Anda di halaman 1dari 8

TUGAS 1

PERANCANGAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN


“KONSEP PERANCANGAN MESIN PENGUPAS BIJI KOPI BASAH”

Oleh:

Nama : Andan Suhamdan

NPM : 240110080053

Jurusan Teknik dan Manajemen Industri Pertanian


Fakultas Teknologi Industri Pertanian
Universitas Padjadjaran
2011
BAB I
KONSEP PERANCANGAN

1.1 Latar Belakang


Kopi (Coffea sp.) sebagai salah satu komoditi non migas. Kopi memiliki
pasaran yang cukup di pasar dunia. Hal ini disebabkan dari berbagai penjuru
dunia banyak orang yang suka minum kopi, karena kopi dapat diolah menjadi
minuman yang lezat rasanya. Pada mulanya orang minum kopi bukan kopi
bubuk yang berasal dari biji, melainkan dari cairan daun kopi yang masih
segar atau kulit buah yang diseduh dengan air panas. Setelah ditemukan cara
memasak kopi bubuk yang lebih sempurna, yaitu menggunakan biji kopi yang
masak kemudian dikeringkan dan dijadikan bubuk sebagai bahan minuman.
Akhirnya penggemar kopi cepat meluas. Kopi yang pertama adalah Arabia
yang dikenal pada pertengahan abad XV. Selanjutnya menyebar luas di negara
Timur Tengah, seperti Kairo pada tahun 1510 dan Konstantinopel (Turki)
sekitar tahun 1550. Pada tahun 1616 kopi Arabia mulai masuk ke Eropa, yakni
di Venesia (Anonimusc, 2010).
Di Indonesia, tanaman kopi diperkenalkan pertama kali oleh VOC antara
tahun 1696 – 1699. Sejarah perkembangan kopi di Indonesia pernah
mengalami goncangan yaitu pada tahun 1878 terjadi ledakan penyakit
Hemelia vastatrix (HV) yang menyerang daun dan sangat membahayakan.
Berbagai tindakan pengendalian dilakukan tetapi kurang memuaskan (Najiyati
dan Danarti, 1997).
Dewasa ini produksi kopi nasional 94% dihasilkan dari kebun rakyat.
Selain itu kopi merupakan salah satu komoditi andalan Sub Sektor Perkebunan
karena peranannya yang cukup menonjol sebagai sumber pendapatan
masyarakat, kesempatan kerja dan perolehan devisa (Ka. BIP Propinsi Irian
Jaya, 1991).
Dari total produksi kopi Indonesia, 550.000 ton (81,2%) berupa kopi
robusta dan 125.000 ton (18,8%) berupa kopi arabika. Jember, Jawa Timur
merupakan salah satu daerah utama penghasil kopi arabika Indonesia
(Purnomo, 2008).
2.2 TAHAPAN PENERAPAN MESIN PENGUPAS BIJI KOPI BASAH
2.2.1 Pemilihan Lokasi

A. Kondisi Umum Kabupaten Jember


Secara geografis kabupaten jember terletak pada posisi 6◦27’29’’ s/d
7◦14’35’’ Bujur timur dan 7◦59’6’’ s/d 8◦33’56’’ lintang selatan
berbentuk dataran negarai yang subur. Pada bagian tengah dan selatan,
dikelilingi pegunungan yang memanjang sepanjang batas utara dan timur
serta samudra Indonesia sepanjang batas selatan dengan pulau
Nusabarong yang merupakan satu-satunya pulau yang ada di wilayah
kabupaten Jember. Letaknya yang strategis karena berada
dipersimpangan antara Surabaya dan Bali, sehingga perkembangannya
cukup pesat dan menjadi barometer pertumbuhan ekonomi di kawasan
Timur Jawa Timur. Sebagai daerah otonom , kabupaten jember memiliki
batas-batas territorial, luas wilyah, kemampuan ekonomi, potensial
daerah, social politik dan social budaya serta sumber daya manusia.
Kodisi objektif yang demikian dapat mengngkapkan berbagai
karakteristik sumberdaya alam, kmoditas yang dihasilkan, mata
pencaharian penduduk, keadaan serta ekonomi dan social budayanya
yang mencermikan kekuatan sebagai suatu kompetensi daerah, sekaligus
beragam permasalahan yang dihadapinya.

