Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari kita menghadapi banyak sekali hal yang
berhubungan langsung secara fisik dengan diri kita. Seperti misal berlari ,
berjalan, mengangkat benda, dan memindahkan sesuatu dengan posisi yang
bermacam-macam. Dalam ilmu ergonomi kita bisa memecahkan permasalahan
tersebut melalui pendekatan, yaitu biomekanika, manual material handling, dan
physiological performance. Untuk permasalahan dalam biomekanika, kita sering
sekali dihadapkan dalam sebuah kondisi dimana kita diharuskan mengangkat
beban berat yang belum diketahui oleh badan kita apakah beban tersebut aman
diangkat dalam posisi tertentu ataukah harus diangkat dengan posisi lain yang
bisa lebih mendukung pengangkatan tersebut. Kemudian untuk manual material
handling, kita sering dihadapkan dalam permasalahan dimana suatu beban yang
akan kita angkat memiliki bentuk fisik yang tidak mensupport dan juga kondisi
lapangan yang kurang baik bagi kita. Dan yang terakhir adalah physiological
performance, dimana kita juga sering dihadapkan pada suatu pekerjaan fisik
tanpa disokong oleh waktu istirahat yang optimal. Disini kita bisa dihadapkan
pada recovery time yang terlalu sebentar ataupun recovery time yang terlalu
lama. Hal ini sama-sama merugikan kita. Untuk waktu yang terlalu lama, pihak
perusahaan bisa dirugikan karena kerja menjadi kurang optimal. Sedangkan
untuk waktu yang terlalu cepat akan menyebabkan para karyawan menjadi
cepat lelah dan akhirnya hasil pekerjaan akan kurang optimal lagi.
Hal diatas bisa diatasi dengan pendekatan manual material handling,
biomekanika, dan physiological performance. Untuk manual material handling,
kita bisa mengaplikasikannya dalam pencarian nilai RWL dan LI. Dimana nilai
tersebut akan kita gunakan sebagai pegangan, apakah suatu posisi pemindahan
material yang kita lakukan tersebut aman digunakan ataukah termasuk dalam
posisi yang tidak baik, sehingga harus dicari posisi lain yang lebih mendukung
dalam perlakuan sebuah benda. Untuk biomekanika juga hampir sama, dimana
untuk setiap segmen tubuh bisa kita cari berapa beban yang aman diambil
dalam posisi tertentu dan menentukan stance yang paling mendukung dalam
sebuah kasus material handling. Dan yang terakhir adalah physiological
performance, dimana kita bisa menentukan berapa waktu istirahat (recovery
time yang optimal dalam sebuah aktivitas).

1.2 Perumusan Masalah


Dalam responsi modul 2 ini akan di bahas tentang analisa posisi optimum,
posisi maksimum, posisi aman dan posisi back injury pada operator. Kemudian
untuk physiological performance kami membahas tentang perbandingan heart
rate sebelum dan sesudah aktivitas, dan mencari tahu mengenai perbandingan
antara pengaruh berat badan dan jenis kelamin terhadap heart rate dan
konsumsi energi, serta perbandingan antara recovery time dan waktu istirahat.
Disini kami juga melakukan analisa tentang recovery time dan waktu istirahat
agar dapat diketahui perbandinganya. Yang terakhir pada manual material
handling, akan di bahas tentang RWL atau yang diketahui sebagai
Recommended Weight Limit dan LI atau yang diketahui dengan lifting index
dengan melakukan analisa perbandingan antara RWL dan berat beban yang
diangkat. Disini juga akan dilakukan analisa tentang REBA yaitu Rapid Entire
Body Assessment dimana dengan objek operator yang diambil adalah laki-laki.
II-1
1.3 Tujuan Responsi
Tujuan dilaksanakan praktikum modul 2 adalah:
1. Mengetahui Hubungan Tiap Segmen Tubuh pada Tiap Posisi dengan Daya
Angkat
2. Menganalisa Posisi dan Daya Angkat.
3. Mengetahui Perbandingan Heart Rate Sebelum dan Sesudah Aktivitas.
4. Menganalisa Perbandingan Recovery Time dengan Waktu Istirahat.
5. Mengetahui Pengaruh Berat badan dan Jenis Kelamin terhadap Konsumsi
Energi.
6. Mengetahui Pengaruh Berat badan dan Jenis Kelamin terhadap Heart Rate
7. Mengetahui Pengaruh Konsumsi Energi Terhadap Heart Rate.
8. Mengetahui Perhitungan Lifting Index
1.4 Manfaat Responsi
Adapun manfaat dalam responsi modul 2 kali ini antara lain:
1. Mengetahui posisi yang ideal bagi manusia dalam melakukan
pekerjaan
2. Mampu menentukan batas beban yang dapat diangkat pekerja
3. Mampu mendesain sistem kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik
pekerja
4. Mampu memperhitungkan berapa lama bekerja secara efektif dan
waktu istirahat bagi para pekerja

1.5 Ruang Lingkup Responsi


Ruang lingkup responsi meliputi batasan responsi dan asumsi responsi.
1.5.1 Batasan Responsi
Adapun batasan responsi dalam modul 2 ini adalah :
1. Pada posisi biomekanika yaitu ada 4 posisi, setiap posisi dilakukan
pengukuran beban sebanyak tiga kali.
2. Pada saat treadmill berjalan dengan kecepatan 10 km/jam, operator
hanya dibatasi lari selama 5 menit.
3. Pengukuran yang dilakukan sebatas dari mahasiswa Teknik Industri
yang mengambil mata kuliah ergonomi pada semester gasal tahun
2010

1.5.2 Asumsi Responsi


Adapun asumsi yang diberikan diantaranya :
1. Saat pengukuran beban pada posisi floor lift sudut yang dibentuk oleh
lutut operator 90°
2. Saat pengukuran vertikal dan horizontal pada manual material
handling, titik pusat operator dan beban sesuai dengan semestinya
3. Pada pengukuran biomekanika akan membahas tentang hubungan tiap
segmen tubuh pada tiap posisi dengan daya angkat dan operatornya
adalah laki-laki
4. Keadaan beban pada manual material handling diasumsikan fair
5. Gravitasi bumi g = 10m/s2

II-2
BAB II
METODOLOGI RESPONSI

Dalam bab 2 yang berisi metodologi responsi akan dibagi menjadi 2 sub bab
yaitu peralatan responsi dan flowchart responsi.

2.1 Peralatan Responsi


Peralatan responsi yang digunakan terdiri atas peralatan yang dilakukan untuk
mengukur

2.1.1 Biomekanika
Peralatan responsi yang dibutuhkan pada pengambilan data
biomekanika adalah :
1. Dynamometer
2. Penggaris busur
3. Observation sheet

2.1.2 Physichological Performance


Peralatan responsi yang dibutuhkan pada pengambilan data
Physichological Performance
adalah sebagai berikut:
1. Timbangan badan
2. Pulsemeter adalah sebuah alat pemantauan pribadi yang
memungkinkan subjek mereka untuk mengukur denyut jantung secara
real time atau merekam detak jantung
3. Treadmill adalah suatu mesin latihan yang digunakan untuk
berjalan atau berlalu pada satu tempat.
4. Observation sheet

2.1.3 Manual Material Handling

II-3
Peralatan responsi yang dibutuhkan pada pengambilan data Manual
Material Handling
adalah sebagai berikut :
1. Beban angkat.
2. Rak bertingkat
3. Kamera
4. Calculator
5. Observation sheet

2.2 Flowchart
2.2.1 Gambar Flowchart

II-4
START

BASIC
ERGONOMIC

MANUAL
PHYSIOLOGICAL
BIOMEKANIKA MATERIAL
PERFORMANCE
HANDLING

TANGAN & KAKI UJI HEART RATE

REKAP REKAP
DATA DATA
PERHITUNGAN
RWL

PROSES GRAFIK HEART RATE


DENGAN MS DENGAN DENGAN
VISIO WAKTU

PERHITUNGAN REKAP
PENGGAMBARAN
RECOVERY TIME DATA
POSISI

PENGHITUNGAN
REKAP
WAKTU ISTIRAHAT
DATA

PERHITUNGAN
TABEL REKAP LI
BIOMEKANIKA DATA

PENGHITUNGAN
SEGMEN

PENGHITUNGAN
REKAP SOFTWARE ERGO
DATA INTELEGENCE

ANALISA DAN
INTERPRETASI
DATA

KESIMPULAN &
STOP
SARAN

Gambar 2.1 Flowchart Biomekanika, Physical


Performance, dan Manual Material Handling

2.2.2 Penjelasan Flowchart


Dalam pengerjaan responsi ergonomi modul 2 ini, dilakukan
pengumpulan dan pengolahan data dari tiga jenis bagian dasar ilmu

II-5
ergonomi, yaitu Biomekanika,Physical Performance dan Manual Material
Handling.
2.2.2.1 Penjelasan Flowchart Biomekanika
Pada Anthropometri pengumpulan data diambil melalui
pengukuran tangan dan kaki. Untuk penghitungan, terdapat
empat posisi, yaitu
1. Posisi 1 : Arm Lift
2. Posisi 2 : High Far Lift
3. Posisi 3 : Leg Lift
4. Posisi 4 : Floor Lift
Lalu semua data yang telah diperoleh direkap, kemudian
data yang telah didapat, diproses dengan MS Visio dan juga
digambar pada setiap posisinya, lalu data direkap di dalam table
biomekanika, setelah itu, data dihitung sesuai panjang dan berat
segmen serta dihitung juga momen yang terjadi pada tiap
segmen, setelah didapat datanya, direkap kembali ke table dan
kemudian semua hasil data yang diperoleh di analisa dan di
interpretasikan dan membuat kesimpulan dan saran.

