Manusia Indonesia
Manusia Indonesia
MANUSIA INDONESIA
Orang Belanda di zaman VOC menganggap manusia Indonesia itu amat khianat, tidak mau
memegang teguh perjanjian, amat suka membunuh, mau berperang saja, tidak jujur, seperti binatang,
beestaching, maha kejam. Kemudian pandangan ini mulai berubah setelah orang Belanda hidup
sebagai penjajah. Tapi di samping ini, manusia Indonesi diakui juga bersifat hormat, tenang, dapat
dipercaya, baik, royal, ramah pada tamu, dan lembut. Namun ada juga yang mengatakan, manusia
Indonesia itu tidak suka memikirkan yang susah-susah, tak punya pendirian, tak punya kemauan, tak
bisa mengambil putusan.
Tahun 1416, seorang Cina beragama Islam, bernama Ma Huan, yang menjabat juru bahasa
dan sekretaris Cheng-Ho, yang datang ke Nusantara dan singgah di Jawa, menulis bahwa di pulau
Jawa ada 3 macam manusia. Yang pertama orang Islam yang datang dari sebelah barat dan menetap di
sana; pakaian dan makanan mereka bersih dan baik. Yang kedua ialah orang Cina yang melarikan dan
menetap di sana. Apa yang mereka makan dan pakai bagus sekali. Banyak di antara mereka yang
memeluk agama Islam dan melaksanakan ajaran-ajaran agama itu dengan baik. Dan yang ketiga ialah
orang pribumi yang amat buruk dan jorok sekali.
Dan terakhir, manusia ideal Indonesia yang sering dikemukakan kini adalah manusia
Pancasila. Yaitu manusia Indonesia (menurut ahli-ahli pemikirnya) yang menghayati dan membuat
dasar dan pedoman hidupnya dasar tingkah laku dan budi pekerti berdasar pada 5 sila Pancasila;
Ketuhanan, Kemanusiaan, Keadilan sosial, Kerakyatan, Persatuan Nasional. Manusia Pancasila
adalah ideal yang kelihatan berambisi untuk mencakup segala cita-cita manusia ideal dari segala rupa
ajaran agama, dan aliran kebatinan, dan cita-cita emansipasi manusia oleh berbagai ideologi politik.
Pandangan tentang wujud manusia berbagai macam. Islam menganggap setiap bayi yang
dilahirkan adalah ibarat kertas putih bersih, suci, dan agama Kristen memandang manusia dilahirkan
dengan membawa dosa, dan dia harus menebus dosanya, dan orang Protestan atau Kalvinis
menambahkan bahwa kebajikan pada Tuhan antara lain harus bekerja keras, berusaha sebaik
mungkin. Digambarkan bahwa manusia- manusia Indonesia yang sudah menjadi manusia Pancasila
akan menjadi motor pendorong yang teguh untuk melaksanakan pembangunan lahir dan batin bangsa
Indonesia.
Sepanjang sejarahnya manusia indonesia termasuk manusia yang amat tertindas. Raja-raja di
Indonesia dari zaman dulu adalah despot-despot, yang merasa dirinya berkuasa mewakili dewata atau
Tuhan. Seorang raja di masa lampau boleh membunuh siapapun juga sekehendak hatinya tanpa dia
melakukan sesuatu kejahata atau pelanggaran hukum, karena jiwa manusia adalah dalam tangannya.
Di beberapa daerah di zaman dahulu raja-raja memiliki pula apa yang dinamakan orang Perancis “le
droit du seigneur” (hak raja) untuk membuka perawan seorang gadis yang dikawinkan.
Melalui berbagai lapis pengaruh, hempasan, tindihan, tindasan inilah berkembang manusia
Indonesia, sampai ke masa kemerdekaan kta sekarang. Mungkin hanya beberapa orang saja manusia
Indonesia yang berhasi membebaskan diri dari berbagai macam belanggu dan tekanan yang telah
terpasang atas dirinya selama berabad-abad lampau.
CIRI KESATU
Salah satu ciri manusia Indonesia yang cukup menonjol ialah HIPOKRITIS alias MUNAFIK.
Berpura-pura; lain di muka lain di belakang, merupakan sebuah ciri utama manusia Indonesia sudah
sejak lama, sejak mereka dipaksa oleh kekuatan–kekuatan dari luar untuk menyembunyikan apa yang
sebenarnya dirasakan atau dipikirkannya ataupun yang sebenarnya dikehendakinya, karena takut akan
mendapat ganjaran yang membawa bencana bagi dirinya. Sikap manusia Indonesia yang munafik
seperti ini yang memungkinkan korupsi begitu hebat berlangsung terus menerus selama belasan tahun.
Di samping ini kita juga mengatakan, bahwa hukum di negeri kita ini berlaku sama terhadap semua
orang. Prakteknya kita lihat pencuri kecil masuk penjara, tetapi pencuri besar bebas atau masuk
penjara sebentar saja. Akibat kemunafikan manusia Indonesia, berakar ke masa kita sebelum dijajah
oleh bangsa asing, maka manusia Indonesia pada masa kini terkenal dengan sikap ABS-nya (asal
bapak senang).
CIRI KEDUA
Ciri kedua utama manusia Indonesia masa kini adalah segan dan enggan bertanggungjawab
atas perbuatannya, putusannya, kelakuannya, pikirannya, dan sebagainya. “Bukan saya” adalah
kalimat yang cukup populer pula di mulut manusia Indonesia. Atasan menggeser tanggungjawab
tentang sesuatu kesalahan, sesuatu yang tidak beres, sesuatu yang tidak baik, satu kegagalan pada
bawahannya, dan bawahannya menggesernya ke yang lebih bawah lagi, dan demikian seterusnya.
Sebaliknya jika pada sesuatu yang sukses, yang berhasil gemilang, maka manusia Indonesia tidak
sungkan-sungkan untuk tampil ke depan menerima bintang, tepuk tangan, surat pujian, piagam
penghargaan dan sebagainya.
CIRI KETIGA
Ciri ketiga utama manusia Indonesia adalah jiwa feodalnya. Meskipun salah satu tujuan
revolusi kemerdekaan Indonesia ialah juga untuk membebaskan manusia Indonesia dari feodalisme,
tetapi feodalisme dalam bentuk-bentuk baru makin berkembang dalam diri dan masyarakat manusia
Indonesia. Sikap-sikap feodalisme ini dapat kita lihat dalam tatacara upacara resmi kenegaraan, dalam
hubungan-hubungan organisasi kepegawaian, dalam pencalonan istri pembesar negeri dalam daftar
pemilihan umum. Istri komandan dan istri menteri otomatis jadi ketua, bukan berdasar kecakapan dan
bakat leadershipnya atau pengetahuan dan pengalamannya atau perhatian dan pengabdiannya. Sikap
feodal ini juga langsung berakar pada sikap manusia Indonesia tehadap kekuasaan. Yang berkuasa
sangat tidak suka mendengar kritik, dan orang lain amat segan untuk melontarkan kritik terhadap
atasan. Bawahan takut mengemukakan pikiran-pikiran baru yang berlainan dari yang disenangi kaum
“establishment”, dan tidak berani mengeluarkan kritik atau peringatan-peringatan agar jangan terus
salah jalan, tidak berani menyampaikan fakta-fakta yang akan tidak menyenangkan sang bapak,
sedang bapak-bapak sudah merasa puas diri dalam salah tafsir sikap feodal, bahwa kuasa adalah sama
dengan hijaksana, pandai, mahatau segala, mahabenar senantiasa.
CIRI KEEMPAT
Ciri keempat utama manusia Indonesia adalah manusia Indonesