1. PRENATAL DEVELOPMENT
Prenatal Development dimulai saat sperma dan ovum bersatu (conception) membentuk
individu baru. Perubahan yang sangat banyak terjadi selama 38 minggu masa kehamilan
biasanya dibagi dalam 3 periode, yaitu:
1. Periode zygote
2. Periode embrio
3. Periode janin.
Periode Zygote
Periode ini berlangsung selama kurang lebih 2 minggu. Pada periode ini terbentuklah
blastocyst. Sel yang berada dibagian dalam yang dinamakan embryonic disk adalah
yang nantinya akan menjadi organisme baru. Lapisan luar dari sel yang dinamakan
trophoblast adalah yang nantinya akan menyediakan perlindungan menyeluruh dan
penyediaan nutrisi.
2
Implantasi Terjadi antara hari ke tujuh dan hari kesembilan. Pada tahap ini
terbentuklah amnion. Amnion membantu menjaga suhu pada
lingkungan prenatal tetap stabil dan menyadiakan perlindungan terhadap
segala bentuk hentakan yang disebabkan oleh pergerakan ibu. Pada
tahap ini juga terbentuk kuning telur yang akan menghasilkan sel-sel
darah merah sampai liver, limpa, dan tulang sumsum yang sedang
berkembang mengambil alih fungsinya.
Plasenta & Saat pembuluh-pembuluh darah muncul dari chorion (membran terluar
tali pusar yang membentuk perlindungan terhadap organisme) dan pembuluh-
pembuluh darah ini masuk ke dalam dinding uterus, suatu organ khusus
yang dinamakan plasenta mulai berkembang. Melalui plasenta
organisme dapat menerima makanan, oksigen dan zat-zat yang sudah
tidak terpakai lagi dapat dibuang. Plasenta terhubung dengan organisme
yang sedang berkembang melalui tali pusar. Pada saat berakhirnya
periode zygote, organisme yang sedang berkembang telah menemukan
makanan dan perlindungan didalam uterus.
3
Periode Embrio
Periode ini berlangsung mulai dari implantasi sampai minggu kedelapan kehamilan.
Setengah bulan Pada minggu pertama periode ini embryonic disk membentuk 3
terakhir dari lapisan sel:
bulan pertama 1. ectoderm; yang nantinya akan menjadi sistem syaraf dan
kehamilan kulit
2. mesoderm; yang nantinya akan menjadi otot, rangka tubuh,
sistem sirkulasi dan organ dalam tubuh
3. endoderm; yang nantinya akan menjadi sistem pencernaan,
paru-paru, saluran kencing dan kelenjar.
Mula-mula sistem syaraf adalah yang paling cepat berkembang.
Ectoderm membentuk suatu neural tube/ primitive spinal cord.
Produksi neuron terjadi dalam neural tube. Saat sistem syaraf
berkembang, jantung mulai memompa darah, otot, tulang
belakang, tulang rusuk dan saluran pencernaan mulai berkembang.
Bulan kedua Pertumbuhan organisme berlangsung dengan cepat. Mata, telinga,
masa kehamilan hidung, rahang dan leher mulai terbentuk. Organ-organ dalam juga
semakin jelas, pada masa ini liver dan limpa mengambil alih
pemroduksian sel darah merah sehingga kuning telur tidak lagi
dibutuhkan.
4
Periode Janin
Periode janin adalah fase pertumbuhan dan fase penyelesaian terakhir.
Bulan ketiga Organ-organ tubuh, otot-otot, dan sistem syaraf mulai terorganisir dan
masa tersambungkan satu sama lain. Memasuki minggu kedua belas, organ
kehamilan genital bagian luar mulai terbentuk dengan baik jenis kelamin dari
janin dapat dideteksi menggunakan ultrasound. Saat ini detak jantung
sudah menjadi lebih kuat dan dapat didengar melalui stethoscope. Pada
akhir bulan ketiga trimester pertama telah dilalui.
Trimester Antara minggu ke 17 dan 20, organisme sudah tumbuh cukup besar
kedua sehingga ibu dapat merasakan pergerakannya. Banyak organ-organ
tubuh yang sudah berkembang dengan baik dan perkembangan
terpenting terjadi pada otak. Pertumbuhan otak, berarti adanya
kapasitas tingkah laku yang baru. Saat janin berusia 20 minggu, janin
dapat distimuli seperti halnya terganggu oleh suara. Janin yang terlahir
pada waktu ini tetap saja tidah dapat bertahan hidup. Paru-parunya
belum siap sepenuhnya, otak belum dapat mengatur pernapasan dan
suhu tubuh.
5
Trimester Selama trimester terakhir ini, janin yang terlahir lebih awal memiliki
ketiga kesempatan untuk bertahan hidup. Saat dimana seorang bayi pertama kali
dapat bertahan hidup disebut dengan usia kelangsungan hidup (age of
viability). Meskipun begitu bayi yang lahir pada bulan ketujuh atau
kedelapan dari masa kehamilan tetap saja mengalami masalah dalam
bernafas, dan bantuan oksigen sangat diperlukan. Meski pusat pernafasan
yang ada diotak sudah siap, namun kantung-kantung kecil dalam paru-
paru belum siap untuk memompa dan menukar karbon dioksida menjadi
oksigen. Pada masa ini kepribadian juga mulai terbentuk. Pola aktivitas
dari janin sebelum dilahirkan memberikan prediksi mengenai
temperamennya. Janin yang pergerakannya antara periode diam dan aktif
cenderung menjadi bayi yang tenang dengan waktu tidur/bangun yang
dapat diprediksikan. Sebaliknya janin yang sangat aktif dalam jangka
waktu yang lama sangat mungkin menjadi bayi sukar untuk ditangani,
rewel, tidak menyukai hal-hal baru, tidak teratur dalam makan, tidur dan
sangat aktif.
Teratogens
Asal kata: teras (Yunani) = bentuk yang cacat atau benda yang aneh sekali bentuknya.
Istilah teratogen merujuk pada setiap hal yang ada di lingkungan yang dapat
mengakibatkan kerusakan selama periode prenatal. Kerusakan yang diakibatkan oleh
teratogen tidaklah sederhana dan bersifat langsung, hal-hal tersebut dapat dipengaruhi
oleh:
1. Dosis, semakin banyak dosis yang digunakan dalam periode waktu yang lama
biasanya akan lebih menimbulkan efek negatif.
2. Turunan .
6
Obat-obat ilegal
Yang termasuk dalam kategori ini adalah obat-obatan yang mengandung zat-zat adiktif
yang dapat mengubah suasana hati.
Obat Akibat
Kokain, heroin, Obat-obat tersebut dapat mengakibatkan kelahiran premature,
atau methadone berat badan bayi yang kurang, cacat fisik, kesulitan bernafas, dan
kematian saat dilahirkan. Pada saat dilahirkan bayi-bayi tersebut
terlahir sebagai ‘pecandu obat’, mereka seringkali demam, mudah
marah, dan sulit tidur. Pada tahun pertama bayi-bayi ini memiliki
perhatian yang kurang pada lingkungan sekitarnya dan
perkembangan motorik mereka lamban. Setelah melewati masa
kecilnya beberapa diantaranya menjadi lebih baik sedangkan yang
lain tetap gelisah dan kurang memperhatikan.
Crack (bentuk Bayi dari ibu yang menghisap (merokok) crack nampaknya akan
kokain yang lebih mengalami kerusakan pada sistem syaraf pusatnya dan berat badan
rendah secara yang rendah saat dilahirkan
kualitas)
Marijuana Penelitian yang dilakukan mengenai hubungan pemakaian
marijuana dengan berat badan yang rendah saat dilahirkan dan
kelahiran premature juga mengungkapkan beberapa hal:
pemakaian marijuana dapat mengakibatkan ukuran kepala bayi
yang kecil (ukuran pertumbuhan otak bayi), reaksi terkejut pada
bayi, gangguan tidur, sikap kurang memperhatikan.
Tembakau
Efek dari rokok selama masa kehamilan yang paling sering dijumpai adalah kurangnya
berat badan bayi saat dilahirkan. Meski demikian tingkat keguguran, kelahiran
premature, gangguan jantung dan pernapasan saat tidur, kematian bayi, dan kanker pada
masa kanak-kanak juga meningkat.
Meski bayi dari ibu yang merokok saat dilahirkan nampak berada dalam kondisi fisik
yang bagus, namun perkembangan yang abnormal pada anak tetap mungkin saja terjadi.
8
Bayi dari ibu yang merokok kurang memperhatikan suara-suara yang ada di sekitarnya
dan menunjukkan ketegangan otot yang lebih dibandingkan bayi yang lain.
Nikotin, zat adiktif yang terdapat dalam tembakau memiliki efek mengecilkan
pembuluh darah, mengurangi aliran darah ke uterus yang menyebabkan plasenta
berkembang secara abnormal. Hal ini mengurangi transfer nutrisi sehingga janin kurang
bertambah bobotnya. Selain itu nikotin meningkatkan konsentrasi CO2 dalam aliran
darah, baik ibu maupun janin. Co2 menggantikan O2 dari sel darah merah. Hal ini
merusak sistem syaraf pusat dan mengurangi berat bayi saat dilahirkan.
Bayi dari ibu yang menjadi perokok pasif juga mungkin akan mengalami berat yang
kurang pada saat dilahirkan, kematian saat dilahirkan, dan kemungkinan besar
mengalami ketidakmampuan untuk memperhatikan dan belajar.
Alkohol
Bayi yang berasal dari ibu yang mengkonsumsi alkoloh dalam jumlah yang banyak saat
kehamilan dapat mengalami Fetal Alcohol syndrome (FAS). Individu yang menyandang
FAS biasanya mengalami retardasi mental, ketidakmampuan melakukan koordinasi
motorik, atensi, memori, bahasa, perencanaan, dan problem solving. Ketidakmampuan
mental yang ada pada individu FAS adalah permanent.
Pola yang umumnya terjadi secara fisik: jarak antar mata yang jauh, kelopak mata yang
tidak terbuka penuh, bentuk hidung yang kecil dan menengadah, bibr atas yang tipis,
ukuran kepala yang kecil (menunjukkan bahwa otak belum sepenuhnya berkembang).
Radiasi
Radiasi dapat menyebabkan terjadinya mutasi, merusak DNA pada ovum dan sperma.
Cacat yang disebabkan oleh radiasi ditunjukkan oleh anak-anak yang lahir dari wanita
Jepang yang sedang hamil, yang selamat dari peristiwa Hirosima–Nagasaki. Efek dari
radiasi adalah meningkatnya keguguran pada masa kehamilan, ukuran kepala bayi yang
kecil, kecacatan fisik, dan pertumbuhan fisik yang lamban.
Polusi
9
Polutant Akibat
Merkuri Merupakan zat yang ditetapkan sebagai teratogen. Anak-anak
yang terkena dampak merkuri mengalami retardasi mental, cara
bicara yang abnormal, kesilitan dalam mengunyah dan menelan,
gerakan-gerakan yang tidak terkoordinasi. Hasil otopsi yang
dilakukan pada anak-anak yang meninggal menunjukkan adanya
kerusakan otak yang tersebar luas.
Lead (timah) Tingkat paparan yang tinggi dari timah dapat menyebabkan
kelahiran premature, berat badan yang rendah saat dilahirkan,
kerusakan otak, berbagai variasi cacat fisik. Selain itu bayi yang
terkena pengaruh timah secara samara-samar menunjukkan
perkembangan mental dan motorik yang kurang.
Polychlorinated Dapat mengakibatkan berat badan yang rendah pada saat
biphenyls (PCBs) dilahirkan, kulit yang kehitam-hitaman, kecacatan pada gusi dan
kuku, gelombang otak yang abnormal, perkembangan kognitif
yang tertunda.
10
Usia ibu saat Wanita yang menunda untuk memiliki anak menghadapi resiko
hamil & yang lebih besar untuk melahirkan bayi yang memiliki cacat
kelahiran kromosom dan kemungkinan untuk mengalami komplikasi saat
sebelumnya kehamilan.
12
Refleks Waktu
Eye blink Bayi akan segera menutup matanya saat ada cahaya atau Permanen
gerakan dekat matanya. Gerak ini dapat melindungi bayi dari
stimulasi yang terlalu kuat.
