BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di indonesia sejak tahun 1998 dimana terjadi gejolak krisis multi dimensi telah
berdampak banyak sekali terhadap segi kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk
krisis ekonomi yang mengakibatkan daya beli masyarakat terhadap kebutuhan sandang
dan pangan sangat rendah merupakan salah satu dampak nyata dari krisis ekonomi, hal
ini memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap tingginya angka kejadian
penyakit TB. Karena dengan sulitnya masyarakat memenuhi kebutuhan hidup
khususnya pangan, status gizi masyarakat akan buruk. Keadaan ini akan membuat
seseorang memiliki daya tahan tubuh yang rendah, sehingga akan lebih mudah
terserang berbagai penyakit yang salah satunya adalah infeksi TB. Selain itu kondisi
lingkungan yang sering kali kurang menguntungkan bagi kesehatan menjadikan
masalah ini lebih sulit untuk diselesaikan, karena penyakit TB identik dengan tingkat
sosial ekonomi yang rendah. Keadaan ini perlu mendapatkan perhatian dari semua
pihak karena dampak penyakit ini secara tidak langsung akan menurunkan kualitas
suatu bangsa. Disamping itu apabila penyakit ini tidak diobati sampai tuntas akan
menimbulkan berbagai komplikasi, salah satu komplikasi dari infeksi TB ini yang
paling berbahaya apabila menyerang pada susunan saraf pusat atau yang biasa disebut
meningitis tuberkulosis.
Meningitis Tuberkulosis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebro
spinal, dan spinal kolumna yang menyebabkan proses peradangan pada sistem saraf
pusat (Suriadi, 2001) merupakan salah satu manifestasi dari penyakit TB yang
disebabkan oleh basil MikobakteriumTuberkulosis yang menyerang sistem saraf pusat.
Meningitis pun harus diwaspadai insidensinya seiring dengan meningkatnya angka
penderita Tuberkulosis. Karena diperkirakan sekitar 1 sampai 10% dari seluruh
kejadian infeksi tuberkulosis mengenai susunan saraf pusat (SSP), baik berupa
tuberkuloma pada parenkim otak maupun sebagai meningitis (Arvanitaksis, 1998).
Sedangkan menurut Lindsay (1997: 474) angka kejadian meningitis adalah 10% dari
jumlah penderita. Masalah yang ditimbulkan tuberkulosis ini sedemikian seriusnya
sehingga pada tahun 1993, WHO mencanangkan kegawatan Tuberkulosis sedunia atau
“Tuberkulosis is a Global Emergency” (WHO, 2001).
2
Pada tahun 1998 Indonesia merupakan negara ketiga dengan jumlah penderita
Tuberkulosis terbanyak setelah India dan Cina. Setiap tahun di Indonesia ditemukan
450.000 kasus baru dengan angka kematian sebesar 175.000 per tahun dan terdapat
260.000 kasus tidak terdiagnosis (Kartasasmita, 1999).
Dan menurut data yang diperoleh dari Rekam Medik Ruang 19 A Perawatan
Penyakit Saraf Wanita Perjan Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung berdasarkan
hasil pencatatan kurun waktu 6 bulan yaitu mulai dari Januari – Juli 2005 distribusi
pasien yang mengalami gangguan sistem perkemihan yang dapat dilihat pada tabel 1
dibawah ini.
TABEL 1
Profil Penyakit Di Ruang 19 A Perawatan Penyakit Saraf Wanita Perjan RS.Dr. Hasan
Sadikin Bandung Periode Januari - Juli 2005
Angka Angka
No Penyakit % %
kejadian kematian
1 Stroke 176 57,32 38 21,59
2 SOL 46 14,98 4 8,69
3 Meningitis 23 7,49 9 39,13
4 Myelo radikulopati 21 6,84 0 0
5 Radikulopati 17 5,53 0 0
6 Epilepsi 16 5,21 2 12,5
7 Tetanus 3 0,97 3 100
8 Ensepalopati 2 0,65 0 0
9 Ensepalitis 2 0,65 2 100
10 Miastenia Gravis 1 0,32 1 100
Jumlah 307 100%
Sumber : Rekam Medik Ruang 19 A Perawatan Penyakit Saraf Wanita Perjan Rumah
Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung
Berdasarkan pada data diatas dari jumlah penderita yang dirawat di UPF Penyakit
Saraf Wanita Ruang 19A RS.Dr Hasan Sadikin Bandung selama rentang waktu 6 bulan
periode Januari 2005 sampai dengan Juli 2005 penyakit meningitis berada pada urutan
ke 3 setelah stroke dan SOL. Dengan jumlah penderita 23 orang (7,4%) yang
menderita meningitis. Walaupun jumlahnya tidak sebanyak stroke (57,3 namun angka
ini terus menunjukan peningkatan dengan persentase kematian yang paling tinggi yaitu
mencapai 39,1% (Medical Record Ruang 19A RSHS. Bandung).
Selain itu penyakit meningitis dapat menimbulkan gangguan yang kompleks
terhadap sistem tubuh yang lain, misalnya pada sistem pernafasan, kardivaskuler,
pencernaan, perkemihan dan muskuloskeletal, yang dapat pula menimbulkan
komplikasi akut dan resiko kematian. Disamping dampak terhadap sistem tubuh
3
meningitis pun dapat merubah pola hidup seseorang karena tidak jarang kasus
meningitis meninggalkan gejala sisa berupa kecacatan seperti : ketulian, gangguan
penglihatan, dan kelumpuhan.
Melihat data diatas kecenderungan meningkatnya penyakit meningitis tuberkulosis
sebagai konsekuensi dari meningkatnya angka penderita TB dan kompleknya masalah
yang ditimbulkan akibat infeksi meningitis tuberkulosis, serta dampaknya terhadap
kehidupan baik fisik, sosial, dan ekonomi klien, maka penulis merasa tertarik untuk
melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Meningitis Tuberkulosis, untuk
dijadikan sebagai bahan penulisan karya tulis ilmiah dengan judul " Asuhan
Keperawatan Pada Klien Ny. A Dengan Gangguan Sistem Persarafan :
Meningitis Tuberkulosis Di Ruang 19 A Perawatan Penyakit Saraf Wanita Perjan
Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung".
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman secara nyata dan mampu melaksanakan asuhan
keperawatan secara langsung dan komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosio-
spiritual pada klien dengan gangguan sistem persarafan : meningitis tuberkulosis
melalui pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus penyusunan karya tulis ilmiah ini bertujuan agar penulis dapat :
a Melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan sistem persarafan
akibat meningitis tuberkulosis.
b Membuat perencanaan pada klien dengan gangguan sistem persarafan
akibat meningitis tuberkulosis.
c Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan
sistem persarafan akibat meningitis tuberkulosis.
d Menilai keberhasilan atau evaluasi dari hasil asuhan keperawatan yang
telah diberikan.
4
D. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I : Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah meningitis
tuberkulosis, tujuan, metode dan sistematika penulisan
BAB II : Tinjauan Teori, terdiri dari konsep dasar penyakit yang berisi
pengertian, anatomi fisiologi selaput otak , etiologi,
patofisiologi, klasifikasi meningitis, dampak terhadap sistem
tubuh lain, dampak terhadap kebutuhan dasar manusia dan
penatalaksanaan. Di dalam bab ini juga berisi tentang konsep
dasar proses keperawatan yang meliputi pengakajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
BAB III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan, terdiri dari asuhan
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Cairan serebrospinal adalah filtrat darah yang jernih tidak berbau dan
hampir bebas protein. Cairan serebrospinal dibentuk di ventrikel-ventrikel
dan beredar didalam rongga sub arakhnoid.
Fungsi cairan serebospinal adalah menunjang dan membantali susunan saraf
pusat terhadap luka.
f. Peredaran Darah Otak
1. Peredaran darah arterial
Suplai peredaran darah arterial kestrktur-strukur intra kranial pada
dasarnya berasal dari cabang-cabang kedua arteri karotis interna dan kedua
arteri vertebralis.
a) Arteri karotis interna
Arteri karotis interna keluar dari percabangan karotis komunis
leher. Pembuluh darah ini naik menuju basis kranii, membelah sebagai
suatu pembuluh bentuk sigmoid didalam sinus kavernosus.
Arteri karotis interna hanya memberi cabang dirongga tengkorak, terdiri
dari :
1) Arteri optalmika
Arteri ini mempunyai cabang penting yaitu arteri sentralis
retinae yang berjalan ditengah-tengah nervus optikus dan berakhir
diretina.
2) Arteri khoroidalis anterior
Arteri khoroidalis anterior mengikuti traktus optikus sampai
pada ketinggian korpus genikulatum lateralis dan kemudian menjadi
bagian dari pleksus khoroid ventrikel lateralis.
Pembuluh darah ini juga memberi cabang-cabang ke pedunkulus
serebri, kapsula interna, nukleus kaudatus, hipokampus dan traktus
optikus.
3) Arteri serebri anterior dan media
Kedua arteri ini merupakan cabang terminal dari arteri karotis
interna. Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada lobus
frontalis. Didalam fisura longitudinalis serebri dapat ditemukan
arteri komunikans anterior. Cabang-cabang arteri serebri anterior
berjalan menuju sisi medial lobus frontalis dan parietalis, substansia
perforata anterior, septum pellusidum dan sebagian dari korpus
11
3. Etiologi
Penyakit meningitis tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
humanus, sedangkan menurut peneliti yang lain dalam literatur yang berbeda
meningitis Tuberkulosis disebabkan oleh dua micobacterium yaitu Mycobacterium
tubeculosis dan Mycobacterium bovis yang biasanya menyebabkan infeksi pada
sapi dan jarang pada manusia.
Mycobacterium tuberculosis merupakan basil yang berbentuk batang,
berukuran 0,2-0,6µ m X 1,0-10µ m, tidak bergerak dan tidak membentuk spora.
Mycobacterium tuberculosis bersifat obligat aerob, hal ini menerangkan
predileksinya pada jaringan yang oksigenasinya tinggi seperti apeks paru, ginjal
dan otak. Mycobacterium tidak tampak dengan pewarnaan gram tetapi tampak
dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen. Basil ini bersifat tahan asam, artinya tahan
terhadap pewarnaan carbolfuchsin yang menggunakan campuran asam klorida-
etanol. Sifat tahan asam ini disebabkan karena kadar lipid yang tinggi pada dinding
selnya. Lipid pada dinding sel basil Mycobacterium tuberculosis meliputi hampir
60% dari dinding selnya, dan merupakan hidrokarbon rantai panjang yang disebut
asam mikolat. Mycobacterium tuberculosa tumbuh lambat dengan double time
dalam 18-24 jam, maka secara klinis kulturnya memerlukan waktu 8 minggu
sebelum dinyatakan negatif.
