I. PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen
bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. (Siti
Siti Fadilah Supari, Sistem Kesehatan Nasional 2009)
2009
Berbagai tantangan yang dijumpai dan harus diselesaikan dalam menuntaskan misi
pembangunan kesehatan di Indonesia antara lain adalah:
1. Disparitas status kesehatan
Angka-angka yang disebut di awal tadi adalah statistik nasional. Jika kita rinci per
daerah, maka akan kita dapatkan gap yang cukup mengejutkan antara daerah satu
dengan yang lain. Sebagai contoh, jika angka kematian bayi di DKI Jakarta bisa
mencapai level 26 per 1000 kelahiran, di Nusa Tenggara Barat angka ini menembus
level 107 per 1000 kelahiran. Hal ini menjadi gambaran betapa terdapat disparitas
yang luar biasa dalam derajat kesehatan di masyarakat kita. Dan jika suatu saat data
secara nasional mengatakan bahwa derajat kesehatan kita sudah cukup baik, maka
kita tetap belum boleh bersuka cita, mengingat adanya kondisi disparitas ini.
2. Beban ganda penyakit
Penyakit infeksi masih mendominasi angka kesakitan yang dialami oleh masyarakat
kita. Sementara itu, dalam waktu yang simultan, prevalensi penyakit-penyakit
degeneratif yang diakibatkan oleh pola hidup dan konsumsi yang kurang sehat,
menunjukkan kenaikan yang signifikan. Kondisi ini jelas membuat negara keteteran,
karena harus menghadapi dua beban sekaligus, memberantas penyakit menular,
sekaligus mengatasi penyakit degeneratif.
3. Akses pelayanan kesehatan yang belum optimal
Keterjangkauan masyarakat kita terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas,
baik dari sisi kewilayahan maupun secara pembiayaan masih kurang. Mayoritas
penduduk “hanya” bisa mengakses puskesmas (35,5%) karena kendala jarak dan
biaya.
4. Perilaku masyarakat yang belum melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS)
Masih ada 6% Rumah Tangga (RT) yang tidak memiliki akses air bersih, hanya 51% RT
yang mengikuti jarak jamban – sumber air minum ideal (10 meter), hanya 61% RT
yang memiliki fasilitas BAB sendiri, dan baru 38,7% RT yang menerapkan PHBS
secara keseluruhan. Dengan semua statistik ini, tentu berat jika kita mengharapkan
terwujudnya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
5. Political Will: This is what we are lacking
Cakupan asuransi kita secara nasional baru 26%, mayoritas anggaran kementrian
kesehatan terserap pada pos Direktorat Jenderal Pelayanan Medik (55%). Artinya,
pemerintah memang masih bertahan untuk mengalokasikan sebagian besar suntikan
dana pada hal-hal yang tangible dan populis, yakni sisi kuratif dan rehabilitatif. Belum
menggeser prioritas pada tingkat hulu, yaitu aspek promotif dan preventif.
Penyebab terbanyak angka kematian anak adalah permasalahan neonatus, mulai dari
kelahiran prematur, asfiksia, dan penyebab lain. Porsi terbesar penyebab kematian
ibu adalah perdarahan pada saat persalinan. Dan penyebab tingginya penularan HIV,
malaria, serta penyakit lain adalah karena upaya pencegahan penularan yang
minimal, termasuk pengetahuan yang kurang tentang penyakit itu sendiri. Dan
keseluruhan proses ini dapat diputus dengan upaya penatalaksanaan pada tingkat
hulu, mulai dari edukasi penyakit, penerapan PHBS, peningkatan cakupan
imunisasi/vaksinasi, penggalakan pelaksanaan ante natal care yang teratur, dan
seterusnya.
Salah satu komponen yang erat kaitannya dengan masalah pembiayaan kesehatan
adalah perkara jaminan kesehatan atau asuransi. Dengan menerapkan sistem jaminan
dan asuransi kesehatan, pembiayaan kesehatan kita akan jauh lebih efisien dan bisa
mengantisipasi ketidakamanan sosial yang diakibatkan oleh gangguan kesehatan.
Hanya dengan membayarkan sejumlah premi tertentu, maka kita akan terbebas dari
risiko mengeluarkan biaya dalam jumlah besar ketika mengalami hal-hal yang tidak
diinginkan seperti sakit, kecelakaan, atau meninggal dunia. Sayangnya, kondisi
asuransi dan jaminan sosial/kesehatan yang ada pada saat ini belum mengakomodasi
2 aspek utama dalam tujuan pembangunan kesehatan; keterlibatan seluruh
komponen bangsa dan menciptakan kesadaran untuk hidup sehat.
Dari aspek keterlibatan masyarakat, seperti yang sudah disebut di atas, coverage
asuransi kita secara nasional baru mencapai angka 26%. Artinya, 74% masyarakat kita
berada pada posisi tidak aman ketika suatu saat mereka jatuh pada kondisi yang
tidak diinginkan, seperti sakit, cacat karena kecelakan, atau meninggal dunia
(golongan yang tidak terproteksi asuransi ini biasa dikenal dengan golongan sadikin –
sakit jadi miskin-).
Salah satu kriteria jaminan sosial yang baik, yang mengakomodasi tujuan
pembangunan kesehatan adalah adanya keterlibatan seluruh komponen bangsa, atau
yang dikenal dengan universal coverage. Beruntung sebentar lagi kita akan memiliki
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang sudah rampung penggarapan undang-
undangnya. Demi memenuhi amanah UUD ’45, SJSN yang akan mulai diterapkan
pada 2014 ini ditargetkan mampu memenuhi aspek universal coverage, dimana
seluruh masyarakat akan dan harus ter-cover dalam skema jaminan sosial nasional ini.
Dalam sistem ini, masyarakat ditargetkan untuk memiliki jaminan kesehatan,
kecelakaan kerja, hari tua, pensiun, dan kematian.
Selain itu, hal lain yang perlu digarisbawahi juga adalah poin integrasi antara jaminan
kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Jika universal coverage, yakni kepesertaan yang
bersifat wajib bagi seluruh masyarakat diterapkan, pada tahap awal implementasi
akan mustahil jika seluruh warga membayar sendiri premi asuransinya. Akan ada
warga miskin yang tidak mampu membayar premi asuransi, dan golongan ini harus
ditanggung dan dibayarkan preminya oleh negara. Maka dari itulah, harus ada alokasi
dana yang digunakan pula untuk kegiatan-kegiatan pemberdayaan dari aspek
pendidikan dan ekonomi, agar masyarakat miskin tadi lama kelamaan mampu untuk
mandiri dan ke depannya bisa membiayai sendiri premi asuransinya. Dengan
demikian, beban negara untuk sektor “charity” akan lebih ringan dan negara dapat
lebih produktif karena bisa mengalokasikan pembelanjaan pada pos-pos investasi
yang lebih menghasilkan pendapatan untuk digunakan bagi kesejahteraan rakyat dan
kemajuan bangsa.
Wallahua’lam bisshowab.