Oleh
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Latar Belakang
penyakit sapi gila (Mad Cow Disease) adalah suatu penyakit degeneratif kronik
yang menyerang sistem saraf pusat (SSP) dari sapi. Penyakit ini tergolong ke
telah diyakini bahwa semua bentuk TSE berkaitan erat dengan adanya suatu
2
bentuk abnormal dari protein yang disebut dengan prion, sehingga TSE juga
disebut dengan prion disease (Buschmann et al. 1998). Akumulasi dari protein
abnormal ini akan membentuk suatu bentukan seperti bunga karang (sponge)
yang dapat menyebabkan gangguan pada otak dan bahkan kematian hewan
penderita. Penyakit ini mempunyai masa inkubasi yang panjang, antara empat
sampai lima tahun, tetapi dapat mengakibatkan kematian dalam waktu seminggu
Penyakit TSE pada orang pertama kali didiagnosa pada tahun 1920 dan
yang bersifat klasik (Classical CJD/cCJD) sangat jarang terjadi, yaitu satu orang
per satu juta individu per tahun. Penderita umumnya berusia lebih dari 60 tahun.
Pada sapi, BSE pertama kali dilaporkan pada tahun 1986, di Inggris.
yang mengandung tepung daging dan tulang yang terkontaminasi oleh agen TSE
(WHO 1997).
Pada awal tahun 1990, para peneliti di Inggris mencatat adanya penyakit
yang memperlihatkan gejala seperti cCJD tapi disertai dengan beberapa ciri yang
khas. Sebagian besar penyakit ini ditemukan pada penderita yang berusia lebih
dari 20 tahun. Dan pada tahun 1996, para peneliti menyebutnya sebagai variasi
baru dari CJD atau disebut dengan vCJD. Penyebabnya adalah karena
mengkonsumsi daging sapi atau produk-produk dari sapi yang terinfeksi oleh
BSE.
3
Tujuan
Manfaat
terhadap penyakit menular. Manfaat lain yaitu dapat memberikan masukan bagi
aturan-aturan khususnya dalam hal import hewan dan bahan-bahan asal hewan
KAJIAN PUSTAKA
Etiologi
Agen penyebab TSE banyak diperdebatkan oleh para peneliti. Ada 3 teori
mengenai penyebab TSE, yaitu : 1). Virus unconventional; 2). Prion atau suatu
protein abnormal yang tidak memiliki asam nukleat dan resisten terhadap K
proteinase; dan 3). Virion atau sejenis virus tidak lengkap dan mempunyai asam
nukleat (WHO, 1997). Identifikasi terhadap berbagai strain dari agen penyebab
neuropatologi pada mencit yang diinfeksi, mendukung teori yang terakhir ini.
Akan tetapi, sejalan dengan meningkatnya kasus, semakin banyak ahli yang
replikasi protein membran seluler (teori protein atau prion hypothesis). Agen
penyebab BSE berukuran lebih kecil dibandingkan dengan partikel virus dan
tidak dapat menimbulkan respon kekebalan atau reaksi peradangan pada induk
semangnya, sehingga deteksi melalui darah / cairan tubuh tidak dapat dilakukan.
Tingkat resistensi agen ini sangat tinggi terhadap berbagai prosedur inaktifasi,
misalnya iradiasi sinar ultra violet dan ionisasi, temperatur yang ekstrim, ethanol,
protein berukuran kecil yang tidak mempunyai asam nukleat tetapi mempunyai
abnormal, sampai saat ini masih belum jelas. Namun, dari beberapa hasil
(Priosoeryanto 1999).
5
Patofisiologi
Bentuk abnormal dari protein prion berupa protein prion patogenik yang
mengandung partikel-partikel prion yang disebut PrPSc (Sc, berasal dari Scrapie),
karena pertama kali diisolasi dari kasus scrapie pada kambing dan domba. Pada
orang, prion abnormal ini disebut dengan PrPCJD. Protein PrPCJD dan PrPSc dapat
dikembangkan dari protein prion isoform seluler normal yang disebut PrPC
protein prion, hal ini tidak berarti bahwa akan selalu terjadi transformasi menjadi
PRNP dan pada hewan disebut gen prnp. Pada kedua gen ini terdapat open
reading frame (ORF) yang memberi kode untuk protein. Mutasi komplek pada
ORF dari gen PRNP, secara genetik dikaitkan dengan kejadian prion disease
pada orang yang bersifat familial. Protein prion yang mengalami mutasi dan
membentuk partikel prion disebut dengan delta PrP (∆ PrP). Jadi, prion yang
terbentuk pada kasus prion disease yang bersifat sporadik dan terjadi karena
adanya infeksi, prion mengandung PrPCJD atau PrPSc. Sedangkan pada kasus
(Priosoeryanto 1999).
disebabkan oleh adanya mutasi gen PRNP (Mikol 1999). Pada kasus ini,
pada saraf. Gen juga dapat mengalami insersi oleh sejumlah pasangan
Namun diyakini, bahwa beberapa kasus CJD sporadik erat kaitannya dengan
umur dan terjadinya mutasi PRNP pada sel tunggal. Selain itu, juga karena
adanya metabolisme yang menyimpang dari PrPC dan konversi spontan dari
zoonosis, yaitu menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya dari manusia ke
hewan. Patologi dan gejala klinis dapat bervariasi tergantung tingkat keparahan
dan bagian otak yang terserang. Berbagai gejala dan perubahan patologi yang
Bentuk prion disease pada hewan pertama kali ditemukan pada domba
dan kambing, disebut dengan scrapie. Penyakit ini ditandai dengan adanya
gejala ataksia, tremor, lemah, bulu kusam dan beberapa gejala lainnya. Secara
gliosis. Hilangnya sel-sel saraf dapat terjadi pada bagian neocortex, cerebellar
2. Sapi
Mad cow disease atau BSE pada sapi mempunyai masa inkubasi yang
sampai 8 tahun. Penyakit BSE menyerang otak dan sistem saraf pusat sapi.
