Anda di halaman 1dari 14

Pencemaran Air

Sumber Pencemaran Air


Banyak penyebab pencemaran air tetapi secara umum dapat dikategorikan sebagai
sumber kontaminan langsung dan tidak langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang
keluar dari industri, TPA (tempat Pembuangan Akhir Sampah), dan sebagainya. Sumber
tidak langsung yaitu kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah, atau
atmosfer berupa hujan. Tanah dan air tanah mengandung mengandung sisa dari aktivitas
pertanian seperti pupuk dan pestisida. Kontaminan dari atmosfer juga berasal dari
aktivitas manusia yaitu pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam.
Pencemar
Pencemar air dapat diklasifikasikan sebagai organik, anorganik, radioaktif, dan
asam/basa. Saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal manusia, dan hampir 100.000
zat kimia telah digunakan secara komersial. Kebanyakan sisa zat kimia tersebut dibuang
ke badan air atau air tanah. Pestisida, deterjen, PCBs, dan PCPs (polychlorinated
phenols), adalah salah satu contohnya. Pestisida dgunakan di pertanian, kehutanan dan
rumah tangga. PCB, walaupun telah jarang digunakan di alat-alat baru, masih terdapat di
alat-alat elektronik lama sebagai insulator, PCP dapat ditemukan sebagai pengawet kayu,
dan deterjen digunakan secara luas sebagai zat pembersih di rumah tangga.�

Dampak Pencemaran Air


Pencemaran air berdampak luas, misalnya dapat meracuni sumber air minum, meracuni
makanan hewan, ketidakseimbangan ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan
akibat hujan asam, dan sebagainya.�
Di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat (dari kegiatan pertanian) telah
menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali (eutrofikasi berlebihan).
Ledakan pertumbuhan ini menyebabkan oksigen, yang seharusnya digunakan bersama
oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang.� Ketika tanaman air tersebut
mati, dekomposisi mereka menyedot lebih banyak oksigen. Sebagai akibatnya, ikan akan
mati, dan aktivitas bakteri menurun.� � � �
���
Langkah Penyelesaian
Dalam keseharian kita, kita dapat mengurangi pencemaran air, dengan cara mengurangi
jumlah sampah yang kita produksi setiap hari (minimize), mendaur ulang (recycle),
mendaur pakai (reuse).
Kita pun perlu memperhatikan bahan kimia yang kita buang dari rumah kita. Karena saat
ini kita telah menjadi “masyarakat kimia”, yang menggunakan ratusan jenis zat kimia
dalam keseharian kita, seperti mencuci, memasak, membersihkan rumah, memupuk
tanaman, dan sebagainya.
Menjadi konsumen yang bertanggung jawab merupakan tindakan yang bijaksana.
Sebagai contoh, kritis terhadap barang yang dikonsumsi, apakah nantinya akan menjadi
sumber pencemar yang persisten, eksplosif, korosif dan beracun, atau degradable (dapat
didegradasi) alam ? Apakah barang yang kita konsumsi nantinya dapat meracuni
manusia, hewan, dan tumbuhan, aman bagi mahluk hidup dan lingkungan ?�
Teknologi dapat kita gunakan untuk mengatasi pencemaran air. Instalasi pengolahan air
bersih, instalasi pengolahan air limbah, yang dioperasikan dan dipelihara baik, mampu
menghilangkan substansi beracun dari air yang tercemar. Walaupun demikian, langkah
pencegahan tentunya lebih efektif dan bijaksana.

PENCEMARAN TANAH

Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan
merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran
limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida;
masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan
kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat
penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak
memenuhi syarat (illegal dumping).
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat
menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke
dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah
tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat
mencemari air tanah dan udara di atasnya.