Rooting Bayi akan mengarahkan kepalanya pada sumber stimulasi, 3 minggu
contohnya seperti pada saat diberi sentuhan pada bagian pipi
dekat mulut. Gerak ini membantu bayi menemukan puting
susu ibunya
Sucking Secara ritmis bayi melakukan gerak ini ketika ada benda Permanen
dalam mulutnya. Gerak ini membantu proses feeding.
Swimming Bayi menggerakkan tangan dan kakinya seperti sedang 4-6 bulan
berenang ketika diletakkan dalam air. Gerak ini dapat
membantu bayi bertahan hidup ketika secara tidak sengaja
terjatuh dalam air.
Moro Bayi membuat gerakan “memeluk” dengan membungkukkan 6 bulan
badannya, melebarkan posisi kakinya, “melemparkan”
tangannya, kemudian menariknya kedalam, kearah
tubuhnya.gerak ini diperkirakan membantu bayi untuk tetap
dekat (cling) pada ibunya.
Palmar Bayi secara spontan menggenggam jari orang dewasa saat jari 3-4 bulan
grasp tersebut menyentuh dan ditekankan pada bagian telapak
tangan bayi. Gerak ini mempersiapkan bayi pada gerak
menggenggam yang bertujuan.
14
Refleks Waktu
Tonic Ketika kepala bayi diarahkan pada salah satu sisi pada saat ia 4 bulan
neck sedang berbaring, maka bayi berbaring pada posisi fencing- salah
satu tangan diletakkan didepan mata, pada sisi dimana kepala
diarahkan. Tangan lainnya tetap rileks. Gerak ini mempersiapkan
bayi pada gerak meraih yang bertujuan.
Stepping Pada saat bayi dipegang dalam posisi diberdirikan dan kakinya 2 bulan
dibiarkan menyentuh permukaan yang datar maka bayi akan
mengangkat kakinya secara bergantian. Gerak ini mempersiapkan
bayi untuk berjalan.
Babinski Pada saat bagian telapak kaki bayi di sentuh (dari arah jari kaki 8-12
menuju tumit) maka bayi akan merentangkan jari-jari kakinya. bulan
Kebanyakan gerak refleks yang dimiliki bayi menghilang pada usia 6 bulan. Para
peneliti mempercayai bahwa hal tersebut terjadi karena secara bertahap mulai bayi
mulai menunjukkan gerak yang bertujuan. Gerak refleks yang dimiliki bayi dapat
mengungkapkan kondisi system saraf yang dimiliki bayi. Bayi yang mengalami
kerusakan otak kemungkinan akan memiliki gerak refleks yang lemah atau sama sekali
tidak memilikinya. Dalam kasus-kasus tertentu gerak refleks pada bayi yang mengalami
kerusakan otak juga bisa nampak berlebihan dan kaku. Kerusakan otak juga dapat
dideteksi jika gerak refleks tetap muncul meski sudah melebihi waktu
perkembangannya dimana seharusnya gerak tersebut tidak muncul lagi.
Perkembangan Motorik
Ketrampilan motorik, sosial-emosional, kognisi dan bahasa sebenarnya berkembang
bersama-sama dan saling menunjang satu sama lain. Dengan setiap ketrampilan
motoriknya, bayi menguasai tubuh dan lingkungannya dengan cara yang baru.
Pencapaian motorik bayi mempunyai dampak yang besar pada relasi sosialnya. Contoh:
saat bayi dapat merangkak, orang tua mulai mengatur aktivitas anaknya dengan berkata
“tidak” dan mengekspresikan sedikit kemarahan dan ketidaksabaran. Berjalan, sering
mengacu pada “ujian dari keinginan” (testing of wills), dimana bayi usia 12 bulan mulai
menarik berbagai benda tanpa batas dan orang tua mulai mengatakan,”Saya katakan
15
jangan lakukan itu!” serta menandainya dengan berulangkali menarik tangan bayi dan
mengarahkan aktivitasnya.
Perubahan pada elemen tersebut, membuat sistem kurang stabil dan anak akan mulai
mengeksplorasi dan memilih pola motorik baru yang lebih efektif.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan perubahan sangat beragam, seiring usia. Pada
minggu-minggu pertama kehidupan, pertumbuhan otak dan tubuh sangat mempengaruhi
bayi dalam mengontrol kepala, pundak dan badan bagian atas, tapi selanjutnya (seperti
dalam mengambil mainan melintasi ruangan) dukungan lingkungan (seperti pemberian
semangat dari orang tua, objek pada kehidupan bayi sehari-hari) mempunyai pengaruh
yang lebih besar. Waktu pertama kali muncul, ketrampilan sifatnya masih coba-coba
dan tidak stabil. Bayi harus menyempurnakannya agar ketrampilan itu menjadi halus
dan akurat. Oleh sebab itulah perkembangan motorik prosesnya tak dapat ditentukan
secara genetis.
Tabel di atas menunjukkan bahwa gerakan meraih relatif tidak membutuhkan petunjuk
visual bagi lengan dan tangan, namun sebagian besar dikontrol oleh propriocention
(penghayatan terhadap gerakan dan lokasi dalam ruang, yang dibangkitkan oleh
stimulus dalam tubuh).
Sentuhan (Touch)
Sentuhan adalah dasar dari interaksi antara orang tua dan bayi. Sentuhan menstimulasi
awal perkembangan fisik dan vital bagi perkembangan emosional. Oleh sebab itu tak
mengherankan apabila sensitivitas terhadap sentuhan telah berkembang dengan baik
ketika bayi dilahirkan. Bayi yang baru lahir berespon terhadap sentuhan terutama di
area sekitar mulut, telapak tangan, dan telapak kaki.
Saat lahir, bayi cukup sensitive terhadap rasa sakit. Bayi laki-laki yang disunat tanpa
diberikan anestesi (penahan rasa sakit), akan berespon dengan tangisan yang
melengking, penuh stress dan peningkatan yang dramatis dalam detak jantung, tekanan
darah, tangan berkeringat, dilatasi pupil, dan ketegangan otot (Jorgensen, 1999).
Pemberian putting susu akan membantu mengurangi tangisan dan ketidaknyamanan
bayi, untuk sementara waktu dan juga untuk jangka panjang. Bisa juga diberikan cairan
manis dan sentuhan yang lembut dari orang tua untuk mengurangi rasa sakitnya. Bayi
yang dibiarkan menderita rasa sakit yang parah seperti sunatan tanpa anestesi, pada
21
awal kelahiran akan memberi efek pada tingkah lakunya dalam menghadapi vaksinasi
pada usia 4-6 bulan.
Ketika sentuhan lebih membawa kenikmatan dibandingkan rasa sakit, maka hal ini akan
meningkatkan keterlibatan bayi terhadap lingkungannya. Dalam suatu penelitian,
perhatian yang lembut dari orang dewasa akan membuat bayi tersenyum dan
meningkatkan perhatiannya terhadap wajah orang dewasa.
Rasa asin berbeda perkembangannya dari rasa manis, asam, atau pahit. Pada saat lahir
bayi menolak air asin, tapi sekitar usia empat bulan mereka memilih air asin dibanding
air tawar. Hal ini mempersiapkan mereka untuk menerima makanan padat. Selanjutnya,
rasa-rasa yang tidak disukai dapat diterima apabila mereka dibiasakan atau jika sedang
lapar. Contohnya bayi yang alergi susu sapi akan menerima rasa susu soya bila
dibiasakan.
Seperti halnya rasa, kesukaan terhadap bau tertentu dibawa sejak lahir. Sebagai contoh,
bau pisang atau coklat membuat bayi relaks dan berekspresi senang, sedangkan bau
telur busuk membuat bayi bermuka masam. Bayi yang baru lahir juga dapat
mengidentifikasi lokasi dari bau, dan apabila tidak menyenangkan mereka akan
mempertahankan dirinya dengan cara memalingkan muka dari arah bau tersebut.
Bayi yang baru lahir, dengan cepat akan menempatkan mukanya di antara payudara
ibunya dan segera menyusu. Bila putting susu terlepas dan salah satunya dibersihkan
maka ia akan segera mencari putting susu yang belum dibasuh. Hal ini menandakan ia
dituntun oleh bau-bauan.
22
Pada kesimpulannya, bayi yang masih kecil cukup mahir dalam mendeskriminasikan
rasa dan bau. Sayangnya hanya sedikit diketahui mengenai bagaimana perkembangan
kedua indera (pengecapan untuk merasa & penciuman untuk membau) sebagai hasil
dari kematangan otak dan pengalaman.
3. optical flow stimulation (bangkit dari gerakan pada area pandangan/visual field)
Kebanyakan penelitian memfokuskan diri pada optical flow (gerakan dalam area
pandangan yang memberikan sinyal bahwa tubuh sedang bergerak, sehingga
mengarahkan tubuh untuk menyesuaikan posturnya agar tubuh tetap merasa tegak). Hal
ini karena optical flow dapat dimanipulasi dengan mudah. Ternyata bayi yang baru lahir
pun akan berusaha menyesuaikan gerakan tubuhnya untuk menyeimbangkan diri
terhadap lingkungannya. Bayi yang baru lahir akan menyesuaikan diri dengan gerakan
kepala sedangkan yang berusia 5-9 bulan akan menyesuaikan dengan gerakan tubuh
yang lebih kompleks seperti menggerakkan punggungnya dan mengayun dengan kuat.
Pendengaran
Penglihatan (Vision)
Manusia bergantung pada penglihatan lebih dari indera lainnya untuk mengeksplorasi
lingkungan secara aktif, tapi indera ini yang paling belum matang saat bayi baru
dilahirkan. Struktur visual pada kedua mata dan otak berlanjut perkembangannya
setelah kelahiran. Contohnya bayi masih sangat rabun penglihatannya saat baru
dilahirkan.
Karena struktur visual yang belum matang, bayi yang baru lahir tak dapat memfokuskan
matanya dengan baik atau dapat disebut mempunyai visual acuity (ketepatan dalam
diskriminasi visual) yang terbatas. Saat baru lahir bayi hanya dapat melihat obyek
dalam jarak 20 kaki sejelas penglihatan orang dewasa untuk jarak 400 kaki. Sedangkan
warna yang dapat dilihat oleh bayi yang baru lahir hanyalah abu-abu yang buram.
Perkembangan kemampuan visual bayi baru mendekati orang dewasa di usia 6 bulan.
24
Hereditas (Heredity)
Pada kenyataan yang ada, selama pengaruh negative dari lingkungan seperti nutrisi
yang kurang atau penyakit tidak terlalu parah, anak-anak secara khas menunjukkan
catch-up-growth (pertumbuhan fisik yang kembali pada pola genetis yang telah
ditentukan sesudah tertunda oleh faktor lingkungan). Gen-gen mempengaruhi
pertumbuhan dengan mengontrol produksi tubuh akan sesuatu dan sensitivitas terhadap
hormone. Kadang-kadang mutasi mengganggu proses pertumbuhan, contoh: orang yang
menjadi kerdil atau terlalu tinggi (terjadi mutasi terhadap growth hormone (GH).
Nutrisi (Nutrition)
Nutrisi penting bagi seluruh masa pertumbuhan, tetapi secara khusus genting untuk
masa pertumbuhan dua tahun pertama karena saat itu tubuh dan otak berkembang
sangat cepat. 25% dari total kalori yang diterima bayi digunakannya untuk bertumbuh.
Pada Negara-negara berkembang yang kesulitan bahan makanan, malnutrisi tersebar
dimana-mana. 4-7 % penduduknya biasanya menderita dua penyakit yang berkaitan
dengan makanan:
Di Negara Amerika, 25% anak-anak menderita obesitas (suatu kondisi kelebihan 20%
peningkatan berat badan, berdasarkan usia anak, jenis kelamin, & perkembangan fisik).
25
Anak-anak dan orang dewasa yang menderita obesitas rata-rata tidak disukai dan
diidentikan sebagai orang malas, kotor, jelek, bodoh, orang yang ragu-ragu dan suka
berbohong.
Manfaat Deskripsi
Bayi yang minum ASI mempunyai bakteri usus yang berbeda dari
Pencernaan yang baik
bayi yang minum susu botol. Oleh sebab itu mere jarang terkena
konstipasi atau diare.
Bayi yang minum ASI lebih mudah menerima makanan padat baru
Transisi yang lembut daripada bayi yang minum susu botol. Kemungkinannya adalah
bagi makanan padat karena mereka terbiasa dengan berbagai macam rasa makanan yang
dimakan oleh ibunya, yang terkandng dalam ASI yang mereka
minum.
