Anda di halaman 1dari 11

Bab V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan perancangan bisnis yang telah dilakukan oleh penulis
mengenai identifikasi aspek-aspek pemasaran dalam perencanaan bisnis
kemitraan antara penjual dengan para petani beras organik, yang merupakan
studi kasus di desa Pasirhuni Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.
Dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dari hasil kuesioner yang disebarkan ke petani, ternyata masih ada
kekurangan dalam membudidayakan padi organik. Hal ini terlihat dari :
a) Pada kenyataannya dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya belum
menerapkan secara menyeluruh metode System Rice of
Intensification (SRI) ke para petani organik di desa Pasirhuni
Kecamatan Ciawi. Dilihat dari hasil produksi, per 1 ha hanya
mendapatkan 4 ton per panen atau 5 ton per tahun, sedangkan
menurut teori SRI per 1 ha menghasilkan 8 ton.
b) Lebih besar biaya produksi yang di belanjakan rata-rata petani
organik di banding dengan besarnya modal awal yang disediakan
untuk menanam padi organik.
c) Ternyata rata-rata petani masih menghasilkan beras semi organik
atau kadang-kadang beras non-organik, tetapi penggunaan pestisida
kimia dan pupuk urea sudah semakin berkurang.

2. Untuk mengarahkan masyarakat ekonomi lemah serta konsumen


menengah keatas terutama di daerah perkotaan untuk mengkonsumsi
beras organik adalah dengan cara mensosialisasikan dan
menyebarluaskan pemahaman akan pentingnya manfaat beras organik
terhadap kesehatan manusia, melalui artikel-artikel kesehatan melalui
koran dan majalah, memanfaatkan iklan melalui radio atau televisi,
memasyarakatkan seminar-seminar kesehatan.

80
3. Proses penyediaan beras organik dari mulai panen sampai terjual ke
masyarakat, melalui beberapa fase, yaitu: pertama, fase planting organic
rice; kedua, fase production; ketiga, fase sales, keempat, fase market.
4. Ada tiga sistem kemitraan yang digunakan dalam penyediaan lahan
pertanian untuk budidaya padi organik dan penjualan beras organik, yaitu :
a) Pertama, petani yang tidak memiliki lahan pertanian, maka
perusahaan mitra menyewakan lahan pertanian tersebut serta
menyediakan benih padi organik, pestisida dan pupuk organik,
dengan sistem bagi hasil 20% untuk petani dan 80% untuk
perusahaan kemitraan.
b) Kedua, petani yang mempunyai lahan, maka perusahaan mitra hanya
menyediakan benih padi organik, pestisida dan pupuk organik dengan
sistem bagi hasilnya 30% untuk petani 70% untuk perusahaan mitra.
c) Ketiga, sedangkan bentuk pola kemitraan dengan para agen dalam
penjualan beras organik, perusahaan mitra lebih memposisikan
sebagai distributor. Oleh karena itu, hasil produk kemasan beras
organik ini disalurkan ke para retailer melalui supermarket atau
hypermarket, ataupun toko-toko yang khusus menjual hasil bumi dan
buah-buahan berkualitas. Sistem bagi hasilnya 35% untuk agen dan
65% untuk perusahaan mitra.

81
5.2 Saran
1) Disarankan kepada dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya untuk
menggunakan metode System Rice of Intensification secara sistematis dan
terkoordinasi. Di karenakan adanya kebutuhan yang mendesak bagi para
petani untuk meningkatkan kesejahteraannya, disamping itu untuk
memenuhi kebutuhan pangsa pasar organik, karena metode ini bisa
meningkatkan produktivitas tanaman padi hingga mencapai 8 ton per ha.
Disarankan pula untuk menerapkan pola Pembelajaran Ekologi Tanah
(PET), dengan tujuan untuk memperbaiki keseimbangan ekologi tanah di
lahan pertanian para petani.

2) Sebaiknya di dalam membuat kebijakan penetapan harga yang digunakan


oleh perusahaan mitra menggunakan market skimming pricing, yaitu salah
satu bentuk kebijaksanaan harga untuk memperoleh laba per unit yang
tinggi dari produk baru, yang sedang berada dalam tahap perkenalan
(introduction); atau menggunakan current revenue pricing, adalah
penetapan harga yang tinggi untuk memperoleh revenue atau pendapatan
yang maksimal, agar uang kas cepat kembali.

