Anda di halaman 1dari 13

MANAJEMEN & KONSERVASI ENERGI

ANALISA BIOHIDROGEN

Disusun oleh:

Yunia Karyati L2C008115

Ika Rahmawati L2C009090

Richa Rachmawaty L2C009094

Zaqiyah Addarojah L2C009101

TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2011
BAB I

LATAR BELAKANG

 KEADAAN ENERGI DI DUNIA

Sistem energi saat ini menghadapi tantangan sangat serius. Tantangan tersebut dapat dibagi paling
tidak dalam tiga kelompok besar, yaitu tingkat elektrifikasi yang masih rendah, ketergantungan pada
sumber energi fosil, dan ketergantungan pada pemanfaatan energi biomassa secara tradisional.

Dalam World Energy Outlook 2002 (Anonim, 2002) dipaparkan bahwa sekitar 1,6 milyar
penduduk dunia (sekitar seperempat penduduk dunia) masih belum bisa menikmati listrik, sementara di
Indonesia, rasio elektrifikasi baru mencapai 53,4%. Rasio elektrifikasi rendah terutama terjadi di daerah
pedesaan.

Sistem energi saat ini juga masih terlalu bertumpu pada sumber energi fosil. Sekitar 79,6% pasok
energi dunia berasal dari minyak bumi, gas bumi, dan batubara (Anonim 2003b). Pasok energi Indonesia
49%-nya dipenuhi dari minyak bumi, sementara porsi gas bumi dan batubara masing-masing adalah 23%
dan 18%. Porsi total ketiga sumber energi fosil tersebut mencapai 90% (Anonim, 2005). Ini menjadi
masalah yang sangat serius dan destruktif karena dibalik ketergantungan terhadap energi fosil tersebut
berikut masalah-masalah peningkatan kelangkaan ketersediaan sumber energi fosil, ketimpangan
distribusi lokasi cadangan energi fosil, harga minyak bumi yang fluktuatif-spekulatif tapi cenderung naik,
potensi konflik berlatar belakang energi fosil, dan masalah lingkungan akibat konsumsi energi fosil.

Selain itu, terdapat lapisan masyarakat dunia yang masih menggantungkan diri kepada energi
biomassa yang dimanfaatkan secara tradisional (misal dalam bentuk kayu bakar dan sisa produk
pertanian). Dalam World Energy Outlook 2002 (Anonim, 2002) dipaparkan bahwa sekitar 2,4 milyar
penduduk dunia masih mengandalkan diri pada sumber energi biomassa tradisional tersebut untuk
keperluan memasak dan pemanas ruangan. Di Indonesia angka ini masih mencapai sekitar 74% dari
seluruh jumlah penduduk. Problem kemiskinan dan kesehatan terkait erat dengan ketergantungan kepada
biomassa tradisional ini.

Tiga tantangan besar tersebut, yang membuat belum tercapainya sistem energi global yang
berkelanjutan, dapat dijawab dengan sinergi antara peningkatan efisiensi energi dan peningkatan
pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan (Anonim, 2004).
Penerapan prinsip ini dalam skala nasional yang sekaligus mampu menjangkau seluruh pelosok
Indonesia memerlukan produk perundangan dalam berbagai tingkat sebagai payung hukum. Selain
memberikan kepastian hukum berbagai produk perundangan tersebut akan memberi koridor pasti yang
memberi kejelasan arah. 

Undang-undang Nomor 30 Tahun Tentang Energi (selanjutnya dalam tulisan ini disebut dengan
UU Energi) menjadi produk hukum yang diharapkan mampu mewujudkan sistem energi nasional yang
berkelanjutan. Telaah menunjukkan bahwa undang-undang ini menyediakan payung hukum yang jika
diaplikasikan mampu menyediakan berbagai piranti dan kondisi yang dibutuhkan.

