Anda di halaman 1dari 19

Apakah Leukemia itu?

Leukemia adalah jenis kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan jaringan getah bening.
Semua kanker bermula di sel, yang membuat darah dan jaringan lainnya. Biasanya, sel-sel
akan tumbuh dan membelah diri untuk membentuk sel-sel baru yang dibutuhkan tubuh. Saat
sel-sel semakin tua, sel-sel tersebut akan mati dan sel-sel baru akan menggantikannya.

Tapi, terkadang proses yang teratur ini berjalan menyimpang, Sel-sel baru ini terbentuk meski
tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel lama tidak mati seperti seharusnya. Kejanggalan ini
disebut leukemia, di mana sumsum tulang menghasilkan sel-sel darah putih abnormal yang
akhirnya mendesak sel-sel lain.

Apa penyebab Leukemia?


Dokter tidak selalu bisa menjelaskan mengapa ada orang yang mengidap leukemia sedangkan
orang lain terhindar dari penyakit itu. Namun, kita tahu bahwa orang dengan faktor-faktor
risiko tertentu lebih besar kemungkinannya terkena leukemia.

Penelitian menemukan bahwa orang yang terpapar radiasi sangat tinggi dan zat kimia industri
(misalnya benzena dan formaldehida) memiliki tingkat risiko leukemia yang lebih besar.

Selain itu, pasien yang dirawat dengan obat-obatan anti-kanker (seperti bahan-bahan alkilasi)
terkadang terkena leukemia beberapa tahun mendatang. Dan pasien yang terkena virus
leukemia sel-T manusia (HTLV-I/Human T-cell leukemia virus-I) juga rentan terhadap
penyakit ini. Faktor-faktor risiko lainnya termasuk orang dengan genetika tertentu (misalnya
sindroma Down) atau kelainan darah tertentu (seperti sindroma myelodysplastic).

Gejala
Seperti semua sel-sel darah, sel-sel leukemia mengalir ke seluruh tubuh. Tergantung pada
jumlah sel-sel yang abnormal dan tempat sel-sel ini terkumpul, pasien leukemia mempunyai
sejumlah gejala umum antara lain:

 Demam atau keringat malam


 Infeksi yang sering terjadi
 Merasa lemah atau letih
 Sakit kepala
 Mudah berdarah dan lebam (gusi berdarah, bercak keunguan di kulit, atau bintik-bintik
merah kecil di bawah kulit)
 Nyeri di tulang atau persendian
 Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut (akibat pembesaran limpa)
 Pembengkakan, terutama di leher atau ketiak
 Kehilangan berat badan

Diagnosis
Jika Anda mempunyai gejala atau hasil skrining yang mengarah ke penyakit leukemia, dokter
harus mengetahui apakah gejala tersebut berasal dari kanker atau dari kondisi kesehatan yang
lain. Anda akan diminta untuk menjalani tes darah dan prosedur diagnostik berikut ini:

 Pemeriksaan fisik – dokter akan memeriksa pembengkakan di kelenjar getah bening,


limfa, limpa dan hati.
 Tes darah – laboratorium akan memeriksa jumlah sel-sel darah. Leukemia
menyebabkan jumlah sel-sel darah putih meningkat sangat tinggi, dan jumlah
trombosit dan hemoglobin dalam sel-sel darah merah menurun. Pemeriksaan
laboratorium juga akan meneliti darah untuk mencari ada tidaknya tanda-tanda
kelainan pada hati dan/atau ginjal.

 Biopsi – dokter akan mengangkat sumsum tulang dari tulang pinggul atau tulang besar
lainnya. Ahli patologi kemudian akan memeriksa sampel di bawah mikroskop, untuk
mencari sel-sel kanker. Cara ini disebut biopsi, yang merupakan cara terbaik untuk
mengetahui apakah ada sel-sel leukemia di dalam sumsum tulang.
 Sitogenetik – laboratorium akan memeriksa kromosom sel dari sampel darah tepi,
sumsum tulang, atau kelenjar getah bening.
 Processus Spinosus – dengan menggunakan jarum yang panjang dan tipis, dokter
perlahan-lahan akan mengambil cairan cerebrospinal (cairan yang mengisi ruang di
otak dan sumsum tulang belakang). Prosedur ini berlangsung sekitar 30 menit dan
dilakukan dengan anestesi lokal. Pasien harus berbaring selama beberapa jam
setelahnya, agar tidak pusing. Laboratorium akan memeriksa cairan apakah ada sel-sel
leukemia atau tanda-tanda penyakit lainnya.
 Sinar X pada dada – sinar X ini dapat menguak tanda-tanda penyakit di dada.

Pengobatan apa yang ditawarkan?


Kemoterapi

Sebagian besar pasien leukemia menjalani kemoterapi. Jenis pengobatan kanker ini
menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel leukemia. Tergantung pada jenis
leukemia, pasien bisa mendapatkan satu jenis obat atau kombinasi dari dua obat atau lebih.

Pasien leukemia bisa mendapatkan kemoterapi dengan berbagai cara:

 Melalui mulut
 Dengan suntikan langsung ke pembuluh darah balik (atau intravena)
 Melalui kateter (tabung kecil yang fleksibel) yang ditempatkan di dalam pembuluh
darah balik besar, seringkali di dada bagian atas - Perawat akan menyuntikkan obat ke
dalam kateter, untuk menghindari suntikan yang berulang kali. Cara ini akan
mengurangi rasa tidak nyaman dan/atau cedera pada pembuluh darah balik/kulit.
 Dengan suntikan langsung ke cairan cerebrospinal – jika ahli patologi menemukan sel-
sel leukemia dalam cairan yang mengisi ruang di otak dan sumsum tulang belakang,
dokter bisa memerintahkan kemoterapi intratekal. Dokter akan menyuntikkan obat
langsung ke dalam cairan cerebrospinal. Metode ini digunakan karena obat yang
diberikan melalui suntikan IV atau diminum seringkali tidak mencapai sel-sel di otak
dan sumsum tulang belakang.