3) Di dalam menjual produk beras organik perusahaan mitra perlu membuat


kebijakan pemberian potongan harga (discount) yaitu dengan
menggunakan metode introductory price dealing, cara ini sering diterapkan
pada tahap perkenalan produk baru, sebagai gabungan usaha promosi dan
potongan harga tunai. Tujuannya untuk mempercepat produk memasuki
pasar pada tahap pertumbuhan.

4) Perusahaan mitra lebih memperhatikan kemasan (packaging), disamping


manfaat dan kegunaan dari beras organik. Biasanya dikemas
menggunakan plastik yang bagus dan berwarna, adanya merek dan label.
Semuanya tercetak di dalam kemasan serta dilengkapi dengan sertifikasi
mutu dan perijinan.

5) Dalam hukum penjualan berlaku istilah lokasi strategis, artinya perusahaan


mitra harus menemukan lokasi yang bisa mengangkat penjualan suatu

82
produk lebih banyak. Perusahaan mitra biasanya menggunakan sarana
bauran pemasaran, seperti iklan (dicantumkan lokasi untuk memperoleh
beras organik); publisitas yaitu ikut serta dalam seminar kesehatan sebagai
sponsor (biasanya membagikan leaflet atau brosur berisi keunggulan dan
manfaat beras organik, disertai dengan lokasi penjualan).

6) Untuk mengantisipasi adanya kegagalan panen karena hama atau cuaca


seperti banjir di suatu daerah, yang mana daerah tersebut sudah
mengadakan kerjasama dengan perusahaan mitra. Maka saran yang
diberikan kepada perusahaan mitra diusahakan untuk menyimpan lebih
banyak hasil panen daerah tersebut sebelumnya di gudang yang telah
disediakan. Sehingga tidak akan mengalami kerugian apabila ada
kegagalan panen di daerah tersebut, ataupun tidak akan mengalami
kelangkaan beras organik di pasaran. Alternatif lainnya adalah dengan
menurunkan volume penjualan di tempat pemasaran.

7) Solusi yang digunakan dalam menyelesaikan kendala yang dihadapi dalam


konteks rancangan suatu bisnis :
a) Dalam proses kemitraan ini sebenarnya untuk memasarkan beras
organik adalah tanggung jawab perusahaan mitra. Karena petani lebih
difokuskan dari mulai pemilihan varietas lokal sampai panen.
b) Dalam menetapkan kebijakan harga jual produk beras organik
merupakan tanggung jawab perusahaan mitra, petani tidak
mempunyai wewenang dalam menetapkan harga ke pasaran kecuali
pada waktu kesepakatan harga jual dari petani organik ke perusahaan
mitra.
c) Langkah-langkah perencanaan bisnis kemitraan mulai dari petani
organik sampai ke konsumen akhir (termasuk biaya yang dikeluarkan)
secara ringkas :
Pertama-tama memulai kesepakatan harga jual beras organik dari
para petani ke perusahaan mitra.
Adanya biaya penggilingan yang dilakukan di gudang gabungan
kelompok tani.

83
Adanya biaya transportasi dari Tasikmalaya menuju gudang yang ada
di kota Bandung.
Adanya biaya pengemasan sewaktu beras organik tersebut
dimasukkan kedalam kantong atau karung plastik berwarna.
Adanya tambahan biaya buruh, biaya gudang dan biaya sertifikasi.
Kemudian beras organik ini didistribusikan ke supermarket atau
hypermarket memerlukan biaya transportasi dan biaya penempatan
produk di supermarket atau hypermarket.
Pada akhirnya harga jual ke konsumen bisa jadi dua atau tiga kali
lipat dari pada harga beli petani.
d) Untuk mengantisipasi gejala emosional yang tinggi di kalangan para
petani, maka perlu adanya dukungan para petugas penyuluh
pertanian lapangan, yaitu dengan pembinaan kepada para petani dari
mulai proses pemilihan varietas alami sampai dengan panen,
pengadaan benih lokal, pestisida alami dan pupuk organik, sehingga
produksi bisa terawasi dengan baik.
Para petani diyakinkan bahwa adanya kepastian pembelian hasil
beras organik ataupun beras semi organik oleh perusahaan mitra
dengan harga yang bersaing.
e) Cara untuk merubah kebiasaan para petani, yang tadinya menanam
padi dengan cara konvensional kemudian beralih membudidayakan
padi secara organik, yaitu dengan melihat apakah ada keuntungan
bagi para petani yang mengolahnya.
Hal ini dilihat dari perbandingan keuntungan rata-rata petani yang
menanam padi non-organik, semi organik dan 100% organik :
I. Apabila para petani menanam padi non-organik atau padi biasa,
keuntungan yang didapat misalnya sekitar Rp 3.000 – Rp 3.500 per
kg belum termasuk membayar pestisida dan pupuk urea, maka
keuntungan para petani bisa lebih kecil lagi.
II. Apabila para petani menanam padi organik tetapi hasil yang didapat
masih semi organik, para petani tetap mendapatkan keuntungan
misalnya sekitar Rp 3.000 – Rp 3.500 per kg tetapi tidak perlu
membayar lagi pestisida kimia atau pupuk urea, karena telah

