Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LISOSOM
Adnan (UNM, 2011)
A. PENDAHULUAN
Lisosom ditemukan oleh de Duve dkk., pada awal tahun
1950 setelah mempelajari distribusi beberapa jenis enzim yang
terlibat di dalam metabolisme karbohidrat. Salah satu enzim
yang dipelajari adalah fosfatase asam yang memecah gugus
fosfat pada beberapa fosfat yang mengandung ester fosfat.
209
1. Organel yang bersangkutan berbatas membran;
2. Mengandung dua atau lebih enzim-enzim hidrolase yang
semua-nya adalah asam hidrolase;
3. Memiliki sifat kelatenan enzim.
210
yang disebut sebagai “Docking-marker acceptor”. Dengan
demikian, lisosom akan dapat berfusi dengan vesikula-vesikula
target dengan tepat.
Sumber : http://faculty.harrisburgu.net/~allar/Golgi%20Lyso%20Pero%20
Mito%20TTh.ppt
211
Gambar-9.4 Peristiwa fagositosis sel bakteri oleh sel
fagosit (Thorpe, 1984)
212
(Golgi associated Endoplasmic Reticulum giving rise to
Lisosom) yang berdekatan dengan daerah permukaan
matang badan golgi. Dari GERL, selanjutnya dilepaskan
vesiula-vesikula yang disebut lisosom primer .
Lisosom yang pertama dibentuk oleh sel dan belum terlibat
dalam aktivitas pencernaan sel disebut lisosom primer.
Sedangkan lisosom sekunder adalah lisosom yang
merupakan hasil fusi berulang antara lisosom primer dengan
berbagai substrat yang berbatas membran (Albert et al., 1983).
Dengan demikian, lisosom sekunder telah terlibat dalam
aktivitas pencernaan sel dan di dalam lumennya terdapat
substrat dan enzim-enzim hidrolitik. Lisosom sekunder memiliki
dua fungsi yang berbeda, yaitu: (i) Heterolisosom, yaitu bila
substrat yang dicerna berasal dari luar sel. Dengan demikian,
heterolisosom dibentuk dari hasil fusi antara lisosom primer
dengan fagosom atau endosom. Heterolisosom sering disebut
sebagai vakuola pencerna dan (ii) Vakuola autofagi atau
autolisosom, yaitu lisosom yang mengandung dan mungkin
mencerna substrat-substrat intraseluler yang berbatas
membran (sitosegresom), misalnya organel-organel intraseluler
seperti mitokondria. Autolisosom dibentuk dari hasil fusi antara
sitosegresom dengan lisosom primer.
213
Albert et al. (1983) membagi heterolisosom menjadi dua
tipe, yaitu: (i) Vakuola pencerna, yaitu hasil fusi antara fagosom
(partikel-partikel yang difagositosis seperti bakteri) dengan
lisosom primer, dan (ii) Badan-badan multivesikula, yaitu hasil
fusi antara beberapa endosom (substrat yang masuk secara
endositosis dan bukan dalam bentuk partikel) dengan lisosom
primer. Dengan demikian, badan-badan multivesikula merupa-
kan kantung-kantung berbatas membran dimana di dalamnya
mengandung banyak vesikula-vesikula kecil dengan diameter
berkisar 50 nm.
214
autolisosom dan memasuki siklus pencernaan intrasel
(Gambar-9.7)
215
Gambar-9.8 Nasib lisosom (Thorpe, 1984)
216
Gambar-9.9 Pembentukan sitosegresom (Thorpe, 1984)
Bentuk akhir heteroslisosom dan autolisoson disebut
telolisosom atau postlisosom atau badan residu. Bahan-bahan
yang terkandung di dalam telo-lisosom sewaktu-waktu dapat
dilepaskan. Proses pelepasannya dinamakan defekasi seluler.
Bahan-bahan yang telah dicerna di dalam lisosom dapat
kembali dilepaskan ke dalam sitoplasma dan selanjutnya
terlibat di dalam proses katabolisme atau anabolisme.
