensi pelayanan yang disesuaikan dengan
kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia. Tugas pokok adalah
menyelenggarakan sebagian program kegiatan puskesmas sesuai dengan
kompetensi tenaga dan sumberdaya lain yang tersedia.
2. Puskesmas Keliling adalah merupakan tim pelayanan kesehatan
puskesmas keliling, terdiri dari : tenaga yang dilengkapi dengan kendaraan
bermotor/perahu bermotor, peralatan kesehatan, peralatan komunikasi
yang berasal dari Puskesmas. Puskesmas Keliling berfungsi menunjang
dan membantu melaksanakan program kegiatan puskesmas dalam wilayah
kerja.yang belum terjangkau atau lokasi yang sulit dijangkau oleh sarana
kesehatan.
3. Disamping institusi tersebut di atas, ada Bidan di Desa yang mempunyai
peran spesifik.Bidan di Desa adalah tenaga bidan yang ditempatkan di
15
desa dalam rangka meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan
kesehatan Puskesmas, mempunyai wilayah kerja satu-dua desa dan
bertanggung jawab kepada kepala Puskesmas.Tugas pokok umum adalah
memelihara dan melindungi kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya,
sedangkan secara khusus bertanggung jawab terhadap program kesehatan
ibu dan anak termasuk Keluarga Berencana.
Dalam keadaan tertentu misalkan letak puskesmas jauh dari rumah sakit,
sulitnya keadaan medan puskesmas menuju rumah sakit, sulitnnya sarana
transportasi menuju rumah sakit, daerah rawan kecelakaan/rawan bencana lain-
lain, maka puskesmas dapat diberi tambahan ruangan untuk rawat inap sementara
dan fasilitas tindakan operasi terbatas.
Puskesmas Rawat Inap adalah Puskesmas dengan tambahan ruangan dan
fasilitas tempat perawatan untuk menolong penderita gawat darurat baik berupa
tindakan operatif terbatas atau perawatan sementara.Fungsinya sebagai “Pusat
Rujukan Antara” yang melayani penderita gawat darurat sebelum dapat dirujuk ke
rumah sakit.
KEPALA
PUSKESMAS
TATA USAHA
PUSKESMAS
PEMBANTU
16
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mempunyai tugas untuk menetapkan struktur
organisasi puskesmas dengan pertimbangan beban kerja dan potensi sumber daya
yang tersedia di Puskesmas. Pola organisasi puskesmas sebagai berikut :
1. Kepala
2. Wakil Kepala (disesuaikan beban kerja dan kebutuhan puskesmas dan
yang menetapkan ada atau tidak adalah Dinas Kesehatan Kabupaten dan
Kota).
3. Unit tata usaha
Unit fungsional Alternatif lain yang dapat dipertimbangkan satuan organisasi
dalam unit tata usaha, sebagai berikut :
1. Unit Perencanaan
2. Unit Keuangan
3. Unit Perlengkapan
4. Unit Umum
2.2.6.1. Tugas Pokok
1. Kepala Puskesmas :
Bertugas memimpin, mengawasi dan mengkoordinasikan kegiatan
puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan structural, dan jabatan
fungsional.
2. Kepala urusan tata usaha
Bertugas dibidang kepegawaian, keuangan perlengkapan dan surat
menyurat serta pencatatan dan pelaporan.
3. Unit I
Bertugas melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga
berencana dan perbaikan gizi.
4. Unit II
Melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular khususnya imunisasi, kesehatan lingkungan dan laboratorium
sederhana.
5. Unit III
17
Melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, kesehatan tenaga
kerja dan manula.
6. Unit IV
Melaksanakan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat, kesehatan
sekolah dan olahraga, kesehatan jiwa, kesehatan mata dan kesehatan
khusus lainnya.
7. Unit V
Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan upaya
masyarakat dan penyuluhankesehatan masyarakat, kesehatan remaja
dan dana sehat.
8. Unit VI
Melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan rawat inap
9. Unit VII
Melaksanakan kegiatan kefarmasian.
2.2.7. Sistem Rujukan
1.Pengertian
Seperti yang telah dirumuskan dalam SK Menteri Kesehatan Nomor 23
Tahun 1972 tentang Sistem Rujukan adalah suatu system penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggungjawab
timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara
vertikal dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang
lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang
setingkat kemampuannya.
