Anda di halaman 1dari 7

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : FRIDA DWI WULANSARI

NPM : 200712500530

Fakultas : ILMU PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

Judul Skripsi : “Hubungan antara minat belajar dengan hasil belajar kosakata bahasa
Inggris siswa kelas IV SD YASPORBI Jakarta Selatan.”

Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan

Pada tanggal…….

Pembimbing Materi Pembimbing Teknik


LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diujikan pada hari

PANITIA UJIAN

Ketua Sekretaris

Anggota
LEMBAR PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini adalah karya saya
sendiri. Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian Isi bukan hasil
karya sendiri , saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan Undang – Undang
Nomor 20 tahun 2003 Bab IV Pasal 25 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta, 2011

Penulis
BAB  I

PENDAHULUAN

1. A.    Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini, proses pemelajaran bahasa Inggris yang dilaksanakan oleh guru dalam
meningkatkan hasil belajar banyak pendekatan yang digunakan. Salah satu pendekatan yang
digunakan adalah kontektual. Karena pendekatan kontektual membantu siswa belajar secara
nyata. Selain itu belajar bahasa harus ...dikuasai empat Keterampilan berbahasa yaitu yang
meliputi 4 (empat) aspek, diantaranya mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Dari uraian
sebelumnya bahwa prosedur ilmiah  mempelajari bahasa meliputi yang pertama mendengarkan,
diikuti oleh berbicara, kemudian membaca dan menulis dalam bahasa tersebut. Seperti yang
dikutip Sumiyati pada karya ilmiahnya yang berjudul Analisis pengajaran bahasa Inggris (2007 :
16) yang dikutip dari buku  oleh Harris dalam buku “Teaching English as a Second Language”,
sebagai berikut :

We may therefore say that language includes four skills or complexes of skills; listening,
speaking, reading and writing. It isperhaps in this order that we originally learned our nativa
languages, and it is in that order that foreign languages are very frequently taught.

Dari prosedur ilmiah di atas, berbicara merupakan keterampilan yang diajarkan setelah
keterampilan mendengarkan diberikan. Selain itu berbicara merupakan keterampilan sulit,
sehingga banyak orang menemui kendala dalam keterampilan ini. Hal ini banyak ditemui pada
siswa di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia. Karena berbicara merupakan salah
satu faktor penghambat bagi siswa dalam meminati bahasa Inggris. Adapun kesukaran yang
biasanya dihadapi oleh para siswa dalam berbicara adalah mengungkapkan pokok pikiran dalam
suatu ungkapan pikiran  dan pemahaman atas isi pikiran  tersebut.

Sebenarnya masih banyak faktor yang menyebabkan mereka menemui kesulitan dalam membaca
seperti luar dan faktor dalam diri siswa sendiri. Faktor luar diantaranya, yaitu siswa tidak terbiasa
diberi tugas membaca sewaktu di sekolah maupun di rumah. Sedangkan kebiasaan membaca
harus dipupuk sejak sedini mungkin. Dan faktor dalam diri siswa, yaitu keterampilan membaca
itu sendiri.

Hal-hal yang harus siswa ketahui dalam baerbicara dapat ditemui dalam berbicara sendiri.
Seperti yang dikatakan oleh Sapardi Joko Damono dalam buku “Penagajran Bahasa dan
Sastra” (1977:18) bahwa, “Membaca berarti menambah pengetahuan tentang berbagai hal
sekaligus mengenai kosakata, cara penyusunan alinea, pemilihan topik, pembatasan dan
penentuan gaya dan gagasan.”
Dengan demikian perlu ditimbulkan minat belajar bahasa Inggris untuk memudahkan siswa
dalam mengatasi kesukaran dalam membaca. Tetapi kebiasaan membaca juga merupakan suatu
kebiasaan yang kurang diminati oleh siswa-siswa. Seperti yang diakui oleh Encip Sinasari dalam
tulisannya di harian Suara Pembaharuan yang berjudul “Minat Baca Rendah Bukan Kurang
Uang” (1992:14) bahwa, “Tradisi baca yang kecil bukan hanya pada kelompok usia sekolah
atau anak-anak, tetapi juga ke tingkat mahasiswa.”

Kebiasaan berbicara bagi bangsa kita masih sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya adalah tidak adanya budaya berbicara sejak kecil dan faktor lingkungan yang tidak
mendukung.

Berbicara itu sendiri juga membutuhkan keterampilan dan kemampuan dalam mengangkap
gagasan atau ide. Menangkap gagasan dan ide akan lebih sulit jika gagasan yang diungkapkan
berupa bahasa asing, termasuk juga bacaan berbahasa Inggris. Ini dikarenakan struktur dan
kosakata yang sangat berbicara dengan struktur dan kosakata bahasa Indonesia.

Kemudahan dalam menangkap gagasan atau ide lebih banyak ditemui dalam ungkapan
berbahasa Inggris, seperti dalam novel dan cerita pendek. Sehingga sumber pikiran tersebut lebih
digemari daripada sumber pikiran seperti pada buku-buku pelajaran. Selain lebih mudah
dimengerti, berbicara mengenai cerita  fiksi tidak memerlukan pemikiran yang serius dan dapat
dilakukan dalam waktu luang.

Keterampilan berbicara memiliki beberapa tujuan, mencakup garis besar berbicara, mencari
keterangan tentang suatu istilah, mendapatkan informasi tentang sesuatu, ataupun untuk
menikmati karya sastra. Menurut Nurhadi (1989:10), “Dengan tujuan membaca yang jelas maka
terjadi peningkatan pemahaman seseorang terhadap bacaan”.

Dengan kemampuan memilih aspek-aspek apa saja yang dibaca, yang disesuaikan dengan tujuan
membacanya, pemahaman membaca siswa diharapkan dapat meningkat.

Selama mengajar pelajaran berbicara bahasa Inggris di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),
penulis sering menemukan masalah ketidaksukaan siswa dengan kegiatan berbicara,
ketidakmampuan siswa untuk mengerti dengan baik wacana berbahasa Inggris, apalagi bila
wacananya panjang. Hal ini jelas bertentangan dengan tujuan pengajaran berbicara bahasa
Inggris yang dikemukakan dalam Garis Besar Pedoman Pengajaran (GBPP). Pengajaran
berbicara bahasa Inggris di sekolah-sekolah bertujuan memberikan siswa-siswanya keterampilan
untuk dapat berbicara berbahasa Inggris dengan pemahaman yang tinggi. Masalah-masalah yang
dihadapi siswa tersebut mungkin berhubungan dengan keterbatasan kosakata, kurangnya
penguasaan tata bahasa siswa, penggunaan metode pengajaran yang digunakan oleh guru dan
skemata yang minim.

Dalam mempelajari suatu bahasa, banyak faktor yang harus diperhatikan agar tujuan bahasa itu
dapat tercapai seperti yang direncanakan. Faktor-faktor tersebut antara lain metode penyampaian,
alat-alat bantu pengajaran, kualitas guru yang menyampaikan materi, lingkungan belajar, dan
motivasi belajar mengajar. Begitu pula dalam belajar bahasa Inggris, faktor-faktor tersebut harus
mendapat perhatian dari guru dan juga siswa.
Dalam hal penyampaian materi, guru dapat menggunakan berbagai metode atau pendekatan yang
sesuai dengan kebutuhan dan keadaan siswa agar hasil belajar bahasa Inggris siswa dapat
tercapai seperti yang diharapkan. Masing-masing metode atau pendekatan mempunyai kelebihan
dan kekurangannya. Seperti menurut Blair dalam buku “Innovating Approaches to Language
Teaching” (1982:11) bahwa, “… No existing language teaching methodology has ever been
empirically demonstrated to be superior to any other methodology, or even to random language
exposure.”

Dalam meningkatkan penguasaan berbicara bahasa Inggris, guru menggunakan berbagai media
pengajaran dalam melaksanakan tugasnya. Seorang guru dapat meningkatkan minat dan prestasi
belajar siswa tergantung pada penyajian bahan yang diberikan dan juga sarana atau media yang
digunakan.

Berdasarkan uraian di atas, kelemahan yang dimiliki siswa dalam memahami pokok berbahasa
Inggris. Maka dalam penelitian ini penulis akan mengungkapkan bagaimana cara meningkatkan
kemampuan berbicara siswa  melalui metode cooperative learning. Karena pendekatan dengan
menggunakan kerjasama (cooperative) akan memberikan perubahan hasil belajarnya. Maka
penelitian ini penulis memberikan  judul “  Studi Perbandingan Hasil Berbicarana Bahasa
Inggris  Melalui Pendekatan Kontektual Dengan Pembelajaran kooperatif  (Survei  Pada
Siswa Kelas II SMK N I Depok)”

1. B.     Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, yaitu pada latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka penulis akan diidentifikasikan. Adapun masalah-masalah yang akan diidentifikasi  adalah
sebagai berikut :

1. Bagaimanakah cara meningkatkan kemampuan berbicara  bahasa Inggris dapat


meningkatkan hasil belajar siswa ?
2. Apakah pemelajaran berbicara bahasa Inggris  meningkatkan dengan menggunakan
pendekatan kontektual ?
3.  Apakah  pemelajaran berbicara yang menggunakan pendekatan kooperatif meningkatkan
hasil belajar bahasa Inggris ?
4. Bagaimanakah  metoil belajar  kooperative membantu siswa berbicara  bahasa Inggris 
lebih kreatif ?
5. Apakah metode cooperative learning tidak dapat meningkatkan hasil belajar membaca
wacana bahasa Inggris ?
6. Bagaimana Perbedaan hasil belajar berbicara bahasa dengan  metode kooperatif dan
pendekatan kontektual ?

1. C.    Pembatasan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka dalam penelitian ini penulis
membatasi masalah sebagai berikut, “Apakah ada perbedaan hasil berbicara siswa dengan
penggunaan metode kooperatif dengan menggunakan kontektual  bahasa Inggris siswa ?

Anda mungkin juga menyukai