PENDAHULUAN
Tengah dan Selatan seperti Ekuador, Venezuela, Panama, Brasil, dan Meksiko
sudah lama membudidayakan jenis udang yang dikenal juga dengan pasific
udang windu sebagai primadona ekspor yang mulai merosot. Beberapa karakter
spesifik yang dimiliki udang vannamei adalah laju pertumbuhan yang cepat dan
Vannamei hidup menempati permukaan dasar tambak dan kolom air, sehingga
dapat dipelihara dengan tingkat kepadatan tinggi. Nafsu makan vanamei juga
unggul. Berat udang ini dapat bertambah lebih dari 3 gram tiap minggu dalam
kultur dengan densitas 100 udang/m2. Berat udang dewasa dapat mencapai lebih
dari 20 gram dan Udang betina tumbuh lebih cepat dari pada udang jantan
bagi kegiatan budidaya perairan adalah Bacillus subtilis karena merupakan salah
probiotik dalam bentuk flok sehingga mampu memperbaiki kualitas air, flok yang
Bioflok adalah partikel yang teraduk oleh aerasi dan sirkulasi yang terdiri
dari kumpulan organisme autotrof dan heterotrof serta bahan tidak hidup (bakteri
fitoplankton, fungi, ciliate, nematode dan detritus (Conguest dan Tacon, 2006
organik dan anorganik yang mengandung senyawa karbon (C), hidrogen (H),
Oksigen (O), Nitrogen (N) dengan sedikit adanya posfor (P) menjadi massa
forming bacteria ). Bakteri pembentuk flok dipilih dari genera bakteri yang non
relatif stabil dan cendrung rendah sehingga kandungan amoniak (NH4+) relatif
apabila suhu rendah, 3) tidak perlu ganti air (sedikit ganti air) sehingga biosecuriti
terjaga, 4) limbah tambak (kotoran, alga, sisa pakan, amonia), dapat di daur
ulang dan dijadikan makanan alami dengan protein tinggi, dan lebih ramah
bocor/rembes karena sedikit pergantian air bahkan tidak ada pergantian air, 2)
tinggi, 3) aerator harus hidup terus karena apabila aerasi kurang maka akan
menyatakan BFT (Bio Flocs Technology) merupakan salah satu solusi yang
efisien energi dan pengeluaran biaya dalam pakan. Masalah yang dihadapi
menyebabkan nilai FCR sangat tinggi, selain itu juga dipengaruhi oleh harga
pakan yang meningkat. Penyakit juga menjadi salah satu kendala dalam usaha
udang vannamei.
4
bagaimana teknik bioflok pada usaha budidaya udang vanammei secara tepat
pada Praktek Kerja Lapang. Berhasilnya aplikasi teknologi bioflok pada usaha
dunia.
kendala terutama tingginya nilai FCR serta rendahnya kualitas air yang tidak
Virus (TSV) dan Infectious Myonecrosis Virus (IMNV) yang mulai menyerang
dikaji lebih mendalam. P3raktek kerja lapang yang dilaksanakan di CV. Adi
dimabil adalah:
Bacillus subtilis pada tambak udang vannamei di CV. Adi Sarana Permai?
1.3 Tujuan
5
Tujuan umum dari Praktek Kerja Lapang ini adalah agar mahasiswa
Tujuan khusus dari Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk mengetahui
tambak udang CV. Adi Sarana Permai serta diharapakan dapat mengurangi
(suistainable aquaculture).
I.4 Kegunaan
probiotik B. subtilis pada tambak dan pengambilan kualitas air secara fisika
(suhu, kecerahan, dan salinitas), kimia (DO, pH dan amonia) sedangkan secara
Alat dan bahan yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini dapat
membuat data secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta – fakta yang
keadaan objek atau persoalan dan tidak dimaksudkan untuk mengambil atau
pada pengumpulan dan penyusunan data saja, tetapi meliputi analisa dan
data secara umum ,sistematis aktual dan valid mengenai fakta dan sifat – sifat
cara yakni observasi langsung, partisipasi aktif dan wawancara. Observasi atau
secara disengaja dan sistematis tentang keadaan atau kondisis dan gejala –
pengamatan flok.
percakapan dan tatap muka dengan orang yang berhubungan langsung pada
Buleleng, Bali wawancara ini dilakukan untuk melengkapi data – data yang ada.
8
yang melakukan penelitian, praktek kerja lapang atau yang memerlukanya. Data
primer dalam kegiatan PKL ini didapatkan langsung dengan ikut serta dalam
kegiatan tersebut secara mandiri. Data primer merupakan data yang diproleh
langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara) dimana melakukan kegiatan
yang didapatkan pada kegiatan Praktek Kerja Lapang adalah semua yang
flok.
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang
yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini
ini dapat diambil dari biro statistik, majalah, keterangan atau publikasi yang lain.
9
a) Suhu
tangan.
