Anda di halaman 1dari 9

Dominasi Private Domain terhadap Public Domain

MUHAMMAD WILDAN
103060013
1. ABSTRAK

Depok adalah sebuah


kotamadya di provinsi Jawa Barat.
Luas wilayahnya 275 km² dengan
populasi 1.369.461 jiwa. Terdapat
enam kecamatan di kotamadya Depok
yaitu: Beji, Cimanggis, Sukmajaya,
Pancoran Mas, Sawangan dan Limo.

Kota Depok dengan berbagai


deretan keistimewaan yang
dimilikinya. Cepat atau lambat Depok
akhirnya menjadi alternatif kawasan yang diserbu masyarakat yang berkerja di Jakarta
untuk memenuhi kebutuhan akan papan.

Kondisi ini menjadi alat perangsang ampuh bagi para pengembang untuk
menyediakan lahan–lahan baru. Proses munculnya kecenderungan ini tentu diikuti pula
dengan masuknya pengusaha mall dan supermarket sebagai konsekuensi pelayanan akan
kebutuhan. Laju pertumbuhan ini tentu meneteskan aktivitas yang lebih komplek dan
makin hari dirasa semakin tidak terprediksi, yang kesemuannya itu kemudian sebagai
pemicu keterbatasan akan ruang publik terbuka.

2. PENDAHULUAN

Seiring dengan berkembangnya kotif Depok, maka pada tahun 1999 Depok
diresmikan menjadi wilayah kota, yang dikembangkan menjadi pusat pemukiman,
pendidikan, perdagangan dan jasa. Pada masa-masa sebelumnya, pertumbuhan
penduduk Depok yang pesat dipicu oleh proyek percontohan perumahan nasional
berskala besar pada pertengahan tahun 1970-an. Kini Depok menjadi kota yang
berkembang pesat, meskipun daerah ini direncanakan dihuni tidak lebih dari 800.000
jiwa pada tahun 2005, akan tetapi, pada tahun 2002 penduduk Depok sudah mencapai
1,2 juta jiwa.
Pada saat ini perbandingan lahan terbuka hijau dengan kawasan terbangun yang
terdiri dari permukiman, perkantoran, dan sarana kota lainnya adalah 55:45. Sampai
tahun 2010, Pemerintah Kota Depok mengalokasikan 50 persen areal kota untuk
kawasan terbangun dan mempertahankan 50 persen sebagai lahan terbuka hijau. Di
sekitar lahan terbuka itu pemanfaatan untuk permukiman hanya diperbolehkan 35
hingga 40 persen.
Perencanaan pengembangan Kota Depok lebih diarahkan untuk menjadikan kota
ini sebagai permukiman. Pemerintah Kota Depok sadar betul daerahnya menjadi pilihan
bagi pekerja yang mencari nafkah di Jakarta. Pertambahan penduduk yang relatif pesat
menyebabkan kebutuhan perumahan meningkat pula.
Menurut data tahun 1998, secara rinci penggunaan lahan di kota Depok dengan
total luasnya 20.504,54 Ha (200,29 km2) adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Penggunaan Lahan di Kota Depok Tahun 1998

Luas Persentase
No Areal
(Ha) (%)
1. Pemukiman 10.968 53,5%
2. Pertanian 4.653 22,7%
3. Industri 344 1,6%
Rawa /
4. 91 0,4%
Setu
5. Lain-lain 3.973 19,3%
Total 20.504 100,0%
Sumber : kdles-depok.com (2004)