217
C. ULTRASTRUKTUR DAN KOMPOSISI LISOSOM
Lisosom merupakan vesikula berbatas membran tunggal,
dimana di dalamnya terdapat enzim-enzim proteolitik. Membran
lisosom mengandung karbohidrat netral, hexoamina, dan asan
N-asetilmuramat yang lebih banyak dibandingkan dengan
membran plasma.
Pengamatan dengan mikroskop elektron menunjukkan
bahwa membran lisosom memiliki membran dengan tebal 9 nm,
lebih tebal dari membran mitokondria. Membran lisosom
memiliki kemampuan untuk berfusi secara selektif dengan
membran sel yang lain, seperti fusi yang terjadi antara
membran lisosom dengan fagosom atau endosom selama
pencernaan intra sel. Demikian pula antara lisosom dengan
membran plasma selama berlangsungnya sekresi sel.
Salah satu ciri lisosom adalah adanya kandungan berbagai
enzim hidrolase seperti fosfatase, nuklease, hidrolase,
protease, dan enzim-enzim untuk perombak lipida (Tabel-9.1).
Tabel-9.1
Beberapa jenis enzim lisosom (Sheeler & Bianchi, 1983)
Jenis Enzim Substrat Asal Lisosom
Fosfatase
Fosfatase asam Sebahagian besar Jaringan hewan, tumbuhan
ester monofosfat dan protista
Fosfodiesterase Oligonukleotida dan Jaringan hewan, tumbuhan
asam diesterfosfat dan protista
Nuklease
RNA-ase RNA Jaringan hewan, tumbuhan
dan protista
DNA-ase DNA Jaringan hewan, tumbuhan
dan protista
Hidrolase
β-Galaktosidase Galaktosidase Jaringan hewan, tumbuhan
dan protista
Glikosidase Glikogen Jaringan hewan
Mannosidase Mannosida Jaringan hewan
218
Tabel-9.2
(Lanjutan)
Jenis Enzim Substrat Asal Lisosom
β-glukuronidase Polisakarida dan Jaringan hewan
Mukopolisakarida
Lisosom Dinding bakteri Ginjal
Mukopolisakarida
Hialuronidase Asam hialuronat Hati
kondritin sulfat
Asilsulfatase Sulfat organic Hati, Tumbuhan
Protease
Katepsin Protein Sel hewan
Kolagenase Kolagen Sel tulang
Peptidase Peptida Jaringan hewan, tumbuhan
dan protista
Enzim perombak lipida
Esterase Ester asam lemak Jaringan hewan, tumbuhan
dan protista
Fosfolipase Fosfolipida Tumbuhan
D. PERANAN LISOSOM
Peranan fisiologi lisosom umumnya berhubungan dengan
pencernaan intraseluler. Misalnya pencernaan makanan yang
berlangsung pada protozoa dimana bahan-bahan yang berasal
dari luar dicerna secara intraseluler atau heterofagi. Beberapa
fungsi lisosom adalah sebagai berikut:
1. Fungsi nutrisi melalui proses pencernaan yang berlangsung
pada protozoa dan sel-sel metazoan.
2. Fungsi nutrisi melalui proses autofagi selama kondisi
lingkungan yang tidak menguntungkan.
3. Lisis organel selama diferensiasi seluler dan metamorfosis.
4. Penghancuran sel-sel darah merah yang telah tua.
5. Pertahanan tubuh dari invasi bakteri dan virus melalui
sirkulasi makrofag.
6. Penandukan kulit
219
7. Sekresi hidrolase oleh sperma untuk penetrasi telur selama
pembuahan.
8. Pencernaan yolk atau kuning telur selama perkembangan
embrio.
9. Resorbsi tulang.
10. Reabsorbsi pada ginjal dan kantung kemih.
Endositosis merupakan persyaratan bagi pencernaan
intraseluler bahan eksogen dengan molekul tinggi. Bukti
menunjukkan bahwa vakuola makanan dihasilkan dari fusi
antara endosom dengan lisosom primer.