Terapi Biologi

Orang dengan jenis penyakit leukemia tertentu menjalani terapi biologi untuk meningkatkan
daya tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini diberikan melalui suntikan di dalam
pembuluh darah balik.

Bagi pasien dengan leukemia limfositik kronis, jenis terapi biologi yang digunakan adalah
antibodi monoklonal yang akan mengikatkan diri pada sel-sel leukemia. Terapi ini
memungkinkan sistem kekebalan untuk membunuh sel-sel leukemia di dalam darah dan
sumsum tulang. Bagi penderita dengan leukemia myeloid kronis, terapi biologi yang
digunakan adalah bahan alami bernama interferon untuk memperlambat pertumbuhan sel-sel
leukemia.
Terapi Radiasi

Terapi Radiasi (juga disebut sebagai radioterapi) menggunakan sinar berenergi tinggi untuk
membunuh sel-sel leukemia. Bagi sebagian besar pasien, sebuah mesin yang besar akan
mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya
sel-sel leukemia ini. Beberapa pasien mendapatkan radiasi yang diarahkan ke seluruh tubuh.
(Iradiasi seluruh tubuh biasanya diberikan sebelum transplantasi sumsum tulang.)

Transplantasi Sel Induk (Stem Cell)

Beberapa pasien leukemia menjalani transplantasi sel induk (stem cell). Transplantasi sel
induk memungkinkan pasien diobati dengan dosis obat yang tinggi, radiasi, atau keduanya.
Dosis tinggi ini akan menghancurkan sel-sel leukemia sekaligus sel-sel darah normal dalam
sumsum tulang. Kemudian, pasien akan mendapatkan sel-sel induk (stem cell) yang sehat
melalui tabung fleksibel yang dipasang di pembuluh darah balik besar di daerah dada atau
leher. Sel-sel darah yang baru akan tumbuh dari sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi
ini.

Setelah transplantasi sel induk (stem cell), pasien biasanya harus menginap di rumah sakit
selama beberapa minggu. Tim kesehatan akan melindungi pasien dari infeksi sampai sel-sel
induk (stem cell) hasil transplantasi mulai menghasilkan sel-sel darah putih dalam jumlah
yang memadai.

Jenis dukungan apa saja yang tersedia?


CanHOPE adalah sebuah tim pendukung hasil inisiatif ParkwayHealth bersama dengan tim
dokter multi-disiplin yang berupaya menjalankan metode holistik untuk merawat kanker tanpa
ada biaya tambahan. Para penasehat menjalankan layanan konseling kanker melalui telepon
hotline dan email, untuk memberikan dukungan emosi dan psiko-sosial kepada semua pasien
dan perawatnya, agar mereka bisa mengatasi kanker dengan efektif. Layanan konseling temu
muka juga bisa diselenggarakan.

Pasien, profesional kesehatan & publik juga bisa mendapatkan informasi kanker terbaru, tes
skrining yang terkait, pengobatan dan rujukan ke layanan kanker yang tepat, informasi untuk
layanan rehabilitasi dan layanan dukungan lanjutan, saran-saran tentang efek samping
pengobatan kanker, strategi mengatasi kanker, pola makan serta gizi.

Leukemia adalah jenis kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan jaringan getah bening.
Sebagian besar pasien leukemia menjalani kemoterapi yaitu jenis pengobatan dengan
menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel leukemia. Tergantung pada jenis
leukemia, pasien bisa mendapatkan satu atau kombinasi dari dua obat atau lebih. Pada jenis
penyakit leukemia tertentu dilakukan terapi biologi untuk meningkatkan daya tahan alami
tubuh terhadap kanker. Terapi ini diberikan melalui suntikan di dalam pembuluh darah balik.
Bagi pasien dengan leukemia limfositik kronis, menggunakan terapi biologi jenis antibodi
monoklonal yang akan mengikatkan diri pada sel-sel leukemia. Terapi ini memungkinkan
sistem kekebalan untuk membunuh sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Bagi
penderita dengan leukemia myeloid kronis, terapi biologi yang digunakan adalah bahan alami
bernama interferon untuk memperlambat pertumbuhan sel-sel leukemia. Jalan terapi
selanjutnya dapat dilakukan melalui radioterapi dengan sinar berenergi tinggi untuk
membunuh sel-sel leukemia. Sebuah mesin besar mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau
bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel-sel leukemia ini. Beberapa pasien
mendapatkan radiasi yang diarahkan ke seluruh tubuh. Iradiasi seluruh tubuh biasanya
diberikan sebelum transplantasi sumsum tulang.

Terobosan terbaru adalah transplantasi sel induk / sel tunas (stem cell). Contoh penggunaan
terapi stem cell yang sudah sering didengar adalah tranplantasi sumsum tulang untuk penderita
keganasan hematologis seperti leukemia maupun kelainan genetik seperti thalassemia.
Kesulitan cara ini adalah pemenuhan syarat mutlak kecocokan HLA (Human Leucocyte
Antigent) 100% antara donor dan resipien (penerima). Di samping stem cell dari sumsum
tulang, diusahakan pula stem cell dari darah tepi dengan teknik penyaringan tertentu.