Pada anak-anak yang memperoleh cukup nutrisi, penyakit tak akan mengganggu laju
pertumbuhan, tetapi pada anak-anak yang kekurangan nutrisi, kondisi malnutrisi akan
berinteraksi dengan penyakit mengakibatkan konsekuensi yang parah bagi
pertumbuhannya. Pada negara-negara berkembang, beberapa juta anak meninggal setiap
tahunnya karena diare yang disebabkan oleh pencemaran makanan dan kurangnya air
bersih. Salah satu hal yang dapat dilakukan dengan mudah dan murah adalah oral
rehydration therapy (ORT), suatu treatment terhadap diare, dimana anak yang sakit
diberikan glukosa, garam & air sebagai pengganti cairan tubuh yang hilang.
Kasih sayang dan stimulasi sama vitalnya bagi kesehatan tubuh seperti halnya makanan.
Dua kelainan pertumbuhan yang diakibatkan oleh kurangnya afeksi dan perhatian
adalah:
3. PERKEMBANGAN KOGNITIF
P engertian mengenai kognisi merujuk pada proses yang terjadi didalam diri dan
produk dari pemikiran yang mengacu pada keadaan “mengetahui”. Hal ini
melibatkan semua aktivitas mental seperti: attending, remembring, symbolizing,
categorizing, planning, reasoning, problem solving, creating dan fantasizing.
Kemampuan penyesuaian dari kognisi yang belum matang memberikan implikasi yang
besar bagi pendidikan. Tindakan memaksakan anak untuk mencapai level yang lebih
tinggi akan merusak proses yang ada. Piaget merupakan salah satu tokoh yang pertama
kali menekankan pentingnya kesiapan untuk belajar, dalam hal ini anak dihadapkan
pada tugas dan tantangan yang sesuai dan dihindarkan dari stimulasi yang terlalu
banyak dan kompleks yang dapat membingungkan dan membuat anak kewalahan.
2. Invariant, hal ini berarti tahapan yang ada selalu mengikuti urutan yang telah
ditetapkan dan tidak ada tahapan yang dapat dilewat.
3. Universal, tahapan yang ada dapat diasumsikan untuk menggambarkan tahapan
kognitif setiap anak-anak dimana saja.
Mental representation
Pada sub tahap 6, perkembangan sensori motor mencapai puncaknya melalui mental
representation. Tanda dari tercapainya kemampuan ini adalah anak dapat memperoleh
solusi dengan segera terhadap masalah, terkesan mereka bereksperimen dengan
berbagai tindakan yang akan dilakukan didalam pemikirannya. Selain itu kemampuan
ini menghasilkan beberapa kapasitas yang lain. Pertama hal ini mengacu pada kapasitas
untuk memecahkan masalah object permanence lebih lanjut yang melibatkan invisible
displacemant (menemukan benda yang dipindahkan saat tidak terlihat), kedua hal in
memungkinkan terjadinya deferred imitation kemampuan untuk mengingat dan meniru
tingkah laku dari model yang tidak ada. Terakhir hal ini memungkinkan untuk
terjadinya make believe play, dimana anak melakukan dan membayangkan aktivitas
yang ada.
Drawings
Kemajuan kognitif dan penekanan budaya pada pengekspresian secara artistik
mempengaruhi perkembangan dari representasi seni anak. Secara umum kegiatan
menggambar pada anak melalui keurutan sebagai berikut:
1. Scribbles (corat coret). Pada mulanya gerakan yang dilakukan, yang
menghasilkan coretan-coretan mengandung suatu representasi, contoh: coretan-
coretan yang melompat-lompat menjelaskan kelinci yang sedang melompat.
2. Representasi pertama dari bentuk.
3. Gambar yang semakin realistik. Anak kecil tidak menuntut suatu gambar yang
realistik, namun ketika kognitif dan motorik halus berkembang mereka belajar
untuk lebih realistik lagi.
Hubungan antara simbol dengan dunia nyata (dual representation) memandang objek
dalam dua hal, yaitu dalam arti sebenarnya dan sebagai simbol.
33
3. Seriation
Kemampuan untuk mengurutkan sesuatu secara kuantitatif seperti berdasarkan panjang
atau berat disebut sebagai seriation. Pada tahap ini anak juga dapat melakukan seriation
secara mental, suatu kemampuan yang disebut sebagai transitive inverence.
Hypothetico-Deductive Reasoning
Hypothetico-deductive reasoning merupakan suatu bentuk problem solving dari tahap
formal operational. Anak mulai dari teori yang bersifat umum dari segala faktor yang
memungkinkan yang dapat mempengaruhi penyelesaian masalah dan membuat
hipotesis yang sesuai, yang telah mereka uji sesuai dengan keurutan yang ada. Piaget
mengilustrasikan hal ini dalam permasalahan “pendulum”.
Perencanaan
Pada tahap ini anak dapat mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan logis (dalam
bentuk verbal) tanpa melihat keadaan nyata. Meski Piaget tidak memandang bahasa
memegang peranan utama dalam perkembangan kognitif, namun ia mengakui bahwa
36
hal tersebut menjadi penting selama tahap ini. Pemikiran secara abstrak memerlukan
suatu sistem yang didasarkan pada bahasa sebagai representasi dari apa yang ada, yang
tidak mewakili dunia nyata seperti yang ada dalam proses matematika. Pemikiran secara
formal operational juga melibatkan kemampuan verbal mengenai konsep abstrak.
Orang dewasa menggunakan kapasitas ini saat mereka berusaha untuk mengetahui relasi
antara waktu, ruang, dan permasalahan dalam fisika dan kebebasan dalam berfilosofi
dan studi mengenai permasalahan sosial.
Pandangan Piaget:
Piaget menamakan ungkapan-ungkapan ini sebagai egosentric speech, suatu istilah
untuk menggambarkan kayakinannya bahwa hal tersebut merupakan refleksi dari
ketidakmampuan pada tahap pre operational anak untuk membayangkan sudut pandang
orang lain. Piaget percaya bahwa kematangan kognitif dan pengalaman sosial tertentu
seperti pertentangan dengan teman sebaya pada akhirnya akan mengakhiri egosentric
speech. Melalui berargumen dengan teman sebaya, anak secara berulang melihat bahwa
orang lain memegang sudut pandang berbeda dari dirinya. Selanjutnya egosentric
speech secara bertahap menurun dan digantikan dengan social speech, dimana anak
dapat menyesuaikan apa yang mereka katakan kepada pendengarnya.
Pandangan Vygotsky
Vygotsky menentang keras kesimpulan yang dibuat Piaget. Ia memberikan alasan
bahwa anak belajar berbicara pada diri sendiri sebagai self gudance. Bahasa membantu
anak untuk berpikir mengenai aktivitas mental, perilaku, dan tindakan-tindakan tertentu.
Vygotsky menganggap hal tersebut sebagai dari semua proses kognitif.
Vygotsky menduga private speech berlangsung seiring dengan usia, berubah menjadi
bisikan dan gerakan mulut. Lebih jauh, anak yang dengan bebas menggunakan private
speech selama aktivitas yang menantang, menjadi lebih perhatian dan terlibat dan
menunjukkan perbaikan besar dalam penampilannya.
intervensi bagi setiap zone of proximal development. Hal ini juga dilakukan oleh
kolaborasi dari teman sebaya.
4. LANGUAGE DEVELOPMENT
Perspektif Nativistik
Seorang nativist yaitu Noam Chomsky (1968), menyatakan bahwa anak-anak terlahir
dengan struktur mental bawaan yang mengarahkan penguasaan bahasa mereka, secara
spesifik hal tersebut disebut sebagai grammar. Chomsky mengistilahkannya sebagai
42
Perspektif Interaksionis
Pandangan interaksionis fokus pada interaksi antara faktor biologis dengan faktor
lingkungan dalam penguasaan bahasa. Peran aktif dari anak dalam perkembangan
berbicaranya berjalan seiring dengan peran dari orangtua sebagai agen sosialisasi.
Penguasaan bahasa tidak terpisah dari aspek-aspek lain dari perkembangan.
Perkembagan bahasa terjadi dalam berbagai perilaku dan konteks perkembangan
dimana anak berusaha untuk menguasai tujuan-tujuan yang bermakna dan terlibat dalam
suatu relasi dengan orang lain. Meski faktor biologis dianggap sebagai kontributor
penting, pendekatan interaksionis tidak membuat asumsi-asumsi mengenai pengaruh
dari kontribusi yang bersifat bawaan tersebut. Dalam pandangan interaksionis,
perkembangan bahasa yang normal adalah hasil dari suatu keseimbangan yang rapuh
dari orangtua dan anak. Saat orangtua berbicara pada anak dengan memanfaatkan apa
yang sudah diketahui dan dimengerti oleh anak, secara drastis mereka meningkatkan
kesempatan anak untuk memahami suatu pesan yang baru.
b. Recast
Orang dewasa akan mengubah kalimat tidak lengkap yang diucapkan
anak menjadi bentuk tata bahasa yang lebih kompleks. Dengan
menggunakan teknik ini orangtua memberikan pengaruh baik dalam hal
mengkoreksi pengucapan anak dan membimbing mereka kedalam
penggunaan tata bahasa yang sesuai.
Preverbal Communication
Orangtua dan bayi seringkali terlibat dalam suatu jenis dialog dengan menggunakan
suara-suara, gerakan, senyuman, dan berbagai ekspresi wajah lainnya. Secara khusus
senyuman dianggap merupakan hal yang penting dalam membantu bayi belajar
bagaimana mengkoordinasikan vokalisasi yang ia miliki dan untuk menerjemahkan
berbagai ekspresi yang ada kedalam komunikasi yang efektif. Meski awalnya nampak
sebagai suatu “percakapan”, melalui penelitian lebih lanjut hal tersebut digambarkan
sebagai “pseudo conversation” atau “pseudo dialogues” karena hanya orang dewasa
yang bertanggung jawab dalam mempertahankan interaksi yang terjadi tersebut.
45
Bayi memiliki pengendalian yang terbatas atas kecepatan mereka dalam memberikan
reaksi sehingga orang dewasa turut campur tangan dalam siklus responsiveness dan
unresponsiveness yang dimiliki bayi. Contoh: saat bayi berceloteh dan ibunya
membalas dengan berbicara pada bayi, awalnya ibu menunggu respon dari bayi, namun
jika tidak ada respon yang diberikan maka ibu dapat memberikan arahan pada bayi
dengan mengubah ekspresinya, berbicara kembali, atau memberikan sentuhan yang
lembut. Dalam proses ini gesture dan ekspresi wajah memegang peranan penting.
Terdapat dua jenis gesture yang biasa digunakan bayi, yaitu:
1. Protodeclarative
gesture yang digunakan bayi untuk membuat sejenis pernyataan tentang
suatu benda.
2. Protoimperative
gesture yang digunakan oleh bayi atau anak kecil untuk membuat orang lain
melakukan apa yang ia inginkan.
Komponen Bahasa
Bahasa terdiri dari 4 subsistem yang dikombinasikan oleh anak-anak menjadi suatu
sistem komunikasi yang fleksibel:
1. Phonology, komponen bahasa mengenai aturan untuk mengatur struktur
& keurutan bunyi ucapan.
2. Semantics, komponen bahasa mengenai pengertian arti kata & kombinasi
kata-kata.
3. Grammar, komponen bahasa mengenai syntax yaitu aturan penyusunan
kata-kata menjadi kalimat & morphology yaitu penggunaan tanda-tanda
gramatikal yang mengindikasikan angka, waktu, kejadian, orang, jenis kelamin,
kata aktif atau pasif, & arti lainnya.
4. Pragmatics, komponen bahasa mengenai aturan dalam melakukan
komunikasi yang tepat & efektif dengan orang lain.
mempelajari bahasa, referential style yaitu suatu gaya belajar bahasa awal, dimana anak
balita menggunakan bahasa terutama untuk memberikan label pada obyek.
Beberapa anak menggunakan expressive style, yaitu suatu gaya belajar bahasa awal,
dimana dimana anak balita menggunakan bahasa terutama untuk berkata mengenai
perasaan dan kebutuhan orang, permulaan kosakatanya ditekankan pada pengucapan
dan kata-kata yang umum digunakan di lingkungannya. Dengan demikian kosakatanya
berkembang lambat. Kosakata awal secara tipikal ditekankan pada kata-kata benda,
tindakan (kata kerja) dan kejadian yang muncul segera setelah tindakan dilakukan.
