Anda di halaman 1dari 12

Studi Perluasan Daerah Jangkauan Dan Penambahan Kapasitas

Sistem Komunikasi CDMA Menggunakan Teknik SDMA

Emir Nasrullah
Jurusan Teknik Elektro FT Universitas Lampung
Email: emas@unila.ac.id

ABSTRACT

One of demands for telecommunication technology advancement, especially Code Division


Multiple Access (CDMA) communication system, is the capability in gaining users maximally and
having wide communication coverage area. In fact, the demand is limited by some weaknesses
in CDMA system itself, such as users interferences, cell breathing and near-far problem. These
weaknesses cause CDMA system can’t work optimally. One methods in overcoming these
problems is by implementing Space Division Multiple Access (SDMA) technique.

SDMA technique runs by making use of the spatial space between different users. SDMA uses
Smart Antenna as its major component. This antenna consists of several elements where each
element can act as sector maker and make radiation pattern by their own. As a consequence,
user capacity can be increased through the availability of those many radiation patterns. The
element arrays also cause bigger gain, so that communication coverage area can be widened if
compared to conventional CDMA technique.

By implementing SDMA technique in CDMA communication system, user’s capacity and


communication coverage area can be improved so that system can serves users optimally.

Keywords : CDMA, SDMA, smart antenna, radiation pattern

Pendahuluan
Perkembangan pesat teknologi komunikasi seluler, khususnya teknologi Code Division Multiple
Access (CDMA), serta meningkatnya permintaan penyediaan layanan komunikasi jarak jauh
menuntut tersedianya sistem komunikasi seluler yang bermutu tinggi. Pada sistem komunikasi
CDMA, kinerja jaringan merupakan hal penting yang berhubungan erat dengan keandalan sistem.
disamping itu, untuk menciptakan sistem yang ekonomis dan efisien, salah satu hal yang harus
ditingkatkan adalah kapasitas pengguna (user) dalam suatu sel CDMA dan luasnya daerah yang
dapat dijangkau oleh satu BTS (Base Transceiver Station) CDMA.

Dalam teknologi CDMA, setiap pengguna menggunakan frekuensi carrier yang sama, tetapi
dikodekan dengan kode-kode yang berbeda. Hal ini berakibat tingginya tingkat interferensi
dalam satu sel apabila terjadi kepadatan kapasitas [1]. Interferensi akan menurunkan nilai
energy bit per noise (Eb/No) sampai di bawah nilai batas yang diperbolehkan sehingga dapat
terjadi kegagalan panggilan. Dengan Eb/No yang kecil, BTS akan menurunkan level sinyal
pilotnya sehingga terjadi penciutan sel (cell breathing). Pengguna yang berada di pinggir sel
akan menerima daya pancar yang kecil sehingga sinyal pengguna tersebut akan dikirim ke sel
tetangganya (hand-off). Apabila sel tetangga juga mengalami penciutan akibat padatnya sistem,
maka pengguna tersebut akan mengalami kegagalan panggilan atau blocking, sehingga akibatnya
sistem CDMA tidak mampu menampung pengguna secara maksimal. Untuk mengatasi masalah ini
dapat digunakan teknik Space Division Multiple Access (SDMA).

SDMA merupakan teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas dan daerah
jangkauan sistem komunikasi seluler CDMA. SDMA memanfaatkan jarak atau spatial separation
antara pengguna satu dengan lainnya [13]. Sebuah sistem SDMA terdiri dari smart antenna tipe

62 PROSIDING
adaptive array yang berupa elemen tersusun, pengkombinasi algoritma dan perangkat
pemrosesan sinyal (processor), yang diimplementasikan pada BTS. SDMA mampu mengarahkan
sinyal ke pengguna yang diinginkan, sehingga interferensi antar pengguna dapat diminimalkan.
Dengan minimnya interferensi yang terjadi, maka nilai Eb/No sistem dapat lebih stabil dan sel
dapat menampung dan menjangkau pengguna dengan optimal.

Antena BTS CDMA

Sistem antena BTS pada sistem komunikasi CDMA merupakan faktor penting dalam mendukung
keandalan sistem, karena merupakan salah satu infrastruktur telekomunikasi [7]. Jenis antena
yang umum digunakan pada sistem selular CDMA adalah antena directional dengan menggunakan
metode sektorisasi.

a. Antena Omnidirectional

Antena omnidirectional adalah jenis antena yang memancarkan radiasi ke segala arah sama
besar sehingga memiliki daerah cakupan yang cukup luas [12].

