Kooperatif Learning
Kooperatif Learning
KOOPERATIF LEARNING
A. Latar Belakang
Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah. Kita tidak bisa
lagi mempertahankan paradigma lama tersebut. Teori, penelitian, dan
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar membuktikan bahwa para guru sudah
harus mengubah paradigma pengajaran. Pendidik perlu menyusun dan
melaksanakan kegiatan belajar mengajar berdasarkan beberapa pokok
pemikiran antara lain pengetahuan ditemukan, dan dikembangkan oleh siswa,
siswa membangun pengetahuan secara aktif, pengajar perlu berusaha
mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa, dan pendidikan adalah
interaksi pribadi di antara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa.
1
Berdasarkan hal tersebut di atas , maka penyusun akan memaparkan
dalam makalah ini tentang pembelajaran cooperative learning.
Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa
di anggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur
model pembelajaran cooperative learning harus di terapkan, yaitu saling
Ketergantungan Positif, tanggung Jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi
antar anggota, dan evaluasi proses kelompok.
2
bagian percetakan dan loper surat kabar.Semua orang ini bekerja demi tercapai
satu tujuan yang sama,yaitu terbitnya sebuah surat kabar dan sampainya surat
kabar tersebut ditangan pembaca.
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan
pola penilaian di buat menurut prosedur model pembelajaran cooprative learning,
setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam
penyusunan tugasnya.
Berbeda dengan bila guru yang masuk ke kelas dan menugaskan siswanya
untuk saling berbagi tanpa persiapan, pelajar yang efektif dalam model
pembelajaran cooperative learning membuat persiapan dan menyusun tugas
sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus
melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam
kelompok bisa melaksanakan. Dalam teknik Jigsaw yang di kembangkan
Aronson misalnya, bahan bacaan dibagi menjadi empat bagian dan masing-
masing siswa mendapat dan membaca satu bagian. Dengan cara demikian,
siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan di ketahui dengan jelas dan
mudah. Rekan-rekan dalam satu kelompok akan menuntutnya untuk melaksakan
tugas agar tidak menghambat yang lainnya.
c. Tatap Muka
3
Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar di bekali dengan berbagai
keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam
kelompok,pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap
siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu
kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggota untuk saling
mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
Ada kalanya pembelajar perlu diberi tahu secara eksplisit mengenai cara-cara
berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana caranya menyanggah pendapat
orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang tersebut. Masih banyak
orang yang kurang sensitif dan kurang bijak sana dalam menyatakan pendapat
mereka.Tidak ada salahnya mengajar siswa beberapa ungkapan positif atau
sanggahan dalam ungkapan yang lebih halus.
Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas model
cooperative learning, yakni pengelompokan, semangat cooperative learning, dan
penataan ruang kelas.
a. Pengelompokan
4
satu sekolah. Jadi, di dalam satu kelas ada kelompok siswa pandai dan
kelompok lemah. Atau ada kelas-kelas unggulan dan ada pula kelas –kelas
berbelakang di dalam satu sekolah. Praktik-praktik ini malah sering menjadi
kebiasaan yang di banggakan di beberapa sekolah unggulan di Indonesia
ataupun di luar negeri yang ingin menonjolkan kelas khusus mereka yang terdiri
dari anak-anak cerdas dan berbakat.
Menurut Scott Gordon dalam bukunya History and Phisolophy of Social Science
(1991), pada dasarnya manusia senang berkumpul dengan yang sepadan dan
membuat jarak dengan yang berbeda. Namun, pengelompokan dengan orang
lain yang sepadan dan serupa ini bisa nmenghilangkan kesempatan anggota
kelompok untuk memperluas dan memperkaya diri, karena dalam kelompok
homogen tidak terdapat banyak perbedaan yang bisa mengasah proses berpikir,
bernegosiasi, berargumentasi, dan berkembang.
5
Secara umum, kelompok heterogen disukai oleh para guru yang telah memakai
metode pembelajaran cooperative learning karena beberapa alasan. Pertama,
kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mendukung. Kedua,
kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antara, agama, etnik, dan gender.
Terakhir, kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan
adanya satu orang orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru
mendapatkan satu asisten untuk setiap tiga orang.