Sumber utama stem cell dalam tubuh tampaknya bukan sumsum tulang, melainkan cairan ari-
ari (umbilical cord blood). Perkembangan sumber stem cell mencapai ke arah yang lebih baik
yaitu dari darah tali pusat. Stem cell dari darah tali pusat cenderung lebih baik, karena lebih
“murni” dari perubahan ciri genetik daripada setelah tumbuh dewasa. Perubahan genetik
tersebut bisa terjadi oleh pengaruh infeksi ataupun faktor lingkungan (misalnya radiasi). Sel
tunas pada ari-ari lebih segar, lebih plastis, dan lebih aktif ketimbang sel tunas dari sumber
lain. Meskipun demikian, sel terbaik untuk dijadikan sumber stem cell adalah sel embrionik
manusia, yang muncul pada embrio bayi yang berumur sekitar 7 hari. Sel ini merupakan sel-
sel blastosit yang paling gesit. Namun, sampai saat ini, pengambilan sel tunas dari sumber ini
masih menjadi kontroversi karena hal tersebut sama dengan membunuh sang janin.

Pada umumnya, Stem cell  terletak di area tersembunyi yang kurang oksigen pada sumsum
tulang. Sel-sel ini muncul ketika tubuh mengalami luka, menuju ke dalam sel otak ketika
terjadi stroke, menyelinap ke sel darah merah ketika nyeri akibat leukemia muncul, dan
seterusnya. Salah satu kelebihan sel tunas ini yaitu meski disuntik ke berbagai pembuluh
darah, ia tak pernah lupa jalan pulang ke sel awalnya (sel yang mengalami cedera). Darah tali
pusat juga belum mengandung sel-sel imun yang relatif matur, sehingga reaksi penolakan
imunologis lebih rendah. Dengan demikian, darah tali pusat bisa ditransplantasikan ke pasien
lain tanpa harus mendapatkan kecocokan HLA 100%. Kecocokan sekitar 60% sudah mampu
mencegah reaksi penolakan. Dalam perkembangannya, tentu bukan hanya penyakit darah
yang diharapkan bisa diatasi dengan terapi stem cell.

Pengobatan stem cell dilakukan dengan menyuntikkan sel tunas ke dalam sel yang rusak di
organ tubuh. Pasien akan mendapatkan stem cell yang sehat melalui tabung fleksibel yang
dipasang di pembuluh darah balik besar di daerah dada atau leher. Sel-sel darah yang baru
akan tumbuh dari stem cell hasil transplantasi ini. Setelah transplantasi sel induk, pasien
biasanya harus menginap di rumah sakit selama beberapa minggu. Tim kesehatan akan
melindungi pasien dari infeksi sampai sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi mulai
menghasilkan sel-sel darah putih dalam jumlah yang memadai. [ITA]

Perfusi jaringan tidak efektif


Diagnosis keperawatan versi revisi dari NANDA perfusi jaringan “Perfusi jaringan (renal,
cerebral, cardiopulmonary, gastrointestinal & peripheral) tidak efektif”.
Tidak lagi menggunakan diagnosa keperawatan hanya dengan “perfusi jaringan tidak efektif “
tetapi sepertinya masih banyak yang menggunakan pernyataan diagnosis yang lama. Padahal,
demi keseragaman bahasa keperawatan, akan lebih baik jika pernyataan diagnosis adalah
sama, dan selama ini keperawatan di Indonesia masih mengacu ke NANDA dari Amerika.
Untuk mengangkat suatu diagnosis keperawatan, bisa langsung melihat tanda-gejala-nya.
Untuk “cerebral” harusnya ada:
1. perubahan status mental (kesadaran)
2. perubahan perilaku
3. perubahan respon motorik
4. perubahan reaksi pupil
5. kesulitan menelan
6. kelemahan ekstremitas
7. paralisis

Jika yang ditemukan pada pasien yang dirawat adalah “pusing” atau “hepiplegi/hemiparese”
saja, lebih baik yang diangkat adalah:
1. Nyeri akut/nyeri kronis (untuk data “pusing”), p. 154-155
2. Gangguan mobilitas fisik (untuk data “hemiplegi/hemiparese), p. 138-139
Berikutnya menentukan etiologi (PE S). Di NANDA tertulis, etiologi untuk “perfusi jaringan
tidak efektif” adalah :
1. perubahan efinitas hemoglobin (untuk oksigen)
2. penurunan konsentrasi hemogoblin darah
3. racun enzym
4. perubahan masalah
5. hipoventilasi
6. hipovolemia
7. hipervolemia
8. gangguan transport oksigen
9. interupsi aliran darah
10. ketidaksesuaian antara ventilasi dengan aliran darah

Vaksinasi Bisa Kurangi Risiko Leukemia Pada Anak

Vera Farah Bararah - detikHealth

<p>Your browser does not support iframes.</p>

(Foto: thinkstock)
Texas, Salah satu jenis kanker yang banyak dijumpai pada anak-anak adalah leukemia (kanker darah).
Tapi ternyata jenis kanker ini bisa dikurangi risikonya dengan melakukan vaksinasi pada anak-anak.

Temuan yang dipublikasikan dalam The Journal of Pediatrics menunjukkan bahwa anak-anak yang
lahir di negara dengan vaksinasi hepatitis B tinggi memiliki peluang 20 persen lebih rendah terkena
semua jenis kanker pada anak.

Selain itu anak-anak yang lahir di negara dengan tingkat vaksinasi tinggi untuk polio dan vaksin
penyakit lainnya memiliki kemungkinan 30-40 persen lebih rendah terkena lymphoblastic leukemia
akut, yaitu penyakit kanker yang mempengaruhi sel-sel darah putih.

