com/docs/4631016/Batubara
Peta distribusi kualitas batubara (ash, sulfur, pospor, dll) 1:10.000 • Peta
kalkuasai cadangan batubara 1:10.000 • Tabel kalkualsi cadangan batu bara
1:1.000-5.000 1:1.000-5.000
B.
Yang paling penting adalah mengidenfikasi outcrops, adalah in-situ atau creep.
Kemudian membaca arti secara geologi dan stratigrafi. Observasi harus
dilakukan baik terhadap bagian fresh maupun permukan yang telah dipengaruhi
cuaca (weathered facies), dan sampel diambil dari bagian fresh in-situ.
Kemudian
gambarkan posisi outcrops dengan tepat diatas peta topografi, dan cantumkan
juga rute jalan telah dilalui. Pada saat sama, dilakukan sketsa outcrop secara
geologi dan stratigrafi dengan penjelasan seperlunya. Item yang diobservasi dan
diukur adalah : o Deskripsi permukaan batuan (rock facies) karakteristiknya :
Ukiran butir, bentuk butir, kepadatan, warna, bahan tambang pembentuk,
stratifikasi, kesamaan (sorting) struktur sedimentasi, keberadaan fosil, dll. o
Deskripsi lapisan batubara : Warna, kilatan, kekerasan, stratifikasi,
belahan(parting), retakan, hubungan antara batuan langit-langit dan lantai, dll o
Perubahan stratifikasi dan struktur : Kesesuaian (conformity), ketidaksesuaian
(unconformity), erosi dalam lapisan, perubahan bertahap (gradual), patahan,
perubahan lateral dari permukaan batuan (litho-facies), dll o Arah, kemiringan
dan ketebalan setiap lapisan/lapisan batubara C. Stripping dan Trenching
Outcrop bisasanya tersebar di samping aliran di dalam lembah. Apabila outcrop
tidak kontinu dan tanah diatasnya tipis, maka dilakukan penggalian (stripping)
untuk membuat outcrop kontinu. Walaupun lapisan tanahnya tebal, apabila
diduga terdapat gejala geologi yang penting seperti lapisan batubara atau
pathan, maka sebaiknya dilakukan pencekan dengan menggali parit (trench)
dengan lebar 1m dan kedalaman 3m sampai 5m. Pekerjaan utama yang
dikaukan didalam parit sebagai berikut : o Pengukuran : mengukur arah orintasi
dan kemiringan lapisan tanah dan lapisan batubara o Observasi : mengukur
dan mencantumkan penampang columnar berurutan dari outcrop, tertua
lapisan batubara o Sampling : sampling batubara lapis per lapis atau secra
kunulatif dan belahan (parting), langit-langit dan lantai dilakukan sampling
masing-masing. o Survai : melaksanakan survai dengan menghubungkan seluruh
titik observasi Di tempat yang hutannya lebat dan tidak terdapat lapisa
batubara terbuka (outcrop), survai dengan pit kadangkala efektif terutama
pada musim hujan, deskripsi dan pengukuran hjarus dilakukan segera karena
kan dihanyutkan oleh air sehingga sulit pemulihannya. D. Lambang Geologi
Untuk mengungkapkan sifat dan bukti geologi seperti batuan, bahan tambang,
warna, bentuk, ukuran burir dan lain-lain, yang diperoleh dari survai geologi,
mak pendefenisian lambang dan singkatan geologi akan bermanfaat untuk
menyedrhanakan seluruh ekspresi.
Selain itu masih ada beberapa penelitian unsur khusus di antaranya ada yang
dapat menjadi indikator lingkungan sedimentasi dan proses diagenesis
selamjutnya. Misalnya, kandung sulfur ( termasuk isotopnya di dalam batu bara)
dan karbon didalam shale, kandungan klor didalm batubara, kandungan
authogenic carbonate didalam shale dan lain-lain. Sebagian contoh tersebut
ditunjukan pada Appendix. Dan, penelitian sedimentasi dengan log curve juga
dijelaskan dalam Appendix. SURVEI PENGEBORAN Biasanya, pekerjaan
pengeboran pada eksplorasi batubara menggunakan berbagai tipe mesin bor
dan perkakas tergantung dari tujuan dan tahapan eksplorasi batubara. Tugas
pokok dari pengeboran adalah untuk : a. memastikan letak dan kedalaman
lapisan batubara sasaran b. mengetahui sequence stratigrafi dan geologi
untuk maksud perbandingan c. memperoleh sampel lapisan batubara
termasuk batuan langit-langit dan lantainya d. melaksanakan berbagai jenis
logging, dan lain-lain pada eksplorasi tahap I, pengeboran sering dilakukan
dengan coring penuh dalam jarak yang lebar (jauh) dan dilakukan bersama
logging geofisik. Metode pengeboran banyak menggunakn pengeboran wireline
dengan lebih NQ (diameter lubang 75,7 mm) untuk mempurmudah well logging.
Mesin ini dirancang untuk melakukan pengeboran kontinu tanpa harys menarik
keluar batang bor pada setiap perpanjangan batang, dan core di tarik keluar oleh
wire melalui tangan batang (rod). Mesin yang umum digunakan adalah longyear
LY-39 atau LY-44 untuk pengeboran dengan kedalaman sedang. Diameter lubang
dan diameter core diperlihatkan pada tabel 6-1. (dari Field Geologist’s Manual :
DA Berkman, 1976) Jarak antar lubang bor berbeda menurut kondisi geologi,
seperti daerah stabil dan labil secara struktur. Di daerah stabil jarak tersebut
adalah 500-700 m, atau kadang kala 1km, sedangkan untuk daerah labil adalah
300-500m. Pada eksplorasi tahap II, jarak tersebut mungkin mengecil, yakni 300-
400 m grid untuk daerah stabil, dan 250 m grid untuk daerah labil atau daerah
sasaran metallurgical coal. Pada tambang terbuka (open pit) beberapa
pengeboaran lubang dilakukan dengan metide non-core, seperti metode sirkulasi
balik (reverse circulation) atau dengan rotary rig. Dalam kusus demikian,
dilakukan logging geofisik untuk memperoleh informasi geologi dan kualitas
batubara yang rinci, serta kedalaman eksak dari lapisan sasaran. Penjelasan
terinci dari well logging akan diberikan pada bab berikut.