4. Patofisiologi
Meningitis tuberkulosis pada umumnya sebagai penyebaran infeksi
tuberkulosis primer ditempat lain. Biasanya fokus infeksi primer di paru-paru.
Tuberkulosis secara primer merupakan penyakit pada manusia. Reservoir infeksi
utamanya adalah manusia, dan penyakit ini ditularkan dari orang ke orang terutama
melalui partikel droplet yang dikeluarkan oleh penderita Tuberkulosis paru pada
saat batuk. Partikel-partikel yang mengandung Mycobacterium tuberculosis ini
dapat bertahan lama di udara atau pada debu rumah dan terhirup masuk kedalam
paru-paru orang sehat. Pintu masuk infeksi ini adalah saluran nafas sehingga infeksi
pertama biasanya terjadi pada paru-paru. Transmisi melalui saluran cerna dan kulit
jarang terjadi.
Droplet yang terinfeksi mencapai alveoli dan berkembang biak dalam ruang
alveoli, makrofag alveoli maupun makrofag yang berasal dari sirkulasi. Sejumlah
kuman menyebar terutama ke kelenjar getah bening hilus. Lesi primer pada paru-
13
paru berupa lesi eksudatif parenkimal dan kelenjar limfenya disebut kompleks
“Ghon”. Pada fase awal kuman dari kelenjar getah bening masuk kedalam aliran
darah sehingga terjadi penyebaran hematogen.
Dalam waktu 2-4 minggu setelah terinfeksi, terbentuklah respon imunitas
selular terhadap infeksi tersebut. Limfosit-T distimulasi oleh antigen basil ini untuk
membentuk limfokin, yang kemudian mengaktivasi sel fagosit mononuklear dalam
aliran darah. Dalam makrofag yang diaktivasi ini organisme dapat mati, tetapi
sebaliknya banyak juga makrofag yang mati. Kemudian terbentuklah tuberkel
terdiri dari makrofag, limfosit dan sel-sel lain mengelilingi jaringan nekrotik dan
perkijuan sebagai pusatnya.
Setelah infeksi pertama dapat terjadi dua kemungkinan, pada orang yang sehat
lesi akan sembuh spontan dengan meninggalkan kalsifikasi dan jaringan fibrotik.
Pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah, penyebaran hematogen akan
menyebabkan infeksi umum yang fatal, yang disebut sebagai tuberkulosis millier
diseminata. Pada keadaan dimana respon host masih cukup efektif tetapi kurang
efisien akan timbul fokus perkijuan yang besar dan mengalami enkapsulasi fibrosa
tetapi menyimpan basil yang dorman. Klien dengan infeksi laten memiliki resiko
10% untuk berkembang menjadi Tuberkulosis aktif. Reaktivasi dari fokus perkijuan
akan terjadi bila daya tahan tubuh host menurun, maka akan terjadi pembesaran
tuberkel, pusat perkijuan akan melunak dan mengalami pencairan, basil mengalami
proliferasi, lesi akan pecah lalu melepaskan organisme dan produk-produk antigen
kejaringan disekitarnya. Apabila hal-hal yang dijelaskan diatas terjadi pada susunan
saraf pusat maka akan terjadi infeksi yang disebut meningitis tuberkulosis.
Fokus tuberkel yang berlokasi dipermukaan otak yang berdekatan dengan
ruang sub arakhnoid dan terletak sub ependimal disebut sebagai “Focus Rich”.
Reaktivasi dan ruptur dari fokus rich akan menyebabkan pelepasan basil
Tuberkulosis dan antigen nya kedalam ruang sub arakhnoid atau sistem ventrikel,
sehingga terjadi meningitis tuberkulosis.
14
Paru-paru
Penyebaran limfohematogen
Terjadi peradangan difus pada pia, arakhnoid, LCS, ruang sub arakhnoid dan ventrikulus
Terbentuk eksudat
Beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dalam minggu ke-2
Tombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrinopurulen Kelainan nervus kranial II, III, IV,
VI, VII, VIII
Organisasi di ruang sub arakhnoid superfisial yang dapat menghambat aliran dan absorpsi LCS
Hidrosefalus komunikan
5. Manifestasi Klinis
Meningitis tuberkulosis onset yang perlahan. Terdapat riwayat kontak dengan
penderita tuberkulosis biasanya memiliki aktif atau riwayat batuk lama, berkeringat
malam dan penurunan berat badan beberapa hari sampai beberapa bulan sebelum
gejala infeksi susunan saraf pusat muncul.
Gejala meningitis Tuberkulosis sangat bervariasi, gejala awal biasanya mirip
dengan infeksi umum lainnya yaitu berupa kelemahan umum (malaise), demam
yang tidak terlalu tinggi, nyeri kepala yang hilang timbul dan muntah. Setelah
gejala awal berlangsung selama sekitar 2 minggu timbul gejala nyeri kepala yang
persisten dan nyeri tengkuk yang berhubungan dengan rangsang meningeal, timbul
tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial dan defisit neurulogik fokal (parese
pada nervus kranial dan hemiparese). Inflamasi arteri pada basis kranii disertai
penyempitan dan pembentukan trombus pada lumennya menimbulkan iskemik dan
infark serebri dengan berbagai defisit neurologi sebagai akibatnya. Saraf kranial II,
III, IV, VI, VII dan VIII sering mengalami kompresi oleh eksudat yang kental. Pada
stadium lanjut terjadi gerakan involunter, hemiplegi, kesadaran yang semakin
menurun dan terjadi hidrosefalus.
Ensefalopati tuberkulosis secara klinis memberikan sindrom berupa kejang,
stupor atau koma, gerakan involunter, paralise, deserebrasi atau rigiditas dengan
atau tanpa tanda klinis meningitis atau kelainan cairan serebrospinalis.
6. Klasifikasi
Menurut Smeltzer. S.C and Brenda. G. Bare (2001 : 2175) klasifikasi meningitis
dibagi menjadi 3 tipe utama yaitu meningitis asepsis, sepsis dan tuberkulosis.
a. Meningitis asepsis mengacu pada salah satu
meningitis virus atau menyebabkan iritasi meningen yang disebabkan oleh
abses otak, ensefalitis, limfoma, leukemia, atau darah di ruang sub arakhnoid.
16
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Pemeriksaan radiologi pada meningitis tuberkulosis meliputi pemeriksaan
Rontgen thorax, CT-scan, MRI.
Pada klien dengan meningitis tuberkulosis umumnya didapatkan gambaran
Tuberkulosis paru primer pada pemeriksaan rontgent thorax, kadang-kadang
disertai dengan penyebaran milier dan kalsifikasi. Sedangkan pada
pemeriksaan CT-scan dan MRI dapat terlihat adanya hidrosefalus, inflamasi
17
f. Tes Immunologis
Yang mendeteksi antigen atau antibody mikobakterial dalam cairan
serebrospinal, metoda yang sering digunakan dalam tes imunologis antara lain:
ELISA
Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pada sistem urinaria terjadi retensi urine dan inkontinensia urine. Pada kondisi
lebih lanjut akan terjadi albuminuria karena proses katabolisme terutama jika
dalam kondisi KKP.
e. Sistem Persarafan
Proses peradangan meningen dapat menimbulkan peningkatan tekanan
intrakranial, dimana akan terjadi kerusakan saraf pusat pengontrol kesadaran
yang dapat menimbulkan penurunan kesadaran dan terjadi penekanan pada saraf
pusat pernafasan yang dapat mengakibatkan pola nafas tidak efektif. Pada saraf
kranial yaitu nervus vagus yang mengakibatkan penurunan reflek menelan,
nervus optikus yang dapat mengganggu fungsi visual, kerusakan nervus III, IV,
VI yang dapat mengganggu pergerakan bola mata, kerusakan nervus VIII yang
dapat mengganggu fungsi pendengaran menimbulkan kerusakan pada nervus II,
III, IV, IV, VII, VIII. Pada proses peradangan akan menimbulkan respon nyeri
yang akan merangsang korteks sesebri dan dalam keadaan lanjut dapat
menimbulkan iritasi meningen yang ditandai dengan adanya kaku kuduk, kernig
positif, brudzinski I dan II, serta laseque positif.
f. Sistem muskuloskeletal
Proses inflamasi pada susunan saraf menimbulkan berbagai hambatan dalam
perangsangan neuromuskuler sehingga dapat timbul kelemahan otot-otot dan
terjadi paralise. Hal ini memungkinkan klien tidak dapat melakukan aktifitas
gerak tubuhnya secara optimal bahkan terjadinya kontraktur dapat memperberat
kondisi.
g. Sistem Integumen
Peningkatan metabolisme mengakibatkan peningkatan suhu tubuh sehingga
timbul demam, yang dapat meningkatkan kebutuhan cairan, selain itu klien
dengan meningitis seringkali terjadi penurunan kesadaran sehingga klien harus
berbaring lama di tempat tidur dan dapat terjadi gangguan integritas kulit
sebagai dampak dari berbaring yang lama.
h. Reproduksi
Secara langsung penyakit meningitis tidak mempengaruhi sistem reproduksi.
Namun yang perlu diperhatian akan kebutuhan seksual akan berkurang, istri
dengan penyakit TBC secara langsung berpengaruh terhadap pasangan, baik dari
segi biologis maupun psikologis, cemas dalam melakukan hubungan seksual.
20
9. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan meningitis tuberkulosis terdiri dari:
a. Perawatan umum
Perawatan penderita meliputi berbagai aspek yang harus diperhatikan
dengan sungguh-sungguh, antara lain kebutuhan cairan dan elektrolit,
kebutuhan nutrisi, posisi klien, perawatan kandung kemih, dan defekasi serta
perawatan umum lainnya sesuai dengan kondisi klien.
b. Kemoterapeutik dengan obat anti Tuberkulosis
Tujuan pengobatan terhadap penderita tuberkulosis adalah menyembuhkan
penderita dari penyakit tuberculosis yang dideritanya, mencegah kematian
akibat tuberkulosis, mencegah terjadinya relaps, mencegah penularan dan
sekaligus mencegah terjadinya resistensi terhadap obat anti tuberkulosis (OAT)
yang diberikan (Soeroto, 2000).
Prinsip pengobatan meningitis tuberkulosis tidak banyak berbeda dengan
terapi bentuk tuberkulosis yang lain. Syarat terpenting adalah bahwa pilihan
OAT harus dapat menembus sawar darah otak dalam konsentrasi yang cukup
untuk mengeliminir basil intra dan ekstraselular. Beberapa obat yang yang biasa
digunakan untuk meningitis tuberkulosa adalah :
1) Isoniazida (INH) diberikan dengan dosis 400 mg / hari.
2) Rifampisin, diberikan dengan dosis 450-600 mg / hari.
3) Pyrazinamid, diberikan dengan dosis 1500 mg / hari.
4) Ethambutol, diberikan dengan dosis 25 mg / kg BB / hari sampai dengan
1500 mg / hari.
5) Streptomisin, diberikan intra muskular selama 3 bulan dengan dosis 30-
50 mg / kg BB / hari.
6) Kortikosteroid, biasanya digunakan dexametason secara intra vena
dengan dosis 10 mg setiap 4-6 jam, pemberian dexametason ini terutama
jika terdapat oedema otak, apabila keadaan membaik maka dosis dapat
diturunkan secara bertahap.
Efek samping OAT
Isoniazid (H)
Efek samping berat yaitu terjadi hepatitis dan terjadi pada kira-kira 0,5%
dari kasus. Bila terjadi engobatan dihentikan, dan setelah pemeriksaan faal
hati kembali noemal pengobatan dapat dilaksanakan kembali
21
a. Pengumpulan data
1) Identitas
a) Identitas klien
Identitas klien yang berhubungan dengan penyakit meningitis adalah:
- Umur : meningitis adalah penyakit sistem persarafan yang dapat terjadi
pada semua umur, dewasa maupun anak.
- Pendidikan : Pendidikan yang rendah dapat mempengaruhi terhadap
pengetahuan klien tentang penyakit meningitis
- Pekerjaan : Ekonomi yang rendah akan berpengaruh karena dapat
menyebabkan gizi yang kurang sehingga daya tahan tubuh klien rendah dan
mudah jatuh sakit.
b) Identitas penanggung jawab meliputi:
Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan dengan klien.
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Pada umumnya klien dengan meningitis keluhan yang paling utama adalah
adanya nyeri kepala atau penurunan kesadaran yang disertai kejang.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian meliputi keluhan pada saat datang ke rumah sakit dan keluhan
pada saat pengkajian, dikembangkan dengan menggunakan analisa PQRST.
P: Provokatif/paliatif
Apakah yang meyebabkan keluhan dan memperingan serta memberatkan
keluhan. Nyeri kepala pada penyakit meningitis biasanya disebabkan oleh
adanya iritasi meningen. Nyeri di rasakan bertambah bila beraktivitas dan
berkurang jika beristirahat.
Q : Quantity / Quality
Seberapa berat keluhan dan bagaimana rasanya serta berapa sering
keluhan itu muncul. Nyeri kepala dirasakan menetap dan sangat berat.
R: Region / Radasi
Lokasi keluhan dirasakan dan juga arah penyebaran keluhan sejauh mana.
S : Scale
Intensitas keluhan dinyatakan dengan keluhan ringan, sedang dan berat.
Nyeri kepala pada klien meningitis sangat berat (skala : 5), dikarenakan
adanya iritasi meningen yang disertai kaku kuduk.
23
T : Timing
Kapan keluhan dirasakan, seberapa sering, apakah berulang-ulang,
dimana hal ini menentukan waktu dan durasi. Keluhan nyeri dirasakan
menetap/terus menerus karena iritasi meningen.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Kaji kebiasaan klien : merokok, minum-minuman beralkohol, riwayat batuk
lama / infeksi saluran nafas kronis, batuk berdahak atau tanpa dahak (dahak
berdarah / tidak). Riwayat kontak dengan penderita TBC. Apakah klien
punya riwayat trauma kepala atau tulang belakang. Riwayat infeksi lain
seperti Otitis media dan mastoiditis.
d) Riwayat kesehatan keluarga.
Kaji riwayat keluarga apakah ada keluarga klien yang menderita penyakit
yang sama dengan klien, riwayat demam disertai kejang. Adanya penyakit
menular seperti TBC.
3) Pemeriksaan fisik
a) Sistem pernafasan
Gejala yang ditemukan biasanya didapatkan pernafasan cepat dan dangkal,
penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, adanya pernafasan cuping
hidung, retraksi dada positif, adanya batuk berdahak, ronkhi positif.
b) Sistem Kardiovaskuler
Suara jantung lemah, adanya peningkatan tekanan darah atau penurunan
tekanan darah dan peningkatan frekuensi denyut nadi. Pada kasus lebih lanjut
akral menjadi dingin, terjadi sianosis dan capillary refil time lebih dari 3
detik.
c) Sistem Percernaan
Pada sistem pencernaan ditemukan keluhan mual dan muntah serta anoreksia
bahkan ditemukan adanya kerusakan nervus kranial pada nervus vagus yang
mengakibatkan penurunan reflek menelan. Pada kondisi ini akan
menimbulkan hipersekresi HCL iskemia mukosa lambung dan kerusakan
barrier mukosa erosi hemoragik lambung (perdarahan lambung) sehingga
terjadi penurunan berat badan dan jatuh pada kondisi kurang kalori protein
(KKP).
d) Sistem Perkemihan
24
Pada sistem urinaria dapat terjadi retensi urine dan inkontinensia urine. Pada
kondisi lebih lanjut akan terjadi albuminuria karena proses katabolisme
terutama jika dalam kondisi KKP.
e) Sistem Muskuloskeletal
Pengkajian pada sistem muskuloskeletal perlu diarahkan pada kerusakan
motorik, kelemahan tubuh, massa otot, dan perlu di kaji rentang gerak dari
ekstremitas.
f) Sistem Integumen
Penting mengkaji adanya peningkatan suhu tubuh sebagai dampak infeksi
sistemik, selain itu klien dengan meningitis seringkali terjadi penurunan
kesadaran sehingga klien harus berbaring lama di tempat tidur dan dapat
terjadi gangguan integritas kulit sebagai dampak dari berbaring yang lama.
g) Sistem persarafan
Gangguan yang muncul pada klien meningitis yang berkaitan dengan sistem
persarafan sangat kompleks. Pada penyakit meningitis terjadi peradangan
selaput otak dan parenkim otak yang merupakan pusat sistem persarafan.
Gangguan yang muncul tersebut antara lain: kerusakan saraf pengontrol
kesadaran yang dapat mengakibatkan penurunan kesadaran, pola nafas tidak
efektif akibat peningkatan tekanan intra kranial yang menekan pusat
pernafasan dan kerusakan pada saraf kranial yaitu nervus vagus yang
mengakibatkan penurunan reflek menelan, nervus kranial lain yang umum
terkena adalah nervus I, III, IV, VI, VIII. Pada penyakit meningitis terdapat
tanda yang khas yaitu tanda-tanda iritasi meningen: kaku kuduk positif,
brudzinski I, II positif, kernig dan lasaque positif. Selain itu gejala awal yang
sering terjadi pada meningitis adalah sakit kepala dan demam yamg
diakibatkan dari iritasi meningen, juga didapat adanya manifestasi perilaku
yang umum terjadi, yaitu letargik, tidak responsif dan koma. Kejang
sekunder dapat terjadi juga akibat area fokal kortikal yang peka. Alasan yang
tidak diketahui, klien meningitis juga mengalami "foto fobia" atau sensitif
yang berlebihan terhadap cahaya.
4) Pola aktivitas sehari-hari
a) Nutrisi
25
Biasanya klien kehilangan nafsu makan, mual, muntah, anoreksia dan bila
pasien mengalami penurunan kesadaran, reflek menelan terjadi penurunan,
sehingga klien harus dipasang naso gastric tube (NGT).
b) Eliminasi
Pada umumnya klien dengan penurunan kesadaran akan terjadi
inkontinensia urine sehingga harus dipasang dower kateter.
c) Istirahat tidur
Istirahat tidur terganggu akibat adanya sesak nafas, nyeri kepala hebat akibat
penekanan TIK. Hal ini merupakan mecanoreceptor terhadap reticular
activiting system ( RAS ) sebagai pusat tidur jaga.
d) Personal hygiene
Bisa mengalami gangguan pemenuhan ADL termasuk personal hygiene
akibat kelemahan otot terutama pada klien dengan penurunan kesadaran.
5) Data psikologis
Pada umumnya klien merasa takut akan penyakitnya, cemas karena
perawatan lama di rumah sakit dan perasaan tidak bebas di rumah sakit
akibat hospitalisasi.
Konsep diri klien: persepsi klien terhadap tubuhnya dapat berubah akibat
perubahan bentuk dan fungsi tubuh, klien merasa tidak berharga, rendah
diri dan kehilangan peran.
Ideal diri klien banyak yang tidak tercapai. Sebagian besar penyakit
meningitis dapat membatasi kehidupan klien sehari-hari.
6) Data sosial
Perlu dikaji tentang tidak tanggapnya terhadap aktifitas disekitarnya baik
ketika di rumah atau di rumah sakit. Klien biasanya menjadi tidak peduli
dan lebih banyak diam akan lingkungan sekitarnya.
7) Data spiritual
Pengkajian ditujukan terhadap harapan kesembuhan, kepercayaan
dan penerimaan mengenai keadaan sakit serta keyakinan yang dianut oleh
klien ataupun keluarga klien.
8) Data Penunjang
a) Laboratorium
- Pemeriksaan darah leukosit meningkat bila terjadi infeksi.
- Analisis cairan serebrospinalis melalui lumbal fungsi.
26
c. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan meningitis adalah:
Menurut Doenges, 1993 : 311-319
a. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan
dengan proses invasi kuman patogen.
b. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan
serebral berhubungan dengan oedema serebral.
c. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan
penurunan kesadaran
d. Nyeri berhubungan dengan adanya proses infeksi
pada susunan saraf pusat.
27
Resiko tinggi terhadap injuri / trauma berhubungan dengan adanya kejang akibat
iritasi kortek serebral.
Tujuan : Trauma / injuri tidak terjadi.
Kriteria : Tidak mengalami kejang / kejang dapat diatasi.
Nyeri berhubungan dengan adanya proses infeksi pada susunan saraf pusat.
30
2. Kaji derajat imobilisasi klien Klien mampu mandiri (nilai 0) atau memerlukan
dengan menggunakan skala bantuan/ peralatan yang minimal (nilai 1);
ketergantungan memerlukan bantuan sedang dengan
pengawasan / diajarkan (nilai 2); memerlukan
bantuan / peralatan yang terus menerus dan alat
khusus (nilai 3); atau tergantung secara total
pada pemberian asuhan (nilai 4). seseorang da
lam semua kategori sama-sama mempunyai
resiko kecelakaan namun kategori dengan nilai
2-4 mempunyai resiko terbesar untuk terjadinya
bahaya tersebut sehubungan dengan imobilisasi.
3. Berikan atau bantu untuk Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi /
melakukan latihan rentang posisi normal ekstremitas dan menurunkan
gerak/ROM. terjadinya vena yang statis
4. Berikan perawatan kulit dengan Meningkatkan sirkulasi dan elastisitas kulit dan
cermat, masase dengan pelembab menurunkan resiko terjadinya ekskoriasi kulit
dan ganti linen / pakaian yang
basah dan pertahankan linen
tersebut tetap bersih dan bebas dari
31
kerutan.
c. Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama.
Tujuan : Ganguan integritas kulit tidak terjadi
Kriteria : Tidak nampak tanda-tanda gangguan integritas kulit seperti : kemerahan
dan lecet pada kulit.
d. Gangguan rasa aman: cemas klien atau keluarga berhubungan dengan kurangnya
33
4. Pelaksanaan
Merupakan tahap pelaksanaan tindakan dari rencana perawatan yang telah
ditetapkan untuk mengatasi masalah yang ditemukan.
5. Evaluasi
35
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN KASUS
1. PENGKAJIAN
a. Pengumpulan Data
1) Data Biografi
Identitas klien
Nama : Ny. A
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Karyawan pabrik
Suku/Bangsa : Sunda / Indonesia
36
2) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
(1) Keluhan utama saat masuk RS
Tiga minggu sebelum masuk RS klien mengatakan sering nyeri
kepala, nyeri kepala dirasakan klien semakin bertambah parah
disertai muntah 1 kali, keluhan nyeri kepala berkurang bila minum
obat sakit kepala. Satu minggu sebelum masuk RS klien mengeluh
panas tinggi lalu berobat ke klinik pengobatan namun tidak ada
perubahan, menurut suaminya kesadaran klien menurun, gelisah,
dan kejang. Klien sempat dibawa ke Puskesmas Ranca ekek, dirawat
selama 4 hari dan di diagnosa typhus, tidak ada perubahan pada
tanggal 27 Juli 2005 sekitar pukul 09.00 BBWI klien dirujuk ke RS.
Dr. Hasan Sadikin Bandung.
(2) Keluhan utama saat dikaji
37
Klien mengatakan nyeri pada tangan sebelah kiri dan lemah tidak
dapat diangkat, nyeri bertambah jika digerakan dan berkurang jika
diistirahatkan, nyeri terutama dirasakan pada daerah siku dengan
skala nyeri 3 (0-5), nyeri dirasakan terus menerus.
b) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat batuk lama disangkal oleh klien, berkeringat malam dirasakan
sejak 2 tahun yang lalu, penurunan berat badan ada sejak 2 bulan
sebelum masuk rumah sakit, penurunan berat badan mencapai 4 kg
disertai nafsu makan menurun dan mual, riwayat sakit paru-paru diakui
klien sejak 1 ½ bulan sebelum masuk rumah sakit tetapi bukan TBC
menurut keterangan dari dokter klinik, riwayat kontak dengan penderita
TBC disangkal oleh klien, riwayat infeksi telinga, hidung dan mata
disangkal oleh klien, riwayat nyeri kepala ada + 1 bulan sebelum masuk
rumah sakit. Klien juga mengatakan 6 bulan sebelum masuk rumah sakit
mengeluh sakit pada sendi siku yang diduga karena asam urat.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang pernah menderita
penyakit yang sama, tidak ada yang mempunyai penyakit TBC, hanya
saja disekitar rumah klien ada yang menderita penyakit TBC. Riwayat
penyakit keturunan seperti Diabetes Mellitus disangkal oleh klien.
d) Struktur keluarga
Klien tinggal di rumah dengan suami dan anak-anaknya (nuclear
family), status sosial ekonomi kurang, klien bekerja hanya sebagai buruh
pabrik dan suami saat ini tidak bekerja, klien berobat dengan
menggunakan kartu sehat, klien tinggal di rumah kontrakan pada
lingkungan yang padat dengan luas rumah 24 m2 (6m x 4m).
3) Pola aktifitas sehari-hari
No Jenis Aktifitas Sebelum Masuk RS Saat Sakit
1 2 3 4
1 Nutrisi
a. Makan Klien mengatakan Klien mengatakan saat
kebiasaan makan di rumah ini makan sehari tiga kali
sehari 3 kali dengan jenis dengan jenis makanan
makanan nasi, lauk pauk, bubur nasi, lauk pauk
sayur, jarang mengkon- seperti telur, tahu, tempe,
sumsi buah-buahan. Jumlah daging, sayur dan buah.
yang dimakan biasanya Porsi makan klien
sedikit. Tidak ada biasanya habis tidak
38
1 2 3 4
pantangan dalam makan lebih dari ½ porsi. Klien
keluhan tiga bulan terakhir mengeluh mual dan
nafsu makan berkurang. nafsu makan kurang.
1 2 3 4
biasa tidur mulai pukul biasa tidur mulai pukul
20.00 s.d 05.00 BBWI. 20.00 s.d 03.00 WIB.
Klien merasa tidak ada Klien merasa tidak ada
gangguan tidur. gangguan tidur.
5 Kegiatan dan aktifitas Klien mengatakan kegiatan Klien mengatakan
sehari-hari sebelum sakit selama dirawat tidak
sebagai karyawan di memiliki kegiatan apa-
perusahaan garmen, dan apa hanya istirahat di
sebagai ibu rumah tangga tempat tidur.
memasak dan mengasuh
anak.
4) Pemeriksaan fisik
a) Sistem Pernafasan
Bentuk hidung simetris, tidak terlihat pernafasan cuping hidung, tidak
ada deviasi septum, tidak terlihat penggunaan otot-otot bantu
pernafasan, tulang hidung teraba kokoh, pola nafas normal dengan
frekuensi 24 kali/menit, tes kepatenan jalan nafas kuat pada kedua
lubang hidung, tidak terlihat adanya deviasi trakhea, pergerakan dada
simetris antara kiri dan kanan, vokal fremitus teraba sama antara dada
kiri dan kanan pada saat klien mengatakan “tujuh puluh tujuh”, ekspansi
paru kiri dan kanan simetris, perkusi dada terdengar suara resonan pada
daerah paru, pada auskultasi terdengar ronkhi halus pada lapang paru
kiri dan kanan.
b) Sistem Kardiovaskular
Konjungtiva merah muda, tidak terdapat sianosis, tidak terdapat
peningkatan tekanan vena jugularis, iktus kordis teraba pada mid line
klavikula sinistra ICS ke 5, auskultasi terdengar bunyi jantung S1 - S2
murni reguler, tidak terdapat clubbing finger, capillary refil time (CRT)
kurang dari 3 detik, akral teraba hangat, tekanan darah 110/70 mmHg,
nadi 96 kali/menit.
c) Sistem Pencernaan
Bibir terlihat lembab, bentuk simetris, lidah kotor, gigi geligi kotor,
jumlah 32 buah, fungsi mengunyah dan menelan baik, bentuk abdomen
datar, lembut, tidak terdapat luka, bising usus 12 kali/menit, hepar dan
lien tidak teraba, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba adanya massa,
perkusi abdomen terdengar suara timpani, tidak terdapat haemorroid.
40
d) Sistem Perkemihan
Tidak terdapat oedema periorbital, tidak terdengar bruit pada aorta dan
arteri renalis, tidak teraba pembesaran pada kedua ginjal, tidak teraba
distensi kandung kemih, uretra terpasang dower kateter.
e) Sistem Muskuloskeletal
Tingkat aktifitas klien terbatas, aktifitas klien sebagian besar dibantu
oleh keluarga, tingkat ketergantungan klien 3 (0-4), postur tubuh klien
tinggi kurus, kepala simetris, bentuk proporsional tidak terdapat nyeri
tekan pada tulang kepala, tidak ada keterbatasan gerak pada sendi leher,
bentuk tulang belakang normal tidak ada kifosis, lordosis, maupun
skoliosis, kekuatan otot ekstremitas 1
5 5
(1) Ekstremitas atas
Tangan kanan terpasang infus NaCl 0,9% 20 tetes/menit, terdapat
keterbatasan gerak pada tangan kiri, terdapat pembengkakan dan
klien tampak meringis saat dilakukan penekanan pada sendi siku
yang bengkak.
(2) Ekstremitas bawah
Gaya berjalan klien tidak dapat dikaji, bentuk kaki kiri dan kanan
simetris, tidak tampak adanya atropi otot, tidak terdapat oedema,
terdapat tahanan pada pergerakan fleksi sendi panggul.
f) Sistem Integumen
Distribusi rambut merata, warna hitam, tampak kotor dan teraba lengket,
rambut tidak mudah dicabut, kulit klien bersih tampak kering dan tidak
terdapat pruritus, terdapat luka lecet yang sudah mengering pada bibir
atas sampai septum hidung dengan ukuran 2 x 1 x 0,5 cm, turgor kulit
cepat kembali dalam 3 detik, suhu tubuh 36,70C, tidak terdapat pitting
oedema.
g) Sistem Reproduksi
Bentuk payudara simetris, tidak ada pembengkakan atau benjolan pada
kedua payudara, uterus tidak teraba, vulva dan vagina tidak dilakukan
pemeriksaan.
h) Sistem Endokrin
41
- Recent memory
Memori jangka pendek klien baik, klien dapat
menyebutkan menu makanan yang baru saja dimakannya
dengan benar setelah diklarifikasi kepada suaminya.
• Perhatian dan
perhitungan
Kemampuan perhitungan dan perhatian klien masih baik,
klien dapat menjawab dengan benar hitungan yang di berikan
perawat yaitu: 100 – 7, 93 – 7, 86 – 7, 79 – 7, 72 – 7. dan
soal penjumlahan sederhana yaitu: 8 + 3, 6 + 7, 13 + 5.
• Bicara dan Bahasa
42
a) Status Emosi
Emosi klien stabil, klien tampak tenang saat dilakukan wawancara
maupun pemeriksaan fisik oleh perawat.
b) Kecemasan
Klien tidak tampak tegang dan gelisah
c) Pola Koping
Klien mengatakan jika dirinya mempunyai masalah selalu diceritakan
kepada suaminya untuk mencari pemecahannya.
d) Gaya Komunikasi
Klien bicara selayaknya hubungan pasien dan perawat, tidak
mendominasi percakapan, apabila ditanya klien menjawab dengan
spontan, tidak tampak sedang menyembunyikan data.
e) Konsep Diri
(1) Gambaran Diri / Body Image
Klien menyukai seluruh bagian tubuhnya dan yang paling disukai
dari tubuhnya adalah betis.