Suatu produk hukum menjadi kehilangan makna jika tidak dilakukan tindak lanjut yang memadai.
UU Energi akan membumi memberi manfaat luas dan optimal hanya jika mampu dilakukan tindak lanjut
yang memadai. Langkah tindak lanjut nyata ini akan lebih bermakna dibanding dengan sekedar
mempertanyakan kelengkapan dan efektifitas UU Energi. Apalagi jika dikaitkan dengan kondisi obyektif
permasalahan energi yang dihadapi oleh Indonesia. Bagian ini menjadi bagian inti makalah. Di sini akan
ditampilkan beberapa contoh kondisi agar mampu dilihat butir-butir utama tindak lanjut yang diperlukan.

Pasal 17 ayat 1 UU Energi ini mengamanahkan agar pemerintah menyusun rancangan rencana
umum energi nasional berdasarkan kebijakan energi nasional. Ini mensiratkan kewajiban hadirnya
roadmap energi yang tentunya memiliki cakupan, target-target cakupan dan kerangka waktu pencapaian
yang jelas. Saat ini telah tersedia produk-produk yang menjadi roadmap dimaksud, salah satunya adalah
Peraturan Presiden No.5 tentang Kebijakan Energi Nasional Tahun 2006. Pasal 4 ayat 1 Perpres tersebut
menyebutkan bahwa Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral menetapkan Blueprint Pengelolaan Energi
Nasional setelah berkonsultasi dengan Menteri terkait. Selanjutnya ayat 3 menegaskan bahwa Blueprint
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 menjadi dasar bagi penyusunan pola pengembangan dan pemanfaatan
masing-masing jenis energi.
BAB II

PERMASALAHAN

 KRISIS ENERGI DI DUNIA & INDONESIA

Menurunnya cadangan minyak bumi dan meningkatnya kebutuhan sumber energi akan
mendorong dilakukan usaha penghematan energi dan pencarian sumber energi baru sebagai alternatif.
Disadari perlunya memikirkan sumber energi pengganti minyak bumi, khususnya untuk transportasi dan
listrik, melalui inovasi teknologi yang berbasis energi alternatif. Ketergantungan pada minyak bumi harus
segera ditinggalkan.

Krisis energi dunia yang akhir-akhir ini melanda seluruh negeri telah membangkitkan keyakinan
bahwa bioenergi merupakan alternatif pemecahan hal tersebut. Sementara harga minyak bumi yang
melambung belakangan ini dengan sendirinya membangkitkan insentif ekonomi bagi pengembangan
bioenergi sebagai alternatif lain dari fosil energi yang kian mahal dan langka. Insentif itu juga timbul
karena semakin besarnya perhatian negara-negara dunia pada persoalan lingkungan hidup akibat
pencemaran yang kian parah, yang timbul dari emisi gas buang penggunaan fosil energi. Keunggulan
bioenergi yang utama adalah renewable dan dampak penggunaannya terhadap lingkungan jauh lebih
ramah dari penggunaan fosil energi selama ini.

Energi sangat penting bagi kemakmuran dunia. Namun, ketergantungan kita terhadap bahan bakar
fosil sebagai sumber energi utama, dapat mendorong timbulnya perubahan iklim global, kerusakan
lingkungan, serta permasalahan kesehatan. Pemanasan global dan perubahan iklim diyakini oleh bangsa-
bangsa di dunia, sebagai dampak pemakaian energi fosil yang sekian lama menumpuk. Dampak
pemanasan global telah mendorong malapetaka di belahan dunia, diantaranya adalah perubahan iklim,
banjir dan kekeringan. Dampak ini di masa mendatang dapat memacu krisis pangan, krisis lingkungan dan
krisis energi yang berujung dapat mendorong krisis sosial dan krisis ekonomi secara global.
BAB III

ISI

 SOLUSI TERHADAP KRISIS ENERGI YANG SEDANG TERJADI : ENERGI


BERBASIS BIOMASS

Menghadapi gelombang krisis global, bangsa-bangsa di dunia berlomba-lomba memberikan solusi


yang cepat dan tepat dalam menyelamatkan bumi dan memecahkan permasalahan tersebut. Salah satu
upaya yang sangat signifikan dan strategis dalam menjawab permasalahan tersebut adalah upaya
pencarian energi baru dan terbarukan yang ramah lingkungan (green energy) dan mengganti bahan-bahan
yang berbasis petrokimia dengan bahan dari biomasa.