Pada eksplorasi tahap III dilaksanakan pengeboran diameter besar (biasanya
150200 mm), untuk penelitian hidrologi dan mendapatkan sampel curahan untuk
uji parameter preparasi batubara. Problem yang timbul dalam pengeboran
macam-macam, seperti hilang sirkulasi air, pembekakan (swelling) diding lubang
karena adanya bahan tambang tanah liat khusus yang mudah mengembang
seperti montmorillonite, coring batubara yang lunak, kehilangan sifat air lumpur
(drilling mud) karena emisi gas dalam jumlah besar dari lapisan batubara, dan
lain-lain. Posisi (terhadap kedalaman penggalian dan sumbu lambung) dasar
lubang bor dan batas (top&bottom) dari lapisan utama seperti batubaru sasaran
adalah item yang paling pnting dalam pengeboran. Sebagai contoh, tabel
perhitungan untuk menentukan elevasi (ketinggian) dan koordinat titik yang
disebut diatas ditunjukan pada tabel 6-2 (dari Field Geologist’s Manual : DA
Berkman, 1976) LOGGING GEOFISIK (GEOPHYSICAL WELL LOGGING) Logging
geofisik berkembang dalam ekplorasi minyak bumi untuk analisa kondisi geologi
dan reservior minyak. Logging geofisik untuk eksplorasi batubara dirancang
tidak hanya untuk mendapatkan informasi geologi, tetapi untuk memperoleh
berbagai data lain, seperti kedalaman, ketebalan dan kualitas lapisn batubara,
dan sifat geomekanik batuan yang menyrtai penambahan batubara. Dan juga
mengkompensasi berbagai maslah yang tidak terhindar apabila hanya dilakukan
pengeboran, yaitu pengecekan kedalaman sesungguhnya dari lapisan penting,
terutama lapisan batubara atau sequence rinci dari lapisan batubara
termasuk parting dan lain lain. Jenis dan Prinsip Logging Geofisik Dari sekian
banyak prinsip logging yang ada, yang paling sering digunakan adalah resistansi
listrik, kecepatan gelombang elastis dan radiaktif. Respon berbagai logging
terhadap berbagai lapisan diperlihatkan pada gambar 9-1. Untuk eksplorasi
batubara, logging densitas adalah yang paling efektif dan kombinasi logging
densitas dan sinar gama adalah yang direkomendasi untuk menentukan sifat
geologi sekitar lapisan batubara. Setiap logging mempunyai keistimewaannya
masing-masinng, oleh karena itu lebih baik melakukan kombinasi logging untuk
analisa menyeluruh. Rangkuman berbagai loggiong diberikan pada gambar 9-2.
A. Log Sinar Gama Kekuatan radiasi sinar gama adalah kuat dari mudstone dan
lemah dari sandstone. Terutama yang dari mudstone laut menunjukan nilai yang
ekstra tinggi, sedangkan yang dari lapisan batubara lebih rendah pada
sandstone. Log sinar gama dikombinasikan dengan log utama, seperti log
densitas, netron dan
gelombang bunyi, digunakan untuk memastikan batas antara lapisan penting,
seperti antara lapisan batubara dengan langit-langit atau lantai.
B. Log Densitas Sinar gama dari sumber radioaktif dipancar oleh tumbukan
dengan elektron di dalam lapisan tanah dan energi sinar gama akan hilanng
kepada elektron untuk setiap tumbukan (efek compton). Densitas elektron di
dalam material sebanding dengan densitas curahan atau masa (bulk or mass
density) material. Seperti ditunjukan dalam gambar 9-4, densitas tampak
(apparent density) dari lapisan tanah dicari dari pengukuran kontinu sinar gama
yang berasal dari pemencaran compton, oleh perangkat detektor yang berjarak
tertentu dari sumber sinar CS137 (Cesium 137). (kemungkinan terjadinya
pemancaran compton, sebanding dengan densitas elektron lapisan tanah, dan
angka ini sebanding dengan densitas tampak dari lapisan tanah) Untuk
memperoleh densitas curahan lapisan tanah dari count rate sinar gama, maka
hal itu dilakukan dengan memggunakan kurva koreksi yang diperoleh dari
diameter lubang dan lumpur pengeboran. Karena batubara mempunyai
densitas yang sangat rendah dibanding dengan batuan lain, adalah hal yang
mudah untuk membedakan lapisan batubara diatas log. Kualitas batubara
juga dapat diperkirakan dengan memanfaatkan hubungan timbal balik yang erat
antara densitasnya dan kandungan abu. C. Log Netron Pada waktui netro
berkecepatan tinggi menyebar kedalam lapisan tanah, terjadi tumbukan
berulang-ulang dengan inti atom material pembentuk lapisan tanah yang
mengakibatkan hilangnya energi dan menjadi netron termal berkecepatan
rendah. Kehilangan energi terbesar terjadi pada waktu tumbukan dengan inti
atom unsur Hidrogen yang massanya sama dengan netron. Sehingga,
pengurangan kecepatan netron ditentukan oleh kerapatan inti atom hidrogen di
dalam lapisan tanah. Secara umum, kerapatan inti atom hidrogen pada batuan
sebanding dengan jumlah kandungan cairan (air) di dalam material. Apabila
diasumsikan, bahwa porositas pada batuan diisi oleh air, maka kerapatan inti
atom hidrogen sebanding dengan porositas batuan. Berdasarkan prinsip ini,
maka distribusi netron termal yang diukur berbanding terbalik dengan distribusi
porositas lapisan tanah. Angka pengukuran tersebut, biasanya besar untuk
sandstone dan kecil untuk mudstone. Dengan kata lain, porositas tampak kecil
intuk sandstone dan besar untuk mudstone. Karena kerpatan inti atom hidrogen
pada batubara tinggi, maka pada log netron menunjukan nilai yang kecil dan
mudah membedakan denngan batuan lain. Tetapi, kadang kala sulit untuk
mengenal batas yang jelas apabila penting atau langit-langit/lantai terdiri dari
batuan yang banyak mengandung karbon seperti coaly shale.