Gambar 1. Pola radiasi antena omnidirectional [3].

Gambar 1 memperlihatkan pola radiasi antena omnidirectional yang tampak dari atas. Antena
ini bermanfaat untuk mencakup daerah terbuka. Daerah cakupan dari antena omnidirectional
akan berbentuk sebuah lingkaran, jika daerah tersebut benar-benar berbentuk bidang datar
sempurna tidak ada halangan sedikitpun. Namun pada kenyataannya, area cakupan antena ini
akan berbentuk lingkaran yang tidak sempurna dikarenakan tidak ada suatu daerah yang benar-
benar datar. Sebuah sel yang menggunakan antena omnidirectional disebut sebagai sel omni.
Pada umumnya omni BTS hanya terdiri dari 3 antena, yaitu sebuah antena transmisi (Tx) dan 2
buah antena penerima (Rx) yang masing-masing dipisahkan dengan jarak tertentu.

b. Antena Directional

Antena directional adalah jenis antena yang memancarkan radiasi ke arah tertentu [12]. Karena
merupakan antena berarah, maka gain terkuat terletak hanya pada arah depan. Antena jenis ini
umum digunakan pada sebuah sel yang menggunakan sektorisasi dan biasanya digunakan untuk
optimalisasi jaringan. Antena ini memiliki kemampuan untuk mengurangi tingkat interferensi
antar sel karena pola radiasinya yang berarah. Kemampuan tersebut akan meningkatkan
kapasitas pengguna dalam satu sel.

Gambar 2 menunjukkan pola radiasi antena directional dengan empat sektor, dimana pola
radiasinya mengarah ke arah tertentu dengan gain terkuat ada pada arah depan.

Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian kepada Masyarakat, Unila, 2008 63


Gambar 2. Pola radiasi antena directional [3]

Penggunaan antena directional akan dapat mengurangi frekuensi fading dibanding menggunakan
antena berelemen tunggal. Hal ini dikarenakan sinyal yang diterima pengguna itu datang bukan
hanya dari satu arah saja. Bila menggunakan beberapa elemen maka pemilihan sinyalnya akan
lebih selektif dibanding dengan antena yang berelemen tunggal.

c. Smart Antenna

Merupakan sistem antena yang memiliki kemampuan memfokuskan sinyalnya ke arah yang
diinginkan. Smart antenna menjadi salah satu solusi penyediaan jasa layanan seluler yang lebih
baik dengan jumlah biaya yang efektif. Smart antenna dapat meningkatkan kapasitas, kualitas
jaringan dan daerah cakupan yang lebih luas [5]. Selain itu, juga dapat mengurangi tingkat
interferensi dan mereduksi jumlah BTS. Smart antenna cocok untuk diterapkan di semua
daerah, baik daerah urban, sub urban maupun rural [2].

Sebuah sistem smart antenna pada BTS mengkombinasikan beberapa elemen radiasi yang
kemudian mentransmisikan atau menerima sinyal dari atau ke bagian adaptive yang
sensitifitasnya tinggi. Ruang adaptive ini merupakan sebuah processor yang akan menghitung
kombinasi sinyal untuk mendapatkan level sinyal pengguna yang optimal. Dengan kata lain,
sebuah sistem mampu mengubah secara otomatis pola radiasinya ke dalam lingkungan propagasi.
Perubahan pola radiasi tersebut dilakukan berdasarkan posisi dari pengguna / mobile station,
sehingga pengguna lain tidak menerima sinyal tersebut atau tidak terinterferensi. Dengan
demikian maka akan terjadi peningkatan kinerja sistem selular, seperti peningkatan kapasitas
[12].

Gambar 3. Radiasi sinyal omni antenna dan smart antenna [4].

Gambar 3 menjelaskan bahwa smart antenna memfokuskan arah radiasi sinyalnya hanya pada
mobile station yang diinginkan tanpa mengintervensi mobile station lain.