Beberapa narasumber menawarkan berbagai solusi, antara lain dengan menggunakan teknologi
bersih menghasilkan bahan bakar baru dan terbarukan. Succes story pengembangan bahan bakar generasi
kedua yang menggunakan biomasa sebagai bahan baku seperti cellulose ethanol. Bahkan bahan bakar
generasi ke tiga yang menggunakan microalgae untuk memproduksi biohydrogen suatu energi yang tidak
mengeluarkan emisi C02 sudah diperkenalkan.

 HIDROGEN SUMBER ENERGI ALTERNATIF YANG POTENSIAL

Hidrogen (H2) memiliki potensi yang luar biasa sebagai energi (bahan bakar bersih) yang dapat
diperbaharui. Hidrogen merupakan bahan universal dengan jumlah tak terbatas di alam dan dapat
diproduksi selamanya. Hidrogen memiliki densitas gravimetrik paling tinggi dari bahan bakar lain dan
proses pembakarannya untuk konversi energi tidak memproduksi emisi karbon yang berperan
menyebabkan polusi lingkungan dan global warming. Hidrogen dapat diproduksi dari sejumlah proses
seperti elektrolisis air, reformasi termokatalitik dari komponen organik yang kaya akan hidrogen, dan
proses biologi. Sekarang ini, hidrogen diproduksi secara eksklusif dengan elektrolisis air atau reformasi
uap/gas metana. Produksi secara biologi (biohidrogen), menggunakan mikroorganisme, merupakan suatu
terobosan baru yang menawarkan produksi potensial penggunaan hidrogen dari berbagai sumber energi
yang dapat diperbaharui.

Pada masa sekarang telah diyakini oleh banyak negara maju sepeti Amerika, Canada, Jepang dan
Eropa, untuk menjadikan khususnya teknologi fuel cell sebagai energi alternatif pada masa perekonomian
”gas hidrogen” tahun 2025, dimana hidrogen akan menjadi basis pergerakan dunia menggantikan minyak
bumi, dan bahkan tidak mungkin bahwa akan menjadi lebih cepat lagi dengan desakan kebutuhan
masyarakat.
Produksi energi hidrogen diperoleh secara alami maupun buatan (proses kimia, fisika dan
biologi). Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang menghadapi persolan energi yang serius
akibat ketergantungan yang sangat besar terhadap energi fosil. Bersyukurlah akhir-akhir ini berbagai
penelitian telah membuahkan hasil, antara lain biohidrogen.

 BIOHIDROGEN, INOVASI ENERGI ALTERNATIF YANG RAMAH LINGKUNGAN

Biohidrogen merupakan energi baru dan terbarukan yang diharapkan dapat menjawab
keterbatasan energi fosil. Pemanfaatan limbah pertanian ini dapat meningkatkan fungsi dari limbah yang
biasanya hanya dianggap sampah. Biohidrogen dapat dihasilkan dari limbah pertanian melalui proses
bioteknologi yaitu fermentasi. Metode ini merupakan perpaduan antara pendekatan secara kimiawi dan
biologi. Secara biologi limbah pertanian yang menjadi bahan baku pembuatan hidrokarbon ini didegradasi
menggunakan berbagai jenis jamur. Sedangkan secara kimiawi menggunakan asam kuat dari mulai yang
pekat sampai yang telah diencerkan.

Biohidrogen sebagai produk utama dari proses fermentasi itu menjadi salah satu jawaban atas
terbatasnya sumber energi fosil. Bakteri yang diketahui memproduksi hidrogen termasuk spesies
Enterobacter, Bacillus, and Clostridium. Di masa yang akan datang biohidrogen, sebagaimana bioetanol
dan biodiesel dimungkinkan menjadi bahan bakar yang banyak digunakan oleh industri. Keistimewaan
yang ada pada biohidrogen adalah bahwa biohidrogen mudah dikonversi menjadi fuel atau listrik tanpa
menyisakan polutan. Melimpahnya biomassa dari limbah dan non limbah di Indonesia merupakan
penunjang ketersediaan substrat dalam jangka waktu yang panjang serta merupakan sumber energi baru
dan dapat diperbaharui. Di masa mendatang akan kita temukan berbagai pemanfaatan bioenergi sebagai
bahan bakar pengganti dari energi fosil yang tidak dapat diperbaharui.