2. Jenis Rujukan
Rujukan secara konseptual terdiri atas :
a) Rujukan Medik yang pada dasarnya menyangkut masalah
pelayanan medik perorangan yang antara lain meliputi :
1) Rujukan kasus untuk keperluan diagnostic, pengobatan,
tindakan operasi dan lain-lain.
2) Rujukan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium klinik
yang lengkap.
18
3) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan atau
mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk
melakukan tindakan, memberi pelayanan, alih pengetahuan
dan teknologi dalam meningkatkan kualitas pelayanan.
b) Rujukan Kesehatan Masyarakat pada dasarnya menyangkut
masalah kesehatan masyarakat luas yang meliputi
1) Rujukan sarana berupa antara lain bantuan laboratorium
kesehatan, teknologi kesehatan.
2) Rujukan tenaga dalam bentuk antara lain dukungan tenaga ahli
untuk penyidikan sebab dan asal usul penularan penyakit serta
penanggulangannnya pada bencana alam dan gangguan
kamtibmas.
3) Rujukan operasional berupa antara lain bantuan obat, vaksin,
pangan pada saat terjadi bencana, pemeriksaan specimen jika
terjadi keracunan masal, pemeriksaan air minum penduduk.
3.Jalur Rujukan Kesehatan
a). Rujukan Pelayanan Medis
1) Antara masyarakat dengan puskesmas
2) Antara Puskesmas Pembantu/Bidan di Desa dengan Puskesmas
3) Intern antara petugas Puskesmas/Puskesmas Rawat Inap
4) Antara Puskesmas dengan Rumah Sakit, Labratorium atau
fasilitas pelayanan lainnya.
b). Rujukan Pelayanan Kesehatan
1) Dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
2) Dari Puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik
intrasektoral maupun lintas sektoral.
3) Jika rujukan di Kabupaten/Kota masih belum mampu
menanggulangi, dapat diteruskan ke Provinsi/Pusat.
2.3. Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas
2.3.1.Definisi
19
pengambil keputusan manajerial tingkat puskesmas.Sistem informasi kesehatan
adalah program sistem informasi kesehatan daerah yang memberikan
informasitentang segala keadaan kesehatan masyarakat di tingkat Puskesmas
mulai dari datadiri orang sakit, ketersediaan obat sampai data penyuluhan
kesehatan masyarakat . (Wayan K : 2009)
2.3.2.Tujuan Pengembangan SIK Puskesmas
Tujuan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Puskesmas
adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui sistem informasi yang
terintegrasi di semua unit pelayanan Puskesmas sehingga dapat meningkatkan
kecepatan proses pada pelayanan, mempermudah akses data, pelaporan dan
akurasi data sehingga menjadi lebih baik.Tujuan umum proyek Pengembangan
Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas adalahmeningkatkan status kesehatan
khususnya bagi masyarakat kurang mampu, dengan carameningkatkan cakupan
pelayanan kesehatan, kualitas pelayanan dan penggunaan fasilitaspelayanan.
Tujuan Khusus :
1) Membantu pemerintah dalam penyelenggaraan proses desentralisasi
2) Membantu pemerintah dalam pengelolaan dana tambahan bagi kesehatan
3) Membantu pemerintah dalam advocacy sector Kesehatan
4) Membantu provinsi dan kabupaten/kota untuk menyempurnakan sistem
informasikesehatan yang ada untuk mendukung desentralisasi. Sistem
yang baru akan terdiridari informasi yang diperoleh dari fasilitas
pelayanan kesehatan, masyarakat dandata survailans epidemologi.
2.3.3. Latar Belakang penggunaan Sistem Informasi Kesehatan (SIK)
Puskesmas
Latar belakang digunakannya system informasi kesehatan di Puskesmas
sendiri dikarenakan oleh hal – berikut, yakni :
1) Belum adanya ke-validan data mengenai orang sakit, penyakit, bumil,dll
dalam wilayahsuatu puskesmas.
2) Memperbaiki pengumpulan data di Puskesmas, guna laporan ke Dinas
KesehatanKabupaten.
20
3) Memasuki Era Otonomi Daerah mutlak diperlukan Informasi yang tepat,
akurat dan upto date berkenaan dengan data orang sakit, ketersediaan obat,
jumlah ibu hamil,
4) masalah imunisasi dll.