Smart antenna terdiri dari beberapa elemen tersusun, di mana masing-masing elemen menerima
sinyal yang berbeda-beda. Sinyal yang diterima akan dikirim ke processor untuk dikalikan

64 PROSIDING
dengan weight adaption (w). Selanjutnya setiap sinyal dari masing-masing elemen yang telah
dikalikan dengan w akan dijumlahkan sehingga akan diperoleh besar hubungan dengan sumber
sinyal. Selain mengukur dari pengguna yang diinginkan, smart antenna juga akan mengukur
sinyal interferensi yang datang dari pengguna lain di sekitar pengguna yang diinginkan. Dengan
hasil pengukuran itu, maka akan diperoleh weight adaption yang optimal, sehingga sinyal
terarah ke pengguna yang diinginkan tanpa harus menimbulkan interferensi.

Space Division Multiple Access (SDMA)

SDMA memanfaatkan jarak dari banyak pengguna untuk meningkatkan kapasitas sistem.
Prinsipnya adalah membagi kanal trafik antar pengguna sehingga setiap pengguna dapat
dibedakan berdasarkan posisi angular-nya. Pemanfaatan jarak dalam sistem ini dilakukan
dengan membuat pola antena sendiri untuk tiap pengguna [10].

Gambar 4. Pola radiasi 2 pengguna pada sistem SDMA [10].

Pada Gambar 4, dua pengguna digambarkan pada pola radiasi yang sama, sedangkan Gambar 5
menggambarkan pola radiasi untuk masing-masing pengguna.

Gambar 5. Pola radiasi terpisah 2 pengguna pada sistem SDMA [10].

Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian kepada Masyarakat, Unila, 2008 65


Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan berupa studi literatur terhadap rujukan-rujukan yang
berkaitan dengan teknologi komunikasi CDMA dan SDMA. Bahan rujukan berupa buku teks,
majalah ilmiah, jurnal, maupun artikel-artikel ilmiah hasil penelusuran pada situs-situs Internet.

Perhitungan kapasitas pengguna dalam suatu sel pada sistem CDMA konvensional dapat diperoleh
dengan menggunakan persamaan (1) sebagai berikut [9]:

⎛ W ⎞
⎜ R ⎟ 1
N= ⎜ Eb ⎟ . + 1 ..... ..... ..... ..... ..... ..... ..... (1)
⎜ ⎟ α
⎝ No ⎠

Dimana N : kapasitas; W : bandwidth 1 kanal RF CDMA; R : rate data; α : faktor aktivitas


suara atau data; Eb/No : energi bit per noise.

Nilai kapasitas di atas adalah untuk antena omnidirectional. Bila menggunakan antena
directional, maka jumlah kapasitasnya dikalikan dengan jumlah sektorisasi.

N = N omni x sektorisasi .................... ..... ..... ..... ..... ..... ... ( 2 )

Jika menggunakan teknik SDMA, maka sektorisasi akan lebih besar tergantung jumlah elemen
array yang digunakan sehingga nilai N akan menjadi lebih besar pula.

Untuk menghitung luas jangkauan suatu sel CDMA, ada beberapa tahap yang harus dilakukan,
yaitu:

1. Perhitungan Forward Link Budget

Perhitungan link budget arah forward adalah untuk menentukan pathloss maksimum dari
pengirim (BTS) ke penerima (pengguna) menggunakan persamaan [11]:

PLmax = EIRP–Rxsensitivity–External losses+GRx + GHo .…( 3 )

PLmax = (Tx power – Cable loss + GTx) – Rx sensitivity –

(Fading margin + Penetration loss) + GRx + GH ….( 4 )

dimana:

Tx power = Pilot + Paging + Sync + Traffic ….. …… ….. …….( 5 )

Keterangan:
PLmax = Pathloss maksimum (dB)
EIRP = Effective Isotropic Radiated Power (dBm)
Rx Sensitivity = Sensitivitas antena penerima (dBm)
External losses = Rugi-rugi dari luar sistem (dB)
GRx = Gain antena penerima (dB)
GHo = Gain handoff (dB)
Tx power = Daya antena pemancar (dBm)
Cable loss = Rugi-rugi pada kabel (dB)
GTx = Gain antena pemancar (dB)
Pilot = Daya kanal pilot (watt)
Paging = Daya kanal paging (watt)
Sync = Daya kanal sync (watt)
Traffic = Daya kanal traffic (watt)

66 PROSIDING
Fading margin = Batas fading yang dapat ditoleransi (dB)
Penetration loss = Rugi-rugi halangan pada lintasan (dB)

Berikut adalah nilai-nilai dari parameter power link budget berdasarkan spesifikasi sistem CDMA
[11].

` Daya pemancar:

• Pilot Channel Power = 2,89 watt


• Paging Channel Power = 0,52 watt
• Sync Channel Power = 0,29 watt
• Traffic Channel Power = 2,19 watt
• Mobile station (MS) = 23 dBm

` Sensitivitas penerima

• Base station (BS) = - 101,1 dBm


• Mobile station (MS) = - 124 dBm

` Gain antena

• Base station (BS) = 15 dB


• Mobile station (MS) = 0 dB

` Rugi-rugi kabel dan konektor

• Base station (BS) = 2 dB


• Mobile station (MS) = 0 dB

` Rugi-rugi penetrasi:

• Base station (BS) = 10 dB


• Mobile station (MS) = 0 dB

` Fading margin = 5 dB

` Gain handoff = 4 dB

2. Perhitungan Radius Sel

Untuk menghitung radius sel digunakan perhitungan propagasi gelombang radio dengan model
propagasi Okumura-Hata sebagai berikut [9]:

Lu =69,55 + 26,16 log fC – 13,82 log hT – a(hR) + (44,9 – 6,55 log hT) log d .. ( 6 )

dimana :

fC = Frekuensi carrier yang digunakan (MHz) = 150 ≤ fC ≤1500 MHz


hT = Tinggi antena pengirim ( m ) = 30 ≤ hT ≤ 200 m
hR = Tinggi antena penerima ( m ) = 1 ≤ hR ≤ 10 m
d = Jarak antara pengirim dan penerima / Radius Sel (km)
a(hR) = Faktor koreksi antena penerima
Untuk kota kecil dan menengah nilai a(hR) adalah:
a(hR) = (1,1 log fC – 0,7) hR – (1,56 log fC – 0,8) …. …. …. ….......... ( 7 )

Nilai radius sel diperoleh dengan menggunakan persamaan :

Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian kepada Masyarakat, Unila, 2008 67


Lu − 69,55 − 26,16 log f c + 13,82 log hT + a (h R )
log d = ......... (8)
44,9 − 6,55 log hT

3. Perhitungan Luas Sel (Daerah Jangkauan)

Luas daerah jangkauan suatu BTS CDMA [9] bisa didapat dengan menggunakan persamaan :

Lsel = 2,6 d2 ........................ ... ...( 9 )

dimana d adalah jarak antara pengirim dan penerima (radius sel)

Jika menggunakan sistem SDMA dengan Smart Antenna, luasnya menjadi [4]:

2
⎛G ⎞ γ
Lsel SDMA = Lsel ⎜⎜ SDMA ⎟⎟ .......................... ....( 10 )
⎝ GOmni ⎠

Nilai gain SDMA adalah:

GSDMA = 20 log M ..... ..... ..... ...... ..... ..... .( 11 )

Dengan M : jumlah elemen array antena SDMA


γ : path loss komponen

Dengan menggunakan teknik SDMA maka gain BTS akan menjadi jauh lebih besar karena BTS
hanya memancarkan daya pada arah yang diinginkan saja.

Hasil dan Pembahasan


1. Kapasitas Sistem CDMA

Sebuah sistem komunikasi yang baik adalah yang dapat menampung pengguna sebanyak mungkin
dan melayani para pengguna tersebut dengan sebaik mungkin. Pada sistem komunikasi selular
CDMA, para pengguna dapat menggunakan frekuensi dan waktu yang sama pula, tetapi dengan
kode-kode yang berbeda. Kapasitas suatu sel CDMA dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan ( 1 ).

Nilai setiap variabel untuk menghitung kapasitas pengguna sistem CDMA adalah [8]:

W = bandwidth 1 kanal RF CDMA = 1228800 Hz


R = rate data = 9600 bps
α = faktor aktivitas suara atau data = 0,4
Eb/No = energi bit per noise = 7 dB

Jadi nilai kapasitas pengguna CDMA konvensional adalah sebesar:

⎛ 1228800 ⎞
N= ⎜ 9600 ⎟ . 1 + 1
⎜⎜ 7 ⎟⎟ 0,4
⎝ ⎠

N= (18,2857 ) . 2,5 + 1

N = 45,81 ≈ 45 pengguna

68 PROSIDING
Dengan menggunakan teknik SDMA, besarnya kapasitas total BTS bergantung kepada jumlah
elemen array yang digunakan. Dengan menggunakan 16 elemen array, kapasitasnya menjadi:

NSDMA = N x elemen array == 45 x 16

= 720 pengguna

2. Luas Jangkauan CDMA

Untuk menghitung luas jangkauan, terlebih dahulu dicari nilai pathloss maksimum untuk arah
forward dari persamaan ( 4 ).