a. Batas Wilayah
Utara : Kabupaten Bondowoso dan sedikit Kabupaten Probolinggo
Timur : Kabupaten Banyuwangi
Selatan: Samudra Indonesia
Barat : Kabupaten Lumajang

b. Luas Wilayah
Kabupaten jember memiliki luas wilayah 3.293,34 km2 atau
329.333,94 Ha. Dari segi topografi sebagian wilayah jember diwilayah
bagian selatan merupakan dataran rendah yang relative subur untuk
pengembangan tanaman pangan, sedangkan di bagian utara merupakan
daerah perbukitan dan bergunung-gunung yang relative baik bagi
pengembangan tanaman keras dan tanaman perkebunan.
Dari luas wilayah tersebut dapat dibagi menjadi berbagai kawasan:
Hutan : 121.039,61 ha
Perkampungan : 31.877 ha
Sawah : 86.568,18 ha
Tegal : 43.522,84 ha
Perkebunan : 34.590,46 ha
Tambak : 368,66 ha
Rawa : 35,62 ha
Semak/pdng rumput : 289,06 ha
Tanah rusak/tandus : 1.469,26 ha
Lain-lain : 9.583,26 ha

c. Keadaan Demografi
Kabupaten jember pada dasarnya tidak memiliki penduduk asli.
Hamper semuanya adalah pendatang, mengingat daerah ini tergolong
daerah yang mengalami perkembangan yang sangat pesat khususnya
dibidang perdgangan, sehingga memberikan peluang bagi pendatang
untuk berlomba-lomba mencari penghidupan di daerah ini. Mayorias
penduduk yang mendiami kabupaten Jember adalah suku jawa dan
Madura, disamping masih dijumai suku-suku lain serta warga keturunan
asing sehingga melahirkan karakter khas jember dinamis, kreatif, sopan
dan ramah tamah. Berdasarkan data statistic hasil registrasi tahun 2003,
penduduk kabupaten jember mencapai 2.131.289 jiwa, dengan kepadatan
penduduk 647,15 jiwa/km, dengan sebagian besar penduduk berapa pada
kelompok usia muda. Sehingga kondisi demografi yang demikian
menunjukkan bahwa potensi sumber daya manusia yang dimiliki
kabupaten jember cukup memadai sebagai potensi penyedia dan penawar
tenaga kerja di pasar kerja.
d. Sosial Budaya Daerah
Kabupaten jember merupakan daerah yang tidak memiliki akar budaya
daerah asli karena penduduk Kabupaten Jember adalah pendatang yang
mayoritas adalah dari suku jawa dan Madura. Bahasa sehari-hari yang
digunakan adalah bahasa jawa dan Madura. Masyarakat Madura lebih banyak
menetap di bagian utara daerah jember, sedangkan masyarakat jawa lebih
banyak menetap di bagian selatan daerah jember. Kebudayaan yang berkembang
di Kabupaten Jember merupakan perpaduan budaya Madura dan jawa. Agama
yang dianut mayoritas Islam, yang ditandai dengan berkembangnya pusat-pusat
keagamaan khususnya pesantren. Kehidupan beragama pada sebagian
masyarakat baru mencapai tataran symbol-simbol keagamaan dan belum
sepenuhnya bersifat substansial. Dengan demikian, keterlibatan peran tokoh
agama dan tokoh masyarakat khususnya pesantren menjadi sangat penting
dalam upaya mengatasi permasalahan dalam masyarakat.

e. Sosial Ekonomi Daerah


Hasil pemetaan penduduk miskin yang dilajukan oleh biro pusat statistic
pada tahun 2010 menggambarkan bahwa kondisi penyebaran penduduk miskin
berhubungan erat dengan lokasi tempat tinggal dan pengetahuan tentang
keterampilan bertani-berkebun. Pemetaan tersebut terbagi dalam 4 wilayah: (1)
bagian utara ke bagian timur merupakan daerah perbukitan kaki lereng
pegunungan dengan variasi dataran untuk persawahan, (2) bagian tengah
merupakan kecamatan kota tempat pusat bisnis atau administrasi, (3) bagian
barat ke utara merupakan daerah dataran perkebunan tebu hingga lereng kaki
pegunungan untuk perkebunan kakao dan kopi serta karet, (4) bagian barat ke
selatan merupakan dataran untuk pertanian sampai pesisir yang didiami
penduduk bermatapencaharian nelayan.

f. Pendidikan
Di bidang pendidikan masih menyisakan 22.827 orang buta huruf dari
kelompok usia produktif umur 15 - 44 tahun. 15,83% dari total siswa setingkat
sekolah dasar tidak melanjutkan sekolah karena berbagai alasan, utamanya
alasan ekonomi. Ketuntasan wajib belajar 9 tahun hanya mencapai 69,82%,
artinya masih 30,18% dari seluruh penduduk,berpendidikan kurang dari
kesetaraan Tingkat Lanjut Pertama. Ketersediaan sarana dan prasarana bidang
pendidikan tahun 2004 sebagai berikut: Taman Kanak-kanak 676 buah,
SD/sederajat 1.168 buah, SMP/sederajat 143 buah, SMA/sederajat 140 buah dan
perguruan tinggi 11 buah. Khusus SD Negeri terjadi penurunan sebagai akibat
kebijakan regrouping, dari 1.211 pada tahun 2000 menjadi 1.112 pada tahun
2004., atau turun sebesar 8,18 %.

Salah Satu Komoditas Unggulan Di Jember


 Tanaman Kopi
Tanaman kopi cukup potensial ditanam di areal perkebunan di Kabupaten
Jember. Karen potensinya tersebut, pengusahaannya tidak hanya dikelola oleh
rakyat tetapi juga dikelolah juga oleh pihak BUMN (PT. Perkebunan Nusantara
XII), Perusahaan Daerah Perkebunan (PDP) dan swasta. Total areal perkebunan
kopi di Jember 16.882 Ha dengan pengusahaan kopi rakyat seluas 4.911 Ha
yang tersebar di 27 kecamatan dengan areal terluas berada di kecamatan Silo,
luas tanaman mencapai 5000 ha. Selanjutnya sebanyak 14 kebun dengan luas
areal 2.267 ha dikelola oleh PT. Perekebunan Nusantara XII, 7 kebun seluas
2.267 ha dikelola oleh pihak swasta.
Produksi kopi yang dikelola masyarakat umum atau perkebunan rakyat di
Jember dalam setahun mencapai 100 – 200 ton. Bila digabungkan dengan
produksi PT Pekebunan Nusantara XII, maka hasil kopi jember mencapai 800 –
1000 ton per tahun. Sedangkan prokdutivitas tanaman kopi dalam setiap
hekternya untuk kopi rakyat mencapai 6,4 ton, pengusahaan melalui PTPN XII
mencapai 4,09 ton, pengusahaan kopi melalui PDP mencapai 5,99 ton dan
pengusahaan oleh pihak swasta mencapai 5,24 ton.
TABEL
PERKEMBANGAN TANAMAN PERKEBUNAN
KABUPATEN JEMBER
TAHUN : 2001 - 2004
No Uraian 2001 2002 2003 2004
Luas Area
I. (Ha)
12.080,6 12.867,2
1 Kelapa 11.585,54 11.876,84 9 3
2 Kopi 4.906,98 4.911,28 5.363,84 5.481,15
3 Lada 33,00 28,50 27,60 38,53
4 Cengkeh 41,61 41,24 107,24 110,34
5 Kapuk 1.889,90 1.587,50 1.779,93 1.749,89
6 Panili 30,92 29,02 29,02 47,98
7 Pinang 1.660,50 1.587,50 1.585,00 1.580,13
8 Jambumete 0 351,78 286,98 286,98
Produksi
II. (Kw)
127.159,0 127.822,8 14.060,0
1 Kelapa 0 0 14.32,19 8
22.549,0 21.738,2
2 Kopi 20.652,8 20.990,3 0 2
3 Lada 84,7 74,8 86,70 95,60
4 Cengkeh 131,3 132,6 194,30 226,90
5 Kapuk 5.774,0 5.817,5 6.345,60 6.916,60
6 Panili 88,6 85,3 112,0 158,1
7 Pinang 7.882,5 7.882,5 8.749,2 9.710,6
8 Jambumete 0 157,7 108,90 110,86

tugas 1: konsep perancangan


tugas 2: analisis perhitungan
tugas 3: sandi uji
tugas 4: analisis biaya
tugas 5: analisis ergonomis
DAFTAR PUSTAKA

http://kabupaten-jember.blogspot.com/2006/01/profil-kabupaten-jember.html

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22512/5/Chapter%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai