Anda di halaman 1dari 17

Pengertian Hukum

Hukum adalah sistem yang terpenting dalam


pelaksanaan dalam rangkaian kekuasaan
kelembagaan.
filsuf Aristotle menyatakan bahwa "Sebuah
supremasi hukum akan jauh lebih baik dari
pada dibandingkan dengan peraturan tirani
yang merajalela."
Penegakan Hukum
Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya
untuk tegak atau berfungsinya norma-norma hukum
secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Menurut Soekanto, 1979: Inti dan arti penegakan hukum
terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-
nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang
mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran
nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara, dan
mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.
Ditinjau dari sudut subyek
Dalam arti sempit, penegakan hukum itu hanya
diartikan sebagai upaya aparatur penegakan
hukum tertentu untuk menjamin dan
memastikan tegaknya hukum itu.
Aparatur penegak hukum mencakup pengertian
mengenai institusi penegak hukum dan aparat
(saksi, polisi, penasehat hukum, jaksa hakim
dan petugas-petugas sipir pemasyarakatan)
penegak hukum.
Ditinjau dari sudut obyeknya (segi hukum)

Dalam arti luas, penegakan hukum itu mencakup


pada nilai-nilai keadilan yang terkandung
didalamnya bunyi aturan formal maupun nilai-
nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat.
Dalam arti sempit, penegakan hukum itu hanya
menyangkut penegakan peraturan yang formal
dan tertulis saja.
Hukum formal hanya bersangkutan dengan peraturan
perundang-undangan yang tertulis, sedangkan hukum
materil mencakup pengertian nilai-nilai keadilan yang
hidup dalam masyarakat. Perbedaan antara konsepsi
court of law dalam arti pengadilan hukum dan court
of justice , atau pengadilan keadilan.
Istilah-istilah tersebut untuk menegaskan bahwa hukum
yang harus ditegakkan pada intinya bukanlah norma
aturan sendiri, melainkan nilai-nilai keadilan yang
terkandung didalamnya.
Faktor-Faktor Penegakan Hukum
Mengetengahkan contoh-contoh yang diambil
dari kehidupan masyarakat Indonesia, pokok
penegakan hukum terletak pada faktor-faktor
yang mempunyai arti yang netral. Ada lima
faktor penegakan hukum, antara lain :
• 1. Faktor hukum, dalam hal ini dibatasi pada
undang-undang saja.
Undang-undang dalam arti material adalah
peraturan tertulis yang berlaku umum dan
dibuat oleh Penguasa Pusat maupun Daerah
yang sah (Purbacaraka & Soerjono Soekanto,
1979).
• 2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang
membentuk maupun menerapkan hukum.
Penegak hukum merupakan golongan panutan dalam
masyarakat, yang hendaknya mempunyai
kemampuan-kemampuan tertentu sesuai dengan
aspirasi masyarakat.
Mereka harus dapat berkomunikasi dan mendapat
pengertian dari golongan sasaran, disamping mampu
menjalankan atau membawakan peranan yang dapat
diterima oleh mereka.
• 3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung
penegakan hukum.
Sarana atau fasilitas mempunyai peran yang sangat penting
dalam penegakan hukum. Tanpa adanya sarana atau
fasilitas tersebut, tidak akan mungkin penegak hukum
menyerasikan peranan yang seharusnya dengan peranan
yang aktual. Sarana atau fasilitas tersebut antara lain,
mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan
trampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai,
keuangan yang cukup, dan seterusnya.
• 4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana
hukum tersebut berlaku atau diterapkan.
Masyarakat Indonesia mempunyai kecendrungan
yang besar untuk mengartikan hukum dan
bahkan mengidentifikasikannya dengan
petugas (dalam hal ini penegak hukum sebagai
pribadi). Salah satu akibatnya adalah, bahwa
baik buruknya hukum senantiasa dikaitkan
dengan pola prilaku penegak hukum tersebut.
• 5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil
karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada
karsa manusia di dalam pergaulan hidup.
Kebudayaan(system) hukum pada dasarnya
mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum
yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan
konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap
baik (sehingga dianuti) dan apa yang dianggap
buruk (sehingga dihindari).
Penerapan Penegakan Hukum di Indonesia

Ekspektasi masyarakat terhadap lahirnya


berbagai peraturan perundang-undangan baru
dan lembaga baru sangat tinggi. Tetapi
ekspektasi masyarakat seringkali tidak sejalan
dengan realitas yang ada. Kita sering
mendengar banyak tersangka koruptor tetapi
akhirnya masyarakat juga kurang puas dengan
putusan akhirnya.
Lembaga peradilan sebagai institusi yang memiliki kekuasaan yang
besar dalam menentukan arah penegakan hukum berada dalam
posisi yang sentral dan selalu menjadi pusat perhatian masyarakat.
Sayangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga peradilan
belum menunjukkan perbaikan yang signifikan.
Seiring dengan tuntutan reformasi yang paling penting adalah
reformasi dibidang hukum, yang bermuara pada tuntutan agar
pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme dapat dilakukan.
Puncak dari tuntutan tersebut melahirkan Tap MPR No.
XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dan UU No.30/2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Seorang tokoh reformis China yang hidup sekitar abad
11 mengemukakan, ada dua unsur yang selalu
muncul dalam pembicaraan masalah korupsi yaitu
hukum yang lemah dan manusia yang tidak benar.
Tidak mungkin menciptakan aparat yang bersih
hanya semata-mata mendasarkan rule of law
sebagai kekuatan pengontrol (social control).
Satjipto Rahardjo berkeyakinan bahwa hukum itu not
only stated in the book tetapi juga hukum yang
hidup di masyarakat (living law).
Kesimpulan
Hukum tidak akan tegak, jika hukum itu sendiri belum
mencerminkan perasaan atau nilai-nilai keadilan yang hidup
dalam masyarakatnya. Dalam penegakan hukum dibutuhkan
penguasa yang punya integritas, keberanian, moral tinggi, dan
hukum yang rasional serta efisien.
Tetapi fakta yang terjadi di Indonesia banyak penegak hukum yang
terlibat kasus suap. Inilah wajah peradilan sekarang. Berbagai
kasus yang melibatkan pejabat publik yang tidak jelas ujungnya
tidak saja melecehkan hukum akan tetapi menghina rasa
keadilan masyarakat. Padahal penegak hukum sejak awal
mempunyai semboyan universal integrity is not negoitable,
integritas tidak mengenal kompromi.
Daftar Pustaka
• http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum
• http://umum.kompasiana.com/2009/07/13/fa
ktor-faktor-yang-mempengaruhi-penegakan-h
ukum-di-indonesia/
• http://id.shvoong.com/law-and-politics/law/1
834895-integritas-penegak-hukum-hakim-jaks
a/#ixzz1NRnSXpvY
• http://hukum.jogjakota.go.id
• http://www.kaltimpost.web.id

Anda mungkin juga menyukai