D. Log Resistansi] Log resistansi normal dirancang untuk mengukur suatu
potensial listrik pada elektroda pengukur, M, selama arus listrik konstan dialirkan
ke dalam lapisan tanah melalui elektroda A dan potensial tersebut dokonversi
kepada resistensi tampak berdasarkan hukum Ohm dan konfigurasi pnempatan
elektroda (gambar9-6). Guard electroda logging dirancang untuk mengukur
resistansi lapisan tanah setelah memusatkan distribusi arus listrik kedalam
bagian tertentu dari lapisan tanah dengan menggunakan elektroda tambahan.
Dengan demikian akan menaiokan akurasi resistensi dan kemapuan pengukuran
di lapisan tipis. Metoda pengukuran ini disebut juga sebagai laterolog yang
diperlihatkan pada gambar 9-7. E. Log Gelombang Bunyi (Sonic Log) Sonic log
yang digukan dewasa ini kebanyakan tipe BHC (bore hole compensated). Metoda
ini dapat mengurangi efek pemalsuan (spurious) pada perubahan ukuran lubang
dan juga mengkonpensasi kesalahan karena kemiringan sonde. Karena BHC
menggunakan satu transmitter diatas dan satu transmitter di bawah dua pasang
penerima (receiver), dan interval waktu perambatan gelombang yang diterima
kedua set receiver dirata-ratakan.(gambar 9-8 dan 9-9) kalau datanya banyak,
noise juga banyak, sehingga dilakukan proses statistik dengan komputer.
Peralatan Logging peralatan logging terdiri dari peralatan rekam, winch,
telescope boom, probe, sonde, dan lain-lain, biasanya dipasang pada mobil
observasi dan hasil yang diperoleh dari pengukuran direkam dalam chart dan
data digital dalam satu waktu untuk analisa lebih lanjut. Biasanya, diameter
lubang bor adalah NQ (75,7 mm) atau HQ (96,0 mm). Diagram blok dari logging
diperlihatkan pada gambar 9-12 dan berbagai jenis probe dan sonde ditunjukan
pada gambar 9-13. Interpretasi Lapisan Batubara perusahaan logging
mengembangkan peralatan orisinil (khas masing-masing) untuk memperoleh
resolusi logging batubara yang lebih baik.(tabel 9-1) Long spaced density log
digunakan untuk evaluasi lapisan batubaru karena menunjukan densitas yang
mendekati sebenarnya berkat pengaruh yang kecil dari dinding lubang.
Sedangkan, sort spaced density log mempunyai resolusi vertikal yang tinggi,
maka cocok untuk pengukuran ketebalan lapisan batubara. Kombinasi probe
long dan short spaced density bersama sinar gama dan caliper dapat
memberikan data densitas lapisan yang sebenarnya secr langsung melalui
koreksi oleh data caliper. Dalam hal ini, sensor sinar gama harus dipisahkan
sekitar 2 m dari sumber log densitas agar dapat menghindari terhadap sensor. A.
Analisa Ketebalan Lapisan Batubara a. Metoda Rasio Densitas Prinsipmetoda
ini adalah membagi dua dengan perbandingan tertentu, antara batuan dan nilai
densitas yang mewakili densitas, yang mengapit batas, di atas kyrva densitas
dan mentapkan kedalaman titik tersebut sebagai kedalaman batas.
Perbandingan pembagiannya kadang kala direkomendasi 2/3 atau 4/5 jartak
menuju batubara. Akurasi metoda ini bervariasi dan untuk menentukan
perbandingan dengan pasti diperlukan tes empirik. Umumnya dikatakan
mempunyai akurasi kurang lebih 10 cm. (gambar 9-14) b. Metoda Densitas Rata-
rata Metoda ini mirip dengan metoda diatas, tetapi nilai densitas rata-rata
diperoleh dari nilai densitas yang dikonversi dari chart kalibrasi yang dibuat
dengan memplot count rate sinar gama terhadap nilai pengukuran densitas. Nilai
dnsitas rata untuk batubara dan batuan pada suatu kontak dihitung dan diplot
pada log. Nilai densitas yang sesuai. Kedalaman titik ini digunakan sebagai
kedalaman kontak. Jika skal ini linier, maka titik tersebut akan terletak ditengah
sepanjang defleksi. Dan, jika skalanya logaritma, titik akan cenderung mendekat
ke salah satu log. Perbedaan kedalaman antara batas langit-langit dan lantai
ditetapkan sebagai ketebalan lapisan batu bara. Akurasi metoda ini untuk
tempat yang baik kondisi geologinya, kurang lebih 2 cm. (gambar 9-15) c.
Metoda Sinar Gama Kekuatan sinar gama batu bara lebih rendah dibanding
batuan. BPB Company menetapkan titik batas antara lapisan batubara dengan
batuan pada 1/3 menuju batuan, diatas suatu kurva transisional seperti gambar
9-16.