Dalam darah, terdapat banyak sel-sel fagosit yang bekerja
sebagai penghalang yang efektif dari invasi mikroorganisme
atau benda-benda asing lainnya. Ada empat tipe fagosit darah,
yaitu (i) Polymorpho Nuclear Neutrofic Leukocytes (PMNs), (ii)
Eosinofil, (iii) Basofil, dan (iv) Monosit. Meskipun keempat tipe
tersebut bersirkulasi di dalam darah, neutrofil dan manosit
memiliki kemampuan untuk meninggalkan aliran darah dan
mengembara di seluruh jaringan untuk menghilangkan bahan-
bahan asing dalam jaringan dengan cara memfagositosisnya.
Monosit di dalam jaringan akan berkembang menjadi
dewasa dan menjadi sel-sel makrofag. Berbagai jenis makrofag
antara lain histiosit dalam jaringan pengikat, makrofag alveolar
di dalam paru-paru, sel-sel kuffer di dalam jaringan hati,
makrofag pelural di dalam peritoneal, osteoklas di dalam tulang,
sel mikroglia di dalam sistim saraf pusat, sel schwann di dalam
serabut saraf perifer, sel sinvial tipe A di dalam ruang sendi,
dan makrofag di dalam jaringan limfoid dan jaringan ikat
(Subowo, 1990).
Lisosom memainkan peranan yang sangat penting dalam
reabsorbsi tulang yang dilakukan oleh osteoklas (Gambar-9.11)
220
Gambar-9.11 Peranan lisosom dalam resorbsi tulang
(Thorpe, 1984)
221
Pengaktifan sejumlah enzim oleh cAMP juga meningkatkan
aktivitas enzim-enzim lisosom. Enzim-enzim aktif lisosom
dikeluarkan ke dalam matriks melalui proses eksositosis.
Keberadaan enzim lisosom di dalam matriks diperuntukkan
agar komponen-komponen jaringan tulang mengalami hidrolisis
menjadi fragmen-fragmen yang lebih kecil. Fragmen-fragmen
jaringan selanjutnya dimasukkan ke dalam sel dengan cara
endositosis, dan membentuk endosom. Ion H+ yang dihasilkan
selama glikolisis sebagian diantaranya dipompakan masuk ke
dalam lisosom agar suasana lingkungan internal lisosom tetap
berada dalam pH asam (berkisar pH 5). Selanjutnya lisosom
primer berfusi dengan endosom. Enzim-enzim lisosom
selanjutnya mencerna fragmen-fragmen jaringan yang terdapat
di dalam endosom untuk selanjutnya digunakan dalam
pembentukan tulang yang baru.
Selain itu, lisosom memegang peranan penting di dalam
sekresi kelenjar tiroid oleh sel-sel epitel dari folikel tiroid
(Gambar-9.12). Uraian selengkapnya lihat pada reticulum
endoplasma.
222
Gambar-9.12. Peranan lisosom dalam sekresi kelenjar
tiroid (Thorpe, 1984)
223
Pada Gambar-9.13 ditunjukkan tahap-tahap berlangsung-
nya reaksi akrosom pada bintang laut. Bila sperma kontak
dengan selaput lendir, menyebabkan vesikula akrosom pecah
diikuti dengan terjadinya polimerisasi aktin untuk membentuk
tonjolan akrosom yang menembus selaput lendir. Protein-
protein enzim yang dilepaskan dari vesikula akrosom akan
melekat pada permukaan tonjolan akrosom, dan selanjutnya
mengikatkan sperma pada membran vitellin dan sekaligus
mencerna lapisan tersebut. Kejadian selanjutnya dalah fusi
diantara membran akrosom dengan membran telur diikuti
dengan terjadinya perombakan filamen aktin, dan selanjutnya
sperma memasuki sel telur. (Albert et al., 1983).
224
persel hanya satu dan ukurannya besar. Vakuola tersebut
dinamakan vakuola sentral (Gambar-9.14).
Gambar-9.14 .......................................
225
226