2.2.2.2 Penjelasan Flowchart Physical Performance


Pada bagian Physical Performance, data yang diambil
merupakan pengujian penghitungan Heart Rate terhitung pada
sebelum, saat dan setelah melakukan aktivitas, semua data
yang telah diperoleh direkap berdasarkan jenis kelamin dan
berat. Lalu dibuat grafik hubungan antara Heart Rate dengan
waktu. Setelah itu, dihitung juga Recovery Time dan juga waktu
istirahat setelah melakukan aktivitas. Lalu data yang telah
didapat direkap, kemudian semua hasil data yang diperoleh di
analisa dan di interpretasikan, kemudian membuat kesimpulan
dan saran.

2.2.2.3 Penjelasan Manual Material Handling


Data yang telah didapat pada percobaan sebelumnya
dihitung menggunakan persamaan Recommended Weight Limit
(RWL) , hasil yang didapatkan lalu direkap. Setelah itu, dilakukan
penghitungan kembali menggunakan Perhitungan Lifting Index
(LI), lalu menggunakan software ERGO Intelligence untuk
mendapatkan hasil analisa REBA. Setelah hasilnya didapatkan,
data lalu dianalisa dan diinterpretasikan, kemudian membuat
kesimpulan dan saran.

II-6
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Biomekanika
3.1.1 Definisi biomekanika dan aplikasinya
Biomekanika adalah bidang ilmu yang memadukan antara bidang ilmu
biologi dan mekanika. Biomekanika menggunakan hukum – hukum fisika,
mekanika teknik, biologi, dan prinsip fisiologi untuk menggambarkan
kinematika dan kinetik yang terjadi pada anggota tubuh manusia. Mekanika
digunakan sebagai penyusun konsep, analisa, dan desain dalam sistem
biologi makhluk hidup. Dalam biomekanika, ada suatu teori yang menjelaskan
bahwa terdapat 2 macam gaya yang bekerja pada saat melakukan akivitas.
Yang pertama yaitu gaya isometris/statis, yaitu gaya yang dikeluarkan tanpa
menghasilkan suatu kerja. Contoh dari kerja statis adalah memegang benda
dengan tangan, menyangga beban tubuh pada satu kaki sedangkan kaki
yang lain mengoperasikan pedal, mendorong/menarik beban berat, dll. Dan
yang kedua yaitu gaya isotonis/dinamis, adalah memanjang dan
memendeknya otot dengan melakukan suatu kerja. Contoh dari aplikasi
biomekanika pada kehidupan sehari – hari di antaranya adalah alat
penyangga untuk beban berat, kaki palsu bagi penyandang cacat, klep
jantung mekanik, alat pengisi air otomatis pada restoran cepat saji, dll.

3.1.2 Rekap Data Beban dan Sudut


Tabel 3.1 Rekap Data Beban

Tabel 3.2 Rekap Data Sudut

Tabel 3.3 Proporsi Segmen Tubuh

II-7
Panjang seg
Segmen tubuh
...% * tinggi b
3.1.3 Perhitungan Panjang dan Berat Segmen Tubuh

Lengan bawah (forearm)


Operator 1
Nama
Tinggi badan
: Yanuar 26.5
: 173 cm
Berat badan : 91 kg

Lengan atas (upper arm) 16.4


Tabel 3.4 Proporsi Berat Segmen Tubuh Operator 1

Punggung (trunk) 28.8

Operator 2
Nama : Izzudin
Tinggi badan : 164 cm
Berat badan : 71 kg

Tabel 3.5 Berat Segmen Tubuh Operator 2

Operator 3
Nama : Ferrizal
Tinggi badan : 172 cm
Berat badan : 81 kg

Tabel 3.6 Berat Segmen Tubuh Operator 3

II-8
3.1.4 Perhitungan Momen Segmen Tubuh untuk Setiap Posisi
3.1.4.1 Posisi 1 : Arm Lift
 Lengan bawah
D2
FB D1
AB
B A
FAB
FA
WAB
WA
Gambar 3.1 Posisi lengan bawah pada Arm Lift

Keterangan :
wA : Berat beban pada tangan (kg)
wAB : Berat segmen (kg)
FA : Gaya pada pergelangan tangan (N)
FAB : Gaya pada pusat massa segmen lengan bawah (N)
FB : Gaya pada siku (N)
θ : Sudut antara lengan bawah dengan bidang horisontal
D1 : Jarak antara siku dengan pusat massa segmen lengan bawah
(m)
D2 : Panjang segmen lengan bawah (m)
MB : Momen pada siku (Nm)
∑Fx =0
Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0
∑Fy =0
− F A / 2 − F AB + FB = 0
FB =FA / 2 +FAB
FB = FA / 2 . D2 . cos θ - FAB . D1 . cos θ
= 20,93 N

∑M =0
− FA / 2 D2Cos θ − FAB D1Cos θ + M B = 0

II-9
FA
MB = D 2 Cos θ + F AB D1 Cos θ
2

MB = {0 x 0,45845 . cos 180°} + {20,93 . 0,1879645 . cos 180°}


= 0 - 3,934096985
= - 3,934096985 Nm

Tabel 3.7 Tabel Gaya dan Momen Posisi 1 Lengan Bawah


Posisi 1
operat
or FB (N) MB (Nm)
-
3,9340969
Yanuar 20,93 85
Izzudin 16.33 0
Ferrizal 18.63 0

 Lengan atas
FC

90° C
D3

D4
BC
FBC
WBC 90
°
B
FB
Gambar 3.2 Posisi lengan atas pada Arm Lift
Keterangan :
wBC : Berat segmen lengan atas (kg)
FB : Gaya pada segmen lengan bawah (N)
FBC : Gaya pada pusat massa segmen lengan atas (N)
FC : Gaya pada bahu (N)
θ : Sudut antara segmen lengan atas dengan bidang horisontal
D3 : Jarak antara bahu dengan pusat massa segmen lengan atas (m)
D4 : Panjang segmen lengan atas (m)
MB : Momen pada segmen lengan bawah (Nm)
MC : Momen pada bahu (Nm)
II-10
∑Fx =0
Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

∑Fy = 0
− FB − FBC + FC = 0
FC = FB + FBC
FFcC ==FB20,93
+ w BC .g+ [ WBC . g ]
= 20,93 + [ 2,548 . 10 ]
= 20,93 + 25,48
= 46,41 N

∑M = 0
− FB .D 4. cos θ − FBC .D3. cos θ + M B + M C = 0
M C = FB .D 4. cos θ + FBC .D3. cos θ − M B
MC = { 20,93 . 0,28372 . cos 90° } + { 25,48 . 0,1361856 . cos 90° } – [-
3,934096985 ]
= 0 + 0 + 3,934096985
= 3,934096985 Nm

Tabel 3.8 Tabel Gaya dan Momen Posisi 1 Lengan Atas


Posisi 1
operat
or FC (N) MC (Nm)
3,934096
Yanuar 46,41 985
Izzudin 36.21 0
Ferrizal 41.31 0

 Punggung
FC

90° C
D5

D6
CD
FCD
WCD 90
°
D
FD
Gambar 3.3 Posisi Punggung pada Arm Lift

II-11
Keterangan :
WCD : Berat segmen punggung (kg)
FC : Gaya pada segmen lengan atas (N)
FCD : Gaya pada pusat massa segmen punggung (N)
FD : Gaya pada segmen punggung (N)
θ : Sudut antara segmen punggung dengan bidang horisontal
D5 : Jarak antara pinggul dengan pusat massa segmen punggung
(m)
D6 : Panjang segmen punggung (m)
MC : Momen pada segmen lengan atas (Nm)
MD : Momen pada pinggul (Nm)

∑Fx =0
Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0
∑ Fy = 0
− 2FC − FCD + FD = 0
FD = 2FC + FCD
FD = 2FC + w CD.g
FD = 2 . 46,41 + 53,144 . 10
= 92,82 + 531,44
= 624,26 N

∑M = 0
− 2FC .D6.cosθ − FCD.D5. cosθ + MC + M D = 0
M D = 2FC .D6. cos θ + FCD.D5. cosθ − MC
MD = { 2 . 41,46 . 0,49824 . cos 90° } + { 531,44 . 0,2291904 . cos 90° }
- 3,934096985
= 0 + 0 - 3,934096985
= - 3,934096985 Nm