1000 750 500 I000 1500 750 folding and 750 400
C. Inconsistent beds ') Grid dimension for horizontal deposits; distant between
exploratory profiles for folded and complex deposits. Berdasarkan struktur
geologi, Misaqi (1973) mengklasifikasikan endapan dan cadangan batubara
serta pendekatan eksplorasinya sebagai berikut: 1. Endapan horizontal atau
landai, berkesinambungan atau terputus-putus (lenticular) dan tidak terlipatkan,
jurus dan kemiringan tidak jelas, maka teknik eksplorasi dilakukan dengan
sistem grid bujur sangkar. 2. Endapan dengan struktur sederhana dan pelipatan
tingkat pertama, sedikit terpatahkan, jurus dari kemiringan jelas, maka
eksplorasi dengan pemboran dilakukan menurut garis lintang yang tegak lurus
memotong jurus lapisan batubara. 3. Endapan dengan struktur kompleks,
endapan terbagi-bagi dalam blok oleh sistem patahan (block faulting) dimana
jurus dan kemiringan berubah cepat, maka eksplorasi dilakukan seperti pada
endapan tipe 2, tetapi jarak antara dua garis lintang dan jarak pemboran yang
mengikuti garis lintang perlu lebih dirapatkan. Istilah cadangan yang telah
dibahas dimuka dimaksudkan sebagai cadangan di tempat (in place atau
geological reserves atau reserve base). Cadangan di tempat diartikan sebagai
jumlah batubara yang sebenarnya terdapat di bawah tanah yang telah dihitung
memenuhi persyaratan ekonomi pertambangan dalam kondisi tertentu. Telah
dibahas dimuka bahwa tidak seluruh cadangan di tempat dalam suatu daerah
secara teknis dapat ditambang berdasarkan teknologi yang tersedia. Dalam
proyek pertambangan komersial cadangan ditempat selanjutnya di evaluasi
untuk memperhitungkan berapa sebenarnya jumlah batubara yang akan dapat
dimanfaatkan melalui operasi penambangan. Dalam hal ini digunakan istilah
cadangan dapat ditambang (recoverable reserves) yang menunjukkan jumlah
batubara yang diharapkan akan dapat ditambang dengan menggunakan
teknologi pada saat penghitungan. Cadangan dapat ditambang dalam
lingkungan , tambang buka (opencut mining) pada
umumnya di perhitungkan lebih dari 90% dari cadangan ditempat, tetapi dalam
lingkungan tambang dalam (underground mining) terutama yang cukup dalam
pada umumnya dipakai faktor perolehan kurang dari 60%. Kondisi struktur
endapan,/ metoda penambangan juga memegang peranan dalam menentukan
faktor pembatas bagi endapan batubara yang mempunyai arti ekonomi. Angka
persentasi tersebut diperoleh dari pengalaman operasi tambang dan hanya
berlaku untuk tambang bersangkutan. Bila batubara dari hasil tambang akan
dijual tanpa benefisiasi seperti pencucian, pemilahan, dan sebagainya maka
seluruh perolehan tambang tersebut seluruhnya akan dapat dijual. Tetapi bila
hasil tambang tersebut terlalu kotor dan perlu di benifisiasi untuk memenuhi
permintaan pasar, maka jumlah batubara yang akan dapat dijual dikurangi oleh
faktor benefisiasi. Faktor ini sebagian ditentukan oleh kualitas batubara itu
sendiri dan sebagian oleh spesifikasi batubara yang akan dijual sesuai dengan
permintaan pembeli. Bilamana data pencucian dan spesifikasi sudah dapat
ditentukan maka akan dapat diperkirakan besarnya cadangan dapat dijual
(saleable reserves), yang menyatakan nilai ekonomis sebenarnya dari endapan
itu.
Di bawah ini diberikan contoh Ditempat Dapat ditambang Dihasilkan Dapat dijual
Dari persamaan (4) tampak bahwa nilai bobot untuk tiap titik data ditentukan
oleh - variabilitas antar data (Gij), variabilitas antara data dengan blok yang
diestimasi (GiV), luas blok yang diestimasi (V), koefisien Lagrange (u)
Bukin D, Nining S.N dan A.C. Cook, (2000), dalam Coalification of Indonesian
Coal, menyebutkan bahwa : Dalam tabel karakteristik cekungan batubara di
Indonesia Cekungan Kutai Kalimantan Timur berumur Miosen dengan tipe
cekungan Continental Margin dengan Formasi pembawa batubara adalah
Formasi Pulau Balang dan Balikpapan dengan lingkungan pengendapan Fluvial
Deltaic dan jumlah sumber daya 8,484.11 juta ton tertambang.
Supriatna S, A.Fatah Y, Muta’alim, (1995), dalam buku Teknologi Pertambangan
Di Indonesia, menyebutkan bahwa : Pada wilayah BBE terdapat dua formasi
pembawa batubara, yaitu Formasi pulau Balang da Balikpapan yang diendapkan
pada periode Miosen Tengah sampai dengan Miosen atas, endapan batubara
yang terdapat di dalam Formasi Balikpapan menyebar dari selatan-utara dengan
kemiringan barat-barat daya (berkisar 21°-25°). Struktur geologi yang dijumpai
adalah perlipatan dan sesar naik.
Horne, (1978), dalam kutipan Kuncoro, (1996) pada buku Model Pengendapan
Batubara Untuk Menunjang Eksplorasi dan Perencanaan Penambangan,
menyebutkan bahwa : Berdasarkan karakteristik lingkungan pengendapan
batubara, maka dapat dibagi atas : 1) Lingkungan back barrier : lapisan
batubaranya tipis, pola sebarannya memanjang sejajar sistem penghalang atau
sejajar jurus perlapisan, bentuk lapisan melembar karena dipengaruhi tidal
channel setelah pengendapan atau bersamaan dengan proses pengendapan. 2)
Lingkungan lower delta plain : lapisan batubaranya tipis, pola sebarannya
umumnya sepanjang channel atau jurus pengendapan, bentuk lapisan ditandai
oleh hadirnya splitting oleh endapan creavase splay, tersebar meluas cenderung
memanjang jurus pengendapan , tetapi kemenerusan secara lateral sering
terpotong channel bentuk lapisan batubara 3) Lingkungan transitional lower
delta plain : lapisan batubaranya tebal , Ditandai oleh perkembangan rawa yang
ekstensif. Lapisan batubara tersebar meluas dengan kecenderungan agak
memanjang sejajar dengan jurus pengendapan. Splitting juga berkembang
akibat channel
Penentuan kadar suatu endapan mineral merupakan kegiatan yang kritis dan
penting, sehingga memerlukan banyak pertimbangan karena kandungan kadar
suatu endapan mineral tidak selalu sama. Di dalam perhitungan cadangan
dipergunakan perhitungan kadar rata-rata dari endapan mineral dan hasil
perhitungan rata-rata yang diperoleh dibandingkan dengan cut offgrade yang
berlaku.