"Untuk mengetahui hubungan yang lebih jelas lagi diperlukan penelitian masa depan. Dan ini bukan
berarti anak-anak yang divaksin tidak akan mendapatkan kanker, tapi bisa mengurangi risiko
kemungkinan terkena kanker," ujar Dr Michael Scheurer dari Baylor College of Medicine di Houston,
Texas, seperti dikutip dari Reuters, Senin (7/2/2011).

Berdasarkan salah satu teori yang ada dari studi sebelumnya menunjukkan beberapa infeksi umum
diketahui bisa meningkatkan risiko anak terkena leukemia atau kanker darah, yang diduga karena
adanya efek yang timbul saat perkembangan sistem kekebalan tubuh.

Kanker yang umum dijumpai pada anak-anak adalah kanker leukemia (kanker darah), kanker otak,
kanker tulang belakang dan juga retinoblastoma (kanker pada retina mata). Meskipun kanker di usia
anak-anak terbilang langka, tapi ketika hal itu terjadi justru bisa lebih parah dibandingkan orang
dewasa.

Dalam studi ini peneliti menggunakan data semua diagnosa kanker di negara-negara bagian Amerika
Serikat. Peneliti mengidentifikasi 2.800 kasus kanker yang didiagnosis tahun 1995-2006. Setelahnya
peneliti membandingkan risiko terkena kanker pada anak dengan melihat sejarah vaksinasinya.

Peneliti memfokuskan studinya pada anak-anak yang didiagnosis terkena kanker setelah berusia 2
tahun, yang mana pada usia tersebut umumnya anak-anak telah mendapatkan vaksinasi dengan
lengkap.

Scheurer menuturkan orang-orang bisa mendapatkan manfaat yang lebih dengan memberikan
vaksinasi, karena tidak hanya bisa mencegah beberapa penyakit

menular tapi memberikan manfaat lain dengan mengurangi risiko terkena kanker pada anak-anak.

LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT

Bambang Permono, IDG Ugrasena, Mia Ratwita A

Divisi Hematologi – Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo


BATASAN

Leukemia adalah suatu keganasan organ pembuat darah, sehingga sumsum tulang
didominasi oleh klon maligna limfositik dan terjadi penyebaran sel-sel ganas tersebut
ke darah dan semua organ tubuh.

EPIDEMIOLOGI

Leukemia menempati 40% dari semua keganasan pada anak. Faktor risiko terjadi leukemia adalah kelainan
kromosom, bahan kimia, radiasi, faktor hormonal, infeksi virus.

PATOGENESIS DAN KLASIFIKASI

 Blastosit abnormal gagal berdiferensiasi menjadi bentuk dewasa, sementara


proses pembelahan berlangsung terus. Sel-sel ini mendesak komponen
hemopoitik normal sehingga terjadi kegagalan sumsum tulang. Disamping itu,
sel-sel abnormal melalui peredaran darah melakukan infiltrasi ke organ-organ
tubuh.

 Klasifikasi :

Dikenal 2 golongan besar leukemia akut :

  

o Leukemia limfoblastik akut (LLA) : sel induk berasal dari sel induk sistem limfoid

o Leukemia mieloblastik akut (LMA) : sel induk berasal dari sel induk sistem mieloid

DIAGNOSIS

1. Anamnesis

o Anemia, sering demam, perdarahan, berat badan turun, anoreksia, kelemahan umum.

o Keluhan pembesaran kelenjar getah bening dan perut.


1. Pemeriksaan fisis

 Anemis dan tanda perdarahan : mukosa anemis, perdarahan, ulsera, angina


Ludwig

 Pembesaran kelenjar limfe general

 Splenomegali, kadang hepatomegali.


 Pada jantung terjadi gejala akibat anemia.

 Infeksi pada kulit, paru, tulang.


1. Pemeriksaan penunjang

 Anemia normositik normokromik, kadang


kadang dijumpai normoblas.

 Pada hitung jenis terdapat limfoblas. Jumlah


limfoblas dapat menyampai 100%.

 Trombositopeni, uji tourniquet positif dan waktu


perdarahan memanjang.

 Retikulositopenia.

 Kepastian diagnostic: pungsi sumsum


tulang, terdapat pendesakan eritropoiesis,
trombopoesis, dan granulopoesis. Sumsum
tulang di dominasi oleh limfoblas.

 Rontgen foto toraks AP dan lateral untuk


melihat infiltrasi mediastinal.

 Lumbal pungsi : untuk mengetahui ada infiltrasi ke cairan


serebrospinal.

PENATALAKSANAAN

 1. Protokol pengobatan

Protokol pengobatan menurut IDAI ada 2 macam yaitu :

1. Protokol half dose metothrexate (Jakarta 1994) lihat Lampiran

2. Protokol Wijaya Kusuma (WK-ALL 2000) lihat lampiran

2. Pengobatan suportif

Terapi suportif misalnya transfusi komponen darah, pemberian antibiotik, nutrisi, dan psikososial.

PEMANTAUAN
1. Terapi

Komplikasi terapi adalah alopesia, depresi sumsum tulang, agranulositosis. Sepsis merupakan komplikasi
selama pengobatan sitostatika.

Pada pemberian kortikosteroid dapat terjadi perubahan perilaku, misalnya


marah, dan nafsu makan yang berlebihan.

2. Tumbuh Kembang

Pasien secepatnya masuk sekolah. Dalam jangka lama perlu diobservasi fungsi hormonal dan tumbuh
kembang anak.

PROGNOSIS

Prognosis tidak baik. Angka kematian tinggi.