Tabel 3.9 Tabel Gaya dan Momen Posisi 1 Punggung


Posisi 1
operat
or FD (N) MD (Nm)
-
3,9340969
Yanuar 624,26 85
Izzudin 487.06 0
Ferrizal 555.66 0

3.1.4.2 Posisi 2 : High Far Lift


 Lengan bawah

II-12
D2 D1 A

AB FA
FB FAB
WA
WAB
40°
B
Gambar 3.4 Posisi lengan bawah pada High Far Lift

Keterangan :
wA : Berat beban pada tangan (kg)
wAB : Berat segmen (kg)
FA : Gaya pada pergelangan tangan (N)
FAB : Gaya pada pusat massa segmen lengan bawah (N)
FB : Gaya pada siku (N)
θ : Sudut antara lengan bawah dengan bidang horisontal
D1 : Jarak antara siku dengan pusat massa segmen lengan bawah
(m)
D2 : Panjang segmen lengan bawah (m)
MB : Momen pada siku (Nm)

∑Fx =0
Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0
∑Fy =0
− FA / 2 − FAB + FB = 0
FB =FA / 2 +FAB
FB = { WA . g / 2 } + { WAB . g }
= { 0 . 10 / 2 } + { 2,093 . 10 }
= 0 + 20,93
= 20,93 N
∑M =0
− FA / 2 D2 Cos θ − FAB D1Cos θ + M B = 0

MB = FA / 2 . D2 . cos θ - FAB . D1 . cos θ


= 0 + { 20,93 . 0,1879645 . cos 40° }
= 0 + { 3,934096985 . 0,766044443 }
= 3,013693134 Nm

Tabel 3.10 Tabel Gaya dan Momen Posisi 2 Lengan Bawah


Posisi 2
operat
or FB (N) MB (Nm)
3,013693
Yanuar 20,93 134
1.870368
Izzudin 16.33 845

II-13
2.667012
Ferrizal 18.63 179

 Lengan atas
FC

120 C
° D3
D
B
4
C
FBC
WBC
120°
B

FB
Gambar 3.5 Posisi lengan atas pada High Far Lift

Keterangan :
wBC : Berat segmen lengan atas (kg)
FB : Gaya pada segmen lengan bawah (N)
FBC : Gaya pada pusat massa segmen lengan atas (N)
FC : Gaya pada bahu (N)
θ : Sudut antara segmen lengan atas dengan bidang horisontal
D3 : Jarak antara bahu dengan pusat massa segmen lengan atas (m)
D4 : Panjang segmen lengan atas (m)
MB : Momen pada segmen lengan bawah (Nm)
MC : Momen pada bahu (Nm)

∑Fx =0
Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

∑Fy = 0
− FB − FBC + FC = 0
FC = FB + FBC
FFcC ==FB20,93
+ w BC .g+ [ WBC . g ]
= 20,93 + [ 2,548 . 10 ]
= 20,93 + 25,48
= 46,41 N

II-14
∑M = 0
− FB .D 4. cos θ − FBC .D3. cos θ + M B + M C = 0
M C = FB .D 4. cos θ + FBC .D3. cos θ − M B
MC = { 20,93 . 0,28372 . cos 120° } + { 25,48 . 0,1361856 . cos 120° } -
3,013693134
= { 5,9382596 . [-0,5] } + { 3,470009088 . [-0,5] } -
3,013693134
= [-2,9691298] + [-1,735004544] – 3,013693134
= -7,717827478 Nm

Tabel 3.11 Tabel Gaya dan Momen Posisi 2 Lengan Atas


Posisi 2
operat
or FC (N) MC (Nm)
Yanuar 46,41 -7,717827478
Izzudin 36.21 -6.343296865
Ferrizal 41.31 -6.830005235

 Punggung
FC

90 C
°
D5

D6 C
FD
C

WCD 90
D

°
D
FD

Gambar 3.6 Posisi punggung pada High Far Lift

Keterangan :
WCD : Berat segmen punggung (kg)
FC : Gaya pada segmen lengan atas (N)
II-15
FCD : Gaya pada pusat massa segmen punggung (N)
FD : Gaya pada segmen punggung (N)
θ : Sudut antara segmen punggung dengan bidang horisontal
D5 : Jarak antara pinggul dengan pusat massa segmen punggung
(m)
D6 : Panjang segmen punggung (m)
MC : Momen pada segmen lengan atas (Nm)
MD : Momen pada pinggul (Nm)

∑Fx =0
Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0
∑ Fy = 0
− 2FC − FCD + FD = 0
FD = 2FC + FCD
FD = 2FC + w CD.g
FD = 2 . 46,41 + 53,144 . 10
= 92,82 + 531,44
= 624,26 N

∑M = 0
− 2FC .D6.cosθ − FCD.D5. cosθ + MC + M D = 0
M D = 2FC .D6. cos θ + FCD.D5. cosθ − MC
MD = { 2 . 41,46 . 0,49824 . cos 90° } + { 531,44 . 0,2291904 . cos 90° }
- [ -7,717827478 ]
= 0 + 0 + 7,717827478
= 7,717827478 Nm

Tabel 3.12 Tabel Gaya dan Momen Posisi 2 Punggung


Posisi 2
operat
or FD (N) MD (Nm)
7,7178274
Yanuar 624,26 78
27.926564
Izzudin 487.06 7
6.8300052
Ferrizal 555.66 35

3.1.4.3 Posisi 3 : Leg Lift


Lengan bawah

II-16
FB

260°
B
D1

D2
AB

FAB
WAB
A

FA
WA
Gambar 3.7 Posisi lengan bawah pada Leg Lift

Keterangan :
wA : Berat beban pada tangan (kg)
wAB : Berat segmen (kg)
FA : Gaya pada pergelangan tangan (N)
FAB : Gaya pada pusat massa segmen lengan bawah (N)
FB : Gaya pada siku (N)
θ : Sudut antara lengan bawah dengan bidang horisontal
D1 : Jarak antara siku dengan pusat massa segmen lengan bawah
(m)
D2 : Panjang segmen lengan bawah (m)
MB : Momen pada siku (Nm)

∑Fx =0
Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

∑Fy =0
− FA / 2 − FAB + FB = 0
FB =FA / 2 +FAB
FB = { WA . g / 2 } + { WAB . g }
= { 62,6 . 10 / 2 } + { 2,093 . 10 }
= 313 + 20,93
= 333,93 N

∑M =0
− FA / 2 D2 Cos θ − FAB D1Cos θ + M B = 0

MB = FA / 2 . D2 . cos θ + FAB x D1 . cos θ


= { 313 . 0,45845 . cos 260° } + { 20,93 . 0,1879645 . cos
260° }
= -24,91762 – [-0,83310]
II-17
= -24,08452 Nm

Tabel 3.1.3 Tabel Gaya dan Momen Posisi 3 Lengan Bawah


Posisi 3
operat
or FB (N) MB (Nm)
-
Yanuar 333,93 24,08452
-
32.25665
Izzudin 301.33 67
13.94955
Ferrizal 293.63 492

 Lengan atas
FC

260°
C
D3
D4
BC
FB

W
C
BC
B
260°
FB
Gambar 3.8 Posisi lengan atas pada Leg Lift

Keterangan :
wBC : Berat segmen lengan atas (kg)
FB : Gaya pada segmen lengan bawah (N)
FBC : Gaya pada pusat massa segmen lengan atas (N)
FC : Gaya pada bahu (N)
θ : Sudut antara segmen lengan atas dengan bidang horisontal
D3 : Jarak antara bahu dengan pusat massa segmen lengan atas (m)
D4 : Panjang segmen lengan atas (m)
MB : Momen pada segmen lengan bawah (Nm)
MC : Momen pada bahu (Nm)

∑Fx =0
Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

∑Fy = 0
− FB − FBC + FC = 0
FC = FB + FBC
FC = FB + w BC .g II-18
Fc = 333,93 + [ WBC x g ]
= 333,93 + [ 2,548 x 10 ]
= 333,93 + 25,48
= 359,51 N

∑M = 0
− FB .D 4. cos θ − FBC .D3. cos θ + M B + M C = 0
M C = FB .D 4. cos θ + FBC .D3. cos θ − M B
MC = { 333,93 . 0,28372 . cos 90° } + { 25,48 . 0,1361856 . cos 90° }
– (-24,08452)
= 0 + 0 + 24,08452
= 24,08452 Nm

Tabel 3.14 Tabel Gaya dan Momen Posisi 3 Lengan Atas


Posisi 3
operat
or FC (N) MC (Nm)
359,5
Yanuar 1 24,08452
321.2 85.20989
Izzudin 1 435
-
316.3 99.76343
Ferrizal 1 087

 Punggung

D5 65°C
FC
D6
CD

FD FCD
65 W
CD
°
D
Gambar 3.9 Posisi punggung pada Leg Lift

Keterangan :
WCD : Berat segmen punggung (kg)
FC : Gaya pada segmen lengan atas (N)
FCD : Gaya pada pusat massa segmen punggung (N)
FD : Gaya pada segmen punggung (N)
θ : Sudut antara segmen punggung dengan bidang horisontal

II-19
D5 : Jarak antara pinggul dengan pusat massa segmen punggung
(m)
D6 : Panjang segmen punggung (m)
MC : Momen pada segmen lengan atas (Nm)
MD : Momen pada pinggul (Nm)
∑Fx =0
Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

∑ Fy = 0
− 2FC − FCD + FD = 0
FD = 2FC + FCD
FD = 2FC + w CD.g
FD = 2 . 359,51 + 53,144 . 10
= 1250,46 N

∑M = 0
− 2FC .D6.cosθ − FCD.D5. cosθ + MC + M D = 0
M D = 2FC .D6. cos θ + FCD.D5. cosθ − MC
MD = {2 . 359,51 . 0,49824 . cos 65°} + {531,44 . 0,2291904 . cos 65°}
- 24,08452
= - 443.0170988 Nm

Tabel 3.15 Tabel Gaya dan Momen Posisi 3 Punggung

Posisi 3
operat
or FD (N) MD (Nm)
-
443.01709
Yanuar 1250,46 88
-
Izzudin 1057.06 347.66035
506.17256
Ferrizal 1105.66 34

II-20
3.1.4.4 Posisi 4 : Floor Lift
Lengan bawah
FB

B
D1

D2
AB
FAB
WAB 90
°
A
FA
WA

Gambar 3.10 Posisi lengan bawah pada Floor Lift

Keterangan :
wA : Berat beban pada tangan (kg)
wAB : Berat segmen (kg)
FA : Gaya pada pergelangan tangan (N)
FAB : Gaya pada pusat massa segmen lengan bawah (N)
FB : Gaya pada siku (N)
θ : Sudut antara lengan bawah dengan bidang horisontal
D1 : Jarak antara siku dengan pusat massa segmen lengan bawah
(m)
D2 : Panjang segmen lengan bawah (m)
MB : Momen pada siku (Nm)

∑Fx =0
Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

∑Fy =0
− FA / 2 − FAB + FB = 0
FB =FA / 2 +FAB
FB = { WA . g / 2 } + { WAB . g }
= { 20,3 . 10 / 2 } + { 2,093 . 10 }
= 122,43 N

II-21
∑M =0
− FA / 2 D2 Cos θ − FAB D1Cos θ + M B = 0

MB = FA / 2 . D2 . cos θ + FAB x D1 . cos θ


= { 101,5 . 0,45845 . cos 90° } + { 20,93 . 0,1879645 . cos
90° }
= 0 Nm

Tabel 3.17 Tabel Gaya dan Momen Posisi 4 Lengan Bawah


Posisi 4
operat
or FB (N) MB (Nm)
Yanuar 122,43 0
60.3428864
Izzudin 141.33 6
-
42.2645367
Ferrizal 276.9635 9

 Lengan atas
FC

100 C
° D3
D
B
4
C
FBC
WBC
100°
B

FB
Gambar 3.11 Posisi lengan atas pada Floor Lift

Keterangan :
wBC : Berat segmen lengan atas (kg)
FB : Gaya pada segmen lengan bawah (N)
FBC : Gaya pada pusat massa segmen lengan atas (N)
FC : Gaya pada bahu (N)
θ : Sudut antara segmen lengan atas dengan bidang horisontal
D3 : Jarak antara bahu dengan pusat massa segmen lengan atas (m)
D4 : Panjang segmen lengan atas (m)
MB : Momen pada segmen lengan bawah (Nm)
MC : Momen pada bahu (Nm)

II-22
∑Fx =0
Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

∑Fy = 0
− FB − FBC + FC = 0
FC = FB + FBC
FFcC ==FB122,43
+ w BC .g + [ WBC . g ]
= 122,43 + [ 2,548 . 10 ]
= 122,43 + 25,48
= 147,91 N
∑M = 0
− FB .D 4. cos θ − FBC .D3. cos θ + M B + M C = 0
M C = FB .D 4. cos θ + FBC .D3. cos θ − M B
MC = { 122,43 . 0,28372 . cos 100° } + { 25,48 . 0,1361856 . cos 100° }
–0
= -6,634376 Nm

Tabel 3.18 Tabel Gaya dan Momen Posisi 4 Lengan Atas


Posisi 4
operat
or FC (N) MC (Nm)
Yanuar 147,91 -6,634376
-
Izzudin 161.21 100.2875526
299.64
Ferrizal 35 33.30145689

 Punggung

C
75°
D5
FC
D6

CD
FD FCD
75° WCD
D
Gambar 3.12 Posisi punggung pada Floor Lift

Keterangan :
WCD : Berat segmen punggung (kg)
FC : Gaya pada segmen lengan atas (N)
FCD : Gaya pada pusat massa segmen punggung (N)
II-23
FD : Gaya pada segmen punggung (N)
θ : Sudut antara segmen punggung dengan bidang horisontal
D5 : Jarak antara pinggul dengan pusat massa segmen punggung
(m)
D6 : Panjang segmen punggung (m)
MC : Momen pada segmen lengan atas (Nm)
MD : Momen pada pinggul (Nm)

∑Fx =0
Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0
∑ Fy = 0
− 2FC − FCD + FD = 0
FD = 2FC + FCD
FD = 2FC + w CD.g
FD = 2 . 147,91 + 53,144 . 10
= 827 N
∑M = 0
− 2FC .D6.cosθ − FCD.D5. cosθ + MC + M D = 0
M D = 2FC .D6. cos θ + FCD.D5. cosθ − MC
MD = {2 . 147,91 . 0,49824 . cos 75°} + {531,44 . 0,2291904 . cos 75° }
– (-6,634376)
= 76,305953 Nm

Tabel 3.19 Tabel Gaya dan Momen Posisi 4 Punggung


Posisi 4
operat
or FD (N) MD (Nm)
Yanuar 827 76,305953
Izzudin 737.06 -130.5517208
Ferrizal 1072.327 357.1743159

3.1.5 Analisa Posisi dan Daya Angkat


3.1.5.1 Posisi Optimum
Posisi yang memiliki daya angkat optimum adalah posisi yang
memiliki nilai FD / MD terbesar. Untuk operator Yanuar, memiliki daya
angkat optimum pada posisi 4,yaitu Floor Lift, lalu pada operator
Izzudin, memiliki daya angkat optimum pada posisi 2, yaitu High Far
Lift, sedangkan pada operator Ferrizal memiliki daya angkut optimum
pada posisi 3, yaitu Leg Lift.
3.1.5.2 Posisi Maksimum
Posisi yang memiliki daya angkat maksimum adalah posisi yang
memiliki nilai FD terbesar. Dari semua operator yang telah melakukan
pengambilan data, semuanya memiliki posisi yang sama untuk posisi
maksimum, yaitu posisi 3, Leg Lift.

3.1.5.3 Posisi Aman


Posisi paling aman yaitu posisi yang memiliki nilai MD (momen pada
pinggul) terkecil. Dari semua operator yang telah melakukan
II-24
pengambilan data, semuanya memiliki posisi yang sama untuk posisi
aman, yaitu posisi 1, Arm Lift.
3.1.5.4 Posisi Back Injury
Posisi menyebabkan back injury yaitu posisi yang memiliki nilai MD
(momen pada pinggul) terbesar. Untuk operator Yanuar, posisi yang
dapat mengakibatkan Back Injury yaitu pada posisi 4,yaitu Floor Lift,
lalu pada operator Izzudin, posisi yang dapat mengakibatkan Back
Injury yaitu pada posisi 2, yaitu High Far Lift, sedangkan pada
operator Ferrizal posisi yang dapat mengakibatkan Back Injury yaitu
pada posisi 3, yaitu Leg Lift.

3.2 Psychological Performance


Berikut akan dijelaskan mengenai Psychological Performance, cara mengitung
Konsumsi Energi, Recovery Time dan waktu istirahat pada semua operator.
3.2.1 Definisi Psychological Performance dan aplikasinya
Psychological Performance adalah kemampuan fisik manusia dalam
melakukan kerja, sehingga kita dapat mengetahui batas kemampuan
fisik manusia dalam melakukan kerja tertentu. Aplikasi Psychological
Performance dalam ergonomi adalah menentukan waktu recovery
time serta mengetahui besar konsumsi energi yang diperlukan dalam
melakukan aktivitas tertentu.