Salah satu kendala yang mungkin dihadapi guru dalam hal pengelompokan
heterogen adalah keberatan dari pihak siswa yang berkemampuan akademis
tinggi (atau orang tua mereka pada tingkat sekolah dasar). Siswa dari kelompok
ini bisa merasa “rugi” dan dimanfaatkan tanpa bisa mengambil manfaat apa-apa
dalam kegiatan belajar cooperatve learning karena rekan-rekan mereka dalam
kelompok tidak lebih pandai dari mereka. Tidak jarang, protes ini juga
disampaikan kepada guru baik secara langsung maupun tidak. Kepada siswa
ataupun orang tua semacam ini, perlu dijelaskan bahwa sebenarnya siswa
dengan kemampuan akamis tinggi pun akan menarik manfaat secara kognitif
atau efektif dalam kegiatan belajar Cooperative Learning bersama siswa lain
dengan kemampuan yang kurang. Mengajar adalah guru yang terbaik. Dengan
mengajarkan apa yang seseorang baru pelajari, dia akan lebih bisa menguasai
atau menginternalisasi pengetahuan dan keterampilan barunya. Secara efektif,
siswa berkemampuan akademis tinggi juga perlu melatih diri untuk bisa bekerja
sama dan berbagi dengan mereka yang kurang.kemampuan bekerja sama ini
akan sangat bermanfaat nantinya dalam dunia kerja dan kehidupan
bermasyarakat.
Jumlah anggota dalam satu kelompok bervariasi mulai dari 2 sampai dengan 5,
menurut kesukaan guru dan kepentingan tugas . Tentu saja, masing-masing
mempunyai kekurangannya.
Kelompok Berpasangan
Kelebihan:
Kekurangan:
• banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor
• lebih sedikit ide yang muncul
• jika ada perselisihan,tidak ada penengah
Kelompok Bertiga
6
kelebihan :
Kekurangan:
• Banyak kelompok yang akan melapor dan dimonitor
• Lebih sedikit ide yang muncul
• Lebih mudah dan cepat membentuknya
Kelompok Berempat
kelebihan :
Kekurangan:
• Membutuhkan lebih banyak waktu
• Membutuhkan sosialisasi yang lebih baik
• Jumlah genap bisa menyulitkan proses pengambilan suara
• Kurang kesempatan untuk mentribusiin individu
• Siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak memperhatikan
Kelompok Berlima
kelebihan :
Kekurangan:
• Membutuhkan sosialisasi yang lebih baik
• Siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak
memperhatikan
• Kurang kesempatan untuk individu
7
Agar kelompok bisa bekerja secara efektif dalam proses pembelajaran gotong
royong,masing-masing anggota kelompok perlu mempunyai semangat gotong
royong.Seperti dijelaskan didepan,semangat ini tidak diperoleh dalam
sekejap.Semangat gotong royong ini bisa dirasakan dengan Pembina niat dan
kiat siswa dalam bekerja sama dengan siswa-siswa yang lainnya.
Niat siswa bisa di bina dengan beberapa kegiatan yang bisa membuat relasi
masing-masing anggota kelompok lebih erat yakni kesamaan kelompok, identitas
kelompok, sapaan dan sorak kelompok.
1) Kesamaan Kelompok
Kelompok akan yang mereka bersatu jika mereka bisa menyadari kesamaan
yang mereka punyai.Kesamaan ini tidak berarti menyeragamkan semua
keinginan, minat, dan kemampuan anggota kelompok. Justru untuk bisa melihat
persamaan yang mereka punyai, masing-masing anggota kelompok harus bisa
melihat rekan-rekannya yang lain terlebih dahulu. Beberapa kegiatan bisa
dilakukan untuk memberi kesempatan kepada para siswa agar lebih mengenal
satu sama lain dengan lebih baik dan akrab. Merasa diri mengenal dan diterima
oleh kelompoknya merupakan hal yang sangat penting bagi terlaksananya kerja
sama dalam kelompok.
siswa bisa mewawancarai satu sama lain mengenai banyak hal, seperti arti
nama mereka, cita-cita dan impian, saudara, makanan kesukaan, jenis olahraga
kesukaan, binatang peliharaan, dan sebagainya. Jika perlu, guru juga bisa
mengarahkan siswa dengan jenis pertanyaan yang bisa dipakai dalam
wawancara.
Anggota kelompok duduk melingkar. Salah satu siswa memegang bola kecil
(bisa juga dibuat dari meremas kertas buram ) dan melemparkanya kesalah satu
temanya. Setelah melempar, siswa tersebut menanyakan beberapa hal,
misalnya’ siapa tokoh yang paling kamu kagumi?’ setelah siswa kedua
menjawab, dia akan melempar bola ketemanya yang lain dan menanyakan.