PARA peneliti di Inggris tengah bersiap memulai uji klinis revolusioner pertama vaksin leukemia
terhadap manusia. Bila berhasil, vaksin ini tentunya akan mampu menyelamatkan banyak jiwa per
tahunnya.

Vaksinasi leukemia berupa suntikan akan diujicobakan terhadap para sukarelawan penderita
leukemia myeloid baik pada tingkat kronis maupun akut.

Jika berhasil, vaksin DNA, yang dikembangkan oleh Universitas Southampton ini, akan tersedia dalam
lima tahun ke depan, seperti dilaporkan Daily Express, Rabu (2/1).

"Kami sangat bersemangat karena vaksin ini sangatlah menjanjikan," kata perwakilan Yayasan
Penelitian Leukemia dan Limfoma. (Pri/OL-06)

Salah satu jenis kanker yang banyak dijumpai pada anak-anak adalah leukemia (kanker
darah). Tapi ternyata jenis kanker ini bisa dikurangi risikonya dengan melakukan vaksinasi
pada anak-anak.

Semakin lama bayi mendapat ASI terutama ASI eksklusif dalam 6 bulan, semakin kecil
risikonya untuk terkena kanker darah (leukimia).
Banyak penelitian membuktikan bahwa angka kesakitan dan kematian bayi yang mendapat
ASI eksklusif (hanya ASI saja) selama 6 bulan, jauh lebih rendah daripada bayi yang tidak
mendapat ASI.

Penelitian lain dilakukan oleh tim dari University of Minnesota Cancer Center yang dimuat
Journal of the National Cancer Institute. Mereka menyatakan bahwa risiko bayi yang
mendapat ASI untuk terkena leukemia (kanker darah), turun sampai 30% bila dibandingkan
dengan bayi yang tidak mendapat ASI.

Banyak dijumpai pada anak. Leukemia limfositik/limfoblastik akut (LLA) merupakan kanker
yang paling banyak dijumpai pada anak, yaitu 25-30% dari seluruh jenis kanker pada anak.
Angka kejadian tertinggi dilaporkan antara usia 3-6 tahun, dan anak lelaki lebih banyak
daripada anak perempuan.

Kanker adalah penyakit yang berkaitan dengan sel jaringan tubuh yang tumbuhnya berlebihan
dan berubah menjadi tidak normal serta bersifat ganas. Pada LLA, sel-sel sangat muda yang
seharusnya membentuk limfosit berubah menjadi ganas. Ada beberapa gejala yang perlu
diwaspadai dan sering ditemukan pada LLA. Antara lain, tubuh lemah dan sesak napas akibat
anemia, infeksi dan demam akibat kekurangan sel darah putih yang normal, serta perdarahan
akibat kurangnya trombosit. Perdarahan yang terjadi biasanya berupa perdarahan hidung,
perdarahan gusi, serta mudah memar dan bercak-bercak kebiruan di kulit.

Sel-sel leukemia dalam otak bisa menyebabkan sakit kepala, muntah dan gelisah. Sedangkan
sel-sel kanker dalam sumsum tulang menyebabkan nyeri tulang dan sendi. Walau leukemia
mempunyai harapan sembuh dengan pengobatan yang tepat dan benar, tentu akan lebih baik
kalau kita dapat mencegahnya.

ASI dan kekebalan tubuh bayi. Penyebab terjadinya kanker pada anak bisa jadi dipicu oleh
kekurangan imunitas. Di sinilah pentingnya peran pemberian ASI yang terbukti mengandung
IgA (Immunoglobulin A). Zat ini perlu untuk membantu kekebalan tubuh bayi.

Atas dasar itulah para peneliti melakukan pembuktian bahwa pemberian ASI dapat
menurunkan risiko terjadinya leukemia pada anak. Mereka mempelajari 2.200 orang anak
yang sudah didiagnosa mengalami leukemia akut dan 2.400 orang anak lain yang sehat
dengan kesamaan dalam hal usia, ras, dan lokasi geografisnya sebagai grup kontrol. Ibu dari
anak-anak tersebut diwawancarai lewat telepon seputar kegiatan laktasi yang mereka lakukan.
Pertanyaannya antara lain, apakah mereka memberikan ASI pada anaknya? Bila ya, berapa
lama kegiatan tersebut mereka lakukan?

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang mendapat ASI selama paling sedikit 1 bulan,
risikonya terkena leukemia akan turun sebesar 21%. Sedangkan bayi yang mendapat ASI
selama 6 bulan atau lebih, risikonya akan turun sampai 30%.
Jadinya, mereka menyimpulkan bahwa bayi yang diberi ASI akan turun risikonya terkena
leukemia, dan besar penurunan risiko itu akan semakin besar dengan semakin lamanya bayi
mendapat ASI di tahun pertama kehidupannya. Sehubungan dengan hal itu, The American
Academy of Pediatrics menyarankan para ibu untuk menyusui bayinya, sedikitnya selama satu
tahun pertama.

Sementara itu, temuan yang dipublikasikan dalam The Journal of Pediatrics menunjukkan
bahwa anak-anak yang lahir di negara dengan vaksinasi hepatitis B tinggi memiliki peluang
20 persen lebih rendah terkena semua jenis kanker pada anak.

Selain itu anak-anak yang lahir di negara dengan tingkat vaksinasi tinggi untuk polio dan
vaksin penyakit lainnya memiliki kemungkinan 30-40 persen lebih rendah terkena
lymphoblastic leukemia akut, yaitu penyakit kanker yang mempengaruhi sel-sel darah putih.

"Untuk mengetahui hubungan yang lebih jelas lagi diperlukan penelitian masa depan. Dan ini
bukan berarti anak-anak yang divaksin tidak akan mendapatkan kanker, tapi bisa mengurangi
risiko kemungkinan terkena kanker," ujar Dr Michael Scheurer dari Baylor College of
Medicine di Houston, Texas.

Berdasarkan salah satu teori yang ada dari studi sebelumnya menunjukkan beberapa infeksi
umum diketahui bisa meningkatkan risiko anak terkena leukemia atau kanker darah, yang
diduga karena adanya efek yang timbul saat perkembangan sistem kekebalan tubuh.

Kanker yang umum dijumpai pada anak-anak adalah kanker leukemia (kanker darah), kanker
otak, kanker tulang belakang dan juga retinoblastoma (kanker pada retina mata). Meskipun
kanker di usia anak-anak terbilang langka, tapi ketika hal itu terjadi justru bisa lebih parah
dibandingkan orang dewasa.

Dalam studi ini peneliti menggunakan data semua diagnosa kanker di negara-negara bagian
Amerika Serikat. Peneliti mengidentifikasi 2.800 kasus kanker yang didiagnosis tahun 1995-
2006. Setelahnya peneliti membandingkan risiko terkena kanker pada anak dengan melihat
sejarah vaksinasinya.

Peneliti memfokuskan studinya pada anak-anak yang didiagnosis terkena kanker setelah
berusia 2 tahun, yang mana pada usia tersebut umumnya anak-anak telah mendapatkan
vaksinasi dengan lengkap.

Scheurer menuturkan orang-orang bisa mendapatkan manfaat yang lebih dengan memberikan
vaksinasi, karena tidak hanya bisa mencegah beberapa penyakit menular tapi memberikan
manfaat lain dengan mengurangi risiko terkena kanker pada anak-anak. (fn/ab/dt)
www.suaramedia.com
Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel darah putih
yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sumsum tulang atau bone marrow ini
dalam tubuh manusia memproduksi tiga type sel darah diantaranya sel darah putih (berfungsi
sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa oxygen
kedalam tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah yang membantu proses pembekuan darah).

Leukemia umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya, Sumsum tulang tanpa
diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih yang berkembang
tidak normal atau abnormal. Normalnya, sel darah putih me-reproduksi ulang bila tubuh
memerlukannya atau ada tempat bagi sel darah itu sendiri. Tubuh manusia akan memberikan
tanda/signal secara teratur kapankah sel darah diharapkan be-reproduksi kembali.

Pada kasus Leukemia (kanker darah), sel darah putih tidak merespon kepada tanda/signal yang
diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak terkontrol (abnormal) akan keluar dari
sumsum tulang dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah
putih yang abnormal ini bila berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya,
Seseorang dengan kondisi seperti ini  akan menunjukkan beberapa gejala seperti; mudah
terkena penyakit infeksi, anemia dan perdarahan.

Penyakit Leukemia Akut dan Kronis

Leukemia akut ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan, dan
memburuk. Apabila hal ini tidak segera diobati, maka dapat menyebabkan kematian dalam
hitungan minggu hingga hari. Sedangkan leukemia kronis memiliki perjalanan penyakit yang
tidak begitu cepat sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama, hingga lebih dari 1
tahun.

Leukemia diklasifikasikan berdasarkan jenis sel

Ketika pada pemeriksaan diketahui bahwa leukemia mempengaruhi limfosit atau sel limfoid,
maka disebut leukemia limfositik. Sedangkan leukemia yang mempengaruhi sel mieloid
seperti neutrofil, basofil, dan eosinofil, disebut leukemia mielositik.

Dari klasifikasi ini, maka Leukemia dibagi menjadi empat type sebutan;

 Leukemia limfositik akut (LLA). Merupakan tipe leukemia paling sering terjadi pada anak-
anak. Penyakit ini juga terdapat pada dewasa yang terutama telah berumur 65 tahun atau
lebih.
 Leukemia mielositik akut (LMA). Ini lebih sering terjadi pada dewasa daripada anak-anak. Tipe
ini dahulunya disebut leukemia nonlimfositik akut.
 Leukemia limfositik kronis (LLK). Hal ini sering diderita oleh orang dewasa yang berumur lebih
dari 55 tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh dewasa muda, dan hampir tidak ada pada
anak-anak.
 Leukemia mielositik kronis (LMK) sering terjadi pada orang dewasa. Dapat juga terjadi pada
anak-anak, namun sangat sedikit.

Penyebab Penyakit Leukemia

Sampai saat ini penyebab penyakit leukemia belum diketahui secara pasti, akan tetapi ada
beberapa faktor yang diduga mempengaruhi frekuensi terjadinya leukemia.
1. Radiasi. Hal ini ditunjang dengan beberapa laporan dari beberapa riset yang menangani
kasus Leukemia bahwa Para pegawai radiologi lebih sering menderita leukemia, Penderita
dengan radioterapi lebih sering menderita leukemia, Leukemia ditemukan pada korban hidup
kejadian bom atom Hiroshima dan Nagasaki, Jepang.
2. Leukemogenik. Beberapa zat kimia dilaporkan telah diidentifikasi dapat mempengaruhi
frekuensi leukemia, misalnya racun lingkungan seperti benzena, bahan kimia industri seperti
insektisida, obat-obatan yang digunakan untuk kemoterapi.
3. Herediter. Penderita Down Syndrom memiliki insidensi leukemia akut 20 kali lebih besar
dari orang normal.
4. Virus. Beberapa jenis virus dapat menyebabkan leukemia, seperti retrovirus, virus leukemia
feline, HTLV-1 pada dewasa.

