Anda di halaman 1dari 5

PUTUSAN MAHKAMAH

INTERNASIONAL
Mahkamah Internasional adalah organ utama lembaga kehakiman PBB yang berkedudukan di
Den Haag, Belanda. Didirikan pada tahun 1945 berdasarkan Piagam Perserikatan Bangsa-
Bangsa. Mahkamah ini mulai berfungsi sejak tahun 1946. Mahkamah Internasional
beranggotakan 15 orang hakim dari 15 negara. Fungsi utama Mahkamah Internasional adalah
menyelesaikan kasus-kasus persengketaan internasional yang subjeknya adalah negara.

1. Mekanisme Kerja Mahkamah Internasional

a) Wewenang Mahkamah
Wewenang mahkamah diatur dalam Bab II Statuta Mahkamah Internasional.
Untuk mempelajari wewenang ini harus dibedakan antara wewenang ratione
personae (siapa yang berhak mengajukan perkara ke mahkamah), dan wewenang
ratione materice (mengenai jenis sengketa yang dapat diajukan).

1. Wewenang ratione personae (siapa yang berhak mengajukan perkara ke


mahkamah)

Pasal 34 ayat (1) Statuta menyatakan, bahwa hanya negara yang boleh menjadi
pihak dalam perkara-perkara di muka mahkamah. Berarti individu atau
organisasi-organisasi internasional tidak dapat menjadi pihak dari suatu
sengketa di muka mahkamah tersebut.
Sedangkan negara-negara lain yang bukan pihak pada statuta untuk dapat
mengajukan suatu perkara ke mahkamah harus memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan oleh dewan keamanan.
Penolakan akses terhadap individu-individu ke mahkamah bukan berarti
bahwa sengketa-sengketa yang diajukan ke mahkamah tidak akan pernah
menyangkut individu-individu. Melalui mekanisme perlindungan diplomatikdi
bidang pertanggungjawaban internasional, negara dapat mengambil alih dan
memperjuangkan kepentingan-kepentingan warga negaranya di depan
mahkamah. Banyak perkara yang diperiksa mahkamah berasal dari
pelaksanaan perlindungan diplomatik negara terhadap warga negaranya.
Pasal 34 ayat (1) Statuta hanya memperbolehkan negara-negara untuk
mengajukan suatu sengketa ke mahkamah. Namun, ayat (2), dan (3) pasal
tersebut memberikan kemungkinan kerja sama dengan organisasi-organisasi
internasinal. Mahkamah dapat meminta keterangan kepada organisasi-
organisasi internasional mengenai soal-soal yang diperiksanya. Organisasi-
organisasi itu juga dapat mengirim keterangan-keterangan kepada mahkamah
atas inisiatif sendiri. Apabila dalam pemeriksaan suatu perkara mahkamah
terpaksa menginterpretasikan piagam konstitusi suatu organisasi internasional
atau suatu konvensi yang dibuat atas dasar piagam tersebut, panitera
mahkamah berhak meminta keterangan kepada organisasi internasional
tersebut untuk mengirimkannya secara tertulis kepada mahkamah.
2. Wewenang ratione materiae (jenis sengketa yang dapat diajukan)

Pasal 36 ayat (1) Statuta dengan jelas menyatakan bahwa wewenang


mahkamah meliputi semua perkara yang diajukan pihak-pihak yang
bersengketa kepadanya, terutama yang terdapat dalam piagam PBB atau dalam
perjanjian-perjanjian dan konvensi-konvensi yang berlaku. Wewenang
mahkamah bersifat fakultatif, artinya bahwa bila terjadi suatu sengketa antara
dua negara, intervensi mahkamah baru dapat terjadi bila negara-negara yang
bersengketa dengan persetujuan bersama membawa perkara itu ke mahkamah.
Tanpa adanya persetujuan pihak-pihak yang bersengketa, wewenang
mahkamah tidak akan berlaku terhadap sengketa tersebut. Setelah kedua belah
pihak menerima wewenang mahkamah, penanganan perkara tersebut menjadi
wajib (Compulsory Jurisdiction) bagi mahkamah. Pengadilan terhadap
perkara-perkara tersebut menjadi wajib (obligatory jurisdiction) bukan lagi
fakultatif. Menurut pasal 36 Piagam MPI maka negara-negara yang
menyetujui piagam MPI dapat menyatakan setiap waktu bahwa mereka
dengan sendirinya akan tunduk kepada keputusan-keputusan mahkamah.

Keputusan-keputusan yang dimaksud itu dapat mengenai persengketaan


tentang :
1) Penafsiran isi perjanjian
2) Soal-soal yang menyinggung hukum internasional
3) Adanya suatu hal yang mengakibatkan pelanggaran perjanjian
internasional yang dilakukan oleh salah satu pihak
4) Jenis atau besarnya ganti rugi yang akan dibayar berhubung denggan
pelanggaran suatu kewajiban perjanjian internasional

b) Sumber-sumber Hukum yang Dipergunakan


Mahkamah membuat keputusan berdasar hukum internasional. Mahkamah
membuat keputusan berdasar sumber tersebut dalam pasal 38 Piagam MPI, yaitu:
1. Konvensi internasional
2. Kebiasaan internasional
3. Prinsip-prinsip umum hukum
4. Keputusan peradilan internasional, dan
5. Ajaran pakar hukum dari berbagai negara (doktrin)