Metode cross section atau geological section Metode ini membagi tubuh
endapan ke dalam blok-blok dengan konstruksi penampang geologi pada
interval-interval sepanjang garis melintang atau paaa level yang berbeda sesuai
kerja eksplorasi . Interval penampang dapat sama atau bervariasi sesuai dengan
keadaan geologi dari persyaratan penambangan.
Berdasarkan pada cara konstruksi blok, maka ada 2 modifikasi metode cross
section, yaitu 1. Metode standard (a gradual change method) Berdasarkan pada
kaidah perubahan berangsur. Setiap blok bagian dalam dibatasi oleh dua
penampang dan batas samping yang tidak beraturan. Pada bagian tepi blok
terdiri dari satu penampang dengan Batas samping yang tidak rata. Penampang
dapat sejajar. tidak sejajar. vertikal,horisontal atau miring. 2. Metode linier (a
step change) Berdasarkan kaidah titik-titik terdekat. Setiap blok dibatasi oleh
satu penampang dan mempunyai. panjang yang sama dengan jarak setengah
dengan bagian yang berdampingan. Metode ini cocok untuk perhitungan
cadangan pada endapan placer. .
Perhitungannya jauh lebih rumit dibanding metode klasik. - Pada tahap studi
kelayakan, data yang tersedia untuk membuat variogram terbatas dan hampir
tidak mungkin untuk dibuatkan variogram yang baik Dalam semua kasus hanya
pure nugget effect yang dihasilkan (karena kurangnya data dari pemboran),
sehingga pembuatan model berdasarkan data ini masih menjadi persoalan bagi
ahli geologi eksplorasi dan ahli pertambangan. - Konsep pemulusan dapat salah,
sebab ada beberapa endapan mineral yang pemulusannya dapat merugikan.
Untuk endapan mineral seperti ini ada area yang kadarnya tinggi dan rendah.
Kontak geologi memainkan peranan penting, karena itu perlu ditangani secara
khusus. - Metode geostatistik tidak menentukan adanya logam, tetapi hanya
mengalokasikan kembali endapan bijih dengan memperkecil batas kadar yang
layak untuk ditambang, tetapi kandungan bijih tidak berubah
Metode pembobotan jarak Keuntungan: Cepet dan mudah diterapkan dengan
menggunakan komputer
Klasifikasi sumber daya dan cadangan batu bara didasarkan pada tingkat
keyakinan geologi dan kajian kelayakan. Pengelompokan tersebut mengandung
dua aspek yaitu aspek geologi dan aspek ekonomi.
Tingkat keyakinan geologi tersebut secara kuantitatif dicerminkan oleh jarak titik
informasi (singkapan, lubang bor) dan toleransi kesalahan. 5.2 Aspek Ekonomi
Ketebalan minimal lapisan batu bara yang dapat ditambang dan ketebalan
maksimal "dirt parting" atau lapisan pengotor yang tidak dapat dipisahkan pada
saat ditambang yang menyebabkan kualitas batu baranya menurun karena
kandungan abunya meningkat, merupakan beberapa unsur yang terkait dengan
aspek ekonomi dan perlu diperhatikan dalam menggolongkan sumber daya batu
bara. 6 Persvaratan
6.1 Persyaratan yang Berhubungan dengan Aspek Geologi Persyaratan jarak titik
informasi untuk setiap kondisi geologi dan kelas sumber dayanya diperlihatkan
pada tabel 3. 6.2 Persyaratan yang Berhubungan dengan Aspek Ekonomi Batu
bara jenis Batu bara cokelat (brown coal) menunjukkan kandungan panas yang
relatif lebih rendah dibandingkan dengan batubara jenis batubara keras (hard
coal), karena pada hakikatnya kandungan panas merupakan parameter utama
kualitas batubara, persyaratan batas minimal ketebalan batu bara yang dapat
ditambang dan batas maksimal lapisan pengotor yang tidak dapat dipisahkan
pada saat ditambang untuk batubara jenis batubara cokelat (brown coal) dan
batubara jenis batubara keras (hard) akan menunjukan angka yang berbeda.
Persyaratan tersebut diperlihatkan pada tabel 4.
< 0,30
< 0,30
7 Pelaporan Supaya data sumber daya dan cadangan dapat dimengerti dengan
baik dan mudah oleh pihak-pihak yang berkepentingan, perlu adanya sistem
pelaporan yang baku. Laporan ini menggambarkan status terakhir mengenai
sumberdaya dan cadangan batu bara secara rinci dan akurat dan disarikan
seperti pada tabel 5.
Laporan hasil kegiatan penyelidikan sumber daya dan cadangan batu bara ini
disimpan di instansi/lembaga yang ditunjuk
COAL RESOURCES
Table 1 shows estimates of coal resources by island over time. It can be seen
that perceived resources have generally been increasing due to increased
exploration. Although resource figures can increase due to exploration, it is
important to remember that they can also decrease, it additional drilling shows
that seams that were previously thought to be continuous Shows zones of
thinning or of decreased quality. Tabel 1 perkiraan pertunjukan sumber daya
batubara [oleh/dengan] pulau dari waktu ke waktu. [Itu] dapat dilihat sumber
daya [yang] dirasa itu sudah biasanya meningkat(kan) dalam kaitan dengan
explorasi ditingkatkan. Walaupun sumber daya figur dapat meningkat/kan dalam
kaitan dengan explorasi, adalah penting untuk ingat bahwa mereka dapat juga
ber/kurang, [itu] pengeboran tambahan menunjukkan klem pelipit itu yang
sebelumnya dipikirkan untuk;menjadi pertunjukan berlanjut Zone pengenceran
atau berkurang mutu.