(2) Harga Diri
Klien mengungkapkan secara verbal dengan keadaan tubuh saat ini
tidak merasa rendah diri, dirinya merasa masih berharga didalam
keluarganya baik bagi suami maupun bagi anak-anaknya.
(3) Ideal Diri
Ideal diri klien saat ini adalah ingin segera sembuh dan dapat
berkumpul lagi dengan anak-anaknya.
6) Data Sosial
Hubungan klien dengan orang lain baik keluarga, kerabat maupun tetangga
menurut klien baik. Hubungan klien dengan klien dan keluarga klien lain
diruangan baik, klien juga mengenal nama petugas dan suka berkomunikasi.
7) Data Spiritual
Klien meyakini setiap penyakit dapat disembuhkan jika mau berusaha, klien
juga merasa sakitnya itu merupakan cobaan dari Tuhan, klien di rumah
sebelum sakit suka melaksanakan ritual keagamaan seperti sholat 5 waktu,
namun pada saat sakit klien tidak melakukannya karena kelemahan fisik,
klien beranggapan Tuhan pun akan memakluminya, saat ini kegiatan
spiritualnya hanya dengan cara berdoa kepada Allah SWT, sebagai Tuhan
yang diyakininya.
8) Data Seksual
Klien mengatakan sejak mulai sakit sudah tidak melakukan hubungan badan
dengan suaminya, suami klien pun menyadari dan menerima keadaan klien
saat ini, klien sudah cukup puas dengan ditunggu, ditemani dan dilayani
oleh suaminya.
9) Data Penunjang
a) Laboratorium
Nilai
No Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan
normal
1 2 3 4 5 6
1. 28 Juli Glukosa sewaktu 105 < 140 mg/dL
2005 Liquor/transudat/eksudat
Jumlah sel 273 <5 /mm3
Hitung jenis %
PMN 42 %
MN 58
Nonne Positif Negatif
Pandy Positif Negatif mg/dL
Gula liquor 7 45-70 mg/dL
Protein liquor 600 15-45
Warna Bening
Kejernihan Jernih
Hematologi gr/dL
HB 10 12-16 /mm3
Leukosit 8100 3,8-10,6 %
HT 32 35-47 /mm3
Trombosit 264.000 150-440rb
2 29 Juli LED 35 – 60 0-20 /mm3
2005 Hitung jenis leukosit %
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 0 1-6 %
Batang 1 3-5 %
Segmen 81 40-70 %
47
1 2 3 4 5 6
Lymfosit 7 30-45 %
monosit 1 2-40
3 1 SGOT 163 s.d 31 U/L
Agustus SGPT 133 s.d 31 U/L
2005 Natrium 138 135-145 mEq/L
kalium 3,0 3,6-5,5 mEq/L
4 5 Mikrobiologi
Agustus Gram Batang Negatif
2005 gram (+)
BTA Liquor BTA (+) Negatif
5 6 SGOT 96 s.d 31 U/L
Agustus SGPT 197 s.d 31 U/L
2005 Natrium 131 135-145 mEq/L
Kalium 3,7 3,6-5,5 mEq/L
6 8 Billirubin total 0,59 1,0 mg/dL
Agustus Billiribin direct 0,11 0,25 mg/dL
2005 Billirubin indirect 0,48 0,75 mg/dL
SGPT 327 s.d 31 U/L
b) Radiologi
Hasil pemeriksaan radiologi tanggal 29 Juli 2005
Thorax foto menunjukan gambaran TB Millier
Artritis a/r elbow joint sinistra e.c suspek TB
c) Therapi
Infus NaCl 0,9% 20 tetes / menit
INH 400 mg 1 x 1 tablet / oral, 1jam sebelum makan
Rifampicin 450 mg 1x 1 kaplet / oral, 1 jam sebelum makan
Pyrazinamid 500 mg 1x 2 tablet / oral 1 jam setelah makan
Ethambutol 500 mg 1 x 2 tablet / oral 1 jam setelah makan
Pyridoxin (vitamin B6 50 mg) 1 x 1 tablet / oral
Curcuma 2 x 1 tablet / oral
Rantin 2 x 1 ampul / iv
Dexametason 3 x 1 ampul / iv
KSR 1 x 1 tablet / oral
b. Analisa Data
No Data Kemungkinan penyrbab dan dampak Masalah
1 2 3 4
1 DS : Proses TB primer Basil pada droplet Resiko tinggi
DO: di paru-paru penyebaran
Hasil rontgen menyebar di udara infeksi
thorax tanggal 28/7/05 : Penyebaran secara saat klien batuk
TB Milier hematogen/limfogen atau ekspirasi
LED : 35-60
mm3 Pembentukan tuberkel- terhirup
Hasil analisa tuberkel kecil pada selaput orang lain
48
1 2 3 4
LCS tanggal 28/7/2005 : otak, permukaan otak
Liquor/transudat/eksudat Resiko penyebaran
Jumlah sel 273 /mm3 Tuberkel melunak infeksi pada
Hitung jenis dan pecah orang lain
PMN 42 %
MN 58 % Kuman masuk
Nonne positif ke ruang subarakhnoid
Pandy positif
Glukosa 7 mg/dL Terjadi peradangan
Protein 600 mg/dL difus pada meningen
Warna bening dan parenkim otak
Kejernihan jernih
Mikrobiologi Resiko penyebaran
tanggal 5/8/2005 pada organ lain
Gram batang positif
BTALiquor positif
Tes iritasi
meningen
Laseque positif
2 DS : Proses peradangan pada otak Gangguan asupan
Klien nutrisi: kurang
mengatakan porsi makan Menghasilkan eksudat dari kebutuhan
klien biasanya habis tidak
lebih dari ½ porsi. Menambah volume intrakranial
Klien mengeluh
mual dan nafsu makan Mendesak organ dibawahnya termasuk
kurang. hipotalamus
Klien mengatakan
penurunan berat badan ada Menstimulasi hipotalamus
sejak 2 bulan sebelum masuk
rumah sakit, penurunan berat Menstimulasi N. Vagus
badan mencapai 4 kg disertai
nafsu makan menurun dan Menstimulasi pengeluaran HCL
mual
DO : Infeksi TB
Klien tampak mau Mual
muntah saat diberikan Pengobatan dengan OAT
makan.
postur tubuh klien Efeksamping OAT
tinggi kurus Anoreksia
Hb 10 gr/dL
3 DS : Proses infeksi Tb primer Gangguan rasa
Klien mengatakan nyaman : nyeri
nyeri tangan sebelah kiri Penyebaran secara limfohematogen
dan tidak bisa diangkat,
nyeri bertambah jika Pembentukan tuberkel-tuberkel kecil pada
digerakan dan berkurang jaringan tulang
jika di istirahatkan, nyeri
terutama pada daerah Tuberkel melunak dan pecah
siku, nyeri dirasakan
terus menerus. Terjadi peradangan pada tulang
DO :
Skala nyeri 3 (0-5) Menstimulasi pelepasan mediator nyeri
Terdapat keterbatasan (histamin, prostaglandin, serotonin, bradikinin
gerak pada tangan kiri, dan substansi P)
terdapat pembengkakan
dan klien tampak meringis Merangsang nosi reseptor
49
1 2 3 4
pada saat dilakukan
penekanan pada sendi siku Dihantarkan oleh serabut syaraf C
yang bengkak.
Artritis a/r elbow joint Dialirkan dalam bentuk elektrokimia impuls
sinistra e.c suspek TB ganglion radiks menuju dorsal horn
dimedulaspinalis bagian posterior
Korteks serebri
Nyeri dipersepsikan
4 DS : Proses peradangan infeksi Tb Gangguan
Klien mengatakan pada tulang pemenuhan ADL :
selama dirawat belum (siku lengan kiri) kebutuhan personal hygiene
pernah mencuci energi
rambut/keramas. meningkat
Klien mengatakan Nyeri pada
selama dirawat belum ekstremitas atas asupan nutrisi
pernah menggosok gigi, tidak adekuat
hanya dibersihkan
menggunakan kapas lidi Keterbatasan
oleh perawat. aktifitas pembentukan ATP
DO : terganggu
Rambut tampak kotor Klien tidak mampu
dan teraba lengket. melakukan perawatan kelemahan
Lidah kotor, gigi dirinya (personal hygiene) fisik
geligi kotor secara mandiri
Pemenuhan
kebutuhan
personal hygiene
terganggu
1 2 3 4
Klien mengatakan merasa Membutuhkan perawatan di RS
kehilangan perannya
selama sakit, terutama
peran sebagai ibu rumah Terpisah dengan anggota keluarga yang lain
tangga yaitu mengurus (anak-anaknya)
anak-anaknya
Klien mengatakan sering
menangis jika ingat anak- Peran sebagai ibu terganggu
anaknya
Klien mengatakan ingin
segera sembuh dan bisa
berkumpul lagi dengan
anak-anaknya.
DO :
Klien dirawat sejak tanggal
27 Juli 2005
7 DS : Resiko infeksi
Klien mengatakan ada Pemasangan kateter yang lama traktus urinarius
keluhan nyeri dan panas
setelah BAK.
Dower kateter merupakan portal of entry bagi
DO : mikro organisme
Saat ini klien terpasang
Dower kateter sejak masuk
RS, dengan jumlah urine Resiko infeksi
rata-rata / hari menurut traktus urinarius
keluarga 2000 cc, saat
dimonitor out put urine oleh
perawat dari pukul 07.00 s.d
11.00 WIB jumlah urine
400 cc, warna kuning
kemerahan, jernih
2. PERENCANAAN
Rencana
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1 2 3 4 5
1 Resiko tinggi penyebaran infeksi Tupan :
berhubung dengan masuk dan Infeksi tuberkulosis tidak menyebar 1. Berikan tindakan isolasi 1. Pada awal fase meningitis,
aktifnya mikroorganisme dalam Tupen : sebagai tindakan pencegahan isolasi mungkin diperlukan
tubuh. Klien tidak menunjukan tanda-tanda untuk menurunkan resiko
DS : penyebaran infeksi setelah diberikan asuhan penyebaran pada orang lain.
DO: keperawatan selama 5 hari dengan kriteria :
Hasil rontgen thorax Vital sign dalam 2. Pertahankan tehnik aseptik 2. Menurunkan resiko klien
tanggal 28/7/05 : batas normal dan cuci tangan yang tepat baik terkena infeksi
Tb Milier Kesadaran tetap klien, pengunjung, maupun staf.
Hasil analisa LCS alert/kompos mentis Pantau dan batasi pengunjung / staf
tanggal 28/7/2005 : Tidak terdapat tanda- sesuai kebutuhan.