PLmax = ((Tx power) – Cable loss + GTx) – Rx sensitivity – (Fading margin + Penetration
loss) + GRx + GHo

Dimana:

PLmax = Pathloss maksimum (dB)


Rx Sensitivity = Sensitivitas antena penerima (-124 dBm)
GRx = Gain antena penerima (0 dB)
GHo = Gain handoff (4 dB)
Cable loss = Rugi-rugi pada kabel (2 dB)
GTx = Gain antena pemancar (15 dB)
Pilot = Daya kanal pilot (2,89 watt)
Paging = Daya kanal paging (0,52 watt)
Sync = Daya kanal sync (0,29 watt)
Traffic = Daya kanal traffic (2,19 watt)
Fading margin = Batas fading yang dapat ditoleransi (5 dB)
Penetration loss = Rugi-rugi adanya halangan pada lintasan (10 dB)

Besarnya Tx power berdasarkan persamaan ( 5 ) adalah :

Tx power = (2,89 + 0,52 + 0,29 + 2,19) watt


= 5,89 watt = 5890 mwatt
Tx power[dBm]= 10 log 5890 = 37,7 dBm

Jadi nilai path loss maksimum pada arah forward link adalah:

PLmax = (37,7 – 2 + 15) – (-124) – (5 + 10) + 0 + 4

= 163,7 dB

Selanjutnya menghitung nilai radius sel dengan parameter-parameter sebagai berikut :

fC = Frekuensi carrier yang digunakan (800 MHz)


hT = Tinggi antena pengirim (60 m)
hR = Tinggi antena penerima (1,5 m)
a(hR) = Faktor koreksi antena penerima
a(hR) = (1,1 log fC – 0,7) hR – (1,56 log fC – 0,8)
= (1,1 log 800 – 0,7) 1,5 – (1,56 log 800 – 0,8)
= (3,19 – 0,7) 1,5 – (4,52 – 0,8) = 3,73 – 3,72
= 0,01

Berdasarkan persamaan (11), maka besarnya radius sel adalah :

Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian kepada Masyarakat, Unila, 2008 69


Lu − 69,55 − 26,16 log f c + 13,82 log hT + a (hR )
log d =
44,9 − 6,55 log hT

163,7 − 69,55 − 26,16 log 800 + 13,82 log 60 + 0,01


log d =
44,9 − 6,55 Log 60

163,7 − 69,55 − 75,94 + 24,57 + 0,01


log d =
44,9 − 11,64

42,79
log d = = 1,28
33,26

d = 101,28 km = 19,3 km

Setelah diperoleh nilai radius sel, maka luas daerah jangkauan dapat diketahui dengan
menggunakan persamaan ( 9 ), yaitu:

Lsel = 2,6 d2

Lsel = 2,6 (19,3)2 km2 = 968,47 km2

Sedangkan jumlah sel yang dibutuhkan untuk menjangkau seluruh area adalah:

luas daerah
N sel =
Lsel

3.180,78
N sel =
968,47

Nsel = 3,28

≈ 4 sel

Berdasarkan persamaan ( 10 ), maka luas daerah jangkauan CDMA dengan SDMA:

2
⎛ G SDMA ⎞ γ
Lsel SDMA = Lsel ⎜⎜ ⎟⎟
G
⎝ Omni ⎠

Dimana : γ = pathloss komponen : 3,5

GSDMA = 20 log M

(M = jumlah elemen array = 16)

GSDMA = 20 log 16

= 24,08

2
⎛ 24,08 ⎞ 3,5
didapat : Lsel SDMA = 968,47 ⎜ ⎟
⎝ 15 ⎠

70 PROSIDING
2
= 968,47 (1,60) 3,5 = 968,47 x 1,31

= 1.269,28 km2

Jadi jumlah sel SDMA yang dibutuhkan adalah:

luas daerah
N sel SDMA =
Lsel SDMA

3.180,78
= = 2,50
1.269,28

≈ 3 sel SDMA

Dengan menggunakan teknik SDMA, jumlah sel yang dibutuhkan dapat direduksi –dengan
berdasarkan perhitungan diatas- dari 4 menjadi 3 sel.