 APA YANG DITAWARKAN BIOHIDROGEN ?

Teknologi biohidrogen untuk sel bahan bakar ini menjanjikan, yaitu meninggalkan
ketergantungan terhadap minyak bumi, pemenuhan energi secara efisien, serta teknologi ini ramah
lingkungan karena tidak menghasilkan emisi gas buang. Di Jepang terdapat hidrogen city, kota ramah
lingkungan karena mengoptimalkan pemanfaatan hidrogen sebagai sumber energi dengan potensi sumber
daya setempat.

 METODE UNTUK MEMPRODUKSI BIOHIDROGEN

Ada beberapa metode memproduksi bahan bakar bersih ini. Di antaranya adalah teknik biologi
yang merupakan suatu pilihan menjanjikan. Ketika dikombinasikan dengan treatment sampah, teknik ini
bisa memecahkan dua permasalahan sekaligus yakni pengurangan polusi dari degradasi sampah tak
terkendalikan dan sebagai generasi bahan bakar alternatif bersih.
Secara biologi, hidrogen dapat diproduksi dengan cara :

1. Fotosintesis
2. Fermentasi

A. Produksi Hidrogen (H2) Melalui Fotosintesis

 Fotosintesis pada tumbuhan serta alga hijau dan hijau-biru


6H2O + 6CO2—cahaya— C6H12O6 + 6O2+ cellular energy

 Fotosintesis produksi H2 pada alga hijau dan hijau-biru-biofotolisis


H2O—cahaya—- 0.5O2 + H2

 Produksi H2 pada alga hijau


2H+ +2 elektron—hidrogenase—H2

 Fotosintesis produksi H2 dalam alga hijau-biru dan bakteri nitrogenase


N2 + 8H+ + 8e- + energy—nitrogenase—2NH3 + H2

 Hidrogenase pada alga hijau


• Terinduksi sedikit oleh kondisi pre-inkubasi yang gelap dan anaerob
• Berperan mengatur transisi gelap/cahaya
• Sifatnya sensitive terhadap O2, jadi produksi H2 menurun saat ada cahaya
• karenanya diusulkan menggunakan 2 tahap proses.

 Nitrogenase pada alga hijau-biru dan bakteri


• Produksi lebih banyak H2 bila tidak ada N2
• Terhambat oleh NH3, O2
• Merupakan energi yang sangat dibutuhkan
• Perputarannya 1000x lebih lambat dibanding hidrogenase

 Produksi H2 oleh bakteri fotosintetis


• Membutuhkan komponen organic
• Tidak memproduksi O2

B. Produksi Hidrogen (H2) Melalui Fermentasi


 Memiliki banyak jenis bakteri, terutama Clostridia

 Proses gelap dan anaerobic

 Karbohidrat sebagai substrat penyokong

 Melibatkan hidrogenase

 Hasil/yield H2 maksimum dengan asam asetat sebagai produk fermentasi

Metode yang cocok digunakan untuk produksi biohidrogen selama ini adalah dengan
menggunakan metode fermentasi anaerobik dengan memanfaatkan biomassa atau limbah biomassa cair
dan agen mikroba anaerobik akan tetapi untuk memperoleh yield yang lebih tinggi dikembangakan sistem
fotofermentasi dengan menggunakan bakteri fotosintetik.

 SISTEM PADA BIOHIDROGEN

Terdapat 4 macam sistem biohidrogen, yaitu:

a. Biophotolisis langsung

Fotosintesis memproduksi hidrogen dari air adalah suatu proses secara biologi yang
memanfaatkan cahaya matahari, menghasilkan energi kimia dengan reaksi sebagai berikut :

2H2O—-Energi cahaya—–.2H2 +O2

Alga hijau, di bawah kondisi anaerob, dapat menggunakan H 2 sebagai suatu donor elektron di dalam
proses fiksasi CO2 atau meningkatkan H2. Produksi hidrogen oleh mikroalga hijau membutuhkan waktu
beberapa menit hingga beberapa jam dari inkubasi anaerob dalam kondisi gelap untuk menginduksi
pengaktifan dan/atau sintesa enzim yang dilibatkan dalam metabolisme H 2, termasuk reversible enzim
hidrogenase. Hidrogenase mengkombinasi proton (H+) dalam medium dengan elektron untuk membentuk
dan menghasilkan H2. Dengan begitu, mikroalga hijau mampu secara genetik, enzimatik, metabolik, dan
transport elektron menuju ke photoproduce gas H 2. Sintesis H2 memungkinkan elektron melalui rantai
transport elektron, yang mendukung sintesis ATP.

Proses fotosintesis alga mengoksidasi H2O dan meningkatkan O2. Energi cahaya diabsorbsi oleh
fotosistem II (PSII) menghasilkan electron yang ditransfer ke ferredoxin, lalu menggunakan energi cahaya
diabsorbsi oleh fotosistem I (PSI). Hidrogenase reversible menerima elektron secara langsung dari
ferredoxin yang telah dikurangi untuk menghasilkan H 2. Karena enzim hidrogenase yang bertanggung
jawab pada evolusi molekuler H2 adalah sangat sensitive terhadap O 2, produksi fotosintesis dari H2 dan O2
haruslah sementara dan/atau terpisah.

Dalam 2 fase proses, selama fotosintesis normal (fase1),CO 2 pertama tercampur dalam substrat
yang kaya H2, diikuti dengan generasi cahaya tengah dari molekuler H 2 saat mikroalga dierami di bawah
kondisi anaerob (fase 2). Fase 2 dari dua tahap proses dapat dicapai dengan inkubasi mikroalga dalam
medium yang tidak mengandung sulfur. Contoh kultur alga hijau adalah Chlamydomonas reinhardtii.

b. Biofotolisis tak langsung

Cyanobacteria dapat juga mensintesis dan meningkatkan H2 melalui jalur fotosintesis mengikuti
proses sebagai berikut :

12H2O + 6CO2—–Energi cahaya—–.C6H12O6 + 6O2;

C6H12O6 + 12H2O—– Energi cahaya —–.12H2 + 6CO2

Cyanobacteria (disebut juga blue-green algae, cyanophyceae, or cyanophytes) adalah suatu grup
besar dari mikroorganisme photoautotrophic. Cyanobacteria mengandung pigmen fotosintesis, seperti
klorofil, karotenoid, dan fikobiliprotein, serta dapat menyuguhkan fotosintesis oksigenik. Nutrisi yang
dibutuhkan mikroorganisme ini cukup sederhana yakni udara (N 2 dan O2), air, garam mineral, dan cahaya.
Spesies ini memiliki beberapa enzim yang secara langsung meningkatkan metabolisme H 2 dan sintesis
molekuler H2. Termasuk nitrogenase yang mengkatalis produksi H 2 sebagai by-product dari reduksi
nitrogen menjadi ammonia, pengambilan hidrogenase yang mengkatalis oksidasi dari sintesis H2 oleh
nitrogenase, dan bi-directional hydrogenases yang mempunyai kemampuan untuk mengoksidasi dan
sintesis H2. Produksi hidrogen dengan Cyanobacteria telah diteliti lebih dari 3 dekade dan terungkap
bahwa efisien fotokonversi dari H2O menjadi H2 dipengaruhi oleh banyak faktor.

c. Photo-fermentation (fermentasi cahaya)

Bakteri Purple non-sulfur meningkatkan molekuler H2 dikatalis oleh nitrogenase di bawah kondisi
defisiensi nitrogen menggunakan energi cahaya dan asam-asam organic.

C6H12O6 + 12H2O—– Energi cahaya —–.12H2 + 6CO2

Secara umum, kecepatan produksi hidrogen oleh bakteri photoheterotrophic sangat besar ketika sel
berhenti di dalam matriks padat dibandingkan ketika sel hidup bebas.
d. Dark-fermentation (fermentasi gelap)

Hidrogen dapat diproduksi pula oleh bakteri anaerob, yang tumbuh di tempat gelap dan kaya akan
karbohidrat. Reaksi fermentasi dapat berlangsung pada kondisi mesofilik (25–40.C), thermophilic (40–
65.C), extreme thermophilic(65–80.C), or hyperthermophilic (>80.C). Di samping protolisis langsung dan
tak langsung yang memproduksi H2 murni, proses ini memproduksi campuran biogas yang mengandung
utamanya H2 dan CO2, selain itu juga sedikit metana, CO, dan H2S.

 KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN BIOHIDROGEN

Keuntungan bio-hidrogen adalah sebagai berikut :

1. Biaya energi lebih rendah

Gambar 1. Perbandingan biaya energi saat ini dengan biaya energi masa depan menggunakan bio-
hidrogen di German.

2. Dapat menyokong energi otonom, pertanian, dan kebijakan keamanan (tidak ada perang minyak)
3. Perlindungan lengkap pada lingkungan dan iklim ( proteksi ganda dari CO2)
4. Semua sumber daya energi memiliki akses bagi seluruh pasar (diversifikasi).

Kelemahan bio-hidrogen adalah :

1. Produksi hydrogen dapat terhambat oleh ammonia


2. Enzim hidrogenase yang berperan pada produksi hydrogen inactive dengan adanya oksigen
3. Merupakan sumber energi yang lemah dibanding metana. Jika 12.5 liter gas metana mempunyai
100 kalori energi yang tersedia, sementara dengan volume yang sama gas hidrogen hanya
mempunyai 30 kalori energi yang tersedia.
 MEREALISASIKAN BIOHIDROGEN SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF

Pada masa ini, belum ada proses produksi biohidrogen yang bisa langsung dipraktekkan dalam
skala besar. Akan tetapi, banyak konsep yang dapat mewujudkan hal tersebut. Seperti konsep mengubah
bahan organik menjadi hidrogen, pemaksaan kondisi mikroba agar menghasilkan hidrogen, perbedaan
suhu pada suatu proses, yang kemudian dibandingkan dengan proses lain melalui dua tahap, penggunaan
suhu tinggi, hingga pemakaian katalis bisa dijadikan konsep produksi biohidrogen.
Meski hanya konsep dasar, bukan berarti tidak dapat diaplikasikan. Hasil biohidrogen melalui
fermentasi anaerobik hanya bisa mencapai kurang dari 20% dengan menggunakan substrat limbah organik
lebih kecil daripada produksi CH4. Hasil lebih besar bisa diperoleh dengan peningkatan suhu, pembatasan
nutrisi dan juga melalui pendekatan rekayasa metabolisme dari bakteri. Fotofermentasi, perubahan bahan
organik melalui bakteri fotosintetik pengikat nitrogen, dapat menghasilkan biohidrogen yang lebih tinggi,
akan tetapi sistem masih bergantung pada cahaya. Tidak efisiennya sifat dari enzim nitrogenase, maka
penggunaan enzim hidrogenase yang irreversible lebih diprioritaskan. Fermentasi biasa secara anaerobik
bisa menjadi lebih baik untuk pengolahan limbah organik menjadi biohidrogen dibandingkan dengan
fotofermentasi karena tingginya modal pembuatan fotobioreaktor (Benneman, 1997).
TAHUN MEKANISME SUBSTRAT HASIL REFERENSI
1997 fotofermentasi 7.5 mM asam 120 mL total Eroglu, I
malat
1997 fotofermentasi limbah susu 85 mL total Turkarslan, S
2000 fotofermentasi 50 mM na laktat 269 mL % total Barbosa, M. J.
2006 Kombinasi 40 mM glukosa 52 mL total Redwood, M. D.
2006 fotofermentasi 28 mM glukosa 5 mL H2 Fang, H. H. P.
2007 fotofermentasi 30 mM glukosa 70 mL total Li, R. Y.
2007 fotofermentasi 30 mM na laktat 255.4 mL total Li, R. Y.
2008 fotofermentasi 25 mM glukosa 45 mL H2 Penelitian sekarang
2008 fotofermentasi 50 mM glukosa 120 mL H2 Penelitian sekarang
2008 fotofermentasi hidrolisat limbah 50 mL H2 Penelitian sekarang
tebu
Telah dilakukan berbagai penelitian dalam produksi biohidrogen untuk mendapatkan hasil yang
maksimal meskipun bisa dikatakan belum efisien. Berikut adalah catatan dari banyak penelitian tentang
biohidrogen secara fotofermentasi seperti pada tabel 1.