Liquor/transudat/eksudat tanda peningkatan tekanan intra kranial 3. Observasi tanda-tanda vital 3. Keadaan infeksi sistemik
Jumlah sel 273 /mm3 Tanda iritasi klien meliputi : tensi, nadi, suhu dapat mempengaruhi nilai
Hitung jenis meningen negatif dan respirasi, setiap 8 jam. normal tanda-tanda vital seperti
PMN 42 % Nilai analisa LCS peningkatan suhu tubuh,
MN 58 % berangsur normal peningkatan denyut nadi dan
Nonne positif pertnafasan, peningkatan atau
Pandy positif penurunan tekanan darah.
Glukosa 7 mg/dL 4. Peradangan pada susunan
Protein 600 mg/dL 4. Observasi tingkat kesadaran syaraf pusat akan mempengaruhi
Warna bening klien setiap hari. tingkat kesadaran. Tingkat
Kejernihan jernih kesadaran yang baik merupakan
Mikrobiologi indikator adanya perbaikan.
tanggal 5/8/2005 5. Tanda-tanda peradangan
Gram batang positif seperti oedema, adanya eksudat
BTALiquor positif 5. Observasi terhadap adanya jika terjadi pada SSP akan
Tes iritasi meningen tanda-tanda peningkatan TIK mendesak kedalam yang akan
Laseque positif seperti nyeri kepala. meningkatkan TIK.
6. Menghilangnya tanda-tanda
iritasi meningen merupakan
6. Observasi tanda-tanda iritasi indikator perbaikan klinis pada
meningen seperti : kaku kuduk, klien dengan meningitis.
53
1 2 3 4 5
lasegue, brudzinski I dan II, kernig 7. OAT akan menghambat
sign. pertumbuhan dan membunuh
7. Lanjutkan pemberian OAT mikobakterium Tuberkulosis
sesuai dengan program therapi sebagai agent penyebab.
medis. 8. Hasil analisa LCS dapat
menggambarkan aktifitas
8. Monitor hasil analisa LCS penyakitnya.
2 Gangguan asupan nutrisi: kurang Tupan : 1. Berikan penjelasan 1. Pemahaman tentang
dari kebutuhan berhubung dengan Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi tentang penyebab mual dan nafsu penyebab mual dan nafsu makan
mual dan anoreksia Tupen : makan berkurang. kurang akan meningkatkan
DS : Mual dan anoreksia berkurang setelah pengertian klien, dan diharapkan
Klien mengatakan diberikan asuhan keperawatan selama 4 hari klien dapat mengatasi dengan
porsi makan klien biasanya dengan kriteria : caranya sendiri.
habis tidak lebih dari ½ porsi. klien mengatakan secara verbal 2. Sajikan makanan 2. Makanan hangat dengan
Klien mengeluh mual mual berkurang dan nafsu makan dalam keadaan hangat dan menarik. penyajian yang menarik
dan nafsu makan kurang. meningkat diharapkan akan meningkatkan
Klien mengatakan klien dapat menghabiskan porsi selera makan.
penurunan berat badan ada sejak makan yang diberikan dari RS 3. Libatkan klien dalam 3. Menu yang sesuai dengan
2 bulan sebelum masuk rumah klien tidak menunjukan keinginan penyusunan menu makanan sesuai selera klien akan meningkatkan
sakit, penurunan berat badan muntah saat makan dengan selera. nafsu makan.
mencapai 4 kg disertai nafsu 4. Lakukan oral hygiene 4. Mulut yang bersih dapat
makan menurun dan mual secara teratur minimal 2 kali sehari. meningkatkan nafsu makan.
DO : 5. Berikan minum air 5. Pemberian air hangat
Klien tampak mau muntah hangat sebelum makan. sebelum makan akan merangsang
saat diberikan makan. pengeluaran enzim pencernaan
postur tubuh klien tinggi dimulut.
kurus 6. Berikan makan 6. Efek samping OAT dapat
minimal 1 jam setelah minum OAT. menimbulkan rasa mual.
Hb 10 gr/dL
7. Lanjutkan pemberian 7. Ranitidin bekerja denga
terapi anti emetik : Ranitidin melawan reseptor H2 sebagai
reseptor HCl sehingga tidak
mengaktifkan pengeluaran asam
lambung yang berlebihan yang
dapat menimbulkan mual.
8. Curcuma dan vitamin B6
8. Lanjutkan pemberian disamping dapat menetralisis efek
54
1 2 3 4 5
terapi suplemen : Curcuma dan samping OAT sebagai hepato
Vitamin B6 protektor juga dapat
meningkatkan nafsu makan dan
mengurangi mual.
9. Lingkungan yang kurang
9. Modifikasi nyaman akan menurunkan selera
lingkungan agar nyaman untuk makan.
makan
3 Gangguan pemenuhan ADL : Tupan : 1. Kaji ulang tingkat 1. Perawat hanya membantu
personal hygiene berhubung Kebutuhan ADL klien terpenuhi ketergantungan klien terhadap orang pada tingkat dimana klien tidak
dengan keterbatasan aktifitas Tupen : lain. dapat melakukannya sendiri
akibat nyeri dan kelemahan fisik Klien dapat memenuhi kebutuhan ADL: bertujuan untuk memandirikan
DS : personal hygiene sesuai dengan klien.
Klien mengatakan selama kemampuannya setelah diberikan asuhan 2. Fasilitasi klien untuk 2. Membantu mengembalikan
dirawat belum pernah mencuci keperawatan selama 1 hari dengan kriteria : melakukan oral hygiene secara fungsi klien dalam memenuhi
rambut/keramas. Klien dapat menggosok giginya sendiri mandiri. kebutuhannya secara mandiri.
Klien mengatakan selama dengan bantuan minimal dari perawat 3. Kelemahan sebagian
dirawat belum pernah Gigi dan lidah klien tampak bersih 3. Bantu klien dalam anggota tubuh membuat klien
menggosok gigi, hanya Rambut klien bersih, rapih dan tidak memenihi kebutuhan personal tidak dapat memenuhi
dibersihkan menggunakan kapas lengket hygiene yang tidak dapat dilakukan kebutuhannya secara mandiri
lidi oleh perawat. Aktifitas klien meningkat seperti makan, secara mandiri. total.
DO : minum, menyisir rambutnya dengan 4. Berikan reward jika 4. Memberikan motivasi bagi
Rambut tampak kotor dan bantuan minimal klien mampu melakukan ADL klien untuk terus meningkatkan
teraba lengket. sesuai dengan kemampuannya. kemampuan dirinya dalam
Lidah kotor, gigi geligi kotor melakukan ADL.
4 Gangguan rasa nyaman : nyeri Tupan : 1. Kaji ulang tingkat 1. Dengan mengetahui tingkat
berhubung dengan adanya proses Nyeri hilang nyeri sebelum melakukan tindakan. nyeri dapat menentukan tindakan
peradangan pada tulang Tupen : yang tepat.
DS : Setelah diberikan asuhan keperawatan 2. Ajarkan klien tentang 2. Teknik-teknik ini dapat
Klien mengatakan nyeri selama 5 hari, klien dapat beradaptasi teknik mengurangi nyeri seperti : mengurangi nyeri secara fisiologis
tangan sebelah kiri dan tidak dengan nyeri akibat proses peradangan baik dalam menghambat impuls
bisa diangkat, nyeri bertambah dengan kriteria : nyeri maupun dalam
jika digerakan dan berkurang Klien mengungkapkan secara mempersepsikan nyeri.
jika di istirahatkan, nyeri verbal dapat mengendalikan rasa nyeri 3. Klien dapat merasakan
terutama pada daerah sikut, nya. 3. Anjurkan klien untuk langsung manfaat dari teknik-
55
1 2 3 4 5
nyeri dirasakan terus menerus. Klien dapat memilih dan mendemonstrasikan teknik-teknik di teknik manajemen nyeri.
DO : mendemonstrasikan salah satu teknik atas. 4. Meningkatkan toleransi
Skala nyeri 3 (0-5) manajemen nyeri non farmakologis 4. Anjurkan klien untuk klien terhadap nyeri, sehingga
Terdapat keterbatasan gerak Skala nyeri berkurang dari 3 menggerakan tangannya yang sakit klien dapat beradaptasi dengan
pada tangan kiri, terdapat menjadi 2 (0-5) sesuai dengan kemampuan klien. nyeri secara bertahap, dan dapat
pembengkakan dan klien mencegah terjadinya kontraktur
tampak meringis pada saat pada sendi-sendi yang tidak sakit
dilakukan penekanan pada (pergelangan tangan dan jari-jari
sendi siku yang bengkak. tangan kiri)
Artritis a/r elbow joint sinistra 5. Jika perlu 5. Analgetik dapat
e.c suspek TB. kolaborasikan untuk pemberian menurunkan ambang nyeri.
analgetik
5 Resiko infeksi traktus urinarius Tupan : 1. Kaji adanya tanda 1. Infeksi traktus urinarius
berhubung dengan terpasangnya Infeksi traktus urinarius tidak terjadi dan gejala infeksi traktus urinarius. dapat memberikan tanda dan
dauer cateter sebagai portal of Tupen : gejala yang khas seperti nyeri dan
entry bagi mikro organisme Setelah diberikan asuhan keperawatan panas saat BAK, urine keruh,
DS : selama 2 hari tidak terdapat tanda-tanda nyeri ketok CVA.
Klien mengatakan ada keluhan infeksi traktus urinarius dengan kriteria: 2. Lakukan perawatan 2. Perawatan dauer kateter
nyeri dan panas setelah BAK. Klien tidak mengeluh nyeri dan dauer cateter dengan menggunakan dengan menggunakan antiseptik
DO : panas pada saat BAK antiseptik dapat mengurangi terjadinya
Saat ini klien terpasang Klien dapat mengontrol keinginan resiko infeksi.
Dauer catether sejak masuk RS, miksinya 3. Mengadaptasikan otot-otot
dengan jumlah urine rata- Klien dapat BAK tanpa kateter 3. Lakukan blast blast untuk mengontrol miksi
rata/hari menurut keluarga 2000 trainning. setelah pemasangan kateter.
cc, saat dimonitor out put urine 4. Untuk memastikan ada
oleh perawat dari pukul 07.00 tidaknya infeksi traktus urinarius
s.d 11.00 WIB jumlah urine 4. Kolaborasikan untuk dengan melihat karakteristik urine
400 cc, warna kuning pemeriksaan urine rutin. secara makro dan mikroskopik.
kemerahan, jernih 5. Menghilangkan faktor
resiko terjadinya infeksi traktus
urinarius.
5. Kolaborasikan untuk
pelepasan dauer kateter.