Keurutannya dipengaruhi oleh perkembangan kognitif anak dan bagaimana orang
dewasa berbicara kepadanya.
Kesalahan yang biasanya terjadi saat anak belajar kata-kata baru adalah underextention
dan overextention. Underextention yaitu suatu kesalahan pada kosakata awal, dimana
suatu kata dipergunakan terlalu sempit yaitu hanya pada sekelompok kecil benda atau
situasi dibanding yang semestinya, contohnya anak 16 bulan menggunakan kata
‘beruang’ yang hanya ditujukan pada beruang “Teddy” yang erat hubungannya dengan
dirinya. Overextention yaitu suatu kesalahan pada kosakata awal, dimana suatu kata
dipergunakan terlalu luas yaitu pada sekelompok besar benda atau situasi dibanding
yang semestinya, contohnya kata ‘mobil’ untuk bis, kereta, truk, dan mobil pemadam
kebakaran. Pembentukan kata-kata baru dan metafora, mengijinkan anak-anak untuk
memperluas rentang arti kata yang dapat mereka ekspresikan.
Kosakata yang tumbuh pada middle childhood melampaui perkembangan kosakata
anak-anak prasekolah. Anak-anak sekolah dasar sudah mampu menangkap arti kata dari
definisi dan tata bahasa metafora serta humor secara luas. Remaja mampu mengartikan
secara abstrak, sehingga kosakata makin meluas dan memiliki apresiasi yang halus,
seperti ucapan yang mengandung arti ironi atau yang mengandung arti sarkastis.
Bagian yang special dari working memori adalah phonological store yaitu bagian
working memori yang mempertahankan informasi yang diperoleh dari pembicaraan,
pendukung dari perkembangan awal bahasa. Di atas usia lima tahun, pengetahuan
mengenai arti kata mempengaruhi seberapa cepat anak belajar pengucapan bahasa.
Berdasarkan lexical contrast theory (Eve Clarck, 1990,1993,1995) diasumsikan bahwa
ada 2 prinsip yang mengatur perkembangan semantic: conventionality yaitu keinginan
bawaan anak-anak untuk memperoleh kata-kata dan artinya dari komunitas bahasa
mereka; serta contrast yaitu penemuan arti kata oleh anak-anak dengan cara
mengkontraskan kata-kata baru dengan apa yang mereka ketahui sehingga tampak celah
48
pada kosakata mereka. Ellen Makman (1989,1992) percaya bahwa pertumbuhan awal
dari fase kosakata mengikuti principle of mutual exclusivity yaitu suatu asumsi bahwa
kata-kata mengacu pada kategori yang secara keseluruhan terpisah satu dengan yang
lainnya (tak ada yang overlap). Prinsip ini dapat berlaku apabila arti kata yang ada
memang secara konseptual mempunyai jarak seperti kata ‘jepit’ dan ‘terompet’.
Sedangkan Gleitman, 1990 mengatengahkan suatu hipotesis yaitu semantic
bootstrapping yang maksudnya interpretasi anak-anak terhadap arti suatu kata adalah
dengan mengobservasi bagaimana kata-kata digunakan secara sintaksis dalam suatu
struktur kalimat. Mereka juga menggunakan petunjuk sosial dari orang dewasa dan
informasi yang secara langsung tersedia. Contohnya saat orang dewasa berbicara, “Ini
adalah sebuah Citron” sambil menunjuk pada sebuah mobil berwarna kuning. Anak usia
21 bulan akan menginterpretasikan kata ‘citron’ itu sebagai suatu kata sifat dari obyek
(dalam hal ini citron=kuning).
kurang jelas). Anak-anak prasekolah peka terhadap speech registers (adaptasi bahasa
terhadap ekspektansi/harapan sosial), bimbingan orang tua terhadap rutinitas kesopanan
anak di usia dini memperluas adaptasi tersebut.
kata lain sampel yang digunakan dalam mengeksplor keuntungan dari bilingualism
belum tentu representatif.
52
5. EMOTIONAL DEVELOPMENT
M ungkin kita pernah merasa senang, sedih, takut, atau marah sebagai reaksi atas
suatu kejadian, hal tersebut memunculkan emosi karena setidaknya pada saat
itu kita peduli terhadap hasil akhir yang ada.
Fungsi Emosi
Emosi mempersiapkan kita untuk bertingkah laku. Contohnya saat merasa senang kita
cenderung mendekatkan diri pada situasi tersebut, saat sedih kita bersikap pasif dan
menarik diri, rasa takut membuat kita menghindari situasi tersebut, dan rasa marah
memampukan kita mengatasi rintangan. Emosi mencerminkan kesiapan dalam
menentukan, mempertahankan, atau mengubah relasi kita terhadap lingkungan
berkenaan dengan hal-hal yang penting bagi kita.
Pendekatan functionalist, menekankan bahwa pemfungsian yang luas dari emosi adalah
untuk mengarahkan tindakan dalam mencapai tujuan pribadi. Kejadian-kejadian yang
ada secara pribadi dapat menjadi relevan dalam beberapa hal. Pertama, kita mungkin
telah memiliki tujuan yang ingin dicapai seperti mendapat hasil yang baik saat tes, maka
situasi tes mengarah pada emosi yang kuat. Kedua, tingkah laku sosial orang lain
mungkin dapat menjadi situasi yang signifikan, seperti saat seorang teman berkunjung
dan kita dengan ramah menyambutnya. Ketiga, suatu sensasi atau suatu pemikiran,
setiap pengehilatan, suara, rasa, bau, sentuhan, ingatan, atau imajinasi secara pribadi
dapat menjadi sesuatu yang relevan, menghasilkan emosi yang positif bila
menyenangkan dan emosi negatif bila tidak menyengkan. Penganut aliran ini
memandang emosi-emosi yang ada sebagai pusat dari segala aktivitas manusia, proses
kognitif, tingkah laku sosial, dan bahkan kesehatan fisik.
Hapiness
Kebahagiaan, yang dapat diartikan sebagai senyuman yang penuh kebahagiaan yang
kemudian diikuti dengan tawa yang gembira sekali, memberikan kontribusi pada
berbagai aspek perkembangan. Senyum dan tawa bayi saat mereka memperoleh
keterampilan baru, mengekspresikan kesenangan mereka terhadap penguasaan kognitif
dan motorik. Senyuman juga mendorong pengasuh untuk lebih affectionate dan lebih
merangsang bayi untuk tersenyum lagi. Kebahagiaan mengikat orang tua dan bayi
dalam suatu hubungan yang hangat, penuh dukungan yang membantu kompetensi
perkembangan bayi.
55
Pada akhir bulan pertama, senyum bayi pada hal yang menarik, namun hal tersebut
harus merupakan hal yang dinamis, menarik perhatian seperti objek yang terang
meloncat tiba-tiba melewati area pandang bayi. Pada usia 6 dan 10 bulan mulai muncul
social smile, senyum yang terjadi karena adanya stimulus dari wajah manusia, yang
segera diikuti oleh cooing yang menyenagkan.
Pada usia 2 sampai 3 bulan, bayi tersenyum dan melakukan cooing saat mereka
menemukan hal yang kebetulan terjadi antara perilaku mereka dan suatu kejadian.
Tawa, yang muncul sekitar usia 3 sampai 4 bulan mencerminkan pemrosesan informasi
yang cepat dibandingkan senyuman. Awalmulanya tawa terjadi sebagai respon terhadap
stimuli yang sangat aktif. Saat bayi semakin mengerti dunia sekitarnya, mereka tertawa
pada kejadian yang secara tidak kentara memiliki elemen kujutan seperti permainan
peek-aboo (ciluk-ba). Pada pertengahan tahun pertama senyum dan tawa bayi menjadi
lebih sering saat mereka berinteraksi dengan orang-orang yang dikenal. Pada usia 10
sampai 12 bulan bayi mulai memiliki berbagai senyuman yang bervariasi dalam
konteksnya. Selama tahun kedua, senyuman menjadi sinyal sosial.
Ekspresi sedih terjadi sebagai respon terhadap rasa sakit, pemindahan suatu objek dan
keterpisahan. Perasaan sedih umum terjadi saat bayi kehilangan pengasuh yang dekat,
penyayang atau saat komunikasi antara pengasuh dan bayi terganggu.
Fear
Rasa takut muncul pada setengah tahun terakhir dalam tahun pertama. Bayi dengan usia
yang lebih tua merasa ragu sebelum bermain dengan mainan baru, namun pada usia-usia
awal mereka akan meraih mainan baru tersebut dengan segera. Pengekspresian rasa
takut yang palin sering adalah rasa takut pada figur dewasa yang tidak dikenal yang
disebut sebagai stranger anxiety. Kewaspadaan bayi terhadap orang asing dipengaruhi
beberapa faktor: (1) temperamen bayi (2) pengalaman masa lalu dengan orang asing (3)
situasi saat ini. Budaya yang ada dapat memodifikasi stranger anxiety melalui berbagai
latihan. Saat kewaspadaan berkembang, bayu menggunakan pengasuh yang familiar
sebagai secure base dimana bayi dapat melakukan eksplorasi dan mendapat rasa aman
saat kondisi yang sukar terjadi. Sebagai bagian dari sistem adaptasi, pertemuan dengan
orang asing dapat membawa dua kecenderungan konflik pada bayi; yaitu: (1) approach,
menunjukkan ketertarikan dan keramahan (2) avoidance, menunjukkan rasa takut.
Tingkah laku bayi adalah keseimbangan antara kedua hal tersebut. Stranger anxiety dan
rasa takut lainnya menurun saat perkembangan kognitif memampukan anak untuk
secara efektif membedakan figur, situasi yang membahayakan atau tidak.
mempengaruhi reaksi awal dari evaluasi diri. Orang tua yang secara berulang memberi
feed back tentang hal-hal dan tampilan yang ditunjukkan anak memiliki anak yang
mengalami emosi-emosi self concious yanglebih intens (cenderung merasa malu setelah
mengalami kegagalan dan rasa bangga setelah mengalami keberhasilan).
Pada awal early childhood, rasa malu yang intens diasosiasikan dengan perasaan
‘personal inadequacy’ dan dihubungkan dengan ketidak mampuan dalam menyesuaikan
diri. Rasa bersalah selama terjadi pada situasi yang sesuai dan tidak disertai dengan rasa
malu dikaitkan dengan penyesuaian diri yang baik, karena rasa bersalah membantu anak
untuk menangkal impuls-impuls yang membahayakan. Rasa bersalah memotivasi anak
dengan perilaku menyimpang untuk memperbaiki kesalahan dan bertindak dengan lebih
banyak pertimbangan di masa mendatang.
Emotional Self-Regulation
Emotional self-regulation merupakan strategi untuk menyesuaikan kondisi emosi pada
level intensitas yang nyaman sehingga dapat mencapai tujuan.
Infancy
Pada masa infancy anak memiliki keterbatasan dalam meregulasi emosi, mereka dengan
mudah dipengaruhi stimulus internal atau eksternal, bergantung pada intervensi yang
menyejukkan dari pengasuh.
Pengasuh membantu bayi meregulasi emosi, mereka memberi kontribusi pada gaya
yang digunakan anak dalam melakukan regulasi diri.
Pada akhir tahun kedua, pencapaian dalam hal pengembangan diri dan bahasa mengarah
pada jalan baru untuk meregulasi emosi. Saat anak mampu memberi gambaran akan
keadaan dirinya, mereka dapat menuntun pengasuh untuk membantu mereka.
Contohnya saat mendengar cerita monster mereka merasa ‘takut’, karena itu ibu
memberi pelukan yang menenangkan.
Early Childhood
Setelah usia 2 tahun anak sering membicarakan perasaan mereka dan melakukan usaha
aktif untuk mengen dalikannya. Pada usia 3-4 tahun mereka dapat melakukan
verbalisasi terhadap variasi dari strategi yang digunakan untuk emotional self
regulation. Lingkungan sosial memberi pengaruh yang besar terhadap kapasitas anak
58
dengan seringnya mereka meniru ekspresi ketertarikan, bahagia, dan terkejut dan jarang
sekali meniru ekspresi marah dan sedih yang ditunjukkan bayi. Anak laki-laki akan
lebih sering mendapatkan latihan bagaimana mengendalikan rasa tidak bahagia
dibandingkan anak perempuan, hal ini dikarenakan anak laki-laki lebih sulit meregulasi
emosi negatif – anak perempuan secara emosi lebih ekspresif dan anak laki-laki secara
emosi lebih terkontrol.