Dampak
Pada kesehatan
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur masuk
ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam
pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal
sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta
kerusakan ginjal pada seluruh populasi.
Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi tertentu dapat
meningkatkan kemungkinan terkena leukemia. Merkuri (air raksa) dan siklodiena dikenal
dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati. PCB dan
siklodiena terkait pada keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat dapat
menyebabkan ganguan pada saraf otot. Berbagai pelarut yang mengandung klorin
merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan sistem saraf pusat. Terdapat
beberapa macam dampak kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi
mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas. Yang jelas, pada
dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan kematian.
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem[1]. Perubahan
kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya
bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan
metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan
tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari
rantai makanan, yang dapat memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan
lain dari rantai makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan
terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia
asing yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni
piramida atas. Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT
pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat kematian
anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya
dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak
lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah
dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang dan pada
kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.
Penanganan
Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada
dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site).
Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih
mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke
daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat
pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat
pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan
keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan
off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan
mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau
mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun
(karbon dioksida dan air).

Dampak
Pada kesehatan Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe
polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium,
berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua
populasi. Timbal sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan
kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi.
Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi tertentu dapat
meningkatkan kemungkinan terkena leukemia. Merkuri (air raksa) dan siklodiena dikenal
dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati. PCB dan
siklodiena terkait pada keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat dapat
menyebabkan ganguan pada saraf otot. Berbagai pelarut yang mengandung klorin
merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan sistem saraf pusat. Terdapat
beberapa macam dampak kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi
mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas. Yang jelas, pada
dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan kematian.
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem[1]. Perubahan
kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya
bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan
metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan
tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari
rantai makanan, yang dapat memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan
lain dari rantai makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan
terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia
asing yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni
piramida atas. Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT
pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat kematian
anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya
dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak
lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah
dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang dan pada
kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.

Penanganan
Remediasi Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang
tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-
site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan
lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke
daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat
pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat
pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan
keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan
off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.

Bioremediasi Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan


menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah
atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun
(karbon dioksida dan air).
Penanganan Pencemaran Tanah
Penanganan pestisida sebagai pencemar tanah ialah dengan tidak menggunakannya. Cara
ini merupakan yang paling baik hasilnya, tetapi hama tanah mengakibatkan hasil
produksi menurun.
Cara yang dapat ditempuh ialah :
1. pengaturan jenis tanaman dan waktu tanam
2. Memilih varietas tanaman yang tahan hama
3. Menggunakan musuh alami untuk hama
4. Menggunakan horlmon serangga
5. Pemandulan (sterilisasi)
6. Memamfaatkan daya tarik seks untuk serangga
Disamping itu juga kita perlu :
1. Memahami kegiatan pestisida yang bersangkutan
2. Mengikuti petunjuk pemakaian
3. Hati -hati dalam penyimpanan
4. Menggunakan alat-alat pelindung seperti masker, kacamata, dan pakaian.
Pada dasarnya cara-cara yang ditempuh itu berlaku untuk bahan kimia,pupuk, atau
deterjen. Kehati-hatian pada pemakaian bahan-bahan ini perlu diperhatikan jangan
sampai bahan-bahan itu tececer, mengenai badan manusia, atau mencemarkan
lingkungan.
Sedangkan penanganan sampah ialah dengan mencegah timbulnya pencemaran, misalnya
dengan cara :
1. Penimbunan (dumping), dengan maksud untuk menutupi rawa, jurang, lekukan tanah
di tempat terbuka dan di laut
2. Pengisian tanah kesehatan (sanitary landfill), dengan mengisi tanah berlegok dan
kemudian menutupnya dengan tanah.
3. Pencacahan ( grinding), dimana limbah organik dimasukkan kedalam alat penggiling
sehingga menjadi kecil-kecil , dialirkan ke selokan, hanyut ke tempat pengolahan lebih
lanjut.
4. Penkomposan atau composting yakni pengolahan limbah untuk memperoleh kompos
untuk menyuburkan tanah.
5. Pembakaran (incineration), yang menghasilkan gas dan residue
6. Pirolisis, yakni mengolah limbah dengan proses dekomposisi senyawa kimia pada suhu
tinggi dengan pembakaran tidak sempurna yang pada akhirnya menghasilkan zat kimia
baru yang berguna.