21
5. Sub Sistem Pelayanan Kesehatan, yang berfungsi mengelola data
pelayanan kesehatan, terdiri dari pelayanan dalam gedung yaitu sub sistem
rawat jalan yang meliputi pelayanan dasar (BP,GIGI, KIA,Imunisasi,
Laboratorium) dan pelayanan puskesmas keliling, rawat inap, rekam medis
dan manajemen obat. Pelayanan luar gedung meliputi sub sistem KIA dan
GIZI, Kesling dan TTU, Pemberantasan Penyakit Menular, PKM, PSM,
dan PERKESMAS.
6. Sub Sistem Pelaporan, yang berfungsi untuk menyediakan laporan-
laporan, meliputi laporan SP2TP (LB1, LB2, LB3 dan LB4) dan laporan
program.
7. Sub Sistem Penunjang, yang menyediakan layanan penunjang sistem
seperti: membuat backup dan restore data, data recovery, user list and
right assignment, user shortcut, short message over network.( Prayekti :
2008)
2.3.5.Implementasi
1. Sosialisasi SIK :
Kegiatan Sosialisasi SIK berupa kegiatan pertemuan antara Dinas
Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
Puskesmas.Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan SIK
Kabupaten/Kota kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas
menyangkut latar belakang pengembangan SIK, arsitektur komputer,
cakupan data, cara komunikasi data, sarana pendukung dan kebijakan
pendukung SIK.
2. Penyesuain Input dan Output SIK
Kegiatan ini juga berupa pertemuan yang dilaksankan di Kabupaten/Kota
di wilayah puskesmas yang dipakai uji coba SIK.Tujuan kegiatan ini untuk
memperkenalkan SIK Kabupaten dan Puskemas. Penyesuaian kebutuhan
22
data program antara Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota serta Puskesmas yang dipakai uji coba serta membahas
format pelaporan.
3. Instalasi SIK
Kegiatan ini dilakukan Tim dari Data Mandiri yang didampingi Tim dari
Dinas Kesehatan Provinsi ke tempat lokasi puskesmas yang dipakai uji
coba SIK berupa menginstal SIK Puskesmas, Instal anti virus, mensetting
jaringan serta kegiatan lain sesuai kebutuhan puskesmas yang diuji coba.
Kegiatan ini bertujuan agar komputer jaringan dan piranti lunak SIK di
masing – masing puskesmas yang dipakai uji coba di Provinsi Bali
terpasang dan terhubung.
4. Pelatihan Manajer dan Operator SIK
Kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk melatih petugas manajer dan
operator SIK di setiap puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
agar memiliki skill untuk mengoperasikan SIK. Peserta untuk pelatihan
manajer SIK terdiri dari 1 orang petugas dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota serta 2 orang dari setiap puskesmas yang dipakai untuk
uji coba SIK, sedangkan untuk peserta pelatihan operator SIK semua
peserta pelatihan manajer SIK, ditambah 1 orang petugas dari Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota serta 7 orang dari setiap puskesmas yang
dipakai uji coba SIK.
5. Pendampingan SIK
Kegiatan pendampingan SIK dilaksanakan dengan mengunjungi setiap
puskesmas yang dipakai uji coba SIK oleh Tim Data Mandiri yang
didampingi oleh Tim dari Dinas Kesehatan Provinsi.Tujuan pendampingan
SIK adalah untuk menjamin kelancaran pengoperasian SIK di masing-
masing puskemas uji coba serta memberikan bimbingan teknis
pengoperasian SIK. Tim pendamping dari data mandiri akan mendampingi
operator SIK secara teratur dari masing – masing unit sampai operator SIK
dianggap mampu mengoperasikan SIK.
6. Monitoring SIK
23
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi hasil
perkembangan hasil program SIK Puskesmas.
7. Penyempurnaan SIK
Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan penyempurnaan piranti lunak SIK
sesuai hasil rekomendasi hasil uji coba.Kegiatan ini berupa pertemuan,
perbaikan software serta pendampingan SIK di masing-masing puskemas.
SIK Puskesmas yang dikembangkan memiliki dua tipe atau model yang
dapat diterapkan sesuai dengan ketersediaan komputer pada puskesmas, adapun
model tersebut adalah:
1. Model A
Model ini dalam melakukan pelayanan dalam gedung, dilakukan secara
online dan penginputan data dilakukan pada saat tengah berlangsung.