6 Resiko drop out pengobatan Tupan : 1. Kaji ulang 1. Mengkaji kebutuhan klien
berhubung dengan kurangnya Program pengobatan berhasil pengetahuan klien tentang dan keluarga terhadap informasi.
pengetahuan klien tentang Tupen : penyakitnya. 2. Peningkatan pengetahuan
56
1 2 3 4 5
penyakit, perawatan dan aturan Setelah diberikan asuhan keperawatan 2. Berikan informasi klien dan keluarga tentang
pengobatan penyakitnya selama 1 hari, klien bertambah tentang penyakit dan program penyakit, program pengobatan
DS : pengetahuannya tentang penyakit, pengobatannya dihubungkan dengan dan perawatannya akan
Klien mengatakan memiliki perawatan dan aturan pengobatan perawatannya, meliputi : meningkatkan motivasi klien
riwayat sakit paru-paru diakui penyakitnya dengan kriteria : Pengertian untuk berperan aktif dalam
klien sejak 1 ½ bulan sebelum Klien dapat menyebutkan nama Cara perawatan dirinya.
masuk rumah sakit tetapi klien penyakitnya perawatan dan diet
menyangkal sakit TBC Klien dapat menyebutkan cara Program
Klien juga mengatakan 6 perawatan penyakitnya serta program pengobatan
bulan sebelum masuk rumah pengobatannya. Efek 3. Mengkaji pengetahuan klien
sakit mengeluh sakit pada sendi Klien dapat menyebutkan efek samping obat dan keluarga setelah diberikan
sikut yang diduga karena asam samping OAT Dampak jika penkes.
urat. Klien dapat menyebutkan dampak pengobatan tidak tuntas 4. Dengan adanya PMO
DO : negatif jika pengobatan tidak tuntas 3. Lakukan evaluasi diharapkan akan menjadi
Hasil radiologi dan Terbentuknya PMO terhadap klien dan keluarga setelah motivator bagi klien untuk tetap
laboratorium menunjukan klien diberikan pendidikan kesehatan. menjalankan program pengobatan
terinfeksi Tb 4. Bentuk pendamping hingga tuntas serta menjami klien
Klien mendapatkan minum obat (PMO) meminum obat secara teratur.
therapi OAT
7 Gangguan konsep diri : peran Tupan : 1. Jelaskan pada klien tentang 1. Dengan memahami tujuan
berhubung dengan hospitalisasi Fungsi peran klien tidak terganggu keadaan klien saat ini perawatan diharapkan klien
DS : Tupen : mendukung proses perawatannya.
Klien mengatakan merasa Setelah 2 hari diberikan asuhan 2. Untuk mengetahui ideal diri klien
kehilangan perannya selama keperawatan klien menyadari kondisinya 2. Gali keinginan klien saat ini saat ini dan yang akan datang.
sakit, terutama peran sebagai saat ini dalam masa perawatan dan 3. Agar klien termotivasi untuk
ibu rumah tangga yaitu pengobatan dan klien dapat beradaptasi dapat melakukan peran yang lain
mengurus anak-anaknya dengan peran dan lingkungan yang baru 3. Diskusikan dengan klien selama di RS.
Klien mengatakan sering yaitu sebagai pasien RS, dengan kriteria : tentang peran yang dapat dilakukan 4. Agar klien merasa tenang dan
menangis jika ingat anak- Klien mengungkapkan selama klien dirawat di RS. tidak merasa diasingkan oleh
anaknya secara verbal perasaannya saat ini. 4. Jelaskan pada klien bahwa RS keluarga.
Klien mengatakan ingin segera Klien dapat menyebutkan adalah tempat tinggal klien 5. Agar keluarga memahami
sembuh dan bisa berkumpul alasan dirawat di RS dan tidak boleh sementara. perasaan dan kesulitan yang
lagi dengan anak-anaknya. dijenguk anak-anak 5. Libatkan keluarga dalam dihadapi klien.
57
1 2 3 4 5
Keluarga dapat masalah yang dihadapi klien.
DO : meyakinkan klien bahwa peran klien
Klien dirawat sejak tanggal 27 Juli seperti ini hanya sementara.
2005
58
1 2 3 4 5
1 08-8-2005 1 I : Melakukan observasi tanda-tanda vital klien meliputi :
Pukul 08.00 tensi, nadi, suhu dan respirasi
H : TD : 110/70 mmHg
Nadi : 96 kali / menit
1 Suhu : 36,7o C
Respirasi : 24 kali / menit
1
I : Melakukan observasi tingkat kesadaran klien
H : Kesadaran kualitatif klien Alert/kompos mentis
1 Kesadaran kuantitatif : GCS 15
1 2 3 4 5
1 H : TD : 120 / 70 mmHg, N : 88 x / menit, R : 24 x /
Menit, Suhu : 36,9o C
1 2 3 4 5
I : Memberikan reward saat klien mampu melakukan ADL
sesuai dengan kemampuannya.
H : Klien terlihat senang dan tersenyum ketika diberikan
pujian.
1 2 3 4 5
I : Melakukan kolaborasi untuk pelepasan dauer kateter.
H : Kepala ruangan mengatakan klien sudah layak dibuka
kateternya tapi sebelumnya harus dilakukan blast
training terlebih dahulu.
1
CATATAN PERKEMBANGAN
No Tanggal No. DP Catatan Perkembangan Paraf
1 2 3 4 5
1 10-8-2005 1 S :
Klien mengatakan tidak terdapat nyeri kepala, sendi pada
siku tangan kiri masih bengkak dan nyeri.
O:
Kesadaran klien kompos mentis/alert
Tanda iritasi meningen : lasegue masih +
Tensi 110/70, N: 88 x / mnt, S:37oC, R: 24 x / mnt
Sendi siku klien tampak bengkak.
A:
Proses infeksi pada SSP menunjukan perbaikan
P:
Melanjutkan intervensi meliputi:
Lanjutkan program terapi dengan OAT
Kaji efek samping pengobatan
I :
Memberikan OAT sesuai dengan program terapi yaitu: INH
400mg/oral, Rifampicin 450mg/oral, dan Vit.B6 diberikan
sebelum makan. Ethambutol 1000mg/oral, Pyrazinamid
1000mg/oral dan Curcuma diberikan 1jam setelah makan
pagi. Memberikan injeksi Dexametason 1 amp/iv.
Mengkaji efek samping dari pemberian obat.
E:
Klien mau minum obat, efek samping OAT terhadap fungsi
hati, hasil SGPT tanggal 9-8-2005 : 327 U/L
R:
Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian obat OAT
yang lebih aman.
Hasil :
Program terapi klien dirubah
INH, Rifampisin, Pyrazinamid di stopn diganti dengan
Streptomisin 750mg / im, Ciprofloksasin 2x500mg/hari.
2 10-8-2005 6 S :
Klien mengatakan penyakit klien adalah TBC yang
menyerang otak, paru-paru dan tulang dan bisa menular.
Klien mengatakan pengobatannya harus rutin sampai
tuntas, karena kumannya akan kebal dan lebih susah
diobatinya lagi.
Klien mengatakan pengobatan penyakitnya tidak hanya
menggunakan obat tapi harus dengan daya tahan tubuh
yang kuat dengan cara makan yang banyak mengandung
protein dan zat tenaga seperti telur, ikan, tempe, nasi. Klien
juga mengatakan efek samping dari obatnya bisa membuat
mual, sakit kepala, gangguan hati. Suami klien mengatakan
siap untuk mengantar klien berobat dan mendampingi
minum obat.
O :
Klien terlihat mau minum obat yang disiapkan oleh
suaminya.
A :
Masalah teratasi
P : -
I : -
E : -
3 10-8-2005 2 S :
Klien mengatakan mual berkurang, nafsu makan mulai
meningkat.
O:
2
1 2 3 4 5
Klien menghabiskan lebih dari 3/4 porsi makanan dari RS,
klien tidak terlihat akan muntah saat makan
A:
Asupan nutrisi klien berangsur-angsur meningkat
P:
Melanjutkan intevensi sesuai dengan yang direncanakan
yaitu:
Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik.
Libatkan klien dalam penyusunan menu makanan sesuai
dengan selera.
Lakukan oral hygiene
Berikan minum air hangat sebelum makan.
Berikan makan minimal 1 jam setelah minum OAT.
Lanjutkan pemberian terapi anti emetik : Ranitidin
I :
Menyajikan makanana klien ketika masih hangat
Memberikan minum air hangat sebelum makan
Memberikan makan siang klien setelah minum OAT
Mendamping klien saat makan
Melanjutkan program terapi anti emetik
E:
Mual sudah tidak dirasakan lagi oleh klien
Nafsu makan klien meningkat
Klien menghabiskan makan 1porsi
4 10-8-2005 3 S :
Klien mengatakan lebih segar, rambut tidak lengket, klien
sudah menggosok giginya sendiri tadi pagi dibantu suami.
O:
Rambut klien tampak bersih, rapi, dan tidak lengket.
Gigi dan mulut klien terlihat bersih
Kulit klien terlihat bersih dan tidak lengket
A:
Masalah teratasi
P: -
I : -
E: -
R: -
5 10-8-2005 4 S :
Klien mengatakan nyeri masih ada terutama jika sendi yang
bengkak ikut bergerak, klien mengatakan sekarang mampu
menahan nyeri, klien mengatakan jika nyeri muncul klien
menarik nafas panjang dan ngobrol dengan suaminya
nyerinya berkurang.
O:
Skala nyeri 2 (0-5)
Klien mau menggerakan tangan yang sakit dibantu tangan
kanannya, klien tampak menggerakan sendi pergelangan
tangan dan jari-jari tangan kiri. Klien tampak lebih
beradaptasi dengan nyeri
A : masalah teratasi
P: -
I : -
E: -
R: -
6 10-8-2005 5 S :
Klien mengatakan nyeri dan panas kencing masih ada
Klien mengatakan selangnya ingin dicabut
O:
Dauer kateter masih terpasang, urine warna kuning,jernih.
3
1 2 3 4 5
Klien tampak meringis jika kateter digerakan.
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan blast trainning
I :
Melanjutkan blast trainning sebelum mencabut kateter
Mencabut dauer kateter
E:
Klien mengatakan setelah dicabut kateter lebih nyaman,
nyeri dan panas setelah BAK tidak ada.
R:
S: klien mengatakan setelah dicabut selang lebih
nyaman, nyeri dan panas setelah BAK tidak ada.
O: kateter sudahdi lepas, tidak terlihat tanda-tanda iritasi
saat mencabut kateter.