3.2.2 Rekap Data Heart Rate normal, saat dan Setelah Aktivitas

Tabel 3.20 Rekap Data Heart Rate normal dan berat badan operator
O perator B
erat(kg) H
RNormal
Z aki 66,5 110
Hendrick 50 101
Dim asW P 50 98
Hesti 41 103
Santi 49 101
D ew i 60 97

Tabel 3.21 Rekap Data Heart Rate setelah aktivitas

O p e ra to Br e ra t (K g)
1 2 3 4 5 6 7
Za k i 6 6 ,5 1 9 01 8 41 7 31 6 81 6 31 6 31 6 3
Tabel 3.22 Rekap Data Heart Rate saat aktivitas

H e n d rick 5 0 1 4 21 2 41 2 41 2 41 2 41 2 41 2 4
H R Sa at A ktivita s
O pe rat o rBe ra t (Kg)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Zaki 66,5 110110123135163168168178184184173170189195190196196183163159159159159 199202 196 202202 202 202

D im a s W P 5 0 1 1 81 0 61 1 81 6 91 7 31 7 31 6 4
H e ndr ick 50 96 96 96 96 95 95 104144147151141121137148167142122108104 87 86 93 110 129 137 151 148 173 184 145
D im as W P 50 123126131121108112108 94 94 99 96 93 II-25
96 99 10310010499 105106107121121 107 105 114 129 118 113 114
H e sti 41 149140147134118110113128128147137117101107103103106108108 99 94 100 99 111 108 109 120 137 128 109
Sant i 49 145157162167193176171159146161166181176157157142146139142127125144159 142 142 127 127 136 139 142

H e sti
Dew i
41
60
9 6 9 3 9 7 1 0 91 6 31 7 61 6 6
110122131147147140118136132133132136120114120128133131131120111128120 115 136 115 125 130 115 115
3.2.3 Rekap Data Berdasarkan Kategori Jenis Kelamin dan Berat

Tabel 3.23 Rekap Data Berdasarkan kategori Jenis Kelamin dan Berat
Operator Berat (kg) Jenis Kelamin Kategori Berat
Zaki 66,5 Laki-Laki 66-80
Hendrick 50 Laki-Laki 35-50
Dimas WP 50 Laki-Laki 35-50
Hesti 41 Perempuan 35-50
Santi 49 Perempuan 35-50
Dewi 60 Perempuan 51-65

3.2.4 Grafik Heart Rate terhadap Waktu

Gambar 3.2.1 Grafik Heart Rate terhadap Waktu berdasarkan


jenis kelamin

Gambar 3.13 Grafik Heart Rate Terhadap Waktu Berdasarkan Jenis Kelamin

II-26
Gambar 3.14 Grafik Heart Rate Terhadap Waktu Berdasarkan Kategori Berat Badan Pria

Gambar 3.15 Grafik Heart Rate Terhadap Waktu Berdasarkan Kategori Berat Badan Perempuan

3.2.5 Perhitungan Recovery Time


Contoh perhitungan recovery time pada operator zaki menggunakan
ekstrapolasi:

Tabel 3.24 Tabel Heart Reart Operator

10 detik ke- HR
128 −173
110 −173
18 −14 =
x −14
14 173
45 x = 630 + 252
x = 19,6
18 128
Tabel 3.25 Rekap Data Recovery Time

x
Operator
II-27 110
HR Normal
Zaki 110
3.2.6 Perhitungan Waktu Istirahat
Setelah melakukan aktivitas treadmill, maka dilakukan penghitungan
pengeluaran energi dengan menggunakan persamaan astuti. Perhitungan
dilakukan dua kali untuk memperoleh energi pada saat istirahat (Y1) dan
energi pada saat aktivitas (Y2).
Y(1,2) = 1,804 – 0,0229 X(1,2) + 4,717.10-4 X(1,2)2
Ket: Y1 = Energi pada saat istirahat
Y2 = Energi pada saat aktivitas
X1 = Heart Rate Normal
X2 = Heart Rate Aktivitas tertinggi

Sebagai contoh:
Pada Operator Zaki, diketahui HR Normal = 110 dan HR saat aktivitas
tertinggi = 190, maka:
Y1 = 1,804 – 0,0229 (110) + 4,717.10-4 (110)2
Y1 = 1,804 – 2,519 + 5,71
Y1 = 4,995 kilokalori per menit

Y2 = 1,804 – 0,0229 (202) + 4,717.10-4 (202)2


Y2 = 1,804 – 4,626+ 19,247
Y2 = 16,425 kilokalori per menit

Selanjutnya adalah menghitung Konsumsi Energi pada saat operator berlali di


treadmill:

KE = Et – Ei
Ket: KE = Konsumsi Energi
Et = Y2 = Pengeluaran energi pada saat waktu kerja tertentu (kilokalori
per menit)
Ei = Y1 = Pengeluaran energi pada saat istirahat (kilokalori permenit)

Sebagai contoh:
Pada Operator Zaki, diketahui Et=16,425 dan Ei=4,995, maka:
KE = 16,425 – 4,995
KE = 11,43 kilokalori per menit

Berikut data hasil perhitungan KE pada Operator:

Tabel 3.26 Rekap Data Hasil perhitungan KE

HR
Operator
II-28 Aktivitas Normal
Zaki 202 110
Setelah mendapatkan nilai Konsumsi Energi untuk masing-masing operator,
maka dilakukan perhitungan waktu istrirahat agar sejalan dengan beban
kerja, yaitu dengan menggunakan persamaan Murrel:
T ( W −S )
R=
W −1,5
Ket: R = Waktu istirahat ayng dibutuhkan (menit)
T = Total waktu kerja
W = KE = konsumsi energy rata-rata untuk bekerja (kilokalori per menit)
S = Pengeluaran energy rata-rata yang direkomendasikan

Sebagai contoh:
Pada operator zaki, diketahui KE=8,156, maka:
R = 5 (11,43 – 5)
11,43 – 1,5
R = 5 (6,43)
9,93
R = 32,15 = 3,238 menit
9,93

Berikut data hasil perhitungan waktu istirahat pada operator:

Tabel 3.27 Rekap Data Waktu Istirahat

Waktu isti
Operator
(Menit
3.2.7
Zaki
Grafik Konsumsi Energi terhadap Heart Rate:
3,238
Hendrick 2,743
Dimas WP -10,78
Hesti 0,696
SantiII-29
3,634
Dewi 0,982
Gambar 3.16 Grafik Hubungan KE dengan HR Normal Untuk Pria Kategori Berat Badan

II-30
Gambar 3.17 Grafik Hubungan KE dengan HR Normal Untuk Perempuan Kategori Berat Badan

Gambar 3.18 Grafik Hubungan KE dengan HR Normal Kategori Jenis Kelamin

II-31
3.3 Manual Material Handling
3.3.1 Definisi dan deskripsi Aktivitas Manual Material Handling
Manual Material Handling adalah suatu pekerjaan yang dilakukan oleh
seseorang secara manual yang bisa berakibat cedera di bagian tubuh
dikarenakan posisi kerja yang tidak baik. Dari alasan tersebut, maka
dilakukan penelitian agar pada suatu proses kerja tidak terjadi cedera pada
pekerja akibat posisi yang tidak mendukung dalam proses tersebut. Manual
Material Handling berfokus kepada pengangkatan suatu beban. Apabila suatu
beban pada proses pengangkatanya tidak sesuai dengan standard yang telah
ditentukan, dianjurkan kepada pekerja untuk tidak melakukan proses
pengangkatan agar tidak terjadi cedera. Maka dari itu, ditemukan metode
yang digunakan untuk membantu suatu proses pengangkatan beban yang
membantu mencegah atau mengurangi terjadinya low back pain dan injuries (
cedera tulang belakang bagian bawah ) bagi pekerja dalam melakukan
aktivitas pengangkatan beban secara manual.Metode ini dinamakan NIOSH
Lifting Index, yang terdiri dari RWL yaitu nilai beban angkat yang dianjurkan
secara teoritis untuk Manual Material Handling, dan LI yaitu nilai estimasi dari
tingkat tegangan dalam suatu kegitan Manual Material Handling. Dan pada
penelitian kali ini, nilai LI yang diteliti apabila nilai LI yang didapatkan lebih
daripada satu ( LI > 1 ) maka pada proses pengangkatan beban tersebut
terjadi kesalahan yang berakibat cedera dan perlu perbaikan, begitu juga
sebaliknya apabila LI kurang daripa satu ( LI < 1 ) maka proses pengangkatan
beban tersebut sudah benar

3.3.2 Definisi RULA, REBA, JSI, OCRA


Berikut ini adalah penjelasan tentang RULA, REBA, JSI, OCRA
• RULA adalah metode pengukuran tubuh yang digunakan untuk
mengestimasi resiko kerja yang berkaitan dengan gangguan yang
dialami anggota tubuh bagian atas. Jadi metode RULA hanya terbatas
menganalisa tubuh bagian atas. Aplikasi penggunaan RULA, terdapat
pada biomekanika. Dimana biomekanika hanya menganalisa tubuh
bagian atas saat melakukan proses kerja. Seperti contoh aplikasinya,
saat seseorang mengangkat beban, digunakan metode RULA untuk
menganalisa keadaan tubuh bagian atas. Contohnya dilakukan
analisa pada punggung, badan, tangan, leher dan lain-lain.

• REBA adalah metode pengukuran tubuh yang digunakan untuk


mengestimasi resiko kerja yang berkaitan dengan gangguan yang
dialami seluruh bagian tubuh. Metode REBA tidak memiliki batasan
dalam menganalisa, seperti metode lainya. Contoh aplikasi
penggunaan REBA dapat dilihat dari contoh Manual Material Handling.
Seperti contoh, pada saat proses kerja khususnya pada
pengangkatan beban. Dapat dianalisa menggunakan metode REBA
keadaan seluruh tubuh orang yang melakukan proses kerja tersebut.
Analisa dapat dilakukan contohnya padaposisi tangan, punggung,
leher, kepala, kaki dan lain-lain. Jadi analisa keseluruhan dapat
dilakukan menggunakan metode REBA.