2.4
sebagai berikut:
keadaan stabil.
tanda panah ke atas dan ke bawah sampai sesuai dengan nilai altitude
aquades.
c) Amonia (NH3)
dihomogenkan
Ha
3. Mengendapkan flok
12
dimulai dari pengambilan sampel flok 1 tetes dari hasil pengukuran dan
Tambak CV. Adi Sarana Permai pertama kali didirikan pada tahun 1987
oleh dana pribadi dari Bapak Setyo Budi Rahardjo merupakan tambak milik
pribadi dimana dulunya bernama PT. Adi Sarana Permai dengan luas 15 Ha.
pada waktu itu udang itu masih mempunyai masa kejayaan. Sekitar pada tahun
Budidaya udang windu dimulai dari 1987-1995 dimana saat itu jumlah
petakan sebanyak 38 petak budidaya dan belum ada petak tandon, selanjutnya
pada tahun 1996 komoditas budidaya udang windu diganti dengan budidaya
udang vannamei sampai sekarang dengan memiliki 54 petak. Tahun 2000 PT.
Adi Sarana Permai berubah menjadi CV. Adi Sarana Permai dan sekarang
sekarang CV. Adi Sarana Permai fokus ke budidaya udang vannamei untuk
Tambak CV. Adi Sarana Permai atau sering dikenal dengan tambak ASP
dengan ketinggian 1 meter di atas permukaan laut. Tata letak (denah) dan peta
lokasi tambak dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2. Tambak Adi Sarana Permai
budidaya. Tambak ini terdiri dari 54 petak dimana ukuran petak berkisar antara
14
2000 – 6000 m2. Periode ini petak yang digunakan untuk produksi 25, petak
tandon 9, dan sisanya tidak beroperasi karena masih dalam proses pengeringan.
Tambak ini berbatasan sebelah utara pantai dan laut Bali, sebelah
dengan Tambak PT Windu, sebelah Barat berbatasan dengan Pura umat hindu
gudang obat, ruangan genset, bangsal panen, laboratorium, ruang istirahat para
karyawan, rumah pompa air. Lokasi dan denah tambak dapat dilihat pada
Lampiran 1 dan 2.
Anggota berjumlah 13
Laboran : Yulianto
Gudang : Kertiasa
Mekanik : Simon
Transportasi : Tien
Keamanan : Sweca
Teknisi Sarjana
Administrasi SMA
Mekanik STM
Laboran Sarjana
3.2.1 Sarana
Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan kapasitas 197.000 VA, juga disiapkan
sumber listrik cadangan apabila terjadi pemadaman dari PLN yaitu generator
dengan kapasitas 780 KVH dengan tegangan 380 volt. Generator ini berbahan
bakar solar yang mampu untuk memberikan listrik untuk menghidupkan seluruh
kincir dan peralatan listrik lainya yang ada di tambak. Mesin dan ruangan
Sumber air laut utama yang bergantung pada pasang surut karena
pengambilan air laut menggunakan pipa dan jaraknya yang cukup jauh dimana
melalui saluran yang terbuat dari pipa ukuran 12” dimana dalam pengambilan
mesin dilengkapi 2 pompa. Menggunakan mesin ini untuk pengisian air dengan
sekitar 2,5 jam. Pada pompa diberi saringan warna hitam dengan ukuran mata
jaring 1 mm, sedangkan pada ujung pipa pengeluaran air diberi saringan warna
hijau dengan mesh size 200 mikron agar mengurangi kotoran yang masuk ke
petak tandon.
dan sekunder. Saluran primer digunakan untuk mengalirkan air laut dari pompa
utama ke petak tandon sedangkan saluran sekunder mengalirkan air laut dari
primer dari pompa ke tengah laut sekitar 0,5 km dengan pemasangan pipa pada
Sebelum digunakan untuk kegiatan budidaya, air laut terlebih dahulu diberi
perlakuan dengan pemberian kaporit pada dosis 15 – 20 ppm, ini bertujuan agar
makhluk hidup yang ada di air tersebut mati, baik bibit ikan liar, udang liar,
utama yakni sumur bor. Jumlah sumber sumur bor yang ada di tambak ASP
berada pada 4 titik yang terpasang di sekitar area tambak dengan berkadar
menggunakan kincir listrik dengan merek Teco dengan kapasitas 1 HP 380 volt.
laboratorium, dan sebagai pencampur air laut yang sudah di dalam bak tandon
dalam petakan tambak apabila salinitasnya terlalu tinggi >30 ppt. Tidak ada
perlakuan yang diberikan sebelum air tawar digunakan. Mesin kincir dan pompa
d. Sistem Aerasi
digunakan pada tambak ini yaitu menggunakan kincir (paddle wheel). Kincir yang
digunakan dengan merek Teco yang mempunyai daya 1 HP. Kincir yang ada
hanya terdiri dari 2 baling – baling. Penempatan kincir lebih banyak berada di
pojok – pojok agar mampu menghasilkan oksigen yang tinggi karena kebanyakan
lumpur. Kincir yang berada di pinggir dan di tengah masing- masing berjumlah 4
buah. Kincir harus terus dihidupkan selama 24 jam, sehingga harus diawasi terus
menerus. Pengawasan ini dilakukan dengan cara piket secara bergantian pada
malam hari oleh masing-masing satu orang untuk satu blok petakan tambak.
