Anda di halaman 1dari 9

SPEAK!

FORUM Reformasi Indonesia: Mei ’98

Teman-teman peserta Diskusi dan Jaringan Anak Muda,

Suara Pemuda Anti-Korupsi (SPEAK) menyelenggarakan diskusi tentang pergerakan


anak muda periode 1998 untuk aktivis muda yang peduli Indonesia. Yang hadir
memancing diskusi, yaitu Wandy Nico Tuturoong (@wandy_binyo), Alex Sihar
(@alexsihar), dan Syaldi Sahude (@syaldisahude). Mereka adalah aktivis lapangan dan
belakang layar 1998. Diskusi dibuka oleh Retha Dungga mewakili @clubSPEAK sebagai
tuan rumah, dan dipandu oleh Aquino Hayunta hingga selesai. Setelah diskusi ada
penampilan akustik dari band grunge asal kampus Trisakti, Respito. Lagu andalan
mereka, Angel’s Cry diciptakan khusus untuk menolak lupa atas kasus penembakan
mahasiswa Trisakti di bulan Mei 1998.

Notulen ini dibuat oleh @ditakusumaa dan @pinkedfirdha, dengan beberapa tambahan
dari @rdungga dan @aquinowh. Jika ada tambahan atau saran, silahkan sampaikan ke:

Retha (ishtar.bumi@gmail.com) atau Aquino (aquinowh@gmail.com)

Pembuka
Kebebasan yang kita nikmati saat ini bukan suatu hal yang gratis jatuh dari langit,
namun direbut dengan banyak pengorbanan. Peristiwa Mei ‘98 merupakan salah satu
titik balik dari sejarah bangsa Indonesia, yang tadinya berada dibawah rezim otoriter
berubah menjadi rezim (yang katanya) demokratis. Apakah kita generasi muda masa kini
masih mengingat peristiwa tersebut?

Dalam diskusi ini diharapkan terjadi pertukaran pengetahuan antara mereka yang
mengalami peristiwa tersebut dengan anak muda yang aktif saat ini, banyak hal yang
bisa kita pelajari dari peristiwa tersebut yang akan membuat kita lebih menghargai
kebebasan dan kesempatan yang kita miliki saat ini.

Profil “Les Agents Provocateurs”


1. Wandy “Binyo” Tuturoong - mantan aktivis Orde Baru, penerbit buletin Suara
Independen dan Xpos

2. Alex Sihar - mantan aktivis KBMUI

3. Syaldi “Botax” Sahude - aktivis HAM, mantan anggota Tim Relawan untuk
Kemanusiaan

Diskusi Gerakan Anak Muda - Reformasi Indonesia: Mei’98 1


SPEAK! FORUM Reformasi Indonesia: Mei ’98

Pemutaran Dokumenter
Sebelum diskusi, dilakukan pemutaran film dokumenter “Tragedi Jakarta 1998 (Student
Movement in Indonesia)” karya Tino Saroengallo. Setelah film berdurasi 40 menit ini
selesai, peserta satu persatu diminta opininya tentang film itu dan apa yang mereka
ingat tentang peristiwa Mei ‘98. Peserta umumnya berumur antara 3-8 tahun ketika
peristiwa terjadi, sehingga belum banyak yang bisa diingat. Huru-hara terasa, tapi masih
samar di ingatan. Ada yang ingat penjarahan massal, mendengar lewat berita-berita di
televisi, dengar di radio, ingat saat orang tua bilang tidak boleh keluar rumah. Kata-kata
seperti “krisis moneter,” “jaman edan” sering terdengar, tapi belum dipahami maknanya.
Kesan-kesan dari film: amazing, breathtaking, ironis, berani, sadis, sedih, mengharukan,
seram, tragis,

Paparan Cerita Latar

Aquino: Bangsa ini cenderung mudah lupa akan masa lalunya sehingga kerap
mengulangi kesalahan yang sama. Diskusi ini ingin jadi salah satu cara agar kita tidak
lupa. Peristiwa Mei 98 penting diingat karena menjadi salah satu penanda perubahan
bangsa ini. Film yang tadi kita tonton hanya salah satu cara mengingat masa lalu. Yang
ditangkap di film tadi hanyalah momen-momenpuncaknya saja, padahal peristiwa Mei
98 sebenarnya lebih dari itu, ada banyak pihak dan peristiwa yang terlibat . Kami ingin
agar Binyo menerangkan sebelum 98 ada apa saja sehingga memuncak di Mei 98, lalu
Alex bisa cerita tentang gerakan mahasiswanya dan Syaldi bercerita tentang seputar
gerakan sosial diluar mahasiswa dan korban kekerasan negara yang terjadi pada masa
itu.

Wandy ‘Binyo’:
Tahun 1998, Binyo usia 26. Peristiwa Mei 98 adalah puncak, yang berawal dari
perjalanan yang panjang

Ketika SMA membaca buku Soe Hok Gie: Catatan Seorang Demonstran , buku ini
banyak menginspirasi. Binyo merasa “ada alasan untuk melakukan kenakalan dengan
benar.” Buku itu sangat penting, dari situlah muncul keinginan jadi aktivis mahasiswa.

Ada perjalanan yang panjang sebelum akhirnya Indonesia sampai ke peristiwa Mei 98 .
Gerakan pemuda terus ada dari jaman ke jaman. Taun 66 ketika orde baru muncul,
mahasiswa pun turun ke jalan (menginginkan perubahan dalam situasi politik, ada
keterlibatan internasional seperti CIA, menggalang kekuatan), tetapi di balik itu
sebagian dari mereka berteman dengan militer. Sebagian dari mereka masuk
kekuasaan, dan menjadi anggota DPR. Sounds very familiar right? (maksudnya kejadian
itu terulang lagi pada angkatan 98) Orang2 seperti Gie menolak masuk DPR, pernah
mengirimkan pakaian dalam perempuan ke DPR untuk menunjukkan protes terhadap
mereka.

Saat awal Soeharto naik, pemerintahan terlihat baik, ada perubahan di berbagai
bidang, namun baru sebentar sudah ada banyak korupsi. Mahasiswa ketika itu masih
cukup banyak bergerak, misalnya ada Komite Anti Korupsi bentukan mahasiswa. Tahun
Diskusi Gerakan Anak Muda - Reformasi Indonesia: Mei’98 2
SPEAK! FORUM Reformasi Indonesia: Mei ’98

’74 ada peristiwa Malari, mahasiswa juga berperan menyuarakan anti korupsi. Gerakan
mahasiswa selanjutnya adalah tahun ’78, saat ini mahasiswa sudah ‘matang’, seperti
punya pemerintahan sendiri. Sebelum 78 sistem perkuliahan tidak dibatasi lamanya
sehingga ada julukan mahasiswa abadi alias mereka yang nggak lulus-lulus. Mereka ini
cenderung pintar dan jadi sangat radikal. Untuk meredam kegiatan mahasiswa tersebut,
pemeritnah menerapkan Gerakan Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK-BKK),
termasuk membatasi masa perkuliahan, artinya kalau dalam sekian semester tidak
selesai, maka harus drop out. Banyak perlawanan terhadap kebijakan ini. Itulah pertama
kalinya mahasiswa terbuka melawan Suharto. Namun setelah itu gerakan mahasiswa
mati karena diberantas militer.

Masalah sosial tidak akan selesai. Pemuda yang dinamis tidak akan pernah diam. Tahun
80an sampai 90an awal, meskipun diberangus, gerakan perlawanan muncul dalam
bentuk kelompok2 studi kecil yang jadi wadah untuk berdiskusi, dan juga ada pers
mahasiswa. Kedua kelompok inilah yang pelan-pelan, di pertengahan tahun 80an, sadar
bahwa mereka tidak cukup hanya berdiskusi. Saat itu Teori Kritis sangat populer dan
banyak dipelajari oleh aktifis. Teori kritis mengatakan bahwa sebagai manusia tidak
cukup belajar teori, namun harus banyak praktek sehingga teori kita dipertajam lewat
praktek. Ide tersebut beredar luas di kalangan mahasiswa. Saat itu banyak kasus
penggusuran tanah rakyat karena gurita Cendana meluaskan kerajaan bisnisnya, dan
mahasiswa mulai bergerak. Dari situlah muncul gerakan2 advokasi yang yang
mendampingi masyarakat (misalnya LBH dan mahasiswa). Gerakan2 tersebut
berkembang luas di pulau Jawa, sehingga mulailah berkembang pertemuan2 antar
mahasiswa, tidak hanya terpusat di jakarta (Yogya, Bandung, Surabaya, Malang).