II-32
• JSI adalah metode untuk mengistimasi resiko terjadinya
kecelakaan/sakit pada pergelangan tangan dan tangan yang
berdasarkan pada berat, frekuensi dan durasi pembebanan.
Analisa mekanik adalah analisa mengenai tiga jenis gaya yang
bekerja pada tubuh manusia menurut Winter, yaitu:
 Gaya gravitasi: gaya yang melalui pusat massa dari segmen tubuh manusia
dengan arah ke bawah.
 Gaya reaksi: gaya yang terjadi akibat beban pada segmen tubuh atau berat
segmen tubuh itu sendiri.
 Gaya otot: gaya yang terjadi pada bagian sendi, baik akibat gesekan sendi
atau akibat gaya pada otot yang melekat pada sendi. Gaya ini
menggambarkan besarnya momen otot.

Contoh aplikasi penggunaan metode JSI, tentunya dapat dilihat dari


proses pengangkatan beban. Dengan menggunakan metode ini dapat
dianalisa maksimal beban yang diangkat oleh tangan, durasi
kemampuan dari tangan untuk mengangkat suatu beban, dan
kecepatan kerja dari tangan pada saat pengangkatan beban. Jadi,
metode JSI ini hanya sebatas menganalisa bagian tubuh, khususnya
pada tangan dan pergelangan tangan.
• OCRA pertama kali ditemukan oleh Occhipinti dan Colombini
merupakan metode kuantitatif untuk mengidentifikasi cara kerja yang
digunakan dalam pekerjaan berulang khusus alat gerak tubuh bagian
atas. Metode ini mengklasifikasikan tingkat resiko pada tiga zona,
yaitu zona tidak beresiko, zona agak beresiko, dan zona beresiko.
Metode ini sama seperti metode sebelumnya, hanya terbatas
menganalisa tubuh bagian atas. Tetapi, perbedaan metode ini
terdapat pada pekerjaan yang dilakukan secara berulang-ulang.
Contoh aplikasinya, seseorang yang mengangkat beban ke suatu
tempat bolak-balik secara berulang dalam selang waktu tertentu.
Disini dianalisa tubuh bagian atas, contohnya pada tangan.

3.3.3 Perhitungan Recommended Weight Limit (RWL)


Persamaan Recommended Weight Limit (RWL) adalah sebagai berikut:

RWL = LC * HM * VM * DM * AM * FM * CM

Keterangan : LC = Load Constanta, (LC= 23 kg / 51 lbs)


HM = Horizontal Multiplier, (HM= 25 / H)
VM = Vertical Multiplier, (VM =1 – 0,003 I V – 75 I)
(VM max saat V=69  VM = 1 – 0,003 I V – 69 I)
DM = Distance Multiplier, (DM= 0,82 + I 4,5 / D I)
AM = Asymetry Multiplier, (AM= 1 – (0,0032 A)
CM = Coupling Multiplier, (dilihat pada tabel)
FM = Frequency Multiplier, (dilihat pada tabel)

II-33
Gambar 3.19 Tabel RWL

Pada percobaan Manual Material Handling, diketahui


• LC = 23 kg / 51 lbs
• H (Origin) = 27 cm / 10.63 inch
• HM (Origin) = 2.35
• H (Destination) = 41 cm / 16.15 inch
• HM (Destination) = 1.55
• V (Origin) = 87 cm / 34.25 inch
• VM (Origin) = 0.877
• V (Destination) = 57 cm / 22.44 inch
• VM (Destination) = 0.842
• D = 30 cm / 11.81 inch
• DM = 1.2
• A = 0o
• AM =1
• C = fair
• CM = 0.95
• F = 10 lifts / min
• FM = 0.45

II-34
Rumus perhitungan RWL :

RWL = LC * HM * VM * DM * AM * FM * CM

RWL Origin :

RWL = 51 * 2.35 * 0.877 * 1.2 * 1 * 0.45 * 0.95


RWL = 53.92 lbs

RWL Destination :

RWL = 51 * 1.55 * 0.842 * 1.2 * 1 * 0.45 * 0.95


RWL = 34.15 lbs

3.3.4 Perhitungan Lifting Index (LI)


LI (Lifting Index) adalah menyatakan nilai estimasi dari tingkat
tegangan dalam suatu kegiatan pengangkatan material secara manual
yang dirumuskan dengan:

LI = L / RWL

Keterangan: L (Load Weight) = Berat beban yang diangkat (kg)

Diketahui RWL (Destination) = 53.92 lbs


RWL (Origin) = 34.15 lbs
Beban yang diangkat = 11 lbs

Besar LI (Lifting Index) pada saat mengangkat benda adalah:

LI = 11 / 34.15
= 0.322

Besar LI (Lifting Index) pada saat meletakkan benda adalah:

LI = 11 / 53.92
= 0.204

3.3.5 Hasil running dengan REBA


ERGO Intelligence merupakan sebuah software yang dapat digunakan
untuk menganalisis suatu aktivitas manual material handling. Adapun
software ini terdiri dari bermacam-macam jenis didalamnya seperti
RULA, REBA, SI, OCRA. Dalam penelitian kali ini hanya digunakan satu
jenis yang ada didalamnya, yaitu: REBA
Berdasarkan data yang didapatkan, maka dapat diketahui nilai (REBA)
dengan menggunakan software ERGO Intelligence.

II-35
Gambar 3.20 Software REBA

Hasil perhitungan yang diperoleh dengan menggunakan software REBA


adalah sebagai berikut :

Rapid Entire Body Assessment (REBA)


Analyst: Rama
Job Name: Lift Buku
Workstation ID: 4
Hand: Right Side

Job REBA
Categories
Factors Score
Wrist > 15 1
Upper
46 to 90 2
Arms
Upper
Arm is supported -1
Arms
Lower
60-100 1
Arms
Neck > 20 1
Trunk Neutral 2
Legs/feet well-
Legs 1
supported
Force >10 kg 0
Coupling Poor 1
Muscle
Repeated+4times/min 1
Use

Posture Force Grip Tota


Body Parts
Score Score Score l
Neck+Leg+Tr 2 0 2
unk

II-36
Arm+Wrist 1 1 2

REBA Grand Score: 3


Recommendation:
Action Level = 1
Risk Level = Low
Action (including further assessment) = May be necessary

BAB I V
ANALISA DAN INTERPRETASI DATA

4.1 Biomekanika
4.1.1 Analisa Hubungan Tiap Segmen Tubuh pada Tiap Posisi dengan
Daya Angkat
Berdasarkan data yang didapat, pada :
1. Posisi 1 lengan bawah memberikan gaya yang lebih kecil daripada
lengan atas yang keduanya diimbangi dengan gaya yang dihasilkan
oleh punggung. Sedangkan momen yang terjadi yaitu lengan bawah
menghasilkan momen positif yang sama dengan lengan atas, dan
punggung juga menghasilkan momen dengan nilai sama akan tetapi
berlawanan arah. Kondisi ini jelas tidak aman karena momen tidak
seimbang antara lengan bawah dan atas dengan punggung.
Kemungkinan operator akan jatuh ke belakang karena tidak
seimbangnya momen yang dihasilkan.
2. Posisi 2 gaya yang dihasilkan pada lengan bawah tetap lebih kecil
daripada lengan atas yang kemudian diimbangi oleh punggung. Akan
tetapi memiliki perbedaan sedikit pada bagian momen. Lengan bawah
menghasilkan momen positif ke arah operator begitu juga punggung.
Tapi pada lengan atas dihasilkan momen yang negatif dan
menyebabkan tidak seimbang momennya. Kemungkinan ini akan
menyebabkan operator jatuh ke belakang.
3. Posisi 3 perbandingan gaya yang dihasilkan di tiap segmen tetap,
punggung menghasilkan gaya terbesar. Sedangkan momen yang
terjadi, punggung juga menghasilkan momen terbesar dan tidak
seimbang sehingga membahayakan operator karena kemungkinan
akan jatuh ke depan.
4. Posisi 4 kurang lebih sama perbandingan gaya seperti posisi
sebelumnya, punggung mempunyai gaya terbesar untuk menopang
tubuh. Sedangkan momennya punggung mempunyai nilai terbesar dan
jika diperhitungkan, operator ada kemungkinan jatuh ke belakang
karena tidak seimbangnya momen yang dihasilkan.
4.1.2 Analisa Posisi Optimum
Posisi yang memiliki daya angkat optimum adalah posisi yang memiliki
nilai FD / MD terbesar. Untuk operator Yanuar, memiliki daya angkat
optimum pada posisi 4,yaitu Floor Lift. Pada posisi ini, operator
menggunakan berat badan sebagai tumpuan tenaga untuk mengangkat
beban, oleh sebab itu, dikarenakan operator memiliki berat badan yang
cukup besar, yaitu 91 kg, mampu mengangkat beban dengan daya
angkat optimum yang cukup besar dibandingkan posisi lainnya yang
menggunakan tumpuan lain. Dan dengan menggunakan punggung
II-37
sebagai penopang tubuh, dalam posisi ini operator dapat dengan mudah
mengangkat beban, tetapi, dengan posisi ini juga, operator memiliki
kekurangan dalam posisi ini, yaitu jika operator tidak dalam keadaan
seimbang dengan posisinya, operator memiliki kemungkinan untuk jatuh
ke arah belakang karena operator dalam posisi jongkok dan tentu saja
posisi ini rawan untuk terjadi kecelakaan dan juga membuat operator
lebih cepat lelah dibandingkan posisi yang lainnya.
4.1.3 Analisa Posisi Maksimum
Posisi yang memiliki daya angkat maksimum adalah posisi yang
memiliki nilai FD terbesar. Dari operator Yanuar, untuk posisi maksimum,
yaitu posisi 3, Leg Lift. Pada posisi ini, tubuh menggunakan punggung
sebagai tumpuannya, ditambah pula dengan berat badan sebagai
sumber tenaga untuk mengangkat beban, sehingga menghasilkan momen
yang lebih besar daripada segmen yang lainnya. Selain menggunakan
punggung sebagai tumpuan, kaki operator juga memiliki kegunaan untuk
tumpuan badan sehingga operator lebih seimbang untuk posisi belakang
tubuh, akan tetapi, untuk bagian depan tubuh, keseimbangan operator
masih kurang karena dalam posisi ini, operator sedikit membungkuk ke
arah depan, sehingga jika operator kurang hati – hati, bisa mengakibatkan
operator jatuh ke arah depan.