Table 2 shows reserves data divided into provinces and by level of confidence in
the existence of' the resources. Resources to the left of' the table have a higher
confidence associated with their existence than those categories to the right.
Tabel 2 data cadangan pertunjukan dibagi menjadi provinsi dan oleh tingkat
kepercayaan di (dalam) keberadaan' sumber daya [itu]. Sumber daya di sebelah
kiri' [tabel;meja] mempunyai suatu yang lebih tinggi kepercayaan dihubungkan
dengan keberadaan mereka dibanding kategori itu di sebelah kanan.
batubara sumber daya adalah di (dalam) Selatan Sumatera dengan kurang dari
satu milyar (Am.) ton sumber daya di (dalam) Sumatera Pusat membuktikan
ujung/persenan sangat tingkat kepercayaan. [Itu] mengikuti bahwa kebanyakan
dari sumber daya di
(dalam) Sumatera adalah di (dalam) kategori [yang] Mungkin dan Yang mungkin
dan, lagi, ini secara dominan di (dalam) Selatan dan Sumatera Pusat. Bengkulu
Provinsi berisi sejumlah penting tetapi tambang/ranjau/aku kecil tetapi tidak
mempunyai suatu sumber daya dasar besar.
Within Kalimantan, the main areas in terms of' coal resources are in South
Kalimantan and East Kalimantan. Due to extensive drilling in South and East
Kalimantan, resources listed are more heavily biased to the Potential category
than those of Sumatera with much tonnages listed for the other categories being
only about two to three times those in the Potential category. This reflects
exploration of known deposits but may not fully reflect the potential for
discovery of new deposits. In East Kalimantan, Potential resources are listed as
less than I billion tonnes but probable resources exceed 2.5 billion tonnes. Di
dalam Kalimantan, area yang utama dalam kaitan dengan' sumber daya
batubara adalah di (dalam) Selatan Kalimantan dan Timur Kalimantan. Dalam
kaitan dengan pengeboran luas di (dalam) dan Selatan Timur Kalimantan,
sumber daya yang yang didaftarkan jadilah lebih dengan berat dibiaskan kepada
potensi Kategori dibanding perihal Sumatera dengan banyak tonase mendaftar
untuk kategori [yang] yang lain yang sedang hanya sekitar dua [bagi/kepada]
tiga kali mereka yang potensi Kategori. Ini mencerminkan explorasi [dari;ttg]
deposito dikenal tetapi tidak boleh secara penuh mencerminkan potensi untuk
penemuan [dari;ttg] deposito baru. Di (dalam) Timur
Kalimantan, potensi Sumber daya didaftarkan dari [ketika;seperti] kurang dari
aku milyar (Am.) ton tetapi sumber daya mungkin melebihi 2.5 milyar (Am.) ton.
Some coal is present in Central and East Kalimantan but has not been
extensively explored although SDM and a private company are understood to
have done some exploration near Silantek in West Kalimantan, Beberapa
batubara adalah kehadiran Yang pusat dan Timur Kalimantan tetapi belum
secara ekstensif menyelidiki walaupun SDM dan suatu perusahaan pribadi
dipahami untuk telah perbuat beberapa explorasi dekat Silantek di (dalam) Barat
Kalimantan,
Jawa has some small coalfields but the total resources are small and coal
production from Jawa is never likely to provide more than a small proportion of
the demand from that island. Sulawesi has larger resources but exploration there
has not been systematic to the same extent as has occurred in Sumatera and
Kalimantan. Interest in coals from Irian Jaya has so far been small but there may
be potential for larger discoveries. However, it is unlikely that the Irian coalfields
will ever rival those of Sumatera or Kalimantan in terms of overall importance.
Jawa mempunyai beberapa kecil coalfields tetapi total sumber daya adalah kecil
dan produksi batubara dari Jawa tidak pernah mungkin untuk menyediakan lebih
dari suatu proporsi [yang] kecil [menyangkut] permintaan dari pulau itu.
Sulawesi mempunyai sumber daya lebih besar tetapi explorasi [di/ke] sana
belum sistematis kepada luas yang
sama [sebagai/ketika] telah terjadi di (dalam) Sumatera dan Kalimantan. Tarik
akan batubara dari Jaya Irian telah sejauh ini kecil tetapi mungkin ada [yang]
potensial untuk penemuan lebih besar. Bagaimanapun, [itu] tidak mungkin
[bahwa/yang] Irian coalfields akan pernah menyaingi perihal Sumatera atau
Kalimantan dalam kaitan dengan keseluruhan arti penting.
in terms of total resources, South Sumatera is the dominant area with about 72%
of the total estimated resources for Indonesia. Kalimantan is the second most
important area with 27.5% of the estimated resources relatively evenly divided
between South and East Kalimantan. dalam kaitan dengan total sumber daya,
Selatan Sumatera menjadi area yang dominan dengan sekitar 72% tentang total
sumber daya diperkirakan untuk Indonesia. Kalimantan menjadi area paling
utama yang kedua dengan 27.5% tentang sumber daya yang
diperkirakan [yang] secara relatif datar membagi antar[a] dan Selatan Timur
Kalimantan.
Typical analyses for some of the major coalfields are given in Table 3. Some data
on ash analyses are included in Table 4.
Analisa khas untuk sebagian dari yang utama coalfields disampaikan dalam
Tabel 3. Beberapa data pada [atas] pohon dengan kayu keras analisa adalah
tercakup di Tabel 4.
As noted above, the largest resources are in South Sumatera. Apart from near
the intrusions at Bukit Asam, most of the coals are low in rank (Figure 15). Ash
yields from the South Sumatera coals are moderate to low. Many of the coals are
prone to spontaneous combustion and this increases the difficulties associated
with long distance transport or long term storage of the coals. It is possible that
away from the zone of influence from the intrusions, the regional rank may prove
to be significantly lower than the areas currently the subject of large scale
mining. This may require a long term review of the ways in which the South
Sumatera coals are used. Seperti dicatat di atas, sumber daya yang paling besar
adalah di (dalam) Selatan Sumatera. Terlepas dari dekat penggangguan pada
Bukit Asam, kebanyakan dari batubara adalah rendah di (dalam) ranking
( Gambar 15). Pohon dengan kayu keras menghasilkan dari Selatan [itu]
Sumatera batubara adalah moderat ke rendah. Banyak dari batubara cenderung
akan pembakaran secara spontan dan peningkatan ini [adalah] berbagai
kesulitan dihubungkan dengan pengangkutan interlokal atau
Sulphur contents are uniformly low in the South Sumatera coals. They appear to
have been deposited well away from marine influence, belerang [Muatan/Indeks]
yang berpakaian seragam rendah di (dalam) Selatan [itu] Sumatera batubara.
Mereka nampak untuk telah menyimpan baik [men]jauh dari angkatan laut
pengaruh,
The Ombilin coals are amongst the highest rank coals mined in large quantities
in Indonesia but still fall into the category of noncoking, high volatile bituminous
coals. Although minor amounts of heat altered coals have been found at Ombilin,
it appears that the rank is a result of regional coalification. Ash yields are
typically low although some of the seams contain a number of dirt bands and
washing of the coal is desirable to optimise coal quality. Sulphur contents are
low. Ombilin batubara adalah di antara batubara ranking yang paling tinggi
ditambang di (dalam) jumlah besar di (dalam) Indonesia tetapi masih jatuh
masuk ke kategori dalam noncoking, batubara bituminus mudah menguap
tinggi. Walaupun sejumlah panas [yang] kecil mengubah batubara telah
ditemukan pada Ombilin, [itu] nampak [bahwa/yang] ranking adalah suatu hasil
[dari;ttg] coalification regional. pohon dengan kayu keras Hasil [yang] rendah
walaupun beberapa [menyangkut] klem pelipit berisi sejumlah rombongan
kotoran dan cucian [menyangkut] batubara adalah diinginkan ke mutu batubara
pengoptimalan. belerang [Muatan/Indeks] rendah.
The Eocene coals from Kalimantan have much higher ash yields than most of the
Miocene coals although many of them are still moderate to low by World
standards. The mineral matter typically occurs as thin dirt bands and as finer
disseminations within the coals. Washing of some of the Eocene coals is
desirable but washability characteristics tend to be moderate.
Eocene batubara dari Kalimantan mempunyai pohon dengan kayu keras jauh
lebih tinggi menghasilkan dibanding kebanyakan dari Miocene batubara
walaupun banyak di antara mereka masih melembutkan ke rendah oleh dunia
Standard. mineral Perihal [yang] secara khas terjadi sama rombongan kotoran
tipis/encer dan seperti penghamburan pendenda di dalam batubara [itu]. Cucian
sebagian dari Eocene batubara adalah diinginkan tetapi washabilas karakteristik
[tuju/ cenderung] untuk;menjadi melembutkan.
Some of the Eocene coals are high in resinite and this results in unusually high
S.E. values. Most of the coals are low in sulphur but some seams contain one or
more plies that have moderate to high sulphur contents. This appears to be due
to a marine incursion during the the deposition of the coal. Some of these
sulphur rich plies are relatively widespread. Sebagian dari Eocene batubara
adalah tinggi di (dalam) resinit dan ini mengakibatkan S.E tidak biasa tinggi.
nilai-nilai. Kebanyakan [menyangkut] batubara adalah rendah di (dalam)
belerang tetapi beberapa klem pelipit berisi satu atau lebih lapisan yang
mempunyai moderat ke [muatan/indeks] belerang tinggi. Ini nampak seperti
dalam kaitan dengan suatu angkatan laut incursion sepanjang . yang pemecatan
dari batubara. Sebagian dari belerang ini lapisan kaya secara relatif tersebar
luas.
The rank of the Eocene coals is uniformly higher than most Indonesian coals with
vitrinite reflectances typically in the range 0.55% to 0.65% indicating a rank of
high volatile bituminous coal. Ranking Dari Eocene batubara yang lebih tinggi
yang berpakaian seragam dibanding paling batubara Indonesia dengan vitrinite
faktor refleksi [yang] secara khas di (dalam) cakupan 0.55% [bagi/kepada]
0.65% menandakan suatu ranking [dari;ttg] batubara bituminus mudah
menguap tinggi.
The Miocene coals typically contain sections with low to very low ash yields. One
scam, that mined by P.T. Adaro in the region of the Upper Barito River
consistently shows ash Yields less than 1%. As this coal also shows an
exceptionally low sulphur content it has been marketed “Envirocoal". Most of the
Miocene coals, however, contain ash yields in the range from 2 S%, but lower
and higher values occur. It Is common for the Miocene coals to be sold unwashed
and where washing is undertaken, most of the material removed represents roof
or floor rocks admixed with the coal as a result of mining. A problem with
washing is the higher moisture levels that result. Miocene batubara [yang]
secara khas berisi bagian dengan rendah ke pohon dengan kayu keras sangat
rendah menghasilkan. Satu scam, yang [itu] yang ditambang oleh P.T. Adaro di
[dalam] daerah Barito Bagian atas Sungai [yang] secara konsisten menunjukkan
pohon dengan kayu keras Hasilkan kurang dari 1%. Dari [sebagai/ketika/sebab]
batubara ini juga menunjukkan suatu isi belerang [yang] rendah [itu] telah dijual
“ Envirocoal".
Kebanyakan [menyangkut] Miocene batubara, bagaimanapun, berisi pohon
dengan kayu keras menghasilkan di (dalam) cakupan dari 2 S%, tetapi yang
lebih rendah dan yang lebih tinggi nilai-nilai terjadi. Adalah Umum untuk Miocene
batubara untuk menjual tidak dicuci dan [di mana/jika] cucian dikerjakan,
kebanyakan dari material yang dipindahkan menghadirkan atap atau lantai
mengayun-ayun admixed dengan batubara sebagai hasil pekerjaan tambang.