Pada usia 3 tahun mereka dapat menunjukkan ekspresi yang sebenarnya tidak mereka
rasakan. ‘Topeng’ emosi ini secara garis besar terbatas hanya pada perasaan-perasaan
positif seperti bahagia dan terkejut. Bagi anak dan orang dewasa merasa bahwa berpura-
pura marah, sedih dan jijik adalah hal yang sulit.
Untuk membina hubungan yang harmonis, sebagian besar budaya mengajarkan anak
untuk mengkomunikasikan perasaan-perasaan positif dan menekan pengekspresian
emosi yang tidak menyenangkan. Budaya yang mementingkan kebersamaan akan
memberikan penekanan pada aturan-aturan pengekspresian emosi. Contohnya,
dibandingkan dengan orang Amerika, orang Jepang dan India dewasa menempatkan
pentingnya menutupi perasaan-perasaan negatif dan mereka sacara emosi lebih
terkontrol.
Social Referencing
Dalam social referencing, anak mengandalkan reaksi emosi orang lain untuk menilai
situasi yang belum jelas. Figur ayah dan ibu adalah sumber yang secara efektif
seimbang dalam memberi info mengenai emosi pada bayi. Orang tua dapat
menggunakan referensi sosial untuk mengajarkan kepada anak mereka bagaimana
bereaksi terhadap kejadian sehari-hari. Referensi sosial juga memberikan kesempatan
pada anak untuk membandingkan pada kajian mereka tentang suatu kejadian dengan
orang lain. Referensi sosial membantu anak untuk tidak bertingkah laku hanya sebagai
reaksi dari pesan emosi orang lain. Mereka menggunakan sinyal-sinyal yang ada untuk
60
lebih mengetahui tentang keadaan orang lain dan pilihan untuk mengarahkan tingkah
laku mereka.
Perkembangan Empati
Bayi akan cenderung ikut menangis sebagai respon dari tangisan bayi lain, yang
mungkin merupakan respon primitif dari empati. Komunikasi langsung antara bayi yang
terhubung secara emosi dengan pengasuhnya dipercaya sebagai dasar dari empati dan
kepedulian akan orang lain. Empati yang sebenarnya mengharuskan anak untuk
mengerti bahwa ‘the self’ yang mereka miliki berbeda dari orang lain. Saat
kewaspadaan diri berkembang, anak mulai berempati. Respon empati meningkat selama
tahun-tahun sekolah dasar karena anak mengerti akan luasnya jangkauan dari emosi dan
dapat menangkap berbagai tanda yang berkenaan dengan perasaan orang lain.
62
Kemampuan untuk berempati dengan orang yang miskin, tertekan dan sakit adalah
bentuk yang paling matang dari empati. Hal tersebut membutuhkan bentuk persepsi
yang lebih lanjut dimana pengertian anak akan orang lain mengarah pada kelanjutan
kehidupan emosional selain situasi saat ini.
Perbedaan Individu
Meski empati terjadi dan mengarahkan tingkah laku simpatik, prososial, atau distress
pribadi, respon-respon yang ada tersebut terkait dengan temperamen. Anak yang lebih
dapat bersosialisasi, asertif dan baik dalam meregulasi emosi adalah yang paling
mungkin membantu, berbagi dan menenangkan orang lain yang sedang berada dalam
keadaan sukar. Sebaliknya anak dengan regulasi emosi yang kurang lebih jarang
menunjukkan perhatian simpatik dan tingkah laku prososial. Anak yang bereaksi
dengan ekspresi wajah atau tanda-tanda fisiologis dari simpati seperti ekspresi prihatin
atau turunnya detak jantung biasanya bertingkah laku prososial saat ditawarkan
kesempatan untuk membantu. Anak yang menunjukkan eksprei wajah distress dan
reaksi fisik seperti meningkatnya detak jantung, dahi berkerut, menggigit bibir akan
lebih tidak bertingkah laku prososial.
Pola asuh memberi pengaruh pada empati dan simpati. Orang tua yang hangat dan
mendukung anaknya dan yang menunjukkan tingkah laku yang peka dan empatik pada
anak pra-sekolah akan memiliki anak yang lebih cepat bereaksi dalam cara yang
prihatin pada kondisi sukar yang dialami orang lain. Selain sebagai modeling simpati
orang tua dapat mengajarkan anak akan pentingnya kebaikan hati dan dapat
mengintervensi saat anak menunjukkan emosi yang tidak sesuai, yang memprediksi
tingkat yang lebih tinggi dari respon simpati.
Karakteristik yang ada pada model Thomas and Chess menghasilkan 3 tipe anak:
Easy child, cepat mencapai rutinitas umum pada masa infancy, secara
umumlebih ceria dan gampang beradaptasi pada pengalaman baru.
Difficult child, kegiatan sehari-hari yang tidat teratur, lamban dalam menerima
pengalaman baru, dan cenderung untuk bereaksi negatif dan intens.
Slow to warm up child, tidak aktif, menunjukkan reaksi yang biasa saja, reaksi
yang rendah terhadap stimulus dari lingkungan, mood yang negatif dan lambat
menyesuaikan diri pada pengalaman baru.
2. Rothbart
Dimensi Deskripsi
Activity level Tingkat aktivitas motorik kasar
Soothability Pengurangan perilaku rewel, tangisan atau respon distress sampai
teknik menenangkan oleh pengasuh atau bayi.
Attention span/ Durasi dari orientasi atau ketertarikan
presistence
Fearful distress Kewaspadaan dan distress dalam respon sampai intensitas stimulus
baru, termasuk waktu yang dibutuhkan untuk menyesuaikan diri
pada situasi baru.
Irritable distress Rewel, tangisan dan distress yangmeningkat saat frustrasi terhadap
hal yang diinginkan.
Positive affect Frekuensi dari pengekspresian rasa bahagia dan kesenangan.
Stabilitas temperamen secara umum bergerak dari tingkat rendah sampai moderat.
Mengapa temperamen tidak lebih stabil? Temperamen berkembang seiring dengan
bertambahnya usia. Saat bayi dapat lebih baik meregulasi perhatian dan emosinya,
banyak yang tadinya nampak resah menjadi lebih tenang dan puas. Temperamen awal
baik bila dicapai setelah tahun kedua, saat gaya dari cara merespon sudah lebih
terbentuk.
Cultural Variations
Bayi-bayi Asia lebihmenahan emosinya. Di Jepang, ibu percaya bahwa bayi dilahirkan
ke dunia sebagai makhluk yang independen yang harus belajar untuk bergantung pada
ibunya melalui kontak fisik yang dekat. Bagi ibu di Amerika Utara mereka harus
menjauhkan bayi-bayi mereka dari tingkah laku dependen menuju kemandirian. Ibu-ibu
dari Asia berinteraksi dengan lembut, menyejukkan, banyak melakukan kontak fisik dan
mengurangi emosi-emosi yang kuat pada bayinya. Sedangkan ibu-ibu Caucasian
menekankan perbedaan temperamen lebih awal pada bayinya.
66
Development Of Attachment
Attachment: ikatan afeksi yang kuat yang dimiliki manusia dengan orang yang spesial
dalam hidupnya.
Pada awalnya Freud menyatakan bahwa ikatan emosi yang dimiliki bayi pada ibunya
merupakan dasar dari segala hubungan dikemudian hari.
2. “Attachment- in- the- making” phase (6 minggu – 6—8 bulan), bayi merespon
dengan berbeda antara pengasuh yang familiar dan rang asing. Saat bayi
berinteraksi dengan orang tua dan mengalami kelegaan dari distress mereka
belajar bahwa tindakan mereka sendiri mempengaruhi tingkah laku orang-orang
di sekitarnya. Mereka mulai membangun rasa percaya. Namun meski mereka
mengenali orang tuanya, bayi tetap tidak protes jika terpisah dari orang tuanya.
3. Phase of “clear cut” attachment (6—8 bulan – 18 bulan—2 tahun), saat ini
attachment pada pengasuh yang familiar menjadi lebih nyata. Bayi menunjukkan
separation anxiety, mereka menjadi bingung saat orang dewasa tempat mereka
bergantung pergi.hal tersebut bergantung pada temperamen bayi, konteks dan
tingkah laku orang dewasa. Selain melakukan protes terhadap kepergian orang
dewasa bayi dan batita mencoba dengan keras untuk mempertahankan kehadiran
mereka.
4. Formation of reciprocal relationship (18 bulan—2 tahun - ...), pertumbuhan
yang cepat dalam tampilan dan bahasa memberi kesempatan pada batita untuk
mengerti beberapa faktor yang mempengaruhi kedatangan dan kepergian orang
tua dan memprediksi kapan mereka kembali. Efek dari hal ini adalah
menurunnya protes terhadap keterpisahan dari orang tua.
Diluar pengalaman mereka selama 4 fase tersebut, anak membentuk suatu ikatan afeksi
yang abadi dengan pengasuhnya yang dapat mereka gunakan sebagai ‘tempat aman’
selama orang tua tidak ada. Tampilan dari dalam diri ini menjadi bagian penting dalam
kepribadian. Hal ini menjadi suatu internal working model atau suatu rangkaian dari
harapan tentang ketersediaan akan figur attachment, keberadaannya dalam memberi
dukungan saat stress dan interaksi dengan figur- figur tersebut.
2. quality of caregiving
Sensitive caregivin, yaitu pemberian perhatian melibatkan respon yang tepat,
konsisten da sesuai dengan sinyal yang diberikan oleh bayi dan halus, peka
dalam penanganannya.
Interactional synchrony, merupakan pola emosi yang dengan dati-hati dibentuk,
dimana pengasuh merespon sinyal dari bayi pada waktunya, berirama, sesuai
dan keduanya berada pada kondisi emosi yang sama, terutama kondisi yang
positif.
3. Infant characteristic. Pada keluarga yang miskin dan tertekan, bayi akan
mengalami attachment insecurity. Tapi saat orang tua memiliki waktu dan
kesabaran untuk merawat bayi dengan kebutuhan khusus dan memandang positif
pada bayinya, maka bayi tidak akan bermasalah dalam attachment security-nya.
4. Family contex
Family circumstances, kelahiran dari saurada baru memberi iliutrasi bagaimana
kondisi keluarga dapat mempengaruhi kualitas attachment. Tersedianya
dukungan sosial terutama hubungan yang baik dengan orang tua dan hubungan
yang menguntungkan dengan pengasuh mengurangi stress dalam keluarga dan
lebih memberikan rasa aman.
69
Ayah adalah figur yang tidak kentara pengaruhnya dalam kehidupan bayi, relasi yang
terbentuk adalah segera setelah kelahiran. Seperti pada ibu, pengasuhan dari ayah dapat
memberi prediksi akan secure attachment. Ayah lebih banyak menghabiskan waktu
untuk bermain dengan bayi. Permainan yang dilakukan ibu dan ayah berbeda. Ibu lebih
sering memberikan mainan, berbicara pada bayi dan melakukan permainan yang
konvensional seperti pat-a-cake dan peekaboo (ciluk-ba). Sedangkan ayah cenderung
lebih terlibat dalam permainan fisik, terutama dengan anak laki-laki. Saat ayah sebagai
pemberi perhatian utama mereka akan menahan gaya permainannya.
P ada bab ini akan dipelajari tentang social cognition, yaitu pikiran mengenai
karakteristik diri dan orang lain atau bagaimana anak-anak mengerti beraneka segi
dunia sosialnya. Hal-hal yang sebelumnya sudah kita ketahui mengenai perkembangan
kognitif anak akan diterapkan dalam bagaimana anak mengembangkan pengertian
mengenai dunia sosialnya. Pertama, social cognition berkembang dari hal yang konkret
menjadi abstrak. Hal-hal yang pertamakali disadari oleh anak adalah karakteristik-
karakteristik yang dapat diobservasi dari tampilan dan perilaku mereka sendiri atau
orang lain. Segera setelah itu anak menyadari adanya proses-proses internal seperti
keinginan-keinginan, beliefs, intensi, kemampuan, dan sikap. Kedua, seiring
bertambahnya usia, social cognition semakin terorganisir, anak mampu
mengintegrasikan perilaku-perilaku yang terpisah menjadi suatu cerminan dari
kepribadian dan identitas diri atau oranglain. Ketiga, anak merevisi ide-ide yang
dimiliki mengenai penyebab dari suatu perilaku, mulai dari penjelasan yang sederhana,
hanya dari satu pihak menjadi penjelasan yang kompleks, melibatkan hubungan timbal
balik yang memperhitungkan individu maupun situasi yang terlibat didalamnya. Pada
akhirnya, social cognition mengalami perubahan ke arah pengertian metakognisi. Saat
anak beranjak dewasa, pemikiran mereka tidak lagi terbatas pada realita sosial. Mereka
juga berpikir mengenai pemikiran sosial mereka sendiri maupun orang lain.