Apabila ada kincir yang mati maka petugas piket dapat langsung
menghidupkan kembali dengan cara mengecek saklar kincir yang mati, tapi jika
petugas piket tidak bisa memperbaiki sendiri maka petugas piket dapat
tambak. Sedangkan yang di pinggir tetap harus dihidupkan agar kotoran yang
mudah dan efisien. Kincir yang tadi mati dapat dihidupkan kembali apabila sipon
tergantung beberpa aspek yaitu kebutuhan kincir (DO .> 4 ppm) dan 1 HP untuk
500 – 600 kg udang di kolam. Contoh perhitungan jumlah kincir sebagai berikut:
Perlu kincir 11 – 12 buah untuk petak 3500 m2 dengan jumlah tebaran 420.000
untuk umur >50 hari dapat digambarkan seperti Gambar 5 di bawah ini.
20
a. Konstruksi Petak
➢ Petak Pembesaran
(permanen) dimana terbuat dari beton cor yang dapat mengurangi perembesan
air dan petak beton juga tahan lama. Kanal saluran air laut berada di antara
ukuran antara 2000 – 6000 m2 dengan kedalaman 80 – 100 cm. Pada bagian
tengah petak terdapat central drainase yang digunakan untuk mengeluarkan air
saat kegiatan budidaya untuk proses sirkulasi air. Pintu outlet berukuran 0,5 m
yang terdapat di bagian pojok dan setiap petakan mempunyai 1 pintu outlet yang
juga digunakan sebagai pintu panen. Inlet hanya 1 di masing-masing petak yang
➢ Petak Tandon
posisi petak tandon dekat dengan saluran primer. Hal ini memudahkan dalam
penerimaan air dari pompa utama dan mempermudah pembagian air dari petak
menit dimana tegangan 380 volt dengan pipa ukuran 10”. Inlet untuk petak
tandon berukuran 3” yang diberi jaring saringan sebagai filter agar kotoran yang
masuk ke dalam saluran primer tidak masuk ke dalam bak tandon. Pada petak
tandon diberi kincir air sebanyak 4 buah diletakan di pojok – pojok sebagai
penyuplai oksigen dan pengaduk air agar kaporit yang diberikan bisa merata ke
seluruh petak. Kaporit diberikan pada saat air yang diisikan ke bak tandon sudah
penuh dan tidak ada pengisian lagi, pemberian dosis kaporit 15 – 20 ppm.
Pemberian kaporit dengan menggunakan jaring warna hijau yang memiliki mesh
size 200 mikron sebagai pembungkus agar serbuk kaporit tidak terbawa angin
sehingga tidak menyebar ke petakan yang lain. Petak tandon disajikan pada
Gambar 6.
3.2.2 Prasarana
Jarak tambak ASP dengan jalan provinsi sekitar 0,5 km. Untuk menuju
lokasi tambak ASP hanya ada satu jalan yang dapat digunakan dari jalan raya.
Jalan ini berupa jalan yang sudah di aspal yang melewati perkampungan dan
perkebunan warga serta tidak ada transportasi umum yang melewati jalan ini.
Transportasi yang ada di tambak yaitu 1 buah mobil truk dan 1 buah sepada
b. Laboratorium
ASP yaitu Laboratorium Kualitas Air dan Laboratorium Mikrobiologi, tetapi tempat
atau bangunannya bergabung menjadi satu. Pengecekan kualitas air yang bisa
dilakukan di laboratorium kualitas air antara lain pH, salinitas, DO, warna air,
tinggi air, kecerahan, hardness, alkalinitas, TOM, amoniak, nitrit, dan plankton.
dan bakteri Vibrio. Alat-alat yang digunakan di Laboratorium Kualitas Air yaitu
1000 ml, 500ml, 250 ml, 100 ml, tabung reaksi, gelas ukur 100 ml, corong gelas,
botol semprot, hot plate, autoclave, bola hisap, pipet ukur; pipet volume; pipet;
haemocytometer; cawan petri, cover glass, pipet mikro, mikrotip, inkubator, oven,
dan botol film untuk tempat sampel plankton atau bakteri. Suasana laboratorium
pada Lampiran 3.
23
Gambar 7. Laboratorium
c. Komunikasi
komunikasi di luar tambak. Tidak ada alat komunikasi yang digunakan untuk
dari pantai timur pasifik Mexico, Amerika tengah dan selatan. Suhu air pada
daerah tersebut sepanjang tahun diatas 200C merupakan media hidup dari udang
ini. Spesies ini dapat tumbuh mencapai ukuran 23 cm, dan menyukai dasar
(http://www.google.com/graphics/photos)
b. Klasifikasi L. vannamei
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Crustacea
Klas : Malacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobranchiata
Superfamily : Penaeoidea
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
bergerak, menopang insang, organ sensor seperti pada antenna dan antenulla.
maxillae, 3 pasang maxilliped dan 5 pasang kaki jalan (peripoda) atau kaki
sebagai organ untuk makan (Gambar 9). Bagian perut (abdomen) terdiri dari 6
ruas dan dilengkapi dengan 5 pasang kaki renang dan sepasang uropoda yang
Gambar 9. Morfologi kepala udang L. vannamei yang terdiri dari antena, antena,
mandibula dan 5 pasang kaki jalan.
salinitas yang luas dengan kisaran salinitas 0 sampai 50 ppt (Tizol, et al. 2004).
vannamei akan mati jika terpapar pada air dengan suhu dibawah 15 0C atau
diatas 33 0C selama 24 jam atau lebih. Stres subletal dapat terjadi pada 15-22 oC
dan 30-33 0C. Temperatur yang cocok bagi pertumbuhan L. vannamei adalah 23-
spesifitas tahap dan ukuran. Udang muda dapat tumbuh dengan baik dalam air
dengan temperatur hangat, tapi semakin besar udang tersebut, maka temperatur
1970, dan dilakukan penelitian tentang breeding dan potensi budidaya untuk
akuakultur. Sejak tahun 1970 dan awal 1980 spesies ini diperkenalkan ke Hawaii
dan Amerika dari Carolina utara dan Texas sampai Brazil. Pada tahun 1978-
secara komesial baru berhasil sejak 1980, selanjutnya menyebar ke China dan
26
Taiwan pada tahun 1996, kemudian diikuti oleh Negara asia lainnya termasuk
yang akan digunakan yaitu kincir, kabel, pipa paralon, saringan dan
memanjang di atas petakan sebagai BSD (Bird Scaring Device) agar tidak ada
udang. Hal ini dilakukan untuk mencegah penularan penyakit yang dibawa oleh
burung dari petak satu ke petak lainnya. Setelah itu dilakukan pemasangan atau
sebelumnya.
jaring dengan “mesh zise” 1 mm, bagian luar jaring 200 mikron. Selanjutnya
kaporit (65% bahan aktif) dengan dosis 30 ppm. Setelah pemberian kaporit
bahan aktif Dichlorvos yang tidak terakumulasi dan mudah terurai untuk
tetes tebu, Super NB 2 liter, pakan udang berukuran 0 sebanyak 1 kg dan 100
liter air, diaerasi selama 15 – 24 jam. Hasil dari fermentasi dapat langsung
fermentasi diharapkan dapat merubah warna air menjadi hijau (green algae) atau
Benur yang digunakan dalam kegiatan pembesaran udang ini berasal dari
Central Pertiwi Bahari Rembang, Situbondo. Ukuran benur yang sudah bisa
merupakan benur SPF (Specific Pathogen Free) yang sudah bersertifikat. Faktor
yang harus diperhatikan sebelum dilakukan penebaran benur yaitu dipilih benur
yang berkualitas baik, kualitas benur dari “hatchery” dan kualitas air harus
dahulu sebelum benur dilepaskan ke dalam air petakan tambak dengan tujuan
udang tidak stres akibat perubahan suhu dan salinitas. Cara aklimatisasi ini yaitu
mula-mula benur yang masih dalam plastik ditaruh di air petakan tambak tanpa
dibuka lebih dulu, ditunggu kira-kira 10-15 menit agar benur beradaptasi dengan
lingkungan barunya. Setelah 10-15 menit baru plastik benur dibuka dan benur
bisa dilepas ke air petakan dalam tambak. Ketinggian air yang digunakan untuk
28
3.3.4 Probiotik
Bacteria” atau “Benefical Bacteria” semua istilah tersebut sama artinya yakni
ekosistem mikrobiologi, terutama untuk mengobati air dalam bak dan kolam. ini
adalah sejumlah bakteri yang mampu memperbaiki kualitas air pada akuakultur
adalah salah satu bakteri probiotik yang mampu membentuk bioflok. B. subtilis
(Gambar 11) seperti anggota genus Bacillus lainnya, adalah bakteri yang sangat
umum ditemukan dalam tanah, air, udara, dan materi tanaman membusuk
(Anonimous, 2011).
Domain : Bacteria
Phylum : Firmicutes
30
Class : Bacilli
Order : Bacillales
Family : Bacillaceae
Genus : Bacillus
Species : Bacillus subtilis
bakteri ini digunakan untuk menghasilkan berbagai enzim, seperti amilase dan
enzim protease, termasuk subtilisin. Berbagai enzim yang dihasilkan oleh bakteri
ini seperti amilase digunakan untuk memecah sumber karbon yang dihasilkan
memiliki enzim protease yang tinggi dan mampu memanfaatkan protein yang
terdapat pada pakan tambahan pada tambak pemeliharaan udang. Bakteri ini
menghasilkan molekul yang lebih sederhana bagi organisme lain seperti bakteri
nitrifikasi untuk berkembang. Prinsip kerja yang digunakan oleh bakteri ini adalah
proses oksidasi.
untuk tambak udang penaeid di Indonesia, dengan tujuan agar Bacillus spp.
penambahan 2 liter Super NB (Gambar 12)., 1 liter Super media (tetes tebu,
garam, karbon, dan beberapa enzim) ditambahkan dengan 100 liter air dan
Diketahui :
a. Teknologi bioflok
Bioflok adalah partikel yang teraduk oleh aerasi dan sirkulasi yang terdiri
dari kumpulan organisme autotrof dan heterotrof serta bahan hidup lainya
32
(bakteri fitoplankton, fungi, ciliate, nematoda dan detritus (Conguest dab Tacon,
Sahidir (2011), Lumpur aktif dapat pula diibaratkan sebagai ‘sup mikroba’
dan mikroorganisme pengurai dalam limbah cair. Jadi, bioflok terdiri atas
1. Zooglea ramigera
2. Escherichia intermedia
3. Paracolobacterium aerogenoids
4. Bacillus subtilis
5. Bacillus cereus
6. Flavobacterium
7. Pseudomonas alcaligenes
8. Sphaerotillus natans
9. Tetrad dan Tricoda
10. Escherichia intermedia
Soeharsono (2010), menjelaskan bioflok merupakan agregat diatom,
bakteri, fungi, protozoa dan lain – lain yang berdiameter 0,1 – 2 mm. Bahan –
bahan organik itu merupakan pakan alami ikan dan udang yang mengandung
nutrisi yang baik, yang mampu disandingkan dengan pakan alami, sehingga
pertumbuhan akan baik bahkan jumlah pakan buatan yang diberikan bisa
diturunkan.
budidaya bakteri heterotrof dan alga dalam suatu gumpalan “flocs” secara
terkontrol dalam suatu wadah budidaya atau merupakan suatu sistem yang
hidrogen (H), oksigen (O), dan nitrogen (N) menjadi massa sludge berupa bioflok
budidaya udang memiliki kandungan protein tinggi. Pakan yang diberikan tidak
seluruhnya mampu diasimilasi oleh tubuh udang dan ikan. Hanya sebagian saja
dalam bentuk sisa pakan dan buangan metabolit. Sisa pakan dan buangan
metabolit ini menjadi suatu masalah pada tambak udang karena unsur protein
yang terlarut akan segera membentuk amoniak yang sangat berbahaya bagi
Keterangan : Makanan mengandung protein tinggi masuk dimakan oleh udang. Makanan
yang dimakan akan di eksresikan menjadi amonia (NH3) sedangkan yang
tidak termakan menjadi N-Organik yang terakumulasi di kolam.
Penangulangan amonia dilakukan beberapa proses yaitu pemanfaatan
langsung oleh alga, melalui proses nitrifikasi dengan bantuan bakteri
autotrof menghasilkan nitrit dan nitrat yang juga dimanfaatkan oleh alga
untuk pertumbuhanya. Proses terakhir yaitu amonia, N-organik dan hasil
nitrifikasi (nitrit dan nitrat) dapat diasimilasi dengan bantuan bakteri
heterotorof dan alga yang dibantu dengan pengadukan dan sirkuklasi akan
membentuk komunitas yang disebut “Bio-Flocs”
dalam pemecahan protein pada budidaya udang maupun hewan akuatik lainnya.
dan feses. Jumlah amonia diekskresikan oleh ikan bervariasi tergantung jumlah
pakan yang kaya akan protein. Hewan air membutuhkan pakan dengan
konsentrasi protein tinggi, karena produksi tergantung pada jalur energi yang
(2003), menjelaskan amonia bebas (NH3) yang tidak terionisasi bersifat toksik
meningkat jika terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, pH, dan suhu.
Budidaya ikan dan udang untuk mengurangi kadar amonia pada kolam
tidak dapat dimanfaatkan oleh udang maupun ikan. Amonia dapat diubah melalui
proses nitrifikasi menjadi nitrit (NO2) dimana terjadi secara aerob dengan bantuan
menjadi nitrat (NO3). Hasil dari proses nitrifikasi dapat langsung digunakan oleh
alga.
tiga tahap yakni terjadi amonifikasi, nitrifikasi dan denitrifikasi. Amonifikasi adalah
berikut.
Salah satu cara untuk mengurangi kadar amonia pada kolam budidaya
(NH3), nitrit (NO2), dan N-organik di kolam budidaya akan diasimilasi dengan
bakteri heterotropik dimana apabila alga dan bakteri mengalami kematian atau
untuk proses asimilasi dari sisa metabolisme udang oleh bakteri. Dalam
melangsungkan asimilasi.
dengan karbohidrat, dan melalui pengambilan nitrogen dari air, oleh sintesis
amonia dan produksi protein mikroba tergantung pada konversi mikroba rasio C
dan N dalam biomassa mikroba, dan isi karbon dari bahan tambahan. Kontrol
karbon dan nitrogen melalui proses mikrobial, prosesnya adalah sebagai berikut:
kesuburan air dan laju mineralisasi bahan organik menjadi garam mineral yang
bersifat available untuk diserap oleh jasad eukariotik dan prokariotik. Kondisi C/N
rasio antara 10 – 20 atau lebih sangat kondusif bagi bakteri heterotrof untuk
pertumbuhan bakteri filamen yang dapar mengambil langsung gas nitrogen dari
kekurangan.
3. Tidak perlu ganti air (sedikit ganti air) sehingga “biosecurity” terjaga.
ulang dan dijadikan makanan alami dengan protein tinggi, dan lebih
ramah lingkungan.
lebih tinggi,
3. Aerasi harus hidup terus karena apabila aerasi kurang maka akan terjadi
dilakukan pada tiap 1 minggu sekali. Pengukuran flok menurut beberapa ahli flok
(floker) adalah dengan menggunakan alat yang disebut Imhoff cone yaitu alat
yang terbuat dari bahan kaca atau palstik transparan berbentuk kerucut dan
pada tambak yang berasal dari 2 tempat berbeda dalam satu kolam budidaya
menit. Volume flok dapat dibaca pada skala imhoff cone. Hasil pengukuran
cone pada minggu pertama didapatkan jumlah flok sebesar 18 ml/liter, pada
Gambar 14. Pengukuran Bioflok dengan Imhoff cone (Nyan Taw, et al. 2009)
bioflok yang baik pada tambak adalah 15 ml/liter. Berdasarakan hasil yang
dilakukan pengukuran volume flok pada petak budidaya udang ASP masih
berada pada kadar optimal dan tidak menyebabkan adanya pengaruh terhadap
kualitasnya. Konsentrasi bioflok tidak boleh lebih dari 200 ml/liter dengan
siphon (pembuangan).
glass dan diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100 - 400 kali.
Adapun hasil dari pengamatan flok di tambak ASP ditampilkan pada Gambar 15a
dan 15b. Hasil dari seluruh pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 5.
2
40
1 Algae
Absord
3
matter
Keterangan : “absorb matter” adalah partikel yang melayang di dalam air yang teraerasi
dan tersirkulasi dalam pembentukanya dibantu oleh bakteri heterotrof. Alga
yang terdapat dalam flok merupakan jenis 1. Nitzschia sp, 2. Peridinium
sp, dan 3. Chlorococcum sp.
Komposisi dari bioflok tidak hanya dari golongan flok alga. Selain flok alga
adapaun flocs filamentous bacteria, flok rotifera, flok cacing, flok protozoa dan
pada petak budidaya tambak ASP di dominasi oleh jenis flok alga (Flocs Algae)
dan terdapat bakteri filamen (Flocs – Filamentous Bacterial). Komposisi flok tidak
hanya terdiri dari alga namun terdapat partikel – partikel yang berada didasar
petak yang sudah tersirkulasi dengan bantuan kincir air. Adanya partikel –
pertikel ini maka alga yang mati atau mengalami kerusakan akan menempel
(perifiton) pada pertikel dimana partikel ini merupakan salah satu pakan udang
yang ada pada flok yakni Nitzschia sp, Merismopedia sp, Peridinium sp,
flok terdiri dari campuran mikroorganisme heterogen (pembentuk flok dan bakteri
41
filamen), partikel, koloid, polimer organik, kation dan sel mati. Bakteri pembentuk
Bacterial filament
(Filamentous Bacteria)
Gambar 15b
Gambar 15a. Komunitas flok alga; 15b; Struktur flok dengan sistem bioflok dan
komposisnya.
Keterangan: bakteri filament adalah bakteri yang memyebabkan bentuk flok menjadi
sangat kompak dan tidak tepadatkan sehingga tidak mudah mengendap.
adalah alga. Jenis alga yang dioharapkan tumbuh adalah dari kelompok diatom
dan alga hijau. Beberpa jenis diatom yang hidup menempel pada flok adalah
green algae memberikan ciri flok berwarna kehijauan. Meski green algae tidak
dimakan oleh udang, namun kelompok alga ini bersifat stabil atau siklus hidup
yang lebih lama. Bioflok dianggap bermutu jelek bila terdapat dinoflagellata
dalam jumlah yang banyak (lebih dari 10% dari komunitas algae yang ada). Di
42
samping itu, bila alga yang menyusun bioflok didominasi oleh blue green alga
Gambar 16. A. Struktur Flok dengan sistem BFT dan komposisnya, B. protozoa
yang merumput di tepi sebuah flok mengeluarkan sel yang
cenderung meninggalkan flok. (Schryver, et al. 2008).
Nyan Taw, et al. (2009), menyatakan pada kontrol bioflok dapat
ditemukan flok yang terdiri dari komunitas flok coklat (brown flocs), dan flok hijau
(green flocs). Komunitas antra kedua agla dapat dilihat pada Gambar 17a dan
17b
43
Gambar 17a. Komunitas Flok Coklat (Brown Flocs); 17b. Komunitas Flok Hijau
(Green Flocs) (Nyan Taw, et al. 2009).
Tambak ASP adalah Kaiohji dengan kode KJV 2B dari PT. Matahari Sakti,
Irawan – V (681 – 684) dari PT. Central Proteinaprima, Tbk. Pakan ini
ukuran udang. Semakin besar udang maka kode pakan juga semakin tinggi.
Pakan Kaiojhi dan Irawan dapat dilihat pada Gambar 18a dan 18b.
Pemberian pakan disesuaikan dengan feeding rate (FR) setiap umur dan
ukuran udang. Tetapi untuk pemberian pakan satu bulan pertama masih
menggunakan blind feed yaitu cara pemberian pakan yang mengikuti standar
pemberian pakan menurut pihak CP. Prima karena belum diketahui berat udang
sebagai patokan untuk menetapkan berapa banyak pakan yang diberikan, maka
pakan yang diberikan mengikuti jumlah pakan yang ditentukan oleh CP. Prima
Gambar 18a. Pakan Udang Merek Kaiojhi dari PT. Matahari Sakti ; 18b. Pakan
Udang Merek Irawan dari PT. Proteinaprima, Tbk.
44
Pakan diberikan sebanyak 5 kali dalam sehari yaitu pada pukul 06.00,
pukul 10.00, pukul 14.00, pukul 17.00, pukul 12.00 WITA. Penambahan dan
banyak sisa pakan yang ada di anco maka pakan yang diberikan selanjutnya
akan semakin dikurangi. Dengan begitu maka dapat mencegah banyaknya sisa
kualitas air tambak yang berbahaya bagi kehidupan udang. Untuk komposisi
pakan yang digunakan di CP. Prima dan PT. Matahari Sakti dapat dilihat pada
681 V PL 13-1 30 12 5
682 V 1–2 30 12 5
683 V 2–5 30 12 5
683 – 5 – 14 30 12 5
SP V
684 – S 14 – 22 28 12 5
udang mencapai umur 50 hari masa pemeliharaan. Hal ini dimaksudkan untuk
1 0.01 - 0,31 37 13 5
2A 0,31 – 1,81 37 13 5
2B 1,81 – 3,93 37 13 5
3S 3,93 – 7,17 34 11 5
3M 7,17 – 12,04 34 11 5
3L 12,04 20,02 34 11 5
4 20,02 - harvest 34 11 5
pertambahan berat rata-rata harian (average daily gain) dan size udang.
Kegiatan sampling dapat dilihat pada Gambar 19a dan 19b. Amri dan Iskandar
Gambar 19a. Penimbangan udang pada saat sampling; 19b. Proses penjalaan
udang pada saat sampling.
Bioflok (BFT) dimana berbasis Probiotik Bacillus subtilis adalah parameter fisika,
(warna air, dan suhu), parameter kimia (DO, pH, NH 3, NO2, P) Dari pengukuran
kualitas air yang dilakukan maka hasil pengukuran dapat digunakan untuk
memantau kondisi air dan tindakan apa yang harus dilakukan untuk menjaga
kualitas air agar bagus untuk digunakan sebagai media hidup udang dan udang
ada yang dilakukan setiap hari yaitu, pH, kedalaman air, suhu, DO dan warna air,
sedangkan untuk kualitas air seperti NH3, NO2, Pospat dan diukur setiap 3 atau
4 hari sekali. Standar kualitas air yang ada di tambak ASP tersedia pada Tabel 5.
47
pH 7,5 – 8,5
DO Ppm >3
Salinitas Ppt 15 – 30
o
Suhu C 28 – 31
a. Suhu
kisaran suhu pada petak budidaya dengan pendekatan teknologi bioflok disajikan
48
penelitian telah dilakukan pada sampel lumpur aktif untuk menemukan hubungan
antara suhu dan kekuatan atau morfologi flok. Menemukan bahwa deflocculation
dari flok terjadi pada suhu rendah (4°C) dibandingkan dengan suhu yang lebih
suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan
ketinggian serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin
kecil (Effendi, 2003). Hasil pengukuran kisaran oksigen terlarut pada petak
yakni berkisar antara 3,6 – 4,3 mg/L, ini menandakan kadar oksigen terlarut pada
petak berada pada keadaan optimal dalam membantu pembentukan bioflok dan
kadar oksigen terlarut pada kisaran diatas optimal untuk pertumbuhan udang,
49
namun ada sedikit penurunan oksigen terlarut pada tanggal 20 dan 21 ini
tidak hanya penting bagi aktivitas metabolisme sel dalam flok aerobik tetapi juga
diduga mempengaruhi struktur flok. Kecenderungan yang lebih besar dan lebih
c. pH (Potensial Hidrogen)
didefinisikan sebagai logaritma dari resiprokal aktivitas ion hidrogen dan secara
hidrogen dalam mol per liter larutan (Barus, 2004). Kordi dan Tancung (2007),
oksigen menurun, aktivitas pernafasan naik dan selera makan menurun. Hal
yang sebaliknya terjadi pada suasana basa. Atas dasar ini, maka usaha
budidaya perairan akan berhasil baik dalam air dengan pH 6,5 – 9,0 dan kisaran
optimal adalah 7,5- 8,7. Hasil pengukuran kisaran pH pada petak budidaya
Tanggal pH
Pagi Siang
12 Feb 2011 7,7 8,1
13 Feb 2011 7,8 8,2
14 Feb 2011 7,9 8,2
15 Feb 2011 7,8 8,2
16 Feb 2011 7,7 8,3
17 Feb 2011 7,8 8,2
18 Feb 2011 7,7 Hujan Deras
19 Feb 2011 7,7 8,1
20 Feb 2011 7,8 8,2
21 Feb 2011 7,7 8,3
22 Feb 2011 7,6 8,2
23 Feb 2011 7,7 Hujan Deras
24 Feb 2011 7,7 Gerimis
25 Feb 2011 7,7 Hujan Deras
26 Feb 2011 7,5 8,1
tambak ASP berkisara antara 7,5 – 8,3. Sesuai pernyataan berarti kadar pH pada
tambak berada pada kadar optimal yang tidak menyebabkan gangguan pada
udang. Untuk sistem budidaya bioflok pH cendrung stabil dan dengan fluktuasi
51
pH tidak terlalu drastis Shirota (2008), menyatakan bioflok terbentuk, jika secara
visual di dapat warna air kolam coklat muda (krem) berupa gumpalan bergerak
d. Amnonia (NH3)
organisme akuatik akan meningkat jika terjadi penurunan kadar oksigen terlarut,
pH, dan suhu. Durborow, et al. (1997) menyatakan amonia (NH3) merupakan
produk akhir utama dalam pemecahan protein pada budidaya udang maupun
amonia melalui insang dan feses. Jumlah amonia diekskresikan oleh ikan
budidaya.