A : Masalah klien teratasi setelah dicabut kateter
P: -
I : -
E:-
7 10-8-2005 7 S :
Klien mengatakan merasa kehilangan perannya selama
sakit, terutama peran sebagai ibu rumah tangga yaitu
mengurus anak-anaknya
Klien mengatakan sering menangis jika ingat anak-
anaknya
Klien mengatakan ingin segera sembuh dan bisa
berkumpul lagi dengan anak-anaknya.
O:
Klien dirawat sejak tanggal 27 Juli 2005
A:
Gangguan konsep diri : peran berhubung dengan
hospitalisasi
P:
Jelaskan pada klien tentang keadaan klien saat ini
Gali keinginan klien saat ini
3. Diskusikan dengan klien tentang peran yang dapat
dilakukan selama klien dirawat di RS.
4. Jelaskan pada klien bahwa RS adalah tempat tinggal
klien sementara.
5. Libatkan keluarga dalam masalah yang dihadapi klien.
I :
1. Menjelaskan pada klien tentang keadaannya saat
ini
2. Menggali keinginan klien saat ini
3. mendiskusikan dengan klien tentang peran yang
dapat dilakukan di RS
4. Menjelaskan pada klien bahwa di RS klien hanya
sementara
5. Melibatkan suaminya dalam menyelesaikan
masalah klien
E:
Klien mengatakan mengerti tujuan dari perawatan di RS
untuk mengobati penyakitnya, klien ingin segera sembuh
dari penyakitnya, kliem mengerti alasan anaknya tidak
boleh dibawa ke RS karena takut tertular.
R:
8 11-8-2005 1 S :
Klien mengatakan tidak ada demam, nyeri kepala
4
1 2 3 4 5
O:
Kesadaran klien kompos mentis, tanda vital dalam batas
normal TD 110/80mmHg, N: 84 x / menit, R: 20
kali/menit, tanda iritasi meningen lasegue +
A:
Infeksi pada SSP berangsur membaik
P:
Melanjutkan pemberian obat sesuai program
I :
Memberikan obat Ethambutol 1000mg, Curcuma
1tablet/oral, Ciprofloxasin 500 mg / oral sesudah makan,
memberikan injeksi Dexametason 1 ampul / iv,
melakukakan skin test obat Streptomisin, memberikan
injeksi streptomisin 750mg / im.
E:
Klien tidak menunjukan tanda-tanda alergi seperti gatal-
gatal setelah diberikan obat.
9 11-8-2005 2 S :
Klien sudah tidak mengeluh mual, nafsu makan meningkat.
O:
Porsi makan klien selalu habis, klien terlihat suka makan
biskuit yang dibawa dari keluarganya.
A:
Masalah teratasi
P: -
I : -
E: -
R: -
10 12-8-2005 1 S :
Klien mengatakan saat ini
O:
Tanda vital dalam batas normal
TD: 120/80 N: 88 x / menit S: 36,9oC R: 24 x / menit
Tidak terdapat tanda-tanda peningkatan TIK
Tingkat kesadaran klien kompos mentis
Tanda iritasi meningen: lasegue (-), brudzinski I,II (-),
kernig (-), kaku kuduk (-)
A:
Masalah teratasi sesuai tupen
P: -
I : -
E: -
R: -
5
B. PEMBAHASAN
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Ny. A dengan gangguan sistem
persarafan akibat meningitis Tuberkulosis di ruang 19 A Perawatan Penyakit Saraf
Wanita Perjan Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penulis melakukan
pembahasan pada kasus Ny. A dengan gangguan sistem persarafan : meningitis
tuberkulosis. Dalam pembahasan ini penulis berpedoman dengan melihat perbandingan
antara teori dan kasus yang terdapat pada BAB II dan BAB III.
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Identitas Klien Dan Penanggung Jawab
Menurut konsep teori pentingnya mengkaji identitas pada klien
dengan gangguan sistem persarafan : meningitis tuberkulosis, yang
berhubungan dan mendukung diagnosanya antara lain usia, pendidikan dan
pekerjaan, karena penyakit meningitis tuberkulosis ini umumnya menyerang
pada semua tingkat usia, tersering pada anak-anak dan usia produktif.
Pekerjaan klien dan atau penanggung jawab dapat menggambarkan status
ekonomi keluarga yang umumnya tergolong ekonomi rendah, sementara
pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakit meningitis.
Pada kasus ini klien Ny. A berusia 27 tahun, pekerjaan klien sebagai
karyawan pabrik garmen, dengan pendidikan SMP, sedangkan suami klien
selaku penanggung jawab klien tidak bekerja. Apabila data di atas
dihubungkan dengan penyaki klien sangat relevan, sebagai faktor resikonya
adalah status ekonomi yang rendah yang didukung oleh faktor pendidikan
yang rendah. Dengan faktor ekonomi yang rendah kemampuan klien dan
keluarga dalam memenuhi kebutuhan pangan akan rendah pula, maka
diperkirakan status gizi klien kurang yang akan berdampak pada penurunan
daya tahan tubuh klien sehingga rentan terhadap berbagai penyakit infeksi
salah satunya adalah penyakit tuberkulosis (TBC). Rendahnya pengetahuan
klien akan berdampak pada kemampuan klien mengenal masalah
kesehatannya, akibatnya infeksi tuberkulosis yang terabaikan menimbulkan
komplikasi keberbagai jaringan tubuh lainnya seperti tulang dan otak.
Selain itu faktor sanitasi tempat tinggal klien yang berukuran 24m2 di
6
keluhan retensi dan inkontinensia urine tidak dapat di kaji, dan tidak
didapatkan albuminuria.
e) Sistem muskuloskeletal
Pada konsep disebutkan terjadi kelemahan otot, akibat kerusakan
neuromuskuler yang akan berdampak pada kelemahan fisik secara
umum. Pada kasus klien Ny. A ditemukan adanya kelemahan otot pada
ekstremitas atas kiri, selain itu terdapat nyeri pada sendi siku tangan
sebelah kiri yang disebabkan adanya proses peradangan akibat
penyebaran penyakit pada tulang (artritis tuberkulosis).
f) Sistem integumen
Secara konsep pada klien meningitis terdapat peningkatan suhu tubuh
dan kerusakan integritas kulit akibat tirah baring yang lama, namun
pada kasus klien Ny. A tidak ditemukan peningkatan suhu tubuh hal ini
dikarenakan klien sudah mendapatkan perawatan dan pengobatan
sehingga proses infeksi sistemik yang dimanisfestasikan dengan
hipertermia tidak muncul, sedangkan gangguan integritas kulit klien
akibat tirah baring lama tidak terjadi karena klien sering melakukan
mobilisasi dengan cara merubah posisi tidur miring kekiri dan kekanan.
g) Sistem persarafan
Pada sistem persarafan klien meningitis biasanya mengeluhkan adanya
nyeri kepala, penurunan kesadaran, tanda-tanda iritasi meningen seperti
kaku kuduk, brudzinski I-II, kernig dan laseque, kerusakan nervus
kranial II, III, IV, VI,VII, VII. Pada kasus klien Ny. A tanda iritasi
meningen yang masih ada yaitu tanda laseque, dan kelumpuhan pada
nervus VI sementara tanda yang lainnya tidak ditemukan. Ini terjadi
mungkin pada saat pengkajian klien sudah mendapatkan perawatan dan
pengobatan selama 12 hari, sehingga proses infeksi pada sistem saraf
pusat sudah mengalami perbaikan. Akan tetapi pada riwayat kesehatan
sekarang ditemukan adanya tanda-tanda diatas seperti nyeri kepala,
kaku kuduk, Brudzinski I-II, laseque, kernig dan penurunan kesadaran.
4) Pola Aktifitas sehari-hari
a. Nutrisi
Pada penyakit meningitis tuberkulosa secara konsep dapat terjadi
perubahan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi yang disebabkan karena
9
Diagnosa keperawatan pada kasus Ny. A yang tidak diangkat berdasarkan teori
yaitu:
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan tingkat
kesadaran karena pada saat pengkajian kesadaran klien dalam keadaan kompos
mentis, dan tidak didapatkan akumulasi sekret sehingga tidak ditemukan adanya
gangguan pola nafas.
b. Gangguan keseimbangan suhu tubuh, hipertermi berhubungan
dengan proses inflamasi tidak diangkat karena pada klien Ny. A saat dilakukan
pengkajian tidak terdapat peningkatan suhu tubuh.
c. Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan
tirah baring lama tidak diangkat karena pada saat dikaji klien tidak terdapat
tanda-tanda gangguan integritas kulit, dan klien walaupun aktifitasnya di tempat
tidur klien sering merubah posisi nya sendiri.
d. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan keterbatasan gerak
akibat kelemahan atau kerusakan neuromuskuler pada klien Ny. A tidak
diangkat karena sudah tercakup dalam diagnosa gangguan ADL.
e. Gangguan rasa aman: cemas keluarga berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan akhir
dirumah tidak diangkat karena klien tidak terdapat data yang mengarah pada
kecemasan karena ketidaktahuan terhadap penyakitnya, penulis mengangkat
ketidak tahuan terhadap penyakitnya pada diagnosa resiko drop out pengobatan.
f. Resiko tinggi terhadap injuri/trauma berhubungan dengan adanya
kejang akibat iritasi kortek serebral tidak diangkat karena klien tidak
mengalami kejang maupun penurunan kesadaran.
g. Resiko tinggi kekurangan volume cairan: dehidrasi berhubungan
dengan kehilangan cairan, penurunan masukan oral dan peningkatan suhu
tubuh tidak diangkat karena klien dapat minum melalui oral, dan mendapatkan
masukan cairan melalui intra vena. Selain itu klien tidak mengalami
peningkatan suhu tubuh dan hiperventilasi.
3. Perencanaan
Pada tahap ini penulis menyusun rencana tindakan, memecahkan masalah yang ada
disesuaikan dengan kemampuan, situasi, dan kondisi dasar temuan dilapangan.
Sebagai bahan acuan penulis menggunakan konsep teori perencanaan yang
ditetapkan.
13
4. Pelaksanaan
Tahap pelaksaanaan adalah tindak lanjut dari perencanaan keperawatan. Dalam
merawat klien dengan resiko penyebaran infeksi seharusnya klien dilakukan isolasi,
hal ini tidak dapat dilakukan karena tidak terdapat fasilitas diruangan.
Pada masalah pemenuha kebutuhan ADL klien, penulis melakukan intervensi
dengan pendekatan konsep keperawatan dari Orem, dimana klien diberikan
kesempatan untuk memenuhi kebutuhan nya secara mandiri dan memberikan
bantuan sesuai dengan tingkat ketergantungan klien.
5. Evaluasi
Pada saat melakukan evaluasi dari tujuh masalah yang diangkat semua
dapat diselesaikan sesuai dengan kriteria tujuan jangk