Self-Continuity yaitu self yang tetap merupakan orang yang sama dari waktu ke
waktu;
Self-Coherence yaitu self adalah satu (single), konsisten, dibatasi oleh keadaan
lahiriah/kenyataan; dan
Self-Agency yaitu self yang mengontrol pikiran dan tindakannya sendiri.
Selama masa dua tahun berikutnya anak-anak BATITA mulai mengkonstruksi me-self
yaitu suatu pengertian mengenai diri sebagai obyek pengetahuan dan evaluasi. Terdiri
atas segala kualitas yang membuat dirinya unik, termasuk di dalamnya karakteristik
materi, psikologis dan sosial.
Pada akhir tahun kedua, self-recognition terbentuk dengan baik, sebagai pernyataan
dari reaksi BATITA terhadap gambaran dirinya sendiri dan penggunaan bahasa yang
ditujukan kea rah dirinya. Self-recognition yaitu persepsi mengenai diri sebagai
individu yang secara fisik terpisah keberadaannya, maksudnya mempunyai jarak dengan
orang lain dan benda/obyek. Dengan adanya self-recognition anak mengenali dirinya di
dalam foto serta hampir selalu menggunakan kata ganti orang pertama yaitu ‘aku’ atau
‘saya’.
Self-awareness berhubungan dengan perkembangan awal sosial dan emosional. Self-
awareness ini yang mendasari usaha awal untuk mengapresiasikan perspektif orang lain
terhadap diri, salah satu contohnya adalah empati dan tingkah laku sadar diri seperti
malu-malu. Self-awareness juga mendukung terjadinya perilaku imitatif seperti
imitative play, kompetisi antar teman untuk mendapatkan suatu obyek serta kerja sama.
Milestones
Munculnya Self dan Perkembangan Self-Concept
Age Milestones
1-2 th. Self-recognition terbentuk dengan baik
Categorical self berkembang
3-5 th. Remembered self dalam bentuk kisah kehidupan, berkembang
Desire theory of mind berkembang kea rah belief-desire theory sebagai
indikasi matangnya/dapat dikuasainya false-belief tasks.
Self-concept terfokus pada karakteristik yang terobservasi serta sikap
dan emosi yang khas.
6-10 th. Self-concept terfokus pada sifat pribadi dan mencakup kedua atribut
positif serta negative.
Social comparisons antar karakteristik individu muncul.
Pada pertengahan sekolah dasar, berdasarkan pengalaman mereka pada berbagai setting,
anak-anak membentuk sedikitnya empat self-esteem yang terpisah seperti: kompetensi
akademik, kompetensi, sosial, kompetensi fisik/atletik, dan penampilan fisik. Hal-hal
tersebut dibedakan dalam evaluasinya dan dikombinasikan untuk membentuk general
self-esteem. Struktur self-esteem bergantung pada informasi yang tersedia bagi anak-
anak dan kemampuannya untuk mengolah informasi tersebut. Semuanya itu diperhalus
seiring bertambahnya usia (Marsh, 1990).
General
General
self-
self-
esteem
esteem
Social Physical/
Physical/
Academic Social athletic Physical
Academic competenc athletic Physical
competenc competenc competenc appearance
appearance
competenc
ee competenc
ee ee
Other Relationshi
Relationshi Relationshi
Relationshi
Other Outdoor Various
school ppwith
with ppwith
with Outdoor Various
Reading
Reading Math
Math school peers parent games sports
subject peers parent games sports
subject
Keluarga
Anak-anak dan remaja yang mempunyai control perasaan yang baik biasanya
mempunyai orang tua yang memberikan dukungan secara emosional dan memberikan
kebebasan dalam berekplorasi. Hal ini setara dengan hubungan antara pola asuh dan
munculnya identitas.
Teman sepergaulan
Sejak mempunyai teman sepergaulan anak-anak akan mengembangkan ide-ide dan
nilai-nilai mereka. Teman sepergaulan akan saling memberikan dukungan emosional
dalam perkembangan identitas dan mencontoh suatu peran sosial.
Persepsi Individu
Person perception yaitu suatu cara individu untuk memperkirakan hubungan antara
orang lain dengan orang yang dikenalnya (akrab dengannya). Tentang masalah
pemahaman anak terhadap individu sebagai suatu pribadi, anak dibawah usia 8 tahun
biasanya berusaha memahami seseorang berfokus pada emosi dan sikap serta perilaku
dan tindakan nyata. Selanjutnya mereka akan menemukan konsistensi perilaku dan
mereka mulai mengenali sifat-sifat pribadi. Konsep dasar mengenai ras dan etnik
muncul pada usia prasekolah (3-4 tahun), dimana mereka mulai membedakan seseorang
yang kaya atau miskin dari karakteristik fisiknya. Menginjak usia sekolah dasar, anak-
anak akan menyerap sikap terhadap kelompok sosial, namun mereka tidak secara
langsung mengadopsi sikap orang tua dan teman sepergaulannya. Mereka hanya
mengambil informasi mengenai status kelompok sosial tertentu dari lingkungan
sekitarnya.
Perspective Taking
Perspective taking yaitu suatu kapasitas untuk mengimajinasikan apa yang mungkin
dipikirkan dan dirasakan oleh orang lain. Robert Selman mengembangkan lima tahap
kemampuan perspective taking anak.
79
7. DEVELOPMENT OF SEX
DIFFERENCES AND GENDER ROLES
tertentu. Menurut Kohlberg, pada usia enam atau tujuh tahun anak baru dapat membuat
pilihan yang stabil mengenai tipe gendernya. Terakhir, evolutionary approach
mengenai psikologi menekankan pada prinsip-prinsip seleksi alamiah dan adaptasi.
Faktor Lingkungan
• Orang dewasa yang ada di sekitar anak (keluarga).
• Guru
• Lingkungan tempat tinggal (teman keluarga & tetangga).
• Teman yang berjenis kelamin sama
• Pengaruh saudara.
Identitas Gender
Faktor lain yang mempengaruhi pembentukan stereotip gender & perilaku peran gender
adalah gender identity, yaitu suatu persepsi mengenai diri sebagai relatif
maskulin/feminin dalam karakteristiknya. Ada sebagian kecil individu (khususnya
perempuan) yang mempunyai tipe identitas gender yang disebut androgyny, suatu tipe
identitas gender dimana inidvidu memiliki skor yang tinggi pada kedua karakteristik
kepribadian, baik maskulin atau feminine. Saat ini, pada umumnya komponen maskulin
dari androgyny bertanggung jawab atas asosiasi yang terjadi dengan penyesuaian secara
psikologis terhadap lingkungan.
Sensitivitas emosional Anak perempuan lebih efektif dalam memberikan & menerima
informasi emosional, serta memiliki skor lebih tinggi pada self
reaport measures mengenai empati & simpati. Keberuntungan anak
perempuan dalam perilaku prososial adalah paling besar dalam hal
kebaikan, perhatian & sedikit perilaku membantu.
Ketakutan, Anak perempuan lebih takut & malu-malu dibanding anak laki-laki.
Malu-malu & Perbedaan ini telah muncul pada tahun pertama kehidupan. Di
Kecemasan sekolah, anak perempuan lebih cemas akan kegagalan & berusaha
keras menghindarinya. Secara kontras, anak laki-laki menjadi anak
yang suka mengambil resiko besar.
Pemenuhan Anak perempuan lebih siap dalam pemenuhan (keinginan) secara
(keinginan) & langsung dari orang dewasa & teman sepergaulan. Mereka juga lebih
Ketergantungan sering mencari bantuan dari orang dewasa & memiliki skor yang
lebih tinggi untuk dependency (ketergantungan) pada tes
kepribadian.
Level aktivitas Anak laki-laki lebih aktif dibanding anak perempuan.
Depresi Remaja perempuan menampilkan sindrom depresi yang lebih
banyak dibanding remaja laki-laki.
Agresi Anak laki-laki lebih menampilkan agresinya secara nyata, sedangkan
anak perempuan lebih kearah agresi dalam hubungan antar individu.
Remaja laki-laki lebih mudah untuk terjerumus dalam tindakan
antisosial & kriminal dibanding remaja perempuan .
Masalah Masalah lebih banyak terjadi pada anak laki-laki, termasuk masalah
perkembangan
kelainan berbicara & bahasa, ketidakmampuan dalam membaca, dan
masalah perilaku hiperaktivitas, perilaku bermusuhan dan cari
perhatian, serta ketidak matangan emosional & sosial. Lebih banyak
anak laki-laki yang dilahirkan dengan kelainan genetis,
ketidakmampuan fisik & keterbelakangan mental.
88
8. MORAL DEVELOPMENT
F aktor penentu dari moral dapat ditemukan baik dalam tingkat sosial atau
individual. Dalam moralitas terkandung komponen emosi, kognitif dan perilaku.
seperti rasa bangga, rasa bersalah, empati dan simpati membutuhkan dukungan dari
pengasuh agar bisa berkembang. Ekspresi emosi yang lebih matang juga tergantung
pada perkembangan kognitif individu. Perlu dipahami juga bahwa perasaan empati
(emosi) tidak selalu berkaitan dengan perilaku moral.
Psychoanalytic Theory
Menurut Sigmund Freud, moralitas berkembang antara usia 3-6 tahun, selama masa
Phallic, pada suatu masa dimana impuls seksual berpindah ke area genital dari tubuh,
dan munculnya Oedipus conflict. Anak laki-laki berharap memiliki ibunya seutuhnya
dan merasa cemburu dan memusuhi ayahnya. Sejalan dengan electra conflict yang
mencul pada anak perempuan, yang memusuhi ibunya dan ingin memiliki ayahnya.
Perasaan ini mengarahkan pada munculnya kecemasan, karena anak takut kehilangan
kasih sayang dari orang tuanya dan akan dihukum karena memiliki keinginan yang
tidak baik tersebut. Untuk mengatasi kecemasan, menghindari hukuman, dan
mempertahankan afeksi dari orang tua, anak membentuk superego, atau hati nurani,
90
melalui identifikasi dengan orang tua yang memiliki jenis kelamin sama. Hal ini berarti
bahwa anak mengambil karakteristik orang tuanya ke dalam kepribadiannya, standar
yang diinternalisasi yang merefleksikan norma sosial. Akhirnya anak mengarahkan
sikap permusuhan terhadap orang tua berjenis kelamin sama, kepada dirinya, yang akan
mengarahkan pada perasaan bersalah setiap kali super ego dilanggar (Freud,
1925/1961). Perkembangan moral sudah cukup berkembang dengan lengkap ketika
anak berusia 5 atau 6 tahun, dan super ego akan menguat pada masa middle childhood.
3. Consistency between assertions and behavior : pada saat perkataan orang tua
tidak sejalan dengan perilakunya, anak pada umumnya memilih standar perilaku
yang ditampilkan orang dewasa. Misalnya, orang tua mengatakan tidak boleh
berbohong sementara ia sendiri berbohong, anak akan mengikuti prilaku
berbohong.
Effects Of Punishment
Hukuman bila sering digunakan hanya akan memberi hasil sementara, bukan perubahan
yang bertahan lama dalam perilaku anak. Anak yang berulang kali dikritik, dibentak
atau dipukul cenderung untuk menunjukkan kembali respon-respon yang tidak diterima
tersebut segera setelah tidak ada pengawasan dari orang dewasa. Anak dari orang tua
yang sering memberi hukuman cenderung menjadi agresif dan berprilaku menyimpang
diluar rumah.
Hukuman yang keras memberi efek yang tidak menyenangkan:
1. Orang tua yang memberi hukuman fisik berarti juga memberikan model
terhadap perilaku agresi.
2. Anak yang sering dihukum oleh orang tua akan menghindari orang tua sehingga
orang tua tidak banyak memiliki kesempatan untuk mengajarkan anak akan
tingkah laku yang diharapkan.