Tanda dan Gejala Penyakit Leukemia

Gejala Leukemia yang ditimbulkan umumnya berbeda diantara penderita, namun demikian
secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Anemia. Penderita akan menampakkan cepat lelah, pucat dan bernafas cepat (sel darah
merah dibawah normal menyebabkan oxygen dalam tubuh kurang, akibatnya penderita
bernafas cepat sebagai kompensasi pemenuhan kekurangan oxygen dalam tubuh).
2. Perdarahan. Ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak terproduksi dengan wajar karena
didominasi oleh sel darah putih, maka penderita akan mengalami perdarahan dijaringan kulit
(banyaknya jentik merah lebar/kecil dijaringan kulit).
3. Terserang Infeksi. Sel darah putih berperan sebagai pelindung daya tahan tubuh, terutama
melawan penyakit infeksi. Pada Penderita Leukemia, sel darah putih yang diterbentuk adalah
tidak normal (abnormal) sehingga tidak berfungsi semestinya. Akibatnya tubuh si penderita
rentan terkena infeksi virus/bakteri, bahkan dengan sendirinya akan menampakkan keluhan
adanya demam, keluar cairan putih dari hidung (meler) dan batuk.
4. Nyeri Tulang dan Persendian. Hal ini disebabkan sebagai akibat dari sumsum tulang (bone
marrow) mendesak padat oleh sel darah putih.
5. Nyeri Perut. Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi gejala leukemia, dimana sel
leukemia dapat terkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang menyebabkan pembesaran
pada organ-organ tubuh ini dan timbulah nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak hilangnya
nafsu makan penderita leukemia.
6. Pembengkakan Kelenjar Lympa. Penderita kemungkinan besar mengalami pembengkakan
pada kelenjar lympa, baik itu yang dibawah lengan, leher, dada dan lainnya. Kelenjar lympa
bertugas menyaring darah, sel leukemia dapat terkumpul disini dan menyebabkan
pembengkakan.
7. Kesulitan Bernafas (Dyspnea). Penderita mungkin menampakkan gejala kesulitan bernafas
dan nyeri dada, apabila terjadi hal ini maka harus segera mendapatkan pertolongan medis.

Diagnosa Penyakit Leukemia (Kanker Darah)

Penyakit Leukemia dapat dipastikan dengan beberapa pemeriksaan, diantaranya adalah ;


Biopsy, Pemeriksaan darah {complete blood count (CBC)}, CT or CAT scan, magnetic
resonance imaging (MRI), X-ray, Ultrasound, Spinal tap/lumbar puncture.

Penanganan dan Pengobatan Leukemia

Penanganan kasus penyakit Leukemia biasanya dimulai dari gejala yang muncul, seperti
anemia, perdarahan dan infeksi. Secara garis besar penanganan dan pengobatan Leukemia bisa
dilakukan dengan cara single ataupun gabungan dari beberapa metode dibawah ini:
1. Chemotherapy/intrathecal medications
2. Therapy Radiasi. Metode ini sangat jarang sekali digunakan
3. Transplantasi bone marrow (sumsum tulang)
4. Pemberian obat-obatan tablet dan suntik
5. Transfusi sel darah merah atau platelet.
Sistem Therapi yang sering digunakan dalam menangani penderita leukemia adalah kombinasi
antara Chemotherapy (kemoterapi) dan pemberian obat-obatan yang berfokus pada
pemberhentian produksi sel darah putih yang abnormal dalam bone marrow. Selanjutnya
adalah penanganan terhadap beberapa gejala dan tanda yang telah ditampakkan oleh tubuh
penderita dengan monitor yang komprehensive.

Penyakit Leukemia (Kanker Darah)


Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel darah putih yang
diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sumsum tulang atau bone marrow ini dalam tubuh
manusia memproduksi tiga type sel darah diantaranya sel darah putih (berfungsi sebagai daya tahan
tubuh melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa oxygen kedalam tubuh) dan platelet
(bagian kecil sel darah yang membantu proses pembekuan darah).

Leukemia umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya, Sumsum tulang tanpa
diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih yang berkembang tidak
normal atau abnormal. Normalnya, sel darah putih me-reproduksi ulang bila tubuh memerlukannya
atau ada tempat bagi sel darah itu sendiri. Tubuh manusia akan memberikan tanda/signal secara
teratur kapankah sel darah diharapkan be-reproduksi kembali.
Pada kasus Leukemia (kanker darah), sel darah putih tidak merespon kepada tanda/signal yang
diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak terkontrol (abnormal) akan keluar dari sumsum
tulang dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang
abnormal ini bila berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya, Seseorang dengan kondisi
seperti ini (Leukemia) akan menunjukkan beberapa gejala seperti; mudah terkena penyakit infeksi,
anemia dan perdarahan.

 Penyakit Leukemia Akut dan Kronis


Leukemia akut ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan, dan
memburuk. Apabila hal ini tidak segera diobati, maka dapat menyebabkan kematian dalam hitungan
minggu hingga hari. Sedangkan leukemia kronis memiliki perjalanan penyakit yang tidak begitu cepat
sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama, hingga lebih dari 1 tahun.

 Leukemia diklasifikasikan berdasarkan jenis sel


Ketika pada pemeriksaan diketahui bahwa leukemia mempengaruhi limfosit atau sel limfoid, maka
disebut leukemia limfositik. Sedangkan leukemia yang mempengaruhi sel mieloid seperti neutrofil,
basofil, dan eosinofil, disebut leukemia mielositik.