Semakin banyak kasus semacam itu (penggusuran tanah dan pelanggaran HAM
lainnya), mahasiswa sadar kasus ini tidak bisa diselesaikan satu per satu (kasuistik).
Tahun 93, mulailah muncul keberanian untuk mengatakan bahwa ini semua adalah
akibat dari Rezim Orde Baru. Semua persoalan hak2 asasi manusia, buruh, dll,
penyebabnya adalah Suharto. Didirikanlah pertama kali Front Aksi Mahasiswa
Indonesia (FAMI), jaringan Jawa-Bali. Demo pertama kali 200 orang, spanduk pertama
“Seret Presiden ke Sidang Parlemen,” akibatnya para pelopor demo dipenjara selama
kurang lebih 1 tahun. Setelah itu semakin banyak muncul gerakan mahasiswa dimana-
mana. Dari demo yang hanya ratusan orang, lama kelamaan semakin banyak dan kuat.
Saat peristiwa PDI tahun 96 (ketika Suharto ingin mengganti Megawati sebagai ketua
PDI), bahkan bukan hanya mahasiswa yang turun, masyarakat pun turut bergerak. Dari
situlah muncul gerakan-gerakan mahasiswa yang sangat banyak. Ide itu terus
berkembang, hingga akhirnya memuncak saat Suharto jatuh.

Binyo dan kawan-kawan dulu membuat majalah bawah tanah, “Suara Independen.” dan
kemudian berganti nama menjadi Xpos. Sempat ditahan lagi pada tahun 98 dan
seminggu setelah Suharto lengser (berarti tanggal 28 Mei 98), dibebaskan oleh Habibie
yang menggantikan Suharto.

Apa yang ada di film tadi, bukanlah gambaran utuh. Peristiwa 98 itu kadang membuat
bangga karna menempati posisi strategis, tapi sekarang problemnya makin parah,
bahkan para aktivis gerakan mahasiswa saat itu sekarang jadi antek-antek koruptor.

Diskusi Gerakan Anak Muda - Reformasi Indonesia: Mei’98 3


SPEAK! FORUM Reformasi Indonesia: Mei ’98

Setiap zaman memiliki tantangan sendiri. Bila kita ingin berarti, rumuskanlah tantangan
itu. Pelajari pengalaman pada masa lalu (lesson learn).

Gerakan mahasiswa di Korea Selatan, kalah oleh militer (Peristiwa Kwangju). Meskipun
kalah, mereka bertransformasi. Mereka masuk ke perusahaan, atau bahkan membuat
perusahaan. Mereka berusaha membangun kelas menengah yang kuat. Karena mereka
sadar, pada akhirnya yang menguasai negara adalah ekonomi. Sehingga, mereka pun
berhasil menang dengan elegan.

Kegagalan generasi kemarin ialah gagal membangun kelas menengah yang kuat. Bila
pemuda saat ini bisa belajar dari Korea Selatan, maka pemuda kita bisa memberikan
yang lebih baik untuk Ibu Pertiwi.

Alex Sihar:
-Apa yang terihat di film seperti ngeri, tapi pada saat itu mahasiswa sama sekali tidak
merasa ngeri karena didorong oleh semangat perubahan Alex juga membaca buku Soe
Hok Gie sejak kelas 1 SMA, karena buku itu diwajibkan di ekskul pencinta alamnya
Kanisius, dan ia banyak terpengaruh oleh buku itu dan merekomendasikan teman-
teman untuk juga baca buku itu.

