Anda di halaman 1dari 3

Begitukah yang kau mau

Menebar senyum dan pesona

Dibawah gubuk reot seorang tua renta

Yang sampai matipun tak berubah sedikit lebih layak

bahkan harus terjual untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

Beginikah yang kau mau

Membawa-bawa nama besar bapakmu

Menjual sejarah manis dibibir beracunmu

Benar kami menghormatinya tanpa pertanyaan

Tapi kami melihatmu dengan penuh keraguan dan kecurigaan

Ditengah tumpukan sampah kau umbar janjimu

Maaf sepertinya kaupun harus kembali ketempat itu

Seperti itukah yang kau mau

Memajang jenggot tipis pemanis wajah

Menjajakan merek dagang agama

Sangar berteriak lantang tapi kebingungan saat diancam tak dapat jatah kedudukan

Bingung tengok kanan tengok kiri menebar isu tinggalkan koalisi

Mendompleng dan menjadi parasit itulah keahlianmu

Seperti inikah yang kau mau

Percaya diri dengan basis besar massamu


Padahal kau tak pernah tahu keinginan mereka

Bahkan kaupun tak pernah menyentuh hati mereka

Ya ya ya kalian punya panutan dan guru bangsa katanya

Tapi maaf inilah kenyataan dia sudah mati

Hanya meninggalkan kenangan manis dan aku yakin itupun tak bisa kau ikuti

Owh negeriku sayang negeriku malang

Dulu ada yang pintar dan mampu merubah keadaan

tapi menjadi pengecut saat dihadapkan pada pilihan

Owh negeriku menangis negeriku sakit

Ada yang gunakan gereja dan masjid

tapi sengaja lupa diri gunakan uang rakyat yang menjerit

untuk plesiran katanya sedikit

Owh negriku sekarat nafas tertahan

Ada yang berlalu lewat setelah hancurkan ribuan hektar lahan

bahkan jumawa dagu panjangnya terangkat ketika korban lumpur menuntut pelunasan

Owh negeriku

Dulu kau elok tampan katanya

Tempat ‘berteduh’ banyak bangsa

Bahkan ada tamu yang

‘menginap’ sampai 350 tahun lamanya

Ah nasionalis, agamis, nasionalis agamis, hitam, putih, biru, hijau, kuning, merah,

semua membusuk
bukan ditangan orang lain tapi justru ditangan mereka

yang katanya adalah anak-anak ‘terbaik’mu

Sudahlah…

jika sudah tercium bau belatung dibalik tubuh subur mereka

segera peluklah erat mereka wahai bumiku,

bukankah kau butuh nutrisi dan gizi lebih untuk menghijaukan kembali pohon-pohonmu

Dweah, 10/01/2011

Anda mungkin juga menyukai