c) Prosedur Permohonan Peradilan Penyelesaian Sengketa kepada Mahkamah


Internasional

Permohonan penyelesaian perkara bagi negara-negara yang tidak tunduk pada


compulsory jurisdiction mahkamah internasional, biasanya dilakukan dengan
memberitahukan adanya perjanjian khusus antarnegara yang bersengketa kepada
mahkamah internasional. Permohonan diajukan oleh negara yang bersengketa.
Permohonan peradilan untuk menyelesaikan sengketa juga dapat diajukan sepihak
asal negara lawan memberikan persetujuannya.
Permohonan peradilan penyelesaian perkara dapat diajukan sepihak oleh salah
satu negara yang bersengketa untuk sengketa antarnegara-negara yang tunduk
pada compulsory jurisdiction. Permohonan disampaikan ke panitera mahkamah
internasional, kemudian panitera memberitahukan permohonan tersebut kepada
negara lawan sengketa dan semua negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Permohonan nasihat mahkamah internasional diajukan secara tertulis kepada


mahkamah. Permohonan itu harus menunjuk secara jelas permasalahan yang
dimohonkan nasihat. Permohonan tertulis yang disertai penunjukan permasalahan
merupakan syarat formal bagi pelaksanaan yurisdiksi mahkamah internasional
dalam memberikan nasihat.

Keputusan pemberian nasihat mahkamah internasional didasarkan pada ketentuan


hukum internasional. Keputusan mahkamah internasional diterapkan dalam sidang
terbuka.

Mahkamah internasional memriksa perkara dengan pemeriksaan naskah dan lisan.

2. Keputusan Mahkamah

Mahkamah internasional memutuskan berdasar hukum atau berdasar kepantasan dan


kebaikan bila pihak-pihak yang bersengketa menyetujuinya.keputusan mahkamah
internasional ditetapkan berdasar suara mayoritas hakim. Bila suara hakim yang hadir
yang menyetujui dan yang menolak keputusan berjumlah sama, maka keputusan
ditentukan oleh pendapat ketua mahkamah internasional.

Keputusan mahkamah terdiri dari 3 bagian :

a) Berisi komposisi mahkamah : informasi mengenai pihak-pihak yang bersengketa,


serta wakil-wakilnya, analisa tentang fakta-fakta, dan argumentasi hukum pihak-
pihak yang bersengketa
b) Berisi penjelasan mengenai motivasi mahkamah. Pemberian motivasi keputusan
mahkamah merupakan salah satu unsur dari penyelesaian yang lebih luas dari
sengketa, dan karena itu perlu dijaga sensibilitas pihak-pihak yang bersengketa
c) Berisi dispositif yang merupakan keputusan mahkamah yang mengikat negara-
negara yang bersengketa.

3. Penyampaian Pendapat yang Terpisah

Pernyataan pendapat yang terpisah, artinya bila suatu keputusan tidak mewakili
seluruh pendapat bulat para hakim maka hakim-hakim yang lain berhak memberikan
pendapatnya secara terpisah. Keputusan bersifat definitif tanpa dapat dimintakan
pemeriksaan kembali, kecuali kalau ada permintaan revisi. Keputusan mhkamah
hanya mempunyai kekuatan mengikat pada pihak-pihak yang bersengketa.

Piagam PBB Pasal 94 menyatakan :


a) Setiap negara anggota PBB harus melaksanakan keputusan internasional, bila dia
merupakan pihak yang terlibat dalam suatu sengketa
b) Bila salah satu negara yang bersengketa tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban
seperti yang dibebankan oleh mahkamah kepadanya maka negara lainnya dapat
mengajukan persoalan tersebut kepada dewan keamanan, dan bila perlu dewan
dapat membuat rekomendasi atau memutuskan tindakan yang akan diambil supaya
keputusan mahkamah tersebut dilaksanakan

4. Dampak Negara yang Tidak Mematuhi Keputusan MAI

Bila ada negara yang tidak mematuhi keputusan MAI akan dikenakan sanksi :
a) Diberlakukan travel warning (peringatan bahaya berkunjung ke negara tertentu)
terhadap warga negaranya
b) Pengalihan investasi atau penanaman modal asing
c) Pemutusan hubungan diplomatik
d) Pengurangan bantuan ekonomi
e) Pengurangan tingkat kerja sama
f) Embargo ekonomi
g) Kesepakatan organisasi regional atau internasional

Bila suatu negara dianggap telah melanggar kesepakatan (konvensi) internasional,


organisasi regional atau internasional dapat menetapkan sanksi sebagai reaksi atas
pelanggaran tersebut.

Sanksi tersebut berdampak negatif bagi negara yang dikenai, yaitu :

a) Memperbesar jumlah pengangguran


b) Memperlemah daya beli masyarakat
c) Memperbesar jumlah anggota masyarakat miskin
d) Memperkecil income/pendapatan nasional
e) Pendistribusian kemakmurannya tidak merata
f) Merosotnya tingkat kehidupan masyarakat
g) Kesulitan memperoleh bantuan dan mitra kerja negara asing

5. Contoh Sikap yang Menghargai Putusan Mahkamah Internasional

a) Beberapa bukti untuk memperkuat hukum internasional


1. Organ-organ pemerintah negara, khususnya yang dalam tugas dan
kewenangannya berhubungan dengan masalah luar negeri atau internasional,
tetap menghormati prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah hukum internasional
2. Persengketaan-persengketaan antara subjek-subjek hukum internasional,
misalnya antara dua atau lebih negara, khususnya yang mengandung aspek-
aspek hukum, meskipun tidak selalu diselesaikan dengan cara damai dengan
melakukan berbagai alternatif penyelesaian sengketa
3. Kaidah-kaidah hukum internasional dalam kenyataannya ternyata banyak
diterima dan diadopsi menjadi bagian dari hukum nasional negara-negara

b) Mengefektifkan hukum internasional


1. Melalui pembentukan organisasi-organisasi internasional
2. Melengkapi perjanjian-perjanjian internasional multilateral dengan organ-
organ pelaksanaannya
3. Mencantumkan klausa penyelesaian sengketa(dispute settlement clause)

Anda mungkin juga menyukai