4.1.4 Analisa Posisi Aman


Posisi paling aman yaitu posisi yang memiliki nilai MD (momen pada
pinggul) terkecil. Dari operator Yanuar, untuk posisi aman, yaitu
menggunakan posisi 1, Arm Lift. Posisi ini menggunakan lengan atas dan
lengan bawah sebagai tumpuan untuk mengangkat beban dan juga posisi
tubuh operator adalah tegak sehingga keseimbangan operator lebih stabil
daripada keseimbangan dengan menggunakan posisi yang lain. Akan
tetapi, posisi ini meskipun aman bagi operator, memiliki kekurangan yaitu
merupakan posisi yang memiliki daya angkat yang paling kecil
dibandingkan dengan posisi yang lainnya. Oleh karena itu, posisi ini tidak
cocok untuk digunakan oleh operator jika ingin mengangkat beban karena
momennya paling kecil.
4.1.5 Analisa Posisi Back Injury
Posisi back injury yaitu posisi yang memiliki nilai MD (momen pada
pinggul) terbesar. Untuk operator Yanuar, posisi yang dapat
mengakibatkan Back Injury yaitu pada posisi 4,yaitu Floor Lift. Pada posisi
ini, posisi tubuh operator sedikit jongkok dan membungkuk. Meskipun
pada posisi ini operator memiliki daya angkat yang lebih besar
dibandingkan posisi yang lainnya, jika digunakan secara terus menerus
akan dapat menyebabkan cedera karena posisi ini menggunakan
punggung sebagai titik tumpuannya, selain itu juga, karena dalam posisi
jongkok, pinggul dari operator juga mengalami stress yang berat karena
harus menopan berat badan tubuh operator saat dalam posisi jongkok.

4.2 Psychological Performance


4.2.1 Analisa Perbandingan Heart Rate Sebelum dan Setelah Aktivitas
Heart Rate operator sebelum aktivitas adalah normal, karena kondisi
tubuh sedang tidak melakukan kerja atau aktivitas, namun ketika
melakukan aktivitas di treadmill Heart Rate tiap operator naik perlahan
dari Heart Rate normalnya, hal ini disebabkan operator sedang
II-38
melakukan kerja sehingga konsumsi energi yang dibutuhkan lebih tinggi
dan akan berpengaruh terhadap kenaikan Heart Rate. Ketika setelah
aktivitas Heart Rate operator perlahan menurun menuju kondisi Heart
Rate normalnya, sebab waktu setelah aktivitas konsumsi energi menjadi
sedikit sehingga Heart Rate akan menuju kondisi normal, naumn pada
beberapa operator dalam kurun waktu lima menit belum juga mencapai
Heart Rate normalnya, sehingga dibutuhkan waktu lebih dari lima menit
untuk kembali ke Heart Rate normalnya.

4.2.2 Analisa Recovery Time


Pada analisis Recovery Time berdasarkan data Heart Rate setelah
aktivitas dapat dilihat bahwa operator mengalami penurunan Heart Rate
stabil dari 190 menjadi 123 dalam waktu 5 menit. Selama 5 menit
operator belum bisa mencapai Heart Rate normal yaitu 110 dikarenakan
waktu istirahat kurang lama atau butuh lebih dari 5 menit.

4.2.3 Analisa Waktu Istirahat


Pada perhitungan waktu istirahat, dapat dilihat bahwa terdapat variasi
waktu istirahat antara 0,696 menit hingga 3,238 menit. Perbedaan ini
disebabkan oleh perbedaan heart rate normal, heart rate pada saat
aktifitas serta tingkat konsumsi energi praktikan. Salah satu praktikan
juga mendapat nilai negatif dalam perhitungan waktu istirahat, yang
diakibatkan tingkat konsumsi energi yang dimiliki lebih rendah
dibandingkan konsumsi energi yang direkomendasikan.

4.2.4 Analisa Pengaruh Berat Badan dan Jenis Kelamin terhadap Heart
Rate
Berdasarkan hasil pengamatan, berat badan dan jenis kelamin
berpengaruh terhadap intensitas heart rate. Dari data yang didapat, ada
dua kelompok berat badan, yakni 33-50 dan 66-80 untuk pria, serta 35-50
dan 51-65 untuk wanita.
Praktikan pria yang memiliki berat antara 35-50 Kg, memiliki heart rate
normal yang lebih kecil dibandingkan praktikan pria dengan berat badan
66-80 Kg. Begitupula praktikan wanita yang memiliki berat badan antara
35-50 Kg, memiliki heart rate lebih kecil dibandingan praktikan wanita
dengan berat badan 51-65 Kg. Dari segi jenis kelamin, praktikan pria
memilki kisaran heart rate antara 98-110, sedangkan praktikan wanita
antara 97-103. Jadi, praktikan pria cenderung memiliki heart rate normal
yang lebih tinggi dibandingkan praktikan wanita.
Hal ini disebabkan karena semakin tinggi berat badan manusia, maka
semakin tinggi pula laju metabolismenya. Laju metabolisme itu sendiri
ada kaitannya dengan heart rate yang mereka miliki. Kebutuhan akan
energy yang lebih besar, membuat jantung bekerja lebih ekstra pada
kondisi normal. Perbedaan jenis kelamin antara pria dan wanita juga
membuat perbedaan heart rate, karena pria dan wanita memilki ukuran
organ, aktifitas, dan dimensi tubuh yang berbeda. Pria memiliki rata-rata
dimensi tubuh yang lebih besar, serta aktifitas harian yang lebih berat
dibandingkan wanita. Sehingga, laju heart rate pria, menjadi cenderung
lebih besar.

II-39
4.2.5 Analisa Pengaruh Berat Badan dan Jenis Kelamin terhadap
Konsumsi Energi
Berat badan dan jenis kelamin juga mempunyai pengaruh yang serupa
pada konsumsi energi. Dari hasil pengamatan, praktikan pria dengan
berat badan 35-50 Kg memliki konsumsi energi yang lebih rendah
dibandingkan praktikan dengan berat badan 66-80 Kg dalam margin 2-8.
Sedangkan konsumsi energi pada praktikan wanita yang memilki berat
badan antara 35-50 Kg cenderung lebih besar dibandingkan praktikan
dengan berat badan 51-65 Kg.
Dari segi jenis kelamin, praktikan pria memiliki kisaran konsumsi energi
antara 2,6-11,4. Sementara konsumsi energi praktikan wanita berada
pada kisaran antara 4,4-10,6. Jadi, praktikan pria cenderung memiliki
konsumsi energi yang lebih tinggi, namun lebih variatif dibandingkan
praktikan wanita. Perbedaan berat badan terhadap konsumsi energi tidak
lepas dari heart rate yang dimiliki. Karena, rumus yang digunakan untuk
menghitung konsumsi energi membutuhkan data heart rate. Sehingga
logikanya, manusia dengan heart rate yang tinggi akan mempunyai
konsumsi energi yang besar pula. Berat badan juga mencerminkan porsi
kebutuhan energi tubuh. Dan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
berat badan yang lebih besar, cenderung membutuhkan energi yang lebih
besar pula untuk metabolisme tubuh.
Pada praktikan wanita, kelompok berat badan 51-65 Kg memilki
konsumsi energi yang lebih rendah karena disebabkan variasi heart rate
maksimal dan normal yang lebih kecil. Hal ini sedikit berbeda dengan
teori karena pada saat pengamatan, banyak faktor yang mempengaruhi,
seperti kesehatan praktikan. Selain itu, kelompok berat badan ini hanya
diwakilkan oleh satu praktikan saja. Perbedaan jenis kelamin dapat
mempengaruhi konsumsi energi karena pria cenderung membutuhkan
energi yang lebih besar dibandingkan wanita, karena postur tubuh yang
lebih besar. Namun variasi konsumsi energi pria pada pengamatan lebih
besar dibandingkan wanita. Hal ini disebabkan karena pada saat
pengamatan, banyak faktor yang tidak diukur, salah satunya kesehatan
praktikan, serta kebiasaan (pola hidup). Yang membuat perbedaan
konsumsi energi semakin bervariasi.