84
menggunakan pestisida dan pupuk organik yang berasal dari alam
di sekitar petani, bila harus dibeli, harganya pun relatif murah.
III. Jika beras yang dihasilkan hasilnya sudah 100% organik, para
petani mendapatkan keuntungan sekitar Rp 5.000 per kg serta tidak
perlu membayar lagi pestisida atau pupuk urea, karena lahan
pertaniannya sudah 100% organik.

8) Ringkasan Eksekutif Business Plan


Profile para petani yang menjadi obyek perancangan bisnis ini adalah yang
tergabung dalam kelompok tani (Gapoktan) Medal Wangi dan Karya Tani di
desa Pasirhuni Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.
Produk yang ditawarkan adalah Beras Organik. Yaitu suatu produk yang
dihasilkan dari padi organik dengan menggunakan metode System of Rice
Intensification (SRI), yaitu suatu metode untuk meningkatkan produktivitas
padi yang berbasiskan pertanian yang ramah lingkungan. Serta Beras Semi
Organik, karena proses menuju organik 100% memerlukan 3-4 kali panen.
Total investasi Rp 1.1M.
BEP PER MONTH 5.838 kg, artinya titik balik modal usaha budi daya beras
organik akan tercapai pada tingkat volume produksi sebanyak 5.838 kg per
bulannya.
IRR 10%, artinya tingkat bunga 10% yang dapat disamakan dengan nilai
sekarang pada saat penerimaan kas dengan pengeluaran investasi awal.
NPV Rp 12.674.099, artinya present value dari investasi adalah Rp
12.674.099 dibandingkan dengan nilai sekarang dari penerimaan-
penerimaan kas bersih, yaitu dari aliran kas operasional maupun kas
terminal di masa yang akan datang. Disini NPV > 0, maka usulan investasi
diterima.
PAYBACK PERIOD 8,19 MONTHS, artinya waktu yang dibutuhkan untuk
pengembalian seluruh dana investasi awal (Initial Investment) adalah 8,19
bulan.
Segmentasi pasar bagi beras yang 100% organik adalah kalangan
masyarakat menengah ke atas ataupun mempunyai penghasilan yang
tinggi dan hidup mapan, serta menjadikan beras organik sebagai menu
kesehariannya; penempatan produk ada di supermarket tertentu atau

85
hypermarket ataupun toko-toko yang khusus menjual hasil bumi maupun
buah-buahan dengan kualitas terbaik.
Segmentasi pasar untuk beras semi organik adalah kalangan masyarakat
yang ingin mencoba beras organik ataupun ingin hidup sehat dengan
kemampuan ekonomi yang terbatas. Penempatan produk lebih tersebar di
semua supermarket, toserba (Griya Yogya), toko 24 jam (Alfa Mart atau
Circle Q) ataupun hypermarket, dengan harga yang terjangkau.
Para penderita diabetes atau obesitas (kegemukan), dan para konsumen
yang menjalankan program diet merupakan pasar sasaran yang khusus
bagi beras 100% organik maupun beras semi organik.

86
DAFTAR PUSTAKA

Amelda, B. 2008. Studi Kelayakan Bisnis Non Core SPBU Pada PT Kereta Api

Indonesia. Tesis Program Magister Manajemen (MM). Universitas

Widyatama. Bandung.

Andoko, A. 2007. Budidaya Padi Secara Organik. Cetakan Ketujuh. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Asri, M. 1991. Marketing. Cetakan Kedua. Penerbit UPP – AMP YKPN.

Yoyakarta.

Deptan Kab. Sragen. 2006. Profil Agribisnis. Dinas Pertanian dan Ketahanan

Pangan. Kabupaten Sragen. Jawa Tengah.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan. 2003. Bagian 1 Pembelajaran Ekologi Tanah.

Panduan Pembelajaran Pertanian Ramah Lingkungan. UPTD Balai

Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat. Bandung.Hal. 4.

Dinas Pertanian Kab. Tasikmalaya. 2008. Petunjuk Teknis – Kegiatan

Pemantapan Kawasan SRI DAU Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2008.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Kabupaten Tasikmalaya. Jawa Barat.

Gomes, M., Luis, R., Balkin, David, B., & Cardy, R. L. 2004. Managing Human

Resources. 4th edn. Prentice Hall.

Haruman, T. 2007. Risk Management – Manajemen Resiko. Diktat Mata Kuliah

Risk Management bulan September 2007. Program Magister Manajemen.

Universitas Widyatama. Bandung.

Iwantono, S. 2002. Kiat Sukses Berwirausaha: Strategi Baru Mengelola Usaha

Kecil dan Menengah (Bab 7: Kemitraan Usaha). Penerbit Grasindo.

Jakarta.

x
Kusmuljono, B. S. 2007, Sistem Pengembangan Usaha Pertanian Berbasis

Lingkungan Didukung Lembaga Keuangan Mikro. DR disertasi, Sekolah

Pascasarjana IPB. Bogor.

Koran Suara Pembaharuan 18 Maret 2008. Hal. 10. Editorial.

Kotler, P. & Gary, A. 1991. Principles of Marketing. 5th edn. Holt Saunders

International.

Majalah Wirausaha & Keuangan (W K), Edisi 54/17/Th. VII, Sept. 2007, hal. 8-9.

Majalah Duit! Edisi No 02/III/Februari 2008, hal. 82.

Mc. Carthy, E. V. 1975. Basic Marketing. 5th edn. Town-Book Co.

Nisemito, A. 1996. Marketing. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.

Natoradjo, S. A. 1972. Unsur-Unsur Marketing. Edisi ke tiga. Penerbit Alumni.

Bandung.

Nazir, M. 1999. Metode Penelitian. Cetakan Keempat. Penerbit Ghalia. Jakarta.

Phillip and Duncan. 1956. Marketing Principles and Methods. Richard D. Irwin

Inc, Homewood, Illinois.

Prabowo, H. 2004. Dasar-Dasar Penyusunan Business Plan. Diktat Mata Kuliah

Business Plan bulan Agustus 2007. Program Magister Manajemen.

Universitas Widyatama. Bandung.

Rachmat, J. 1998. Metode Penelitian Komunikasi. Penerbit Rosda Karya.

Bandung.

Ries, A., Laura, R. & Hermawan K. 1999. The 22 Immutable Laws of Branding –

Strategy Membangun Produk atau Jasa Menjadi Merek Berkelas Dunia.

Penerbit PT Gramedia Pustaka Umum. Jakarta.

Robbins, S. P. & Coulter, M. 2003. Management. 7th edn. Prentice Hall. New

Jersey.

xi
Riduwan. 2008. Metode & Teknik Menyusun Tesis. Cetakan Keempat. Penerbit

Alfabeta. Bandung.

Stanton, W. J., Michael J. E. & Bruce J. W. 1991. Fundamentals of Marketing. 9th

edn. Mc Graw-Hill Book Co.

Suwasta, B. DH. dan Irawan. 1996. Manajemen Pemasaran Modern. Penerbit

Liberty. Yogyakarta.

Saladin, D. 2002. Intisari Pemasaran dan Unsur-Unsur Pemasaran. Cetakan

Kedua (Revisi). CV Linda Karya. Bandung.

Solihin, I. 2007. Memahami Business Plan. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Sugiama, A. G. 2008. Metode Riset Bisnis dan Manajemen. Edisi Pertama.

Penerbit Guardaya Intimarta. Bandung.

Supangat, A. 2006. Statistika Untuk Ekonomi dan Bisnis. Cetakan Ke satu.

Penerbit Pustaka. Bandung.

Wheelan, T. L. & Hunger, D. J. 2004. Strategic Management and Business

Policy. 9th edn. Prentice Hall. New Jersey.

www.collegetermpapers.com/TermPapers/Miscellaneous?Pemasaran_Proposal.

shtml

www.connecti.biz/member/library_simple.php?artikel_id=49&kategori_id=52

http://oky.or.id/blog/?p=38

www.elsppat.or.id/artikel02.php?aid=76

www.elsppat.or.id/artikel02.php?aid=96

xii
xiii

Anda mungkin juga menyukai