Dari klasifikasi ini, maka Leukemia dibagi menjadi empat type sebutan;
1. Leukemia limfositik akut (LLA). Merupakan tipe leukemia paling sering terjadi pada anak-anak.
Penyakit ini juga terdapat pada dewasa yang terutama telah berumur 65 tahun atau lebih.
2. Leukemia mielositik akut (LMA). Ini lebih sering terjadi pada dewasa daripada anak-anak. Tipe ini
dahulunya disebut leukemia nonlimfositik akut.
3. Leukemia limfositik kronis (LLK). Hal ini sering diderita oleh orang dewasa yang berumur lebih dari
55 tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh dewasa muda, dan hampir tidak ada pada anak-anak.
4. Leukemia mielositik kronis (LMK) sering terjadi pada orang dewasa. Dapat juga terjadi pada anak-
anak, namun sangat sedikit.

 Penyebab Penyakit Leukemia


Sampai saat ini penyebab penyakit leukemia belum diketahui secara pasti, akan tetapi ada beberapa
faktor yang diduga mempengaruhi frekuensi terjadinya leukemia.
1. Radiasi. Hal ini ditunjang dengan beberapa laporan dari beberapa riset yang menangani kasus
Leukemia bahwa Para pegawai radiologi lebih sering menderita leukemia, Penerita dengan
radioterapi lebih sering menderita leukemia, Leukemia ditemukan pada korban hidup kejadian bom
atom Hiroshima dan Nagasaki, Jepang.

2. Leukemogenik. Beberapa zat kimia dilaporkan telah diidentifikasi dapat mempengaruhi frekuensi
leukemia, misalnya racun lingkungan seperti benzena, bahan kimia inustri seperti insektisida, obat-
obatan yang digunakan untuk kemoterapi.

3. Herediter. Penderita Down Syndrom memiliki insidensi leukemia akut 20 kali lebih besar dari orang
normal.

4. Virus. Beberapa jenis virus dapat menyebabkan leukemia, seperti retrovirus, virus leukemia feline,
HTLV-1 pada dewasa.

 Tanda dan Gejala Penyakit Leukemia


Gejala Leukemia yang ditimbulkan umumnya berbeda diantara penderita, namun demikian secara
umum dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Anemia. Penderita akan menampakkan cepat lelah, pucat dan bernafas cepat (sel darah merah
dibawah normal menyebabkan oxygen dalam tubuh kurang, akibatnya penderita bernafas cepat
sebagai kompensasi pemenuhan kekurangan oxygen dalam tubuh).

2. Perdarahan. Ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak terproduksi dengan wajar karena didominasi
oleh sel darah putih, maka penderita akan mengalami perdarahan dijaringan kulit (banyaknya jentik
merah lebar/kecil dijaringan kulit).

3. Terserang Infeksi. Sel darah putih berperan sebagai pelindung daya tahan tubuh, terutama
melawan penyakit infeksi. Pada Penderita Leukemia, sel darah putih yang diterbentuk adalah tidak
normal (abnormal) sehingga tidak berfungsi semestinya. Akibatnya tubuh si penderita rentan terkena
infeksi virus/bakteri, bahkan dengan sendirinya akan menampakkan keluhan adanya demam, keluar
cairan putih dari hidung (meler) dan batuk.

4. Nyeri Tulang dan Persendian. Hal ini disebabkan sebagai akibat dari sumsum tulang (bone marrow)
mendesak padat oleh sel darah putih.

5. Nyeri Perut. Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi gejala leukemia, dimana sel leukemia
dapat terkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang menyebabkan pembesaran pada organ-
organ tubuh ini dan timbulah nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak hilangnya nafsu makan
penderita leukemia.

6. Pembengkakan Kelenjar Lympa. Penderita kemungkinan besar mengalami pembengkakan pada


kelenjar lympa, baik itu yang dibawah lengan, leher, dada dan lainnya. Kelenjar lympa bertugas
menyaring darah, sel leukemia dapat terkumpul disini dan menyebabkan pembengkakan.
7. Kesulitan Bernafas (Dyspnea). Penderita mungkin menampakkan gejala kesulitan bernafas dan
nyeri dada, apabila terjadi hal ini maka harus segera mendapatkan pertolongan medis.

 Diagnosa Penyakit Leukemia (Kanker Darah)


Penyakit Leukemia dapat dipastikan dengan beberapa pemeriksaan, diantaranya adalah ; Biopsy,
Pemeriksaan darah {complete blood count (CBC)}, CT or CAT scan, magnetic resonance imaging (MRI),
X-ray, Ultrasound, Spinal tap/lumbar puncture.

 Penanganan dan Pengobatan Leukemia


Penanganan kasus penyakit Leukemia biasanya dimulai dari gejala yang muncul, seperti anemia,
perdarahan dan infeksi. Secara garis besar penanganan dan pengobatan Leukemia bisa dilakukan
dengan cara single ataupun gabungan dari beberapa metode dibawah ini:

1. Chemotherapy/intrathecal medications
2. Therapy Radiasi. Metode ini sangat jarang sekali digunakan
3. Transplantasi bone marrow (sumsum tulang)
4. Pemberian obat-obatan tablet dan suntik
5. Transfusi sel darah merah atau platelet.

Sistem Therapi yang sering digunakan dalam menangani penderita leukemia adalah kombinasi antara
Chemotherapy (kemoterapi) dan pemberian obat-obatan yang berfokus pada pemberhentian
produksi sel darah putih yang abnormal dalam bone marrow. Selanjutnya adalah penanganan
terhadap beberapa gejala dan tanda yang telah ditampakkan oleh tubuh penderita dengan monitor
yang komprehensive.

Anda mungkin juga menyukai