Tabel 1 memuat hasil perhitungan diatas, berupa perbandingan kapasitas pengguna, luas
jangkauan, dan jumlah sel antara sistem CDMA konvensional dengan sistem CDMA menggunakan
teknik SDMA.

Tabel 1. Perbandingan CDMA konvensional dengan CDMA menggunakan teknik SDMA 16


elemen array.

Sistem Kapasitas pengguna Luas daerah jangkauan Jumlah sel


CDMA konvensional 45 968,47 km2 4
CDMA dengan SDMA 720 1.269,28 km2 3

Dari Tabel 1 terlihat bahwa kapasitas sistem CDMA akan jauh meningkat dengan digunakannya
teknik SDMA, yang besarnya ditentukan berdasarkan jumlah elemen array yang digunakan,
dimana elemen-elemen tersebut akan bertindak sebagai sektorisator. Demikian juga dengan
luas daerah jangkauan sistem CDMA dengan teknik SDMA akan lebih besar dibanding luas daerah
jangkauan sistem CDMA konvensional. Hal ini dikarenakan nilai gain dengan teknik SDMA lebih
besar dibanding CDMA konvensional. Lebih besarnya gain CDMA dengan SDMA ditentukan oleh
banyaknya elemen array yang digunakan.

Jika luas daerah jangkauan meningkat, maka jumlah sel yang dibutuhkan akan berkurang. Dalam
kasus ini, penerapan sistem CDMA konvensional memerlukan 4 sel, sedangkan jika menggunakan
sistem CDMA dengan SDMA hanya memerlukan 3 sel.

Dengan menggunakan teknik SDMA, antena dapat membentuk beberapa pola radiasi tersendiri
untuk pengguna. Banyaknya pola radiasi yang dapat dibentuk oleh suatu BTS pada saat yang
bersamaan tergantung pada banyaknya elemen array yang digunakan. Jika suatu antena BTS
SDMA memiliki M buah elemen array, maka antena tersebut dapat membentuk M buah pola
radiasi yang berbeda. Masing-masing pola radiasi memiliki beam tersendiri yang melayani
pengguna atau kelompok pengguna. Jadi kapasitas pengguna, yang dihitung di bagian awal,
tersebar pada semua beam yang terpakai.

Jika seorang pengguna dilayani oleh sebuah beam bergerak, maka beam tersebut akan bergerak
pula mengikuti pengguna yang dilayani, dengan catatan tidak ada pengguna lain yang dilayani
oleh beam tersebut (pengguna tunggal). Ketika ada pengguna lain yang masuk ke dalam suatu
sel, maka antena SDMA akan membuat pola radiasi tersendiri untuk pengguna tersebut, jika
pengguna itu memiliki jarak yang cukup dengan pengguna lain yang sudah lebih dulu berada di
sel. Jika tidak, maka pengguna tersebut akan dilayani oleh beam yang terdekat. Jika ada 2

Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian kepada Masyarakat, Unila, 2008 71


pengguna dalam 1 pola radiasi, dan pengguna 1 bergerak menjauhi pengguna 2, maka antena
SDMA akan membentuk pola radiasi baru untuk pengguna 1 ketika jaraknya dengan pengguna 2
memenuhi syarat untuk membuat pola baru.

Teknik SDMA memiliki kelemahan, yaitu hanya bekerja jika para pengguna berada di space yang
berbeda. Pembedaan ini dilakukan dengan beamforming yang mengarahkan main beam ke arah
sinyal pengguna yang diinginkan dan nulls diarahkan ke sinyal interferensi (pengguna lain). Ada
jarak minimal yang harus terpenuhi agar 2 pengguna atau lebih dapat dilayani oleh beam yang
berbeda disebut jarak angular minimum φmin [6].

α β
ϕ min = + .......................... ..... .. ..... .....( 12 )
2 2
Dimana : φmin = Jarak angular minimum
α = Sudut yang terbentuk dari multipath terdekat dengan pengguna 2
β = Beamwidth

Gambar 6. Kriteria sudut pada SDMA [6].