Tabel 1. Produski biohidrogen dari berbagai referensi


Demi mengurangi penggunaan energi berbasis fosil yang sudak tidak ramah lingkungan dan
bersifat kontroversial serta menjawab persoalan krisis energi maka dibutuhkan penelitian secara lanjut
untuk mengembangkan produksi biohidrogen ini untuk skala besar agar dapat digunakan sebagai
komoditas energi baik di Indonesia maupun dunia. Sehingga kebutuhan energi dunia dapat terpenuhi dan
lingkungan pun terlindungi dari permasalahan global warming yang menjadi issu utama bagi dunia saat
ini.
BAB V

PENUTUP

 KESIMPULAN

Biohidrogen merupakan energi baru dan terbarukan yang diharapkan dapat menjawab
keterbatasan energi fosil. Pemanfaatan limbah pertanian ini dapat meningkatkan fungsi dari limbah
yang biasanya hanya dianggap sampah. Biohidrogen dapat dihasilkan dari limbah pertanian melalui
proses bioteknologi yaitu fermentasi. Teknologi biohidrogen untuk sel bahan bakar ini menjanjikan,
yaitu meninggalkan ketergantungan terhadap minyak bumi, pemenuhan energi secara efisien, serta
teknologi ini ramah lingkungan karena tidak menghasilkan emisi gas buang. Secara biologi, hidrogen
dapat diproduksi dengan cara fotosintesis dan fermentasi. Keuntungan yang didapat ketika kita
menggunakan bio-hidrogen sebagai komoditi energi adalah biaya energi lebih rendah, dapat
menyokong energi otonom, pertanian, dan kebijakan keamanan (tidak ada perang minyak),
perlindungan lengkap pada lingkungan dan iklim (proteksi ganda dari CO2) serta semua sumber daya
energi memiliki akses bagi seluruh pasar (diversifikasi). Disisi lain bio-hidrogen juga memiliki
kelemahan yang terpusat pada proses produksinya.

 SARAN

Demi mengurangi penggunaan energi berbasis fosil yang sudak tidak ramah lingkungan dan
bersifat kontroversial serta menjawab persoalan krisis energi maka dibutuhkan penelitian secara lanjut
untuk mengembangkan produksi biohidrogen ini untuk skala besar agar dapat digunakan sebagai
komoditas energi baik di Indonesia maupun dunia. Sehingga kebutuhan energi dunia dapat terpenuhi
dan lingkungan pun terlindungi dari permasalahan global warming yang menjadi issu utama bagi
dunia saat ini.
DAFTAR PUSTAKA

Setiawan, Andi dan Peni Ahmadi. Jurnal “Isolasi dan Karakterisasi Cyanobacteria sebagai Sumber
Penghasil Biohidrogen”. 2008

http://bioinside.blogspot.com/2008/10/biohidrogen-sebagai-bahan-bakar-masa.html

http://ebtke.esdm.go.id/energi/energi-baru/hidrogen/66-hidrogen-sebagai-basis-perekonomian-
baru.html

http://energiterbarukan.net/drupal/artikel/23032011/hidrogen

http://fuelcell.comze.com/index.php?option=com_content&view=article&id=19:hasil-riset-atau-
rekayasa-teknologi-pada-biohidrogen-dari-limbah-untuk-energi-listrik-fuel-cell&catid=7:hydrogen-
technology&Itemid=2

http://lordbroken.wordpress.com/2010/04/14/penanganan-limbah-biohidrogen/

http://najwazuhur.wordpress.com/2010/02/26/membumikan-uu-nomor-30-tahun-2007-tentang-energi/

http://sarungbodol-piss.blogspot.com/2010/11/bioteknologi-bahan-bakar-masa-depan.html?
zx=75a339fbf80373ba

Anda mungkin juga menyukai