3. Saat hukuman “berhasil”, akan memberi reinforcement bagi orang tua untuk
semakin melakukannya. Karena itu orang tua yang suka menghukum anaknya
akan cenderung untuk menghukum dengan frekuensi yang semakin meningkat,
hal ini dapat berubah menjadi perlakuan kejam terhadap anak.
Anak memandang aturan sebagai sesuatu yang fleksibel, prinsip yang mendapat
persetujuan sosial yang dapat direvisi agar sesuai dengan keinginan mayoritas.
Anak dengan usia yang lebih tua dan orang dewasa sudah melampaui tahap 1 dalam
memandang hubungan timbal balik sebagai harapan yang dapat menguntungkan.
Pengertian lebih lanjut ini disebut ideal reciprocity, suatu standar dari tingkah laku
adil yang didasarkan pada harapan yang menguntungkan dimana individu
mengekspresikan perhatian yang sama pada kesejahteraan orang lain seperti yang
dilakukan orang lain padanya.
A Questionnaire Approach
Sociomoral Reflection Measure – Short Form (SRM-SF), menanyakan individu untuk
mengevaluasi pentingnya nilai moral dan menghasilkan moral reasoning. Sebenarnya
moral reasoning dapat diukur tanpa menggunakan dilema.
B. Conventional Level
Individu terus memandang konformitas terhadap aturan sosial sebagai hal penting
tapi bukan sebagai alasan dari self interest.
Tahap 3
“good boy – good girl” orientation atau morality of interpersonal cooperation”,
individu ingin mempertahankan afeksi dan persetujuan dari teman dan saudara
dengan menjadi ”good person”, dapat dipercaya, loyal, dihormati, suka menolong
dan baik.
Tahap 4
Social order maintaining orientation, individu menggunakan sudut pandang yang
lebih luas sesuai dengan aturan sosial. Pilihan moral tidak lagi bergantung pada
kedekatan pada orang lain. Sebaliknya aturan harus diberlakukan dengan cara yang
sama bagi setiap orang, dan setiap anggota masyarakat memiliki tugas pribadi untuk
menjalankannya. Individu percaya bahwa hukum tidak dapat dilanggar dalam
kondisi apapun karena hal tersebut merupakan hal penting untuk menjamin
ketertiban sosial.
96
Tahap 6
Universal ethical principle orientation, tindakan yang benar didefinisikan oleh
prinsip-prinsip etis yang dipilih sendiri dari conscience (hati nurani) yang berlaku
valid bagi setiap orang, tanpa memandang persetujuan hukum dan sosial.
Peer interaction
Interaksi dengan teman sebaya dapat meningkatkan pengertian moral. Menurut Piaget
konflik dengan teman sebaya mungkin memberi kontribusi untuk memperoleh moral
reasoning dengan cara membuat anak waspada terhadap sudut pandang orang lain.
mendorong partisipasi dalam membuat keputusan dalam keluarga memiliki anak yang
secara moral lebih matang.
Culture
Berdasarkan riset cross cultural individu yang lebih maju dalam teknologi, memiliki
budaya urban bergerak dalam tahapan Kohlberg yang lebih cepat dan maju pada
tingkatan selanjutnya dibanding individu dalam lingkungan nonindustrialized,
masyarakat pedesaan. Dalam masyarakat pedesaan moral cooperation didasarkan pada
relasi langsung antara individu.
Personal domain muncul seiring dengan self awareness pada saat tahun-tahun pra-
sekolah. Pada usia dua tahun anak mulai berusaha untuk menetapkan batasan antara self
dan individu lain melalui klaim akan suatu kepemilikan. Mereka dengan cepat belajar
bahwa orang tua dan guru bersedia untuk melakukan kompromi pada permasalahan
pribadi dan terkadang juga pada permasalahan social conventional, tetapi tidak pada
moral concerns.
Larry Nucci (1996) menyatakan bahwa anak memperoleh kontribusi personal pada
perkembangan moral karena hal tersebut mengacu pada konsep mengenai hak dan
kebebasan. Saat dewasa, individu baik secara pribadi atau budaya kolektif lebih banyak
berpikir tentang konflik antara kebebasan pribadi dan kewajiban dalam komunitas.
Distributive Justice
Merupakan belief tentang bagaimana membagi materi secara adil.
Konsep anak mengenai distributive justice berubah saat middle childhood, dari equality
(persamaan) merit (jasa) benevolence (kebaikan penuh). Ketidaksesuaian dengan
teman sebaya dan juga usaha untuk menyelesaikannya membuat anak menjadi lebih
sensitif terhadap sudut pandang orang lain, hal ini membantu mengembangkan ide-ide
anak tentang keadilan.
Knowledge Of Strategies
Kesadaran akan mentransformasikan ide muncul pada akhir perkembangan karen hal itu
membutuhkan kemampuan abstrak, hypothetical reasoning dari pemikiran formal
operational. Tapi saat hal ini muncul, hal tersebut memfasilitasi moral self regulation.
100
Individual Differences
Janet Metcalfe dan Walter Mischel (1999) mengungkapkan bahwa interaksi antara dua
sistem pemrosesan (“hot and cool”) mengatur perkembangan dari self control dan
diperhitungkan dalam perbedaan individu. Seiring dengan usia, emosi reaksi dari hot
system menjadi berhubungan dengan kognisi, reflective cool system. Saat suatu
pengalaman yang menimbulkan ketergugahan muncul, hubungan antara sistem yang
ada membuat individu mengalihkan energi yang ada dari hot processing ke cool
thinking, seperti strategi yang ada pada strategi untuk menolak godaan dan kesadaran
akan metacognitive.
pada anak perempuan menurun jauh dibandingkan anak laki-laki. Tapi anak perempuan
pra-sekolah dan usia sekolahtidak lebih kurang agresi dibanding anak laki-laki.
Sebaliknya mereka lebih mengekspresikan tingkah laku menyerang dengan berbeda,
melalui rational aggression.
Stability Of Aggression
Meski beberapa anak terutama anak yang impulsif dan overactive secara terbuka
memiliki resiko untuk melakukan agresi terlepas apakah mereka bergantung pada
kondisi yang memunculkan tingkah laku tersebut atau tidak. Keluarga yang berselisih,
perhatian orang tua yang kurang dan tindak kekerasan yang dilihat anak secara kuat
dihubungkan dengan tindakan anti sosial.
Comprehensive Approaches
Treatment yang efektif bagi anak dan orang dewasa dengan perilaku antisosial harus
ditangani dari berbagai segi, meliputi pelatihan pada orangtua, pengertian sosial
terhadap orang lain dan self control.
103
9. THE FAMILY
K eluarga adalah unit sosial dimana orang dewasa, pasangan suami istri dan anak
berbagi hak ekonomi, sosial, emosional, dan tanggung jawab serta komitmen
atau identifikasi antara satu dengan yang lainnya. Pada tahun pertama kehidupan anak,
satu-satunya relasi interpersonal yang ia miliki ialah dengan orangtua. Secara umum
orangtua memperkenalkan budaya, berbagai kepercayaan, nilai-nilai, dan berbagai sikap
kepada anak mereka dalam tata cara tertentu yang bersifat personal. Jelas bahwa
kepribadian orangtua, latar belakang keluarga, sikap, nilai-nilai, pendidikan, agama,
status sosial ekonomi dan gender mempengaruhi bagaimana mereka melakuakn
sosialisasi pada anak-anak mereka. Orangtua memegang peranan penting dalam proses
sosialisasi. Mereka akan memastikan standar perilaku, sikap, keterampilan, dan motif
yang dimiliki anak sejalan dengan apa yang diharapkan dan sesuai dengan perannya
dalam masyarakat.
mekanik membentuk anak-anak mereka. Arti dari family system merujuk bahwa respon-
respon dari seluruh anggota keluarga saling berkaitan.
Direct Influences
Banyak penelitian menunjukkan bahwa saat orang tua berlaku tegas namun tetap sabar,
maka anak cenderung untuk menuruti apa yang diinginkan orang tua. Saat anak mau
bekerjasama terhadap apa yang diinginkan orang tua, orang tua akan berlaku hangat dan
lembut di masa yang akan datang. Sebaliknya orang tua yang menerapkan disiplin
dengan keras dan tidak sabar memiliki anak yang cenderung memberikan penolakan
dan melawan. Tingkah laku anak tersebut menjadi stress bagi orang tua, mereka
mungkin akan meningkatkan penggunaan hukuman, yang mengarah pada semakin
kacaunya tingkah laku anak. Tingkah laku dari salah satu anggota keluarga membantu
mempertahankan suatu bentuk interaksi terhadap anggota keluarga yang lain yang dapat
meningkatkan atau menurunkan kesejahteraan anak.
Indirect Influences
Pengaruh dari relasi dalam keluarga pada perkembangan anak menjadi semakin sulit
saat mempertimbangkan interaksi antara dua anggota keluarga dipengaruhi oleh
keberadaan orang lain saat itu. Bronfenbrenner menyebut indirect influences ini sebagai
effect of third parties. Pihak ketiga dapat berfungsi sebagai suport bagi perkembangan
anak atau sebaliknya. Contohnya, saat relasi pernikahan orang tua hangat dan penuh
perhatian, orang tua akan lebih banyak memuji dan menstimulasi anak dibanding
memarahi anak. Sebaliknya saat sebuah pernikahan renggang dan bersikap
bermusuhan, orang tua cenderung lebih tidak menanggapi apa yang dibutuhkan oleh
anak dan akan lebih mengkritik, mengekspresikan rasa marah, menghukum.
Anak yang terus menerus melihat konflik yang terjadi antar orang tua memperlihatkan
banyak masalah dalam tingkah lakunya, baik kesulitan untuk melakukan internalisasi
(terutama terjadi pada anak perempuan), seperti menyalahkan diri sendiri, merasa
khawatir dan takut, dan mencoba untuk memperbaiki hubungan orang tuanya dan
kesulitan untuk membedakan masalah diluar diri (terutama terjadi pada anak laki-laki),
termasuk didalamnya merasa terancam dan menunjukkan perilaku yang berlebihan dan
tindakan agresi dalam berelasi.
105
Adapting To Change
Saat anak memperoleh keterampilan baru, orang tua menyesuaikan bagaimana caranya
mereka memperlakukan anak. Perkembanga yang dimiliki orang tua juga
mempengaruhi anak. Kebanyakan orang tua menyadari bahwa anak mareka yang
beranjak dewasa akan segera meninggalkan rumah dan membangun kehidupan mereka
sendiri. Konsekuensinya, saat anak menekankan autonomi yang lebih besar, orang tua
lebih pada kebersamaan. Ketidakseimbangan ini meningkatkan perselisihan sampai
orang tua dan anak dapat saling mengakomodasi. Tidak ada unit sosial selain keluarga
yang
Direct assistance with child rearing. Saat anak ikut berpartisipasi dalam
jaringan sosial yang dimiliki orang tua dan dan aktivitas dalam masyarakat
yang berorientasi pada anak, orang dewasa yang lain dapat mempengaruhi
anak secara langsung melalui kehangatan, stimulasi dan paparan yang lebih
luas terhadap model.
sosial
Divorce
Bagi banyak orang, pada akhirnya perceraian akan mengarah pada hubungan dalam
keluarga yang baru. Sekitar 2/3 orang tua yang bercerai menikah kembali untuk yang
kedua kalinya. Sebagian anak-anak yang berada dalam situasi ini pada akhirnya
mengalami perubahan besar untuk ketiga kalinya yaitu berakhirnya pernikahan kedua
dari orang tua mereka. Dari hal-hal yang telah diungkapkan, perceraian bukan
merupakan situasi tunggal dalam kehidupan orang tua dan anak. Sebaliknya, perceraian
merupakan transisi yang mengarah pada berbagai variasi dari tatanan kehidupan yang
baru, disertai dengan perubahan dalam tempat tinggal, pendapatan, dan peran keluarga
dan tanggung jawab.
Immediate Consequences
Penelitian longitudinal menunjukkan bahwa transisi dari pernikahan menjadi perceraian
seringkali mengarah pada tingginya maternal stress, depresi, anxiety, dan situasi dalam
keluarga yang kacau yang disebut “minimal parenting”. Saat anak bereaksi terhadap
distress dan rasa marah terhadap kehidupan rumah yang tidak seaman dulu, sikap
disiplin mungkin akan berubah menjadi kasar dan tidak konsisten. Saat ayah hanya
sesekali melihat anak-anaknya, mereka akanberlaku permissive dan terlalu baik. Hal ini
seringkali menimbulkan konflik terhadap gaya pengasuhan ibu dan membuat tugas ibu
untuk mengatur aka dalam kehidupan sehari-hari menjadi semakin sulit. Tidaklah
mengherankan jika anak mengalami reaksi emosi yang menyakitkan.
yang bekerja bagi anak dan remaja bergantung pada relasi antara orang tua dengan anak.
Kepuasan bekerja yang dimiliki ibu, dukungan yang ia peroleh dari pasangannya, jenis
kelamin anak, dan kualitas dari perhatian anak memiliki hubungan terhadap
kesejahteraan anak.
Melalui interaksi dengan orang dewasa yang memiliki kepekaan, bayi belajar untuk
menunjukkan dan menginterpretasikan emosi dalam hubungan pertemanan mereka yang
pertama. Sejalan dengan ide tersebut, batita yang memiliki orangtua yang bersikap
hangat akan terlibat dalam hubungan pertemanan yang luas. Mereka menunjukkan
prilaku sosial yang lebih kompeten seperti pada anak-anak prasekolah.
Tahun Prasekolah
Saat kesadaran diri anak meningkat, kemampuan komunikasi yang dimiliki sudah lebih
efektif, dan mereka lebih baik dalam memahami pemikiran dan perasaan orang lain,
jumlah dan kualitas pertemanan yang dimiliki mengalami perubahan. Mildred Parten
(1932) mengungkapkan bahwa perkembangan sosial anak berlangsung dalam tiga
tahap. Pada awalnya dimulai dengan nonsocial activity – perilaku yang tidak aktif,
hanya sebagai “pengamat” serta bermain seorang diri (solitary play). Lalu perilaku
tersebut beralih pada partisipasi sosial yang terbatas, yang disebut parallel play - suatu
bentuk partisipasi sosial yang terbatas, dimana anak-anak bermain berdekatan dengan
anak lainnya, dengan materi (mainan) yang sama tetapi tetapi tidak berusaha untuk
mempengaruhi perilaku mereka. Tahapan selanjutnya merupakan dua bentuk interaksi
sosial yang sesungguhnya, yaitu associative play - suatu bentuk partisipasi sosial yang
sebenarnya, dimana anak-anak terlibat dalam aktivitas yang terpisah tetapi berinteraksi
dengan bertukar mainan dan mengomentari perilaku anak lainnya. Selanjutnya,
cooperative play - suatu bentuk partisipasi sosial yang sebenarnya, dimana tindakan
anak-anak diarahkan pada tujuan bersama.
Walaupun ada tahapan sosiabilitas seperti di atas, tetapi anak-anak prasekolah tidak
mengikuti secara kaku tahapan tersebut. Solitary play dan parallel play menjadi hal
yang umum pada masa early childhood. Permainan sosiodrama (Sociodramatic play)
merupakan hal yang umum pada anak-anak prasekolah. Jenis permainan ini mendukung
perkembangan kognitif dan sosial.
Middle Childhood
Selama middle childhood, interaksi teman sebaya menjadi lebih sensitive dan mengarah
pada perspektif (pandangan) orang lain. Interaksi ini meningkat dan diatur oleh norma
prososial sehingga permainan yang mengacu pada aturan menjadi berkembang. Selain
itu rough-and-tumble play menjadi permainan yang umum. Rough-and-tumble play
116
yaitu suatu bentuk interaksi teman sebaya yang melibatkan kejar-mengejar dan
berkelahi antar teman. Pada evolusi sebelumnya mungkin penting dalam perkembangan
kemampuan berkelahi serta perkembangan dominance hierarchy yaitu suatu urutan
anggota yang stabil dalam suatu kelompok, yang memprediksikan siapa yang akan
menang bila timbul konflik.
3. Pengaruh budaya
Pada lingkungan kolektivistik, permainan imitatif dalam kelompok besar sering terjadi.
Apabila pengasuh dapat memberikan pendidikan dan pengetahuan mengenai dongeng,
stress individu, dan ekspresi diri, maka permainan sosiodrama akan lebih sering muncul
pada anak-anak. Hal ini sangat berguna untuk mengembangkan sosialisasi anak pada
lingkungan yang dunia orang dewasanya berjarak dengan dunia anak.
117
Friendship
Pemikiran Mengenai Persahabatan
Bagi anak-anak, persahabatan (friendship) pada awalnya merupakan merupakan suatu
yang konkret dan berdasar pada aktivitas yang menyenangkan. Friendship sendiri
berarti suatu hubungan dekat yang melibatkan pertemanan dimana masing-masing
partner ingin bersama-sama dengan yang lain.
Karakteristik Persahabatan
Perubahan cara berpikir anak-anak mengenai persahabatan berkaitan dengan
persahabatan mereka yang sebenarnya. Seiring bertambahnya usia, teman cenderung
mirip dalam segi jenis kelamin, etnik, satus sosial ekonomi, dan kepribadian. Anak
perempuan, mengembangkan kedekatan emosional dalam persahabatan mereka lebih
daripada yang dilakukan anak- laki-laki, tetapi anak laki-laki yang androgenus
mengembangkan persahabatan yang intim seperti anak perempuan. Pada awal masa
remaja, sahabat sebaya yang populer dan tidak populer lebih diarahkan pada teman dari
118
jenis kelamin yang berbeda. Dibanding dengan anak perempuan, anak laki-laki akan
merasa lebih kompeten apabila mempunyai semakin banyak teman perempuan.
Peer Acceptance
Peer acceptance yaitu derajat disukai / tidaknya atau patokan dari mana dilihatnya
seorang anak oleh kelompok teman sebayanya sebagai partner sosial yang berarti.
Teknik sosiometri membedakannya dalam empat tipe:
1. Popular children adalah anak yang disukai oleh teman sebayanya.
Popular-prososial children, anak yang kompeten secara akademi dan
sosial
Popular-antisosial children, anak yang secara umum mempunyai
kemampuan atletik, biasanya anak laki-laki yang sangat agresif dan tidak
berprestasi secara akademis.
2. Rejected children adalah anak yang secara aktif tidak disukai.
Rejected aggressive children, anak yang memperlihatkan masalah kontak
sosial yang parah (severe conduct problems).
Rejected withdrawn children, anak yang pasif dan aneh (kikuk,
canggung) serta beresiko sebagai peer victimization yaitu suatu bentuk
interaksi teman sebaya yang destruktif dimana anak tertentu menjadi
sasaran serangan verbal dan fisik berkali-kali atau bentuk penyiksaan
lainnya.
3. Controversial children, anak yang disukai dan juga tidak disukai. Anak-anak
demikian mempunyai campuran perilaku sosial yang positif dan negatif.
4. Neglected children, anak yang jarang dipilih, baik secara positif maupun
negatif. Walaupun anak-anak demikian sering memilih untuk bermain dengan
119
dirinya sendiri, biasanya mereka adalah anak yang kompeten secara sosial dan
mampu menyesuaikan diri dengan baik.
Seperti persahabatan, penerimaan teman sebaya mempengaruhi penyesuaian diri.
Biasanya anak-anak yang ditolak oleh temannya mengalami kesulitan penyesuaian diri.
Intervensi untuk menolong anak-anak yang ditolak dapat berupa bimbingan dalam
kemampuan sosial, pengajaran intensif terhadap segi akademisnya, serta intervensi
sosial-kognitif seperti pelatihan pengambilan pespektif dan pemecahan masalah sosial.
Peer Groups
Peer group yaitu teman-teman sebaya yang membentuk unit sosial dengan cara
memperbanyak nilai-nilai yang unik, standard perilaku, serta stuktur sosial dari
pemimpin dan pengikut / anggotanya.
Peer group munculnya pada akhir middle childhood. Mereka terorganisir berdasarkan
kedekatan (misalnya satu kelas), kesamaan jenis kelamin, kesamaan etnik, dan
popularitas.hubungan pertemanan berkontribusi pada perkembangan rasa percaya
(trust), kepekaan (sensitivity), dan kedekatan (intimacy). Sedangkan dalam peer group
anak-anak mempraktekkan kerjasama, kepemimpinan, keanggotaan, dan loyalitas
terhadap tujuan bersama.
Television
Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya menonton TV daripada aktivitas
lainnya. Anak-anak dari sosial ekonomi rendah, etnik minoritas, serta anak dari
120
keluarga besar cenderung lebih sering menonton TV. Terlalu sering menonton TV
berkaitan dengan kesulitan bergaul dengan keluarga dan teman sebaya.
Perkembangan kognitif dan pengalaman menonton TV secara bertahap mengarahkan
pada pemahaman bahasa TV. Sebelum usia 8 tahun, anak-anak belum mampu
menangkap secara utuh ketidak-nyataan fiksi yang ada di TV, belum mampu
mengasimilasi iklan TV, serta belum mampu mengevaluasinya.
Dalam penelitian secara luas, terdapat indikasi bahwa kekerasan yang disajikan oleh TV
memicu perilaku agresi, toleransi terhadap perilaku agresi orang lain dan
berkembangnya sudut pandang yang berbahaya dan penuh kekerasan mengenai dunia
ini. TV juga mempengaruhi munculnya pemahaman yang stereotip mengenai keyakinan
akan etnik dan gender. Anak-anak dengan mudah dimanipulasi oleh TV dan tidak
memahami maksud dibalik iklan-iklan TV. Tetapi sebaliknya, apabila TV menyajikan
program yang bebas dari kekerasan dan mengandung pengembangan kemampuan
kognitif serta pendidikan seperti sesame street dan blue’s clues maka ini akan mudah
dipahami oleh anak-anak.
Computers
Komputer dapat memberi keuntungan kognitif yang melimpah. Dalam kelas anak-anak
sering disajikan penggunaan komputer secara kolaboratif. Ketika anak-anak kecil
menggunakan komputer untuk memproses kata, mereka memproduksi hasil kualitas
bacaan yang lebih baik dan bertahan lama. Dengan program komputer anak-anak dapat
meningkatkan variasi dan kualitas proses kognitifnya.
Di sisi lain, game komputer yang dapat meningkatkan konsentrasi dan kemampuan
spasial anak, ternyata juga dapat memicu munculnya perilaku agresi dan kekerasan
(terutama game yang menyajikan kekerasan). Selain itu dapat membuat anak-anak
kurang dapat membedakan dunia nyata dengan dunia virtual.
Schooling
Sekolah sangat mempengaruhi berbagai aspek perkembangan. Kelas dengan ukuran
kecil pada awal sekolah dasar dapat mengarahkan anak pada prestasi akademik yang
konsisten. Filosofi guru dalam mengajar memainkan peran besar dalam pengalaman
belajar anak. Anak-anak yang berusia lebih tua dalam suatu kelas tradisional memiliki
lebih sedikit prestasi akademik. Murid-murid pada kelas terbuka cenderung lebih kritis
121
dalam berpikir, lebih menghargai perbedaan individual dan memiliki sikap positif
terhadap sekolah. Anak-anak prasekolah (playgroup) dan taman kanak-kanak pada kelas
tradisional memiliki perilaku stress yang lebih banyak dan memiliki lebih sedikit
kebiasaan berprestasi pada jenjang sekolah selanjutnya.
Pengalaman prasekolah, gaya perilaku prososial yang bersahabat, sikap positif terhadap
sekolah, juga dukungan dari teman dan guru serta partisipasi dalam kelas dapat
memprediksikan prestasi yang tinggi di taman kanak-kanak. Sebaliknya, taman kanak-
kanak yang banyak memiliki anak-anak antisosial, gaya persahabatan yang saling
menghindar menghasilkan hubungan yang penuh konflik dengan guru serta menjadi
predictor bagi masalah akademis.
Interaksi guru dan murid mempengaruhi kemajuan akademis anak-anak. Instruksi yang
memberi dukungan terhadap pemikiran tingkat tinggi, memicu ketertarikan dan
keterlibatan siswa dalam kelas. Education self-fulfilling prophecies kebanyakan muncul
pada kelas yang memperluas kompetisi dan evaluasi public. Kelas demikian
berpengaruh besar pada anak-anak berprestasi rendah. Education self-fulfilling
prophecies yaitu suatu ide bahwa murid-murid boleh mengadopsi sikap positif atau
negatif guru terhadap mereka dan mulai berbuat sesuai dengan pandangan tersebut.