PENCEMARAN UDARA

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di
atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan
tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan
manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi
cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak
pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global.
Pencemaran Udara

Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya
pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami
perubahan.

yang dulunya segar kini kering dan kotor. Hal ini bila tidak segera ditanggulangi,
perubahan tersebut dapat membahayakan kesehatan manusia, kehidupan hewan serta
tumbuhan
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam
udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya.
Kehadiran bahan atau zat asing di dalam udara dalam jumlah tertentu serta berada di
udara dalam waktu yang cukup lama, akan dapat mengganggu kehidupan manusia. Bila
keadaan seperti itu terjadi maka udara dikatakan telah tercemar
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 mengenai Pengendalian
Pencemaran udara, yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah masuknya atau
dimaksuknya zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam udara ambient oleh kegiatan
manusia sehingga mutu udara ambient turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambient tidak memenuhi fungsinya.
Sumber Pencemar Udara
Telah disadari bersama, kualitas udara saat ini telah menjadi persoalan global, karena
udara telah tercemar akibat aktivitas manusia dan proses alam. Masuknya zat pencemar
ke dalam udara dapat secara alamiah, misalnya asap kebakaran hutan, akibat gunung
berapi, debu meteorit dan pancaran garam dari laut ; juga sebagian besar disebabkan oleh
kegiatan manusia, misalnya akibat aktivitas transportasi, industri, pembuangan sampah,
baik akibat proses dekomposisi ataupun pembakaran serta kegiatan rumah tangga

Terdapat 2 jenis pencemar yaitu sebagai berikut :


a. Zat pencemar primer, yaitu zat kimia yang langsung mengkontaminasi udara dalam
konsentrasi yang membahayakan. Zat tersebut bersal dari komponen udara alamiah
seperti karbon dioksida, yang meningkat diatas konsentrasi normal, atau sesuatu yang
tidak biasanya, ditemukan dalam udara, misalnya timbal.
b. Zat pencemar sekunder, yaitu zat kimia berbahaya yang terbentuk di atmosfer melalui
reaksi kimia antar komponen-komponen udara.
Sumber bahan pencemar primer dapat dibagi lagi menjadi dua golongan besar :
1. Sumber alamiah
Beberapa kegiatan alam yang bisa menyebabkan pencemaran udara adalah kegiatan
gunung berapi, kebakaran hutan, kegiatan mikroorganisme, dan lain-lain. Bahan
pencemar yang dihasilkan umumnya adalah asap, gas-gas, dan debu.
2. Sumber buatan manusia
Kegiatan manusia yang menghasilkan bahan-bahan pencemar bermacam-macam antara
lain adalah kegiatan-kegiatan berikut :
a. Pembakaran, seperti pembakaran sampah, pembakaran pada kegiatan rumah tangga,
industri, kendaraan bermotor, dan lain-lain. Bahan-bahan pencemar yang dihasilkan
antara lain asap, debu, grit (pasir halus), dan gas (CO dan NO).
b. Proses peleburan, seperti proses peleburan baja, pembuatan soda,semen, keramik,
aspal. Sedangkan bahan pencemar yang dihasilkannya antara lain adalah debu, uap dan
gas-gas.
c. Pertambangan dan penggalian, seperti tambang mineral and logam. Bahan pencemar
yang dihasilkan terutama adalah debu.
d. Proses pengolahan dan pemanasan seperti pada proses pengolahan makanan, daging,
ikan, dan penyamakan. Bahan pencemar yang dihasilkan terutama asap, debu, dan bau.
e. Pembuangan limbah, baik limbah industri maupun limbah rumah tangga.
Pencemarannya terutama adalah dari instalasi pengolahan air buangannya. Sedangkan
bahan pencemarnya yang teruatam adalah gas H2S yang menimbulkan bau busuk.
f. Proses kimia, seperti pada proses fertilisasi, proses pemurnian minyak bumi, proses
pengolahan mineral. Pembuatan keris, dan lain-lain. Bahan-bahan pencemar yang
dihasilkan antara lain adalah debu, uap dan gas-gas
g. Proses pembangunan seperti pembangunan gedung-gedung, jalan dan kegiatan yang
semacamnya. Bahan pencemarnya yang terutama adalah asap dan debu.
h. Proses percobaan atom atau nuklir. Bahan pencemarnya yang terutama adalah gas-gas
dan debu radioaktif.

Jenis Bahan Pencemar Udara


Ada beberapa bahan pencemar udara yang sering ditemukan di kota-kota. Dilihat dari ciri
fisik, bahan pencemar dapat berupa :
a. Partikel (debu, aerosol, timah hitam)
b. Gas (karbon monoksida / CO, sulfur oksida / SOx, hidrokarbon, nitrogen oksida /
NOx, H2S dan oksidant ozon dan PAN)
c. Energi (suhu dan kebisingan)
Bahan-bahan pencemar ini dikenakan peraturan khusus untuk pengawasannya karena
bisa membahayakan kesehatan.
Tulisan Terkait:
Dampak Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan
Aspek Klimatologi Pencemaran Udara
Sumber:
Soedomo, Pencemaran Udara, Kumpulan Karya Ilmiah, Institut Teknologi Bandung,
2000.
Wardhana, Dampak Pencemaran Lingkungan, 2001

Pencemaran Suara
Secara teknis kebisingan atau pencemaran suara bisa diartikan sebagai suara yang tidak
diinginkan, misalnya yang menghalangi terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya
atau yang menyebabkan rasa sakit di telinga atau yang menghalangi gaya hidup. (JIS Z
8106,IEC60050-801 kosakata elektro-teknik Internasional Bab 801:Akustikal dan
elektroakustikal). Kebisingan dalam kaitan dengan pencemaran suara yaitu bunyi yang
tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (KepMenLH
No.48 Tahun 1996) atau semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-
alat proses produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan pendengaran (KepMenNaker No.51 Tahun 1999).
Diantara pencemaran lingkungan yang lain, pencemaran suara / polusi kebisingan atau
noise polution dianggap istimewa dalam hal : (1) penilaian pribadi dan subjektif sangat
menentukan untuk mengenali suara sebagai pencemaran kebisingan atau tidak, (2)
kerusakannya setempat dan sporadis dibandingkan dengan pencemaran udara dan
pencemaran air dan bising pesawat merupakan pengecualian.