Mahasiswa saat Orde Baru terpisah-pisah gerakannya. Ada SMID, juga basis-basis
kampus. UI yang telah dikooptasi oleh berbagai kepentingan, pada saat itu terbelah
dua. Tahun 92, Habibie mulai membentuk ICMI (kekuatan lain yang ingin menandingi
NU). Power relation-nya sangat kuat antara di Istana dengan di UI. Banyak mahasiswa
UI (juga ITB – dimana banyak pejabat pemerintah yang merangkap jadi dosen di kedua
universitas itu) yang punya relasi secara langsung dengan pejabat negara. Sehingga
sangat mudah ‘dikontrol’ oleh Orde Baru dan menjadi tidak kritis. Alex juga bercerita
tentang berbagai organ mahasiswa, mulai dari yang “kiri” sampai yang dikontrol oleh
pemerintah.

Mahasiswa UI membentuk KBUI (antitesis FKSMJ) awal tahun 98, di setiap fakultas ada
cabangnya. UNAS, Atma Jaya, UKI, IAIN, bahkan setiap hari diawasi oleh intelijen
negara. AU dan AL adalah kawan, AD dan Polisi adalah lawan. Bahkan mahasiswa dekat
dengan marinir, mereka membantu mengeluarkan mahasiswa dari gedung DPR.

Mahasiswa terlatih dalam menyusun strategi dan perlawanan. Sistem sel sudah tersusun
dengan baik. Ada yang menyiapkan transportasi, logistik, dll.

Ada kesedihan, karena perkembangan selanjutnya tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan. Karena saat berada di ambang perubahan, tidak memberikan sistem baru
yang ajeg bagi perubahan. Tidak menyiapkan ideologi yang baru, sistem baru yang ajeg.

Momen yang paling menyedihkan adalah saat terjadi “bakar-bakaran,” yang disaksikan
secara langsung melalui kereta dalam perjalanan kembali ke Depok. Mahasiswa
“kecolongan,” terlalu lugu dan emosional. Banyak norma sosial yang bertentangan
dengan ideologi yang dipegang bersama.

Diskusi Gerakan Anak Muda - Reformasi Indonesia: Mei’98 4


SPEAK! FORUM Reformasi Indonesia: Mei ’98

Perjuangan kita mirip Paris ‘68 (kalah, tetapi berhasil mengubah logika politik Eropa).
Kita tidak bisa dikatakan “menang,” tapi berhasil mempengaruhi sudut pandang tentang
demokrasi di Asia Tenggara dan Afrika saat itu.

Syaldi ‘Botax’:
Bila terjadi suatu tragedi, yang ingin pertama kita ketahui adalah “berapa jumlah
korban?” Namun setelah itu, yang pertama kali dilupakan adalah korbannya. Yang kita
hanyalah statistik, padahal di balik angka jumlah korban itu terdapat pribadi-pribadi
manusia yang utuh yang harus diperhatikan.

Botak adalah salah seorang yang ingin menyumbangkan sesuatu pada masa reformasi
namun tidak dapat bergabung dengan gerakan mahasiswa karena statusnya yang bukan
mahasiswa. Saat itu ia sudah bekerja pada usia yang muda (seumuran mahasiswa), dan
ada eforia untuk ikut terlibat pergerakan. Akhirnya ia bergabung ke tim relawan
kemanusiaan (TRK) yang berdiri pada 98, pasca tragedi Mei 98. Ada ribuan korban
kerusuhan Mei di berbagai tempat. Ratusan orang dibakar dalam pusat perbelanjaan,
sejak tanggal 13 Mei. Kejadian itu bukannya kerusuhan spontan, tapi memang sudah
dirancang. Sebelum kerusuhan Mei 98 Jakarta, ada kerusuhan di Medan dan Solo,
semacam uji coba sebelum ke Jakarta, dan uji coba itu setelah berhasil dipraktekkan ke
Jakarta. Pada kerusuhan tersebut banyak terjadi pelanggaran HAM, seperti
pemerkosaan wanita (mayoritas etnis Tionghoa), penjarahan, pembakaran.

Para korban pembakaran diberi stigma sebagai “penjarah”, sebagian besar adalah tulang
punggung keluarga. Akhirnya banyak keluarga dari korban tersebut yang berantakan.
Banyak pula yang megalami trauma psikologis, karena diberi label penjarah dll. Hampir
semua dari mereka adalah orang miskin. Dalam proses menuntut keadilan, yang
menarik justru mayoritas perempuan (ibu korban) yang lebih semangat menuntut
keadilan. Sejak itulah ia bersentuhan dengan isu perempuan.

Muncul pula solidaritas warga, seperti Suara Ibu Peduli. Mereka menyiapkan makanan
bagi para demonstran. Walaupun sepertinya mahasiswa adalah ujung tombak, tapi
sebenarnya banyak lapisan masyarakat yang membantu. Salah satu korban semanggi 1,
anak STM tangerang. Mereka adalah kumpulan pelajar yang ingin ikut pergerakan.
Banyak masyarakat yang mendukung (massa dari DPR sampai cawang). Para korban
tidak hanya mahasiswa, tetapi juga masyarakat. Dengan informasi ini Botak ingin
mengingatkan bahwa gerakan Mei 98 bukan hanya terdiri dari mahasiswa, tp juga
banyak unsur lainnya yang juga turut berjasa.

Pelaku kekerasan paling banyak adalah pasukan Siliwangi (paling efektif dalam
membunuh). Ada instruksi rahasia TNI yang dikeluarkan oleh Wiranto, “Silakan
mengeluarkan tindakan tegas untuk melawan mahasiswa.” TNI mengeluarkan tank-tank
canggih, kapal perang, untuk menghalau massa. Pelanggaran HAM benar-benar terjadi.

Sampai sekarang, keluarga korban masih terus berusaha menuntut keadilan. Setiap
Kamis, mereka melakukan aksi “Payung Hitam” depan Istana Negara.

Diskusi Gerakan Anak Muda - Reformasi Indonesia: Mei’98 5


SPEAK! FORUM Reformasi Indonesia: Mei ’98

Kita, anak muda, adalah posisi kunci dalam perubahan. Kita bisa saja menjadi korban
saat melakukan perubahan, bahkan bisa menjadi pelaku kekerasan bila kita tidak
mengambil posisi ideologi yang jelas.

Komentar & pertanyaan (1)


1. Ismi: “Pertama kali tahu gerakan mahasiswa, yang terjadi di Prancis tahun ’68”

2. Ardi: ““Apakah ada Invisible Hand yang mengendalikan perubahan? Dari hasil jajak
pendapat masyarakat, mereka kurang puas dengan pemerintahan SBY. Ada indikasi
perubahan lagi?”

3. Robie: ““Emosional kita terkadang ‘nyasar’. Setelah turunnya Orde baru, gerakan
mahasiswa kehilangan dukungan dari masyarakat. Kita seakan menyimpulkan, bahwa
kita berada di masa yang berbeda. Ada pihak yang menganggap, “pertahankan rezim
sekarang, karena kita ga pernah punya sejarah presiden yang memerintah tanpa
diturunkan.”

4. “Peristiwa sejarah 98 tidak pernah dimasukkan dalam kurikulum sejarah. Saat itu,
kejadian 98 sepertinya kan hanya terlihat di Jakarta, sementara di daerah tidak
menyadari. Apakah informasinya ditutup-tutupi?”

Tanggapan Binyo:
“Dari sejarah, kita belajar banyak. Tapi kenapa hanya terus diulang-ulang? Kenapa tidak
bisa lebih baik? China bisa seperti sekarang, karena menggunakan cara SunTzu
(kalahkan lawan degan cara lawan). Pemegang obligasi terbesar di USA adalah China.
Kenapa bisa sebesar itu? Sekitar tahun 68, perdana menteri bilang bahwa mereka harus
punya rencana jangka panjang, yaitu 4 modernisasi (Agrikultur, Industri, Teknologi, dan
Pertahanan-Keamanan). Tahun 70an mereka membangun pertanian, 80an membangun
industri, dalam 10 tahun terakhir, industrinya sudah sangat besar. Sekarang mereka
sedang memasuki pertahan keamanan. Untuk sampai ke sana, mereka membutuhkan
waktu yang lama. Sama halnya dengan kita. Selama kita belum menyiapkan konsep yang
jelas, maka kegagalan dalam perubahan bisa saja terulang. APBN kita, setiap tahun
unsur hutangnya bertambah. 70-80 persen APBN digunakan untuk membiayai birokrat.
Ekonomi kita tidak pernah membangun industri, padahal itu penting. Yang terjadi
selama 10 tahun terakhir malah deindustrialisasi. Dari segi ekonomi kita tidak bisa
membunuh industri, namun inilah yang terjadi dalam perekonomian Indonesia. Ke
depannya, sumber daya alam kita habis digunakan untuk supply negara lain, bukan
untuk membangun kekuatan dalam negeri dan siap menghadapi persaingan global.
Selama semua itu tidak kita anstisipasi dari sekarang, persoalan sosial akan terus
muncul. Tantangan kita lebih besar, padahal kita telah memasuki masa yang serba
terbuka. Jangan pernah berhenti belajar hal baru. Karena untuk membangun negeri
ini, kita harus terus mempelajari persoalan-persoalan yang terjadi di negeri ini. Kita
akan mengulangi kesalahan yang sama, bila kita tidak mempelajari sejarah dengan baik.
Maka, marilah kita membuat terobosan.”
Diskusi Gerakan Anak Muda - Reformasi Indonesia: Mei’98 6
SPEAK! FORUM Reformasi Indonesia: Mei ’98

Tanggapan Alex:
“Banyak sekali perubahan yang terjadi setelah 98. Dari segi hukum, terbentuknya MK
dan KY. Gerakan anak muda kalau diliaht memang tidak ada yang benar-benar berhasil,
dan buat saya gerakan anak muda yang paling dahsyat di seluruh dunia adalah sumpah
pemuda tahun 1928, dengan 3 platform yang sangat sederhana. Mereka, dengan latar
belakang yang berbeda, bisa duduk dan berdiskusi bersama dan memiliki mimpi besar
untuk Negara. Anak muda kelas menengah ke atas punya mimpi sama untuk bikin satu
negara. Ada keputusan untuk memilih bahasa persatuan secara sadar. Ada kesadaran
untuk membuat suatu sistem, dan “JADI.” Itulah bentuk persiapan sistem yang paling
dahsyat. Pergerakan lain di seluruh dunia punya kesamaan yang berwujud fisik, seperti
kesamaan wilayah, agama, suku, dll. Sementara Indonesia memulai dari kesamaan
mimpi. Ada yang menganggap bahwa Indonesia adalah masyarakat imajiner, karena
secara struktur sosial budaya, kompleksitasnya sangat tinggi. Bangsa ini telah memiliki
sejarah-sejarah pemikiran politik yang luar biasa, tetapi tidak pernah digunakan.”

Tanggapan Botax:
“Dari dulu tidak pernah setuju dengan Reformasi, lebih setuju dengan Revolusi.
Padahal revolusi tidak selalu identik dengan pertumpahan darah. Sebenarnya ada upaya
secara sistematik untuk megembalikan negara ini ke masa Orde Baru. Untuk mengubah
sebuah sistem, harus diturunkan (bisa melalui politik, maupun kudeta). Pergerakan
tahun 98 ditunggangi oleh pertarungan 2 orang, Prabowo dan Wiranto. Perubahan yang
sekarang harus dipertahankan dan dikembangkan lebih jauh. Perluakan perspektif,
bahwa ada banyak wajah di balik persoalan-persoalan ini.”

Komentar & Pertanyaan (2):


1. Lia: “Political view pemuda pada masa pergerakan dulu sudah jelas. Ada perbedaan
tantangan antara jaman sekarang dengan jaman dulu. Maka kita, dengan realitas yang
sekarang harus mulai dari mana?”

2. (teman Lia): “Mengapa benci sekali dengan Militer, padahal mereka hanya
menjalankan tugas saja?”

3. Naima: “SBY meluncurkan rancangan pembangunan ekonomi hingga tahun 2025,


mirip Repelita. Indonesia ada kecenderungan, kepemimpinan itu bila diganti, maka
beganti pula kebijakannya.”

4. Rian: “Apakah peristiwa seperti penghapusan etnis tionghoa merupakan pengalihan


isu dari peristiwa ’98?