Untuk sebuah sistem SDMA dengan 16 elemen array mempunyai besar beam β = 22o.
Bila pengguna 1 memasuki sistem tersebut, dimana sudah terdapat pengguna 2 dengan
komponen multipath α = 6 o, maka agar pengguna 1 dapat dilayani dengan pola radiasi
tersendiri, jarak angular minimum pengguna 1 ke pengguna 2 adalah:

6 0 22 0
ϕ min = + = 14o
2 2

Jadi, pengguna 1 dapat dilayani oleh beam tersendiri jika jarak minimalnya sebesar 14o dari
pengguna 2 (pengguna terdekat yang berada di beam terdekat).

Dengan kemampuan mengarahkan penerimaan, perkiraan posisi pengguna dapat dilakukan secara
akurat. BTS yang dilengkapi dengan SDMA dapat melakukan perhitungan estimasi azimuth
pengguna yang sedang dilayani oleh BTS di sebelahnya (yang terdekat). Informasi estimasi
azimuth ini dikombinasikan untuk menentukan secara akurat posisi pengguna.

Kesimpulan
Dari hasil perhitungan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Dengan menggunakan teknik SDMA, jarak spatial antara satu pengguna dengan pengguna
lain dimanfaatkan untuk memperbesar kapasitas sistem komunikasi CDMA.

72 PROSIDING
2. Daerah jangkauan sistem komunikasi CDMA dapat diperluas dengan menggunakan teknik
SDMA, karena pengarahan radiasi antenanya yang langsung hanya kepada pengguna yang
diinginkan, sehingga memperbesar gain antena.

3. Kapasitas maupun luas jangkauan suatu sistem komunikasi CDMA dengan teknik SDMA
ditentukan oleh banyaknya elemen array antena yang digunakan.

4. Agar teknik SDMA dapat diterapkan secara optimal, dan setiap pengguna atau kelompok
pengguna memiliki pola radiasi sendiri, ada jarak angular minimum yang harus terpenuhi

Daftar Pustaka
Budiharjo, L. 2003. “Teknologi Seluler CDMA 2000 dan Aplikasinya“.

http://www.elektroindonesia.com.

Corozza, E. and Frank D. Collin. 2002. “The Use of Smart Antennas in a Mixed CDMA 2000 Voice
and Data Environment”. Motorola.

Devlin, M. 2003. “How to Make Smart Antenna Array”. Nallatech.


http://www.xilinx.com/publications/xcellonline/xcell_45/

Dietrich, Carl B. 2000. “Adaptive Arrays and Diversity Antenna Configurations for Handheld
Wireless Communication Terminals”. Blackburg, Virginia, USA.

Feuerstein, M. 2002. “The Evolution of Smart Antenna to 3G”. Metawave. CDG. Technology
Forum.

Gerlich, N. and Michael Tangemann. 1995. ”Towards a Channel Allocation Scheme for SDMA –
based Mobile Communication System”. University of Würzburg.

Hendarno, Nanang. 2000. ”SDMA Sebagai Alternatif Peningkatan Kapasitas dan Coverage Sistem
Wireless”. http://www.elektroindonesia.com

Nachwan, M. A.. “Study Case: CDMA2000 1x Network Planning”.


http:www.stttelkom.ac.id/staf/NMA/index_files/StudyCase1cdma20001Xplanning.pdf
. Diakses tanggal 8 November 2006

Rappaport, T. S. 1996. “Wireless Communications : Principles and Practices”. Prentice Hall. New
Jersey. USA.

Schürhuber, R. 1998. “Receiver Imperfections and Calibration of Adaptive Antennas”. Wien.

Smith, C and Daniel Collins. 2002. “3G Wireless Network”. McGraw Hill. New York. USA.

The International Engineering Consortium (IEC). “Smart Antenna System”. http://www.iec.org.


Diakses tanggal 30 Agustus 2006

Wei Li, Gulliver, T. Aaron, and Morteza E. 2004. “A New CDMA / SDMA Structure with
Transmit Diversity”. http://www.ece.uvic.ca/~agullive/jle.pdf.

Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian kepada Masyarakat, Unila, 2008 73

Anda mungkin juga menyukai