4.2.6 Analisa Perbandingan Recovery Time dengan Waktu Istirahat


Berdasarkan data hasil pengamatan, recovery time praktikan cukup
bervariasi. Dari 10 detik ke-1,63 hingga 10 detik ke-26,45. Sedangkan
perhitungan waktu istirahat berkisar antara -10,78 hingga 3,634 menit.
Pada perhitungan recovery time, data yang digunakan adalah pada
saat praktikan mencapai titik heart rate normal. Beberapa praktikan
memerlukan recovery time dibawah 2 menit, namun ada pula yang
sampai di atas 6 menit. Hal ini diakibatkan oleh kondisi fisik tiap praktikan
yang berbeda. Semakin fit kondisi praktikan, maka semakin cepat ia
menormalkan denyut jantung.
Sedangkan perhitungan waktu istirahat, berkaitan dengan konsumsi
energi untuk tiap praktikan. Pada praktikan ketiga, perhitungan waktu
istirahat adalah -10,78 menit. Hal ini dikarenakan konsumsi energi (KE)
praktikan yang lebih kecil dari konsumsi energi yang direkomendasikan.
Sehingga menyebabkan nilainya menjadi negatif.

II-40
4.3 Manual Material Handling
4.3.1 Analisa RWL
Telah dilakukan uji RWL pada operator, dan diperoleh data dari
percobaan dan perhitungan tersebut. Data yang diperoleh terdapat dua
jenis data yang berbeda, yaitu data RWL Origin dan data RWL Destination.
Faktor penting yang membuat perbedaan pada data tersebut adalah jarak
VM (Vertikal) dan HM (Horizontal) pada posisi origin maupun destination
berbeda. Sedangkan pada data yang lain seperti LC, DM, AM, CM dan FM
tetap sama, ini dikarenakan pada posisi origin maupun destination
memiliki banyak kesamaan pada data tersebut seperti besar sudut putar
dan tingkat genggaman. tingkat genggaman yang didapat pada
percobaan kali ini adalah fair. Ini dikarenakan beban yang diangkat, tidak
memiliki suatu pegangan yang nyaman, dimana suatu pegangan pada
beban akan meningkatkan tingkat genggaman menjadi good. Begitu juga
sebaliknya, apabila beban tidak mempunyai pegangan dan ada gangguan
yang menghambat pegangan, tingkat pegangan tesebut akan bersifat
poor. Setelah melakukan proses perhitungan dengan menggunakan
rumus yang telah ditetapkan NIOSH Lifting Index, ditemuan nilai RWL
origin sebesar dan RWL destination sebesar . Nilai RWL sangat
berpengaruh kepada nilai LI yang didapatkan nanti. Karena jika harga
suatu nilai RWL besar mendekati harga nilai beban (L), maka nilai LI yang
didapatkan akan semakin kecil dan itu akan berakibat baik. Begitu juga
sebaliknya apabila harga nilai RWL yang didapatkan kecil, menjauhi nilai
beban (L), maka nilai LI yang didapatkan akan semakin besar, dan itu
akan berakibat buruk. Jadi, jika nilai RWL makin besar, itu akan menjadi
lebih baik. Dan sebaliknya jika RWL makin kecil itu akan berakibat buruk.

4.3.2 Analisa LI
LI (Lifting Index) adalah menyatakan nilai estimasi dari tingkat
tegangan dalam suatu kegiatan pengangkatan material secara manual.
Perhitungan LI dibagi menjadi dua yakni pada saat mengangkat dan
meletakkan beban. Semakin mendekati nilai 1, maka semakin maksimal
tingkat tegangan yang dialami oleh pekerja. Sedangkan apabila angka
tersebut melebihi dari 1, maka artinya beban yang diangkat sudah
melewati dari batas berat yang direkomendasikan (RWL). Nilai LI
destination memiliki nilai lebih daripada 1 ( LI > 1 ) juga berarti posisi
pengangkatan masih memiliki potensi yang menyebabkan cedera yang
lebih besar daripada posisi origin. Jadi, di kedua posisi pengangkatan baik
origin dan destination masih salah dan masih perlu perbaikan agar tidak
terjadi cedera
Nilai LI pada saat mengangkat lebih kecil dibandingkan pada saat
meletakkan karena nilai RWL saat mengangkat lebih tinggi. Atau dengan
kata lain, beban maksimum yang mampu diangkat pada saat awal lebih
tinggi. Artinya, estimasi tingkat tegangan pada saat meletakkan beban
lebih besar dibandingkan saat mengangkat.

II-41
4.3.3 Analisa REBA
Berdasarkan running REBA dengan menggunakan software ERGO
Intelligence, nilai REBA yang didapat adalah 3. Dan kegiatan yang
dianalisa memiliki resiko kecelakaan yang rendah. Perbaikan sistem
mungkin untuk dilakukan. Perbaikan baru diperlukan ketika nilai reba yang
didapatkan di atas 4.

Tabel 4.1 Tabel REBA Score

Action REBA Score Risk Level Action (including


Level further assessment)
0 1 Negligible None necessary
1 2-3 Low May be necessary
2 4-7 Medium Necessary
3 8-10 High Necessary soon
4 11-15 Very high Necessary NOW

Dari nilai REBA yang didapat pada setiap bagian tubuh, maka dapat
diidentifikasi bahwa posisi lengan atas, dan posisi badan mendapat nilai 2,
bagian ini memerlukan adanya perbaikan.

II-42
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Simpulan dari hasil praktikum modul 2 adalah sebagai berikut:
1. Posisi 1 lengan bawah memberikan gaya yang lebih kecil daripada lengan
atas yang keduanya diimbangi dengan gaya yang dihasilkan oleh
punggung. Posisi 2 gaya yang dihasilkan pada lengan bawah tetap lebih
kecil daripada lengan atas yang kemudian diimbangi oleh punggung.
Posisi 3 perbandingan gaya yang dihasilkan di tiap segmen tetap,
punggung menghasilkan gaya terbesar. Posisi 4 kurang lebih sama
perbandingan gaya seperti posisi sebelumnya, punggung mempunyai
gaya terbesar untuk menopang tubuh.
2. Posisi yang memiliki daya angkat optimum adalah posisi yang memiliki
nilai FD / MD terbesar. Untuk operator Yanuar, memiliki daya angkat
optimum pada posisi 4,yaitu Floor Lift. Posisi paling aman yaitu posisi yang
memiliki nilai MD (momen pada pinggul) terkecil. Dari operator Yanuar,
untuk posisi aman, yaitu menggunakan posisi 1, Arm Lift. Posisi back
injury yaitu posisi yang memiliki nilai MD (momen pada pinggul) terbesar.
Untuk operator Yanuar, posisi yang dapat mengakibatkan Back Injury yaitu
pada posisi 4,yaitu Floor Lift.
3. Heart rate praktikan sebelum aktifitas dan sesudah aktifitas cenderung
meningkat. Peningkatan tersebut berkisar antara 31-92.
II-43
4. Berdasarkan data hasil pengamatan, recovery time praktikan cukup
bervariasi. Dari 10 detik ke-1,63 hingga 10 detik ke-26,45. Sedangkan
perhitungan waktu istirahat berkisar antara -10,78 hingga 3,634 menit.
5. Semakin tinggi berat badan seseorang, maka konsumsi energinya akan
semakin tinggi pula. Serta, pria memiliki tingkat konsumsi energi yang
lebih besar dibandingkan wanita.
6. Semakin tinggi berat badan seseorang, maka tingkat heart rate akan
semakin tinggi pula. Serta, pria memiliki tingkat heart rate yang lebih
besar dibandingkan wanita..
7. Dari hasil pengamatan, semakin tinggi konsumsi energi praktikan, maka
akan berbanding lurus dengan tingkat heart rate yang dimiliki..
8. Nilai LI (Lifting Index) yang didapatkan ada dua, yakni saat mengangkat
beban dan saat meletakkan beban. LI pada saat mengangkat beban
adalah 0.204, sedangkan LI saat meletakkan beban adalah 0.322.

5.2 Saran
Saran dari kelompok kami untuk praktikum modul 2 adalah:
• Pada saat praktikum menggunakan treadmill, sebaiknya disiapkan
handuk untuk mengusap keringat. Karena selama praktikum, praktikan
mengeluarkan banyak keringat, dan memerlukan waktu istirahat lebih
lama dari yang dibutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA

II-44

Anda mungkin juga menyukai