UNSUR SUARA
Apabila bel dibunyikan, seseorang menangkap ‘nyaring’, ‘tinggi’ dan ‘nada’ suara yang
dipancarkan. Ini merupakan suatu tolak ukur yang menyatakan mutu sensorial dari suara
dan dikenal sebagai ‘tiga unsur suara’.
Ukuran fisik ‘kenyaringan’, ada amplitudo dan tingkat tekanan suara. Untuk ‘tinggi’
suara adalah frekuensi dan ‘nada’ adalah sejumlah besar ukuran fisik. Kecenderungan
saat ini adalah menggabungkan segala yang merupakan sifat dari suara, termasuk
tingginya, nyaringnya dan distribusi spectral sebagai ‘nada’.
FREKUENSI DAN PANJANG GELOMBANG
Suatu gelombang suara memancar dengan kecepatan suara dengan gerakan seperti
gelombang. Jarak antara dua titik geografis (yaitu dua titik di antara mana tekanan suara
maksimum dari suatu suara murni dihasilkan) yang dipisahkan hanya oleh satu periode
dan yang menunjukkan tekanan suara yang sama dinamakan ‘gelombang suara’, yang
dinyatakan sebagai l(m). Apabila tekanan suara pada titik sembarangan berubah secara
periodik, jumlah berapa kali di mana naik-turunnya periodik ini berulang dalam satu
detik dinamakan ‘frekuensi’, yang dinyatakan sebagai f(Hertz/Hz, lihat gambar
gelombang sinusoidal). Suara-suara ber-frekuensi tinggi adalah suara tinggi, dan yang
ber-frekuensi rendah adalah suara rendah.
Hubungan antara kecepatan suara c (m/s), gelombang l dan frekuensi f dinyatakan
sebagai berikut :
C=fxl
Panjang gelombang dari suara yang dapat didengar adalah beberapa sentimeter dan
sekitar 20m. Kebanyakan dari objek di lingkungan kita ada dalam lingkup ini. Mutu suara
dipengaruhi oleh kasarnya permukaan-permukaan yang memantulkan suara, tingginya
pagar-pagar dan faktor-faktor lainnya, akan berbeda sebagai perbandingan dari panjang
gelombang terhadap dimensi objek.
Dari gambar garis bentuk kenyaringan dari tes (hearing) psikiatris ini bahwa batas
perbedaan suara yang bisa terdengar oleh rata-rata orang adalah 20-20.000Hz tetapi bisa
terdengarnya tergantung pada frekuensi. Kurva menggunakan 1000Hz dan 40dB sebagai
referensi untuk suara murni dan mem-plot suara referensi ini dengan tingkat-tingkat yang
bisa terdengar dari kenyaringan yang sama pada berbagai frekuensi.
TIPE-TIPE KEBISINGAN
Kategori kebisingan lingkungan dapat dilihat seperti dalam tabel berikut : Jumlah
kebisingan Semua kebisingan di suatu tempat tertentu dan suatu waktu tertentu
Kebisingan spesifik Kebisingan di antara jumlah kebisingan yang dapat dengan jelas
dibedakan untuk alasan-alasan akustik.
Seringkali sumber kebisingan dapat diidentifikasikan Kebisingan residual Kebisingan
yang tertinggal sesudah penghapusan seluruh kebisingan spesifik dari jumlah kebisingan
di suatu tempat tertentu dan suatu waktu tertentu Kebisingan latar belakang Semua
kebisingan lainnya ketika memusatkan perhatian pada suatu kebisingan tertentu. Penting
untuk membedakan antara kebisingan residual dengan kebisingan latar belakang
DECIBELS
Decibel (dB) adalah ukuran energi bunyi atau kuantitas yang dipergunakan sebagai unit-
unit tingkat tekanan suara berbobot A. Yang dilakukan untuk mensederhanakan plot-plot
multipel seperti pada gambar dan untuk secara kira-kira menyebandingkan kuantitas
logaritmik dari stimulus untuk stimulus akustik yang diterima telinga manusia dari luar.
Untuk menilai kebisingan diperlukan untuk menghitung tambahnya atau kurangnya
tingkat tekanan suara berbobot A rata-ratanya dan sebagainya.
PENGARUH DAN AKIBAT DARI KEBISINGAN
Meskipun pengaruh suara banyak kaitannya dengan faktor-faktor psikologis dan
emosional, ada kasus-kasus dimana akibat-akibat serius seperti kehilangan pendengaran
terjadi karena tingginya tingkat kenyaringan suara pada tingkat tekanan suara berbobot A
dan karena lamanya telinga terpajan terhadap kebisingan itu.
Berikut jenis dari akibat kebisingan :
Akibat lahiriah
Kehilangan pendengaran
Perubahan ambang batas sementara akibat kebisingan,
perubahan ambang batas permanen akibat kebisingan

Akibat fisiologis
Rasa tidak nyaman atau stress meningkat, tekanan darah meningkat, sakit kepala, bunyi
dering
Akibat psikologis
Gangguan emosional
Kejengkelan, kebingungan
Gangguan gaya hidup
Gangguan tidur atau istirahat, hilang konsentrasi waktu bekerja, membaca dan
sebagainya.

Gangguan pendengaran
Merintangi kemampuan mendengarkan TV, radio, percakapan, telpon dan sebagainya.

BAKU TINGKAT KEBISINGAN


Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan
dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (KepMenLH No.48 Tahun 1996). Agar
kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu diambil tindakan
seperti penggunaan peredam pada sumber bising, penyekatan, pemindahan,
pemeliharaan, penanaman pohon, pembuatan bukit buatan ataupun pengaturan tata letak
ruang dan penggunaan alat pelindung diri sehingga kebisingan tidak mengganggu
kesehatan atau membahayakan.

Anda mungkin juga menyukai