Model ini membutuhkan setidaknya 5 unit komputer yang ditempatkan
pada loket, apotek, dan ruang pelayanan ( BP, KIA, GIGI, dll).
2. Model B
Komputer yang dibutuhkan pada model ini hanya 2 unit, yang dapat
diletakkkan pada loket dan ruang pelayanan (BP). Pada model data
pelayanan BP diinputkan pada saat pelayanan dan data pelayanan yang
lain diinputkan setelah pelayanan. Hal ini menuntut petugas khusus entry
data setelah pelayanan untuk ruang pelayanan yang tidak tersedia
komputer.( Prayekti : 2008)
24
Dalam melakukan evaluasi ada beberapa hal yang dapat dipergunakan
yakni : wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara dapat dilakukan
terhadap pengguna, baik pengguna langsung ataupun pengguna tidak
langsung.Observasi dapat dilakukan dengan mengamati secara langsung sistem
komputerisasi sedangkan dokumentasi dapat dilakukan dengan melihat dokumen-
dokumen yang dihasilkan oleh sistem komputerisasi, apakah lebih tepat, cepat dan
akurat dibandingkan dengan dokumen yang dihasilkan oleh sistem sebelumnya.
25
BAB III
PEMBAHASAN
26
b. Bangunan
Dibangun pada tahun 1984, rehab terakhir tahun 2010 untuk Luas
tanah ± 1000m2, memiliki 3 bangunan ( bangunan utama puskesmas, KIA
dan Rumah Dokter)
c. Sarana Transportasi
Satu buah mobil Operasional Pusling, 1 buah mobil Ambulance, 3 buah
sepeda motor.
d. Unit Gawat Darurat 24 Jam
e. Pelayanan Rawat Inap (Umum dan Kebidanan)
27
3.6. Keadaan Umum Wilayah Kerja Puskesmas Timbangan
- Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Banyuasin dan kota
Palembang.
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kec. Tanjung Batu
- Sebelah barat berbatasan dengan Desa Payakabung dan Kota Prabumulih
- Sebelah Timur berbatasan dengan Indralaya Selatan
28
- Poskesdes :3
- Posyandu :6
- Kader : 45 orang
- Mata Pencaharian Penduduk :
Petani : 30 %
Pedagang : 25 %
PNS, TNI, Polri : 35 %
Lain-lain : 15 %
29
3.12. 10 Penyakit Terbanyak
- ISPA : 817
- Gastritis : 518
- Peny. Kulit Alergi :391
- Penyakit Gigi : 376
- Rheumatic : 310
- Hypertensi : 306
- Thypoid : 267
- Diare : 248
- Febris : 144
- Peny. Kulit Infeksi : 116
30
3.13. Struktur Organisasi
Lansia UGD
Kepegawaian Surat- Perlengkapan Bendahara PSK Kecelakaan
n menyurat n jamkesnas
Kespro Balai Pengobatan
Bendahara
Jamsoskes MTBS Poli GIgi
KB Rawat Inap
Bendahara Upaya kesehatan Penunjang
Dana BOK
31
3.14. Flow Chart Pendaftaran Pasien Di Puskesmas Timbangan
Pasien datang
Pendaftaran
Poli UGD
Poli Umum Poli Gigi KB/ KIA/ TB siwa Bedah Non Bedah Kebidanan
Lansia/
MTBS
Tindakan
Tindakan LAB
Apotek
Pasien Pulang
Keterangan :
: Menunjukkan notasi untukawal dan akhir bagan alir
: Menunjukkan suatu operasi input atau suatu operasi output
: Menunjukkan suatu proses yang akan digunakan
: Menunjukkan petunjuk dari aliran fisik pada program
32
3.15 . Sistem Informasi Kesehatan di Puskesmas Timbangan
33
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
34
Daftar Pustaka
Anonim. 2010.
http://bursakerjaindonesia.info/lowongan-kerja/tujuan
puskesmas.php. Diakses tanggal 30 April 2011
Anonim. 2007. http://www.bahtiarlatief.co.cc/2010/03/puskesmas.html
Diakses tanggal 30 April 2011
Anonim.2007.
http://dinkesbonebolango.org/index2.php?option=com_content&d
_pdf=1&id=27.Diakses 30 april 2011
Wikipedia.2010.http://id.wikipedia.org/wiki/Pusat_Kesehatan_Masyarakat.
Diakses tanggal 30 April 2011
35
36