52
Keterangan: Udang dan ikan mengsekresikan amonium (NH4) dimana akan mengalami
proses nitrifikasi dengan bantuan bakteri autotrof dan dapat juga
memanfaatkan bakteri hetertrog seperti Bacillus spp unutk mendegradasi/
dekomposisi limbah organik yang menumpuk di dasar kolam. Kedua
proses ini membutuhkan oksigen yang tinggi dan unutk proses dengan
bakteri heterotrof harus ada penambahan karbon.
pakan dimasukkan ke dalam kolam atau sistem budaya (Durborow, et al. 1997).
fungsi fisiologis dalam tubuh bagi organisme akuatik. Selain menggangu fungsi
respirasi dan penurunan sistem kekebalan tubuh. Ketika terjadi gangguan seperti
ini, maka udang sangat rentan terhadap serangan mikroorganisme patogen dan
Oleh karena itu, diperlukan suatu manajemen kualitas air yang baik sebagai
sekali selama 2 minggu dikarenakan masukan dari pakan yang diberikan makin
besar umur udang maka adanya peningkatan dalam pemberian pakan pelet.
organisme akuatik akan meningkat jika terjadi penurunan kadar oksigen terlarut,
kurang optimal.
pada petak dan selama ini kebutuhan karbon hanya dilakukan pada
4.1 Kesimpulan
ml/liter.
2. Hasil pengukuran kualitas air pada tambak ASP dimana suhu berkisar
antara 28,3 – 31,9 0C, pH berkisar antara 7,5 – 8,3, oksigen terlarut
(DO) berkisar antara 3,6 – 4,3 mg/L, amonia 0,042 – 0,065 ppm.
mendominasi adalah komunitas flok alga (Flocs Algae) selain itu juga
4.2 Saran
2. Diperlukan kajian tentang jenis bakteri probiotik yang lebih efektif dan
udang.
55
DAFTAR PUSTAKA
Amri, K dan Iskandar Kanna. 2008. Budidaya Udang Vannamei. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta. 161 hal.
Adiwijaya, D., Sapto, P.R., E. Sutikno, Sugen dan Subiyakto, 2003. Budidaya
udang vanammei (L. vannamei) sistim tertutup yang ramah
lingkungan. Departemen Kelautan dan Perikanan, Dirjen. Perikanan
Budidaya, Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara. 29
hal
Fuller, R., 1989. Probiotics in man and animals. J. Appl. Bacteriol. 66, 365–
378.
Holthuis, L.B. 1980. FAO species catalogue. Shrimps and prawns of the
world. An annotated catalogue of species of interest to fisheries.
FAO Fish. Synop., 125 (l): 271.
Kordi K. Dan Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air pada Kolam Budidaya.
Rineka Cipta: Jakarta.
Moriarty, D. 2009. Nitrifiers and Denitrifiers- Myths and Facts. Aqua Culture
AsiaPasific Magazine. 32-35.
Nyan Taw & Saenphon Chandaeng, 2005. The role of R&D and commercial
trials on efficiency and productivity of large integrated shrimp farm.
Paper presented at World Aquaculture 2005, May 9-13, Nusa Dua, Bali,
Indonesia. Book of Abstracts, 643.
Nyan Taw, Hendri F., Naira T., Kaesar S. 2009. Partial Harvest With BFT, a
Promising System For Pacific White Shrimp. Worl Aquaculture.
Mexico.
Ochoa J Leonel, Olmos Jorge. 2011. The functional property of Bacillus for
shrimp feeds. http://www.aseanbiotechnology.info [10 Maret 2011].
Rubiyanto, W.H., dan Dian A.S. 2002. Udang vannamei, pembudidayaan dan
prospek pasar udang putih tahan penyakit. Seri agribisnis penerbit
Penebar Swadaja Jakarta Hal 11-13.
Tizol, R., Jaime, B., Laira, R., Pérez, L., Machado, R. and Silveira, R. 2004.
Introduction in Cuba of L. vannamei. Quarantine I. Paper below Fishery
Research Center (CIP).
Wyban, James A., Sweeney, James N., 1991. Intensive Shrimp Production
Technology. The Oceanic Institute. Hawai
LAMPIRAN
58