Pada tahun 2000 terdapat 227.018 unit rumah yang dibangun di Depok. Tahun
2001, penggunaan tanah untuk perumahan seluas 6.024 hektar atau 30% dari total
wilayah.. Lima tahun kemudian diperkirakan kebutuhan rumah 40.286 unit dan tahun
2010 menjadi 90.667 unit. Lahan untuk perumahan tahun 2005 sekitar 4.351 hektar dan
tahun 2010 seluas 5.277 hektar. Peruntukan perumahan tadi diharapkan mencukupi
kebutuhan penduduk yang tahun 2010 diproyeksikan 1,6 juta jiwa.
Sebelum tahun 1970-an, Depok merupakan areal persawahan yang sarat dengan
sistem irigasi sehingga infrastruktur jalan yang ada sekarang mengikuti sistem pengairan
ini. Beberapa ruas jalan di Depok belum memiliki sistem drainase yang layak. Hal ini
dikarenakan perkembangan wilayah belum disertai perencanaan yang bervisi ke depan.
Luas lahan hijau dimiliki termasuk lebih baik dibandingkan kota penyangga DKI
Jakarta lainnya. Seperti Tangerang merencanakan 40% wilayahnya berupa lahan
terbukanya dan Bekasi 30%. Sedangkan Jakarta hanya memiliki 7%.
Penanganan konservasi air di Kota Depok saat ini dalam kondisi
mengkhawatirkan. Curah hujan yang mengguyur Kota Depok lebih kurang 40%
menjadi air permukaan hal ini yang kemudian berdampak berkurangnya volume air
resapan. Setidaknya dibandingkan dengan wilayah Bogor, curah hujan yang menjadi air
permukaan berkisar 20 persen. Peningkatan jumlah air permukaan diduga dampak dari
perluasan lahan terbuka (terbangun).
3. ISI
RUANG PUBLIK VS BISNIS PROPERTI
Ruang publik (public space) adalah sebuah ruang terbuka (open space),
sementara ruang terbuka belum tentu merupakan ruang publik. Ruang terbuka adalah
rancangan alami atau buatan yang dapat berupa taman, kawasan rekreasi dan kawasan
alami. Sementara, ruang publik adalah suatu area di dalam bangunan yang memiliki
akses babas bagi masyarakat seperti foyer atau lobby.
Ruang publik yang efektif, menurut Carr et al. (1992) setidaknya meliputi tiga
hal yaitu responsif, demokratis dan bermakna. Responsif maksudnya bisa memenuhi
kebutuhan bagi individu, demokratis artinya ruang publik bisa memberikan
perlindungan terhadap hak-hak individu serta bermakna maksudnya adalah ruang publik
bisa memberikan kesempatan bagi individu untuk berhubungan dengan kehidupan
pribadinya dan dengan lingkungan yang luas.

Selain itu, ruang publik juga memiliki beberapa fungsi psikologis antara lain:
pertama, ruang publik berfungsi untuk memberikan rasa nyaman kepada individu. ruang
publik adalah merupakan kebutuhan dasar sehingga sebuah ruang publik semestinya
menyediakan berbagai fasilitas seperti food court atau tempat berteduh sehingga
individu merasa nyaman ketika berada di dalamnya.
kedua, adalah relaksasi. Suatu ruang publik harus menjadi tempat bagi individu untuk
dapat beristirahat melepas lelah sehingga individu dapat menenangkan badan dan
pikirannya dari berbagai persoalan hidup
Menurut data tahun 2000, yang merupakan ruang terbuka hijau, baik berupa areal
pertanian maupun pertamanan di Depok, tinggal 56,8 persen saja. Bahkan dalam
perencanaan pembangunan kota sampai tahun 2010 mendatang, sasaran porsi ruang
terbuka hijau hanya 50,12 persen dan sama sekali tidak boleh lebih rendah lagi. Namun
sayangnya, angka 50,12 persen itu justru telah tercapai sampai akhir tahun 2002. Ini
berarti, untuk masa mendatang sudah tidak diperkenankan lagi adanya pembangunan,
baik untuk perumahan maupun properti lain seperti mall dan hipermarket.

Jalan Margonda merupakan pintu gerbang Kota Depok saat ini terlihat begitu
semrawut dan macet pada jam-jam sibuk. Disebut semrawut karena di kawasan tersebut
tidak jelas lagi pembagian zona yang harus diperuntukan bagi perkantoran atau bagi
perniagaan. Dewasa ini beberapa pengembang sedang membangun beberapa kompleks
bangunan yang kebanyakan berada di Jalan Margonda, seperti apartemen, mall, Margo
city, dan hipermarket. Selain itu, hipermaket juga sedang dibangun di kawasan
Sawangan dengan nama Depok Town Center.

Sebenarnya Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Kotamadya Depok


1995-2005, Jl. Margonda sudah diatur menjadi dua zona, yakni zona barat peruntukan
perkantoran dan zona timur diperuntukan perniagaan atau perdagangan. Namun,
peraturan ini agaknya mulai diabaikan.
Ruang publik di Jalan Merdeka kondisinya lebih parah. Lokasinya berada di jalur
penghubung perumahan yang sudah padat dihuni oleh warga Depok. Warga sekitar
kawasan Depok II ini berjubel menikmati hari minggu, sehingga menghasilkan
kemacetan lalu-lintas pada hari minggu.

4. KESIMPULAN

Dengan adanya permintaan (demand) yang besar akan perumahan berakibat tidak
terbendungnya pembangunan perumahan yang diikuti dengan mall dan hipermarket.
Akibatnya cadangan lahan ruang terbuka yang dapat digunakan sebagai ruang publik
menjadi terbengkalai. Dan sebagai konsekuensinya ruang publik secara spontan tercipta
bagi pemenuhan kebutuhan warga yang tidak dapat dipungkiri.

Solusinya Pemerintah Kota Depok harus bisa lebih memperhatikan kondisi di


Kota Depok di berbagai bidang, agar kesemerawutan tidak semakin parah, misalnya
dengan rancangan RUTRK (Rencana Umum Tata Ruang Kota) yang baik, dan
membenahi berbagai bangunan ilegal yang secara tidak mempunyai izin untuk dibangun.

DAFTAR PUSTAKA

Depok. Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.


http://id.wikipedia.org/wiki/Depok. 2004.
Kdles-depok.com. Masalah Tata Ruang Kota dan Tata Ruang Wilayah Regional
http://www.kdles-depok.com/kdles-d.htm. 2004.

Sinaga, Rudy Victor. Bisnis Perumahan di Kota Depok: Tumbuh Pesat, Minim Jalan
Alternatif. http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/properti/2003/0815/ prop1.html.
2003.
Tempo Interaktif. Kesemrawutan Pembangunan di Depok Akibat Rencana Tata Kota
Tidak Matang. http://www.tempointeraktif.com. Selasa, 31 Mei 2005 | 10:19 WIB
Dominasi Private Domain terhadap Public Domain

Depok adalah sebuah kotamadya di provinsi Jawa Barat.


Luas wilayahnya 275 km² dengan populasi 1.369.461 jiwa.
Terdapat enam kecamatan di kotamadya Depok yaitu: Beji,
Cimanggis, Sukmajaya, Pancoran Mas, Sawangan dan Limo

Berkembangnya kotif Depok, maka pada tahun 1999 Depok


diresmikan menjadi wilayah kota.

Kota Depok dengan berbagai deretan keistimewaan yang


dimilikinya.
Kini Depok menjadi kota yang berkembang pesat, dihuni tidak lebih
dari 800.000 jiwa pada tahun 2005, akan tetapi, pada tahun 2002 penduduk
Depok sudah mencapai 1,2 juta jiwa.
Perbandingan lahan terbuka hijau dengan kawasan terbangun 55:45
Sampai tahun 2010, Pemerintah Kota Depok mengalokasikan 50
persen areal kota untuk kawasan terbangun dan mempertahankan 50
persen sebagai lahan terbuka hijau. Di sekitar lahan terbuka itu
pemanfaatan untuk permukiman hanya diperbolehkan 35 hingga 40 persen.
Menurut data tahun 1998, secara rinci penggunaan lahan di kota
Depok dengan total luasnya 20.504,54 Ha (200,29 km2) adalah sebagai
berikut:

Tabel 1. Penggunaan Lahan di Kota Depok Tahun 1998

Luas Persentase
No Areal
(Ha) (%)
1. Pemukiman 10.968 53,5%
2. Pertanian 4.653 22,7%
3. Industri 344 1,6%
4. Rawa / Setu 91 0,4%
5. Lain-lain 3.973 19,3%
Total 20.504 100,0%
Sumber : kdles-depok.com (2004)
2000 = 227.018 unit rumah
2001 untuk perumahan seluas 6.024 ha atau 30% dari total
wilayah..
Lahan untuk perumahan tahun 2005 sekitar 4.351 ha
Tahun 2010 seluas 5.277 ha.
tahun 2010 diproyeksikan mencukupi 1,6 juta jiwa.
Sebelum tahun 1970-an, Depok merupakan areal persawahan yang
sarat dengan sistem irigasi sehingga infrastruktur jalan yang ada sekarang
mengikuti sistem pengairan ini.

Luas lahan hijau dimiliki termasuk lebih baik dibandingkan


kota penyangga DKI Jakarta lainnya. Seperti Tangerang
merencanakan 40% wilayahnya berupa lahan terbukanya dan
Bekasi 30%. Sedangkan Jakarta hanya memiliki 7%.

Ruang publik (public space) adalah sebuah ruang terbuka


(open space)

Ruang terbuka adalah rancangan alami atau buatan yang dapat


berupa taman, kawasan rekreasi dan kawasan alami.

Sementara, ruang publik adalah suatu area di dalam bangunan


yang memiliki akses babas bagi masyarakat seperti foyer atau
lobby

fungsi psikologis ruang publik antara lain:

1. Kenyamanan
2. Relaksasi

PENUTUP
Dengan adanya permintaan (demand) yang besar akan perumahan berakibat
tidak terbendungnya pembangunan perumahan yang diikuti dengan mall
dan hipermarket. Akibatnya cadangan lahan ruang terbuka yang dapat
digunakan sebagai ruang publik menjadi terbengkalai. Dan sebagai
konsekuensinya ruang publik secara spontan tercipta bagi pemenuhan
kebutuhan warga yang tidak dapat dipungkiri.

Solusinya Pemerintah Kota Depok harus bisa lebih memperhatikan kondisi


di Kota Depok di berbagai bidang, agar kesemerawutan tidak semakin
parah, misalnya dengan rancangan RUTRK (Rencana Umum Tata Ruang
Kota) yang baik, dan membenahi berbagai bangunan ilegal yang secara
tidak mempunyai izin untuk dibangun.

Anda mungkin juga menyukai