Suatu masalah dengan cucian menjadi yang lebih tinggi embun mengukur hasil
itu.
Spontaneous combustion problems range from low to moderate for the Miocene
coals frorn Kalimantan. For virtually all of the coals mined, care has to be taken
to avoid spontaneous combustion becoming a major problem. A small number of
the coals are rich in resinte and show anomalously high Specific Energy values.
pembakaran secara spontan Permasalahan terbentang dari rendah untuk
melembutkan untuk Miocene batubara frorn Kalimantan. Karena hampir semua
batubara menambang, kepedulian harus diambil untuk menghindari pembakaran
secara spontan [yang] menjadi suatu masalah utama. Sejumlah kecil batubara
adalah kaya akan resinte dan pertunjukan secara ganjil energi Spesifik tinggi
Nilai-Nilai.
The coals from Jawa are moderate to low rank and show a moderate to high ash
yield. Many of the coals show the effects of igneous intrusions, These have
produced chars rather than the antracitic coals found in some of the other
coalfields.
Batubara dari Jawa adalah moderat ke ranking rendah dan pertunjukan suatu
moderat ke pohon dengan kayu keras tinggi menghasilkan. Banyak dari
batubara menunjukkan efek [dari;ttg] penggangguan berapi-api, Ini sudah
memproduksi terbakar/membuat arang dibanding/bukannya batubara yang
antracitic menemukan dalam beberapa [menyangkut] yang lain coalfields.
The coals from Sulawesi vary markedly in their properties mostly as a result of
contact in trusion. The regional rank for both the Paleogene and the Neogene
coals appears to be bright brown coal or hard lignitic rank. Intrusions raise the
rank levels variously to bituminous and anthracitic rank. It has been noted in
studies of coal type from Sulawesi that these coals to show a much greater
range of type compared with coals from
Sumatera and Kalimantan, coals with sapropelic affinities being more abundant
in the suites from Sulawesi. Batubara dari Sulawesi bertukar-tukar dengan
jelas/dengan nyata a di (dalam)
Indonesian coal deposits range markedly in their distance from the sea and in
the ease of transport to the sea. Deposits such as Sangatta in East Kalimantan
are within 30 kms of the sea although construction of a coalloader on gently
shelving coastlines presents some
engineering difficulties. Some of the other coal deposits in East Kalimantan are
close to the Mahakam River and transport by barge is normal. Coal is then
loaded onto other ships off the mouth of the river, or in some cases, the barge
transports coal direct to other islands in Indonesia. The P.T. Adaro mine ships
coal down the Barito River some hundreds of kilometres to the coast and then
East along the coast to a coal loader. batubara Indonesia Deposito mencakup
dengan jelas/dengan nyata a di (dalam) jarak
Coal from Senakin and Satul mines in South Kalimantan is taken to a coal loader
near Pulau Laut, mostly for export.
Batubara dari Senakin Dan Satul menambang di (dalam) Selatan Kalimantan
diambil untuk suatu pemuat batubara dekat Pulau Laut, [yang] kebanyakan
untuk ekspor.
The lower rank coals from Kalimantan are less suitable for transport due to the
high moisture content and high tendency to spontaneous combustion,
Spontaneous combustion could be inhibited by inert gas blanketing and suitable
compaction techniques. However, the coals would always have high transport
costs per unit of energy due to their low Specific Energy and the amount of water
that has to be transported. It is probable that the main use for these coals will be
at mine mouth power stations. batubara ranking Yang yang lebih rendah dari
Kalimantan adalah lebih sedikit [yang] pantas untuk pengangkutan dalam kaitan
dengan isi embun yang tinggi dan kecenderungan tinggi ke pembakaran secara
spontan, Pembakaran secara spontan bisa dilarang oleh gas mulia [yang] selimut
dan compaction teknik pantas. Bagaimanapun, batubara akan selalu mempunyai
biaya-biaya pengangkutan tinggi saban satuan tenaga dalam kaitan dengan
Energi [yang] Spesifik rendah mereka dan jumlah air yang harus diangkut.
Adalah mungkin [bahwa/yang] penggunaan yang utama untuk batubara ini akan
[jadi] pada pembangkit listrik mulut tambang/ranjau/aku.
The Sumatera Mines suffer some disadvantages in relation to transport. The coal
from Bukit Asam that is not used near the mines is taken by rail over 200 kms to
the loader at Tarahan on the Sunda Strait. From there most of the coal is taken
to Suralaya power
station in West Jawa. The Ombilin mines also suffer disadvantages relative to
some mines in Kalimantan in that the coal has to be transported over the Barisan
Range and then down to the loader near Padang. Although the straight line
distance is much smaller than that for the Bukit Asam coal, the terrain is much
more difficult to traverse. The small mines near Bengkulu are close to the port
and have a comparative advantage for transport. Sumatera
Tambang/Ranjau/Aku menderita beberapa kerugian dalam hubungan dengan
pengangkutan. Batubara dari Bukit Asam (yang) tidak digunakan dekat
tambang/ranjau/aku diambil melalui kereta api (di) atas 200 km kepada pemuat
pada Tarahan pada [atas] Selat Sunda [itu]. Dari sana kebanyakan dari batubara
diambil ke Suralaya pembangkit listrik di (dalam) Barat Jawa. Ombilin
tambang/ranjau/aku juga menderita kerugian sehubungan dengan beberapa
tambang/ranjau/aku di (dalam) Kalimantan dalam arti bahwa batubara harus
diangkut (di) atas Barisan Cakup dan kemudian menuju ke pemuat dekat
Padang. Walaupun garis lurus jarak adalah jauh lebih kecil dibanding itu untuk
Bukit Asam batubara, tanah lapang jauh lebih [bagi/kepada] garis lintang.
tambang/ranjau/aku Yang kecil dekat Bengkulu adalah dekat dengan pelabuhan
dan mempunyai suatu komparatip keuntungan untuk pengangkutan.