Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
III. PERCOBAAN
1. Alat dan bahan :
serat yang dicobakan :
1. kapas 3. rami
2. rayon viskosa 4. sutera
1
5. wool 9. poliester kapas
6. poliester 10. poliester wool
7. poliakrilat 11. poliester rayon
8. poliamida / nilon
3. Data Percobaan
Data percobaan dan referensi terlampir.
2
IV. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari pecobaan tersebut dengan melihat acuan hasil dan
perbandingan referensi adalah :
suatu serat dalam bereaksi dengan suatu larutan akan membutuhkan waktu tertentu untuk
larut. Melihat hal tesebut dapat dijadikan tambahan sebagai suatu acuan untuk dapat
mengklasifikasikan jenis serat-serat tersebut,
proses pemanasan setelah pengadukan akan lebih menghasilkan reaksi yang sempurna
karena dengan adanya pemanasan maka meningkatkan energi kinetis lalu
menyebabkan serat akan lebih sensitif untuk larut sebagian atau larut sempurna, dan
suatu larutan yang mempunyai konsentrasi lebih besar akan lebih reaktif dalam
mempengaruhi kelarutan serat.
Analisis dengan metode pelarutan disimpulkan cukup efektif walaupun didapat beberapa hasil
yang tidak sesuai dengan referensi karena dalam pengerjaannya dibutuhkan beberapa kali
percobaan agar didapat hasil yang tepat.
3
V. DISKUSI
Melalui data yang diperoleh dan dikomparasikan dengan referensi yang ada maka
dalam percobaan “Analisa Serat dengan Cara Uji Pelarutan” ini terdapat beberapa data yang
melenceng dari referensi, sehingga faktor-faktor yang bisa menjadi penyebabnya dapat
didiskusikan.
Sebagai contoh adalah serat sutera yang dilarutkan dalam HNO3 pekat, pada data
didapatkan tidak dapat larut ( TL ), sedangkan pada referensi dinyatakan bahwa serat sutera
akan mengalami pelarutan sempurna (L) dalam HNO3. Dapat didiskusikan bahwa kemungkinan
pelarut yang digunakan tidak pekat karena tidak melarutkan serat sutera. Contoh kedua adalah
poliester dengan menggunakan pelarut metil salisilat dan dipanaskan dengan bunsen akan
melarutkan serat polister. Dalam data didapat bahwa serat tersebut tidak dapat larut ( TL ),
sedangkan dalam referensi diperoleh melalui pemanasan serat ini akan dapat larut sempurna
juga bahwa dengan pemanasan maka reaksi akan berjalan lebih cepat dan menghasilkan reaksi
yang maksimal.
Dari beberapa contoh ketidaksesuaian data yang praktikan peroleh maka dapat
diberikan sedikit penjelasan, bahwa kesalahan tersebut dapat disebabkan antara lain oleh:
VI. terdapatnya beberapa serat yang rusak (dengan ditandai berubahnya warna
larutan ) akibat terlalu pekatnya larutan atau keadaan awal serat yang memang
telah rusak,
VII. gumpalan serat yang terlalu besar sehingga untuk serat yang seharusnya larut
menjadi lama untuk larut akibatnya praktikan terlalu cepat menyimpulkan, dan
VIII. lamanya pengadukan dan pemanasan sehingga dapat terjadi serat larut bukan
karena proses reaksi dengan larutan tersebut akan tetapi menjadi larut sebagian
dikarenakan proses mekanik dalam pengadukan tersebut.
Analisa serat menggunakan metode pelarutan praktikan nilai dapat menentukan jenis
serat secara pasti tetapi dalam pengerjaannya memerlukan pengulangan agar diperoleh hasil
yang akurat, juga memerlukan jaminan kehigienisan dari alat – alat dan bahannya.
4
REFERENSI
5
Dengan NaOH 10% wol tidak larut
Dengan HNO3 pekat wol larut
Dengan NaOH 45 % wol larut
Dengan Methil Salisilat wol tidak larut
Dengan Cresol wol tidak larut
Untuk Poliester
Dengan H2SO4 60 % serat polister tidak larut
Dengan H2SO4 70 % serat polister tidak larut
6
Dengan aseton serat polister tidak larut
Dengan HCL serat polister tidak larut
Dengan asam format mendidih serat polister tidak larut
Dengan Na OH 10% serat polister tidak larut
Dengan HNO3 pekat (panas) serat polister tidak larut
Dengan HNO3 pekat (dingin) serat polister tidak larut
Dengan Na OH 45 % mendidih serat polister larut
Dengan Methil Salisilat mendidih serat polister tidak larut
Dengan Cresol mendidih serat polister tidak larut
Untuk Poliakrilat
Dengan H2SO4 60 % serat poliakrilat tidak larut
Dengan H2SO4 70 % serat poliakrilat tidak larut
Dengan aseton serat poliakrilat tidak larut
Dengan HCL serat poliakrilat tidak larut
Dengan asam format mendidih serat poliakrilat tidak larut
Dengan Na OH 10% serat poliakrilat tidak larut
Dengan HNO3 pekat serat poliakrilat larut
Dengan Na OH 45 % mendidih serat poliakrilat tidak larut
Dengan Methil Salisilat mendidih serat poliakrilat tidak larut
Dengan Cresol mendidih serat poliakrilat tidak larut
7
VI. Daftar Pustaka
1. Moerdoko Wibowo, S.Teks., Evaluasi Tekstil Bagian Kimia. , Institut Teknologi Tekstil –
Bandung, 1975.
2. Serat – Serat Tekstil. ,Institut Teknologi Tekstil – Bandung.
8
LAPORAN
PRAKTIKUM SERAT TEKSTIL
UJI PELARUTAN
Disusun oleh :