Demikian seterusnya.
8
Dibalik semua keunikan dan perbedaan masing-masing siswa yang harus
dihargai, pasti ada beberapa persamaan diantara mereka dalam satu kelompok
setelah kegiatan-kegiatan perkenalan, para anggota kelompok bisa mencari
kesamaan diantara mereka proses ini bisa dilaksanan untuk mencari identitas
kelompok masing-masing kelompok bisa mencari kesamaan dalam kelompo
mereka sendiri yang tidak dimili oleh kelompok yang lain. Salah satu kegiatan
untuk mencari kesamaan ini adalah jendela kesamaan (kagan,1992)
Kegiatan ini bisa dilakukan dalam kelompok berempat salah satu siswa
menggambar empat persegi panjang ditengah-tengah selebar kertas. Siswa
kedua menarik garis dari sudut dihubungkan ke empat bagian diberi no 1,2,3,dan
4.
Sapaan dan sorak kelompok ini bisa dipakai berulang-ulang selama tahun ajaran
untuk beberapa keperluan. Kelompok bisa memberi semangat salah satu
rekanya yang dipanggil maju oleh guru. Ada kalanya pula suasana kel;as
menjadi jenuh dan membosankan. Dalam saat-saat seperti ini, guru bisa
9
membangunkan siswa-siswa yang mengantuk dan menghidupkan semangat
belajar siswa dengan meluangkan beberapa detik saja untuk sapaan dan sorak
kelompok.
a. Mencari Pasangan
b. Bertukar pasangan
c. Berpikir-Berpasangan-Berempat
10
Kegiatan pembelajaran cooperative learning. Teknik ini memberi siswa
kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain.
Keunggulan lain dari teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa.Dengan
metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan
hasilnya untuk seluruh kelas,teknik Berpikir-Berpasangan-Berempat ini memberi
kesempatan sedikitnya delapan kali lsbih banyak kepada setiap siswa untuk
dikenali dan menunjukan partisipasi mereka kepada orang lain.
Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua
tingkatan usia anak didik.
Teknik belajar mengajar berkirim salam dan soal memberi siswa kesempatan
untuk melatih pengetahuan dan ketermpilan mereka.Siswa membuat pertanyaan
sendiri sehingga akana merasa lebih terdorong untuk belajar dan menjawab
pertanyaan yang dibuat oleh teman sekelasnya.
Kegiatan berkirim salam dan soal cocok untuk persiapan menjelang tes dan
ujian. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua
tingkatan usia anak didik.
e. Kepala Bernomor
11
g. Dua Tinggal Dua Tamu
Teknik belajar mengajar Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray)
dikembangkan oleh spencer kagan (1992) dan bisa digunakan bersama dengan
teknik kepala Bernomor. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran
dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Struktur Dua Tinggal Dua Tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk
membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Banyak kegiatan belajar
mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja
sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal
dalam kenyataan hidup diluar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling
bergantung satun dengan yang lainya. Christophorus Columbus tidak akan
menemukan benua Amerika jika tidak bergerak oleh penemuan Galileo Galilei
yang menyatakan bahwa bumi itu bulat. Einstein pun mendasarkan teori-teorinya
pada teori Newton
h. Keliling Kelompok
Teknik bagian belajar mengajar Keliling Kelompok bis adigunakan dalam semua
mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik
i. Kancing Gemerincing
12
anggota yang pasif akan terlalu menggantungkan diri apa rekanya yang
dominan. Teknik belajar mengajar Kancing Gumerincing bahwa setiap siswa
mendapatkan kesempatan untuk berperan serta.
j. Keliling Kelas
Sakah satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang jelas dan
memungkinkan siswa untuk berbagi dangan pasangan yang jelas berbeda
dengan singkat dan teratur. Selain itu, siswa bekerja dengan sesame siswa
dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk
mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Lingkaran
Kecil Lingkaran Besar bisa digunakan untuk semua tingkatan usia anak didik dan
sangat disukai, terutama oleh anak-anak.
l.Tari Bambu
Teknik ini diberi nama Tari Bambu, karena siswa berjajar dan saliung
berhadapan dan model yang mirip seperti dua potong bamboo yang digunakan
dalam tari bamboo Filipina yang juga popular di beberapa daerah di Indonesia.
Dalam kegiatan belajar mengajar dengan teknik ini, siswa saling berbagi
informasi pada saat yang bersamaan. Pendekatan ini bisa digunakan dalam
13
beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan sosial, agama, matematika,
dan bahasa. Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan teknik ini
adalah bahan yang membutuhkan pertukaran pengalaman, pikiran, dan
informasi antar siswa.
Salah satu keunggulan dari teknik ini adalah adanya struktur yang jelas dan
memungkinkan siswa untuk berbagi ndengan pasangan yang berbeda dengan
singkat dan dan teratur. Siswa bekerja dengan sesame siswa dalam suasana
gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah
informasidan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Tari Bambu bisa
digunakan untuk semua tingkatan usia anak didik
m. Jigsaw
n. Bercerita Berpasangan
Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman
siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran
14
menjadi lebih bermakna.Dalam kegiatan ini,siswa dirangsang untuk
mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi.buah-buah pemikiran
mereka akan dihargai sehingga siswa merasa makin terdorong untuk belajar.
Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong
dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Bercerita berpasangan bisa
digunakan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Sebenarnya, ketidakadilan ini tidak perlu terjadi dalam kerja kelompok jika guru
benar-benar menerapkan prosedur sistem pengajaran/penilaian Coomperative
Learning. Dalam buku yang berjudul coomperative learning, rogen dan David
Johnson mengatakan tidak semua kerja kelompok bisa dianggap coomperative
learning. Ada beberapa prosedur dan unsur yang harus diterapkan dalam sistem
pengajaran coomperative learning. Di antaranya adalah tanggung jawab pribadi
dan kesaling tergantungan positif.
Dalam penilaian, siswa mendapat nilai pribadi dan nilai kelompok. Siswa bekerja
sama dengan metode coomperative learning. Mereka saling membantu dalam
mempersiapkan diri untuk tes. Kemudian, masing-masing mengerjakan tes
sendiri-sendiri dan menerima nilai pribadi.
Nilai kelompok bisa dibentuk dengan beberapa cara. Pertama, nilai kelompok
bisa diambil dari nilai terendah yang didapat oleh siswa dalam kelompok. Kedua,
nilai kelompok juga bisa diambil dari rata-rata nilai semua anggota kelompok,
dari’ sumbangan’ setiap anggota. Kelebihan kedua cara tersebut adalah
15
semangat gotong royong yang ditanamkan. Dngan cara ini, kelompok bisa
berusaha lebih keras untuk membantu semua anggota dalam mempersiapkan
diri untuk tes. Namun ,kekurangannya adalah perasaan negatif dan tadak adil
siswa yang mampu akan merasa dirugikan oleh nilai rekannya yang
rendah,sedangkan siswa yang lemah mungkin bisa merasa bersalah karena
sumbangan nilainya paling rendah.
Untuk menjaga rasa keadilan ada cara lain yang bisa dipilih.Setiap anggota
menyumbangkan poin di atas nilai rata-rata mereka sendiri.misalnya, nilai rata-
rata si A adalah 60 dan kali ini dia mendapat 65, dia akan menyumbangkan 5
poin untuk kelompok. Ini berarti setiap siswa, pandai ataupun lamban,
mempunyai kesempatan untuk
Memberikan kontribusi. Siswa lambab tak akan merasa minder terhadap rekan-
rekan mereka karena mereka juga bisa memberikan sumbangan. Malahan
mereka akan merasa terpacu untuk meningkatkan kontribusi mereka dan dengan
demikian menaikan nilai pribadi mereka sendiri.
Metode pembelajaran dan penilaian gotong royong perlu lebih sering dipakai
dalam dunia pendidikan. Agar bisa kondusif bagi proses pendewasaan dan
pengembangan siswa, sistem belajar perlu memperhatikan pula aspek-aspek
afektif. Sistem pringkat hanya menekankan pada hasil belajar yang bersifat
kognitif, sedangkan sistem individu mulai memperhatikan aspek afektif untuk
mencapai hasil-hasil kognitif. Namun patut disadari sistem individu ini bisa
membawa dampak afektif lainnya. Sistem pendidikan gotong royong merupakan
alternatif menarik yang bisa mencegah tumbuhnya keagresifan dalam sistem
kompotisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan asfek
kognitif.
C. Simpulan
Selain itu, suasana positif yang timbul dari metode pembelajaran cooperative
learning bisa memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran
16
dan sekolah/guru. Dalam kegiatan-kegiatan yang menyenangkan ini, siswa
merasa lebih terdorong untuk belajar dan berpikir.
Daftar Pustaka
17