Diskusi Gerakan Anak Muda - Reformasi Indonesia: Mei’98 7


SPEAK! FORUM Reformasi Indonesia: Mei ’98

Tanggapan Botax:
“Masalah pemerkosaan di tragedi Mei ’98 merupakan sebuah pola yang sama yang
dilakukan oleh oknum-oknum berbadan tegap dan berseragam dinas yang dilakukan di
ruang publik. Hal ini lebih tepat disebut sebagai pembunuhan seksual daripada
pemerkosaan karena tidak hanya diperkosa tapi para korban juga dirusak alat
kelaminnya. Sebenarnya bukan hanya etnis tionghoa yang menjadi korban, tapi mereka
lah yang namanya di ekspos karena pada masa itu etnis tionghoa merupakan etnis
pemegang perekonomian nasional. Militer memiliki rantai komando yang sangat kuat.”

Tanggapan Alex:
“Logika pertahanan dan keamanan adalah dua logika yang sangat berbeda. Logika
inilah yang tidak dipakai. Ini merupakan pelanggaran demokrasi karena seharusnya
militer tidak membawahi kepolisian. Militer seharusnya melawan orang asing, dengan
prinsip bahwa aparat militer seharusnya melawan atau bahkan kalau perlu membunuh
musuh-musuh dari luar. Banyak penempatan-penempatan aparat keamanan yang
kurang tepat. Polisi, seharusnya ada di bawah menteri dalam negeri. Tugasnya menjaga
keamanan masyarakat. Saat militer diturunkan di jalan dan berhadapan dengan
masyarakat, itu adalah logika yang salah besar! Jadi yang kami musuhi adalah
institusinya, bukan personelnya yang kebanyakan juga adalah anak muda yang seusia
kami saat itu.”

Tanggapan Binyo:
Teori kompleksitas dalam perubahan: Perubahan membutuhkan proses dengan waktu
yang tidak sebentar. Dengan kemauan untuk berubah, dimulai dengan mengumpulkan
gagasan dan ide-ide yang nantinya direalisasikan maka perubahan akan bisa tercapai.
Untuk membuat perubahan, mulailah dari hal-hal kecil dan lakukan bersama-sama
(networking) secara konsisten dan massive. Seperti air sebelum mendidih, ada masa
yang cukup panjang sebelum mencapai titik didih. Muncul gelembung-gelembung kecil
yang makin lama makin banyak. Kita buat gelembung kecil itu. Dan yakinlah bahwa
perubahan itu pasti akan terjadi, maka semesta pun akan mendukung kita.

Penutup
Aquino: Saat ini ada perubahan makna tentang aktivis. Aktivis sekarang ini tidak perlu
berawal dari sesuatu yang heroik, tetapi dapat dimulai dari hal-hal terkecil dalam
lingkungan sekeliling kita. Aktivis tidak lagi mereka yang bergerak di bawah tanah, tapi
setiap orang yang sadar bahwa ada sesuatu yang perlu dibenahi di sekitarnya dan MAU
dan berani melakukan perubahan itu.

Dari diskusi ini ternyata banyak sekali hal-hal yang bisa dipelajari lebih lanjut, karena
dari topik tentang Mei 98 ini ada banyak isu lainnya yang saling terkait yang bisa jadi

Diskusi Gerakan Anak Muda - Reformasi Indonesia: Mei’98 8


SPEAK! FORUM Reformasi Indonesia: Mei ’98

topik pembahasan tersendiri. Topik tersebut bisa diperdalam atau dibuat


pembahasannya tersendiri, bisa dalam bentuk diskusi atau semacam kelompok belajar.
Terserah kepada teman-teman peserta yang hadir.

FOLLOW UP DISCUSSION TOPIC:

Sejarah pemuda tahun 1928 (Tan Malaka dan Boedi Oetomo)

Sejarah gerakan anak muda di Indonesia

Militerisme

Hak Asasi Manusia

Kekerasan terhadap perempuan

Isu diskriminasi

Akar Korupsi di Indonesia

SPEAK! FORUM by clubSPEAK is licensed under a Creative Commons


Attribution-NonCommercial-ShareAlike 3.0 Unported License | Kamu
boleh menyebarluaskan dan menggunakan karya ini dalam karyamu
sendiri, tapi tidak boleh menjual dan jika mengutip harus menyebutkan
karya ini sebagai sumber kamu.

Diskusi Gerakan Anak Muda - Reformasi Indonesia: Mei’98 9

Anda mungkin juga menyukai