kehilangan berat badan yang diakhiri dengan kematian yang dapat terjadi antara
2 minggu sampai 6 bulan sejak terlihatnya gejala klinis. Pada sapi laktasi, juga
mempunyai konsistensi seperti spon atau bunga karang karena sel-sel otak
baik pada badan sel saraf maupun pada neurofil di daerah abu-abu (grey
matter). Jumlah dan ukuran vakuola pada neurofil paling besar terdapat di bagian
batang otak, diikuti dengan diencephalon dan cortex. Infeksi BSE dapat
ditemukan pada otak, tulang belakang dan retina sapi yang terinfeksi secara
alami. Pada hewan percobaan, juga dapat ditemukan pada ileum bagian distal
3. Manusia
Scheinker disease dan Fatal Familial Insomia (FFI). Gejala klinis yang dapat
diamati yaitu:
8
sub kortek dari grey matter dengan sedikit atau tanpa adanya plak
bentuk baru dari CJD, yaitu varian (vCJD). Penyakit ini berbeda
yang sama dengan kasus CJD, namun pada vCJD ditemukan plak
saraf.
1999).
Penyebaran Penyakit
di Inggris berasal dari makanan tambahan berupa tepung daging dan tulang
diduga berasal dari sapi atau domba penderita scrapie, yang sebelumnya tidak
dapat terjadi secara maternal, misalnya dari induk domba diturunkan kepada
anaknya. Pada domba percobaan, infeksi BSE juga dapat dilakukan per oral,
namun secara alami kasus ini belum pernah ditemukan pada domba. Mengingat
bahwa orang juga gemar makan makanan yang berasal dari otak domba atau
sapi, maka tidak tertutup kemungkinan orang tertular BSE melalui oral. (WHO
1997). Belum pernah ditemukan kasus penularan BSE secara horisontal melalui
Kejadian vCJD banyak dikaitkan dengan kasus BSE pada sapi. Meskipun
bahan makan spesifik yang dapat menularkan agen BSE kepada orang belum
dapat diidentifikasi, namun diyakini bahwa kasus vCJD terjadi karena penularan
agen infeksius yang berasal dari makanan terkontaminasi seperti otak dan
hewan dan manusia dapat terjadi melalui beberapa cara, yaitu : 1). Penularan
terjadi karena hewan mengkonsumsi pakan yang berasal dari hewan penderita.
Inokulasi jaringan otak yang terinfeksi BSE juga menunjukkan terjadinya penyakit
yang sama pada hewan percobaan.; 2). Penularan prion dari hewan ke manusia,
bahan biologik lainnya, seperti enzim dan vaksin yang menggunakan bahan
jaringan otak sebagai media tumbuh; dan 3). Penularan prion dari orang ke
orang. Hal ini dapat terjadi secara infeksius melalui proses kanibalisme (Kuru),
dan terapi hormon. Penyakit juga dapat bersifat herediter, diturunkan dari ibu ke
kaitan yang erat antara BSE dengan vCJD, karena hampir semua penderita
masa inkubasi, gejala klinis dan kelainan-kelainan pada jaringan otak yang
ditimbulkan akibat diinfeksi dengan jaringan yang diambil dari penderita BSE
maupun vCJD. Hal ini membuktikan adanya kesamaan strain antara BSE
dengan vCJD. Sedangkan strain CJD klasik yang bersifat sporadik dan scrapie,
PENUTUP
Kesimpulan:
penyakit ini.
kelainan patologi yang bervariasi pada hewan dan manusia, tergantung dari
Saran:
BSE.
2. Peraturan tentang pelarangan import hewan atau bahan asal hewan dari
dari produk sapi yang akan dikonsumsi juga perlu dilakukan, misalnya
DAFTAR PUSTAKA
CDC. 2002. Probable in a U.S. Resident. Center for Disease Control and
Prevention. Morbidity and Mortality Weekly Report.
www.netdoctor.co.uk/hilaryjones/secondopinion/cjd.htm [diunduh tanggal
14 Juni 2005].
Soeroso S. 2010. Benarkah penyakit sapi gila menular pada manusia? Info-
Dokter.com - Informasi Kesehatan Indonesia - Santoso Soeroso.htm
Will RG, Ironside JW, Zeidler M, Cousens SN, Estibeiro K, Alperovitch A, Poser
S, Pocchiari M, Hofman A, Smith PG. 1996. A new variant of Creutzfeldt-
Jakob disease in the UK. Lancet. 347:921-925.
RIWAYAT PENULIS
Dr. Sayu Putu Yuni Paryati, drh., M.Si, lahir di Tabanan pada tanggal 4
Juni 1965. Penulis adalah dosen Kopertis Wilayah IV Jawa Barat dan
Banten yang dipekerjakan di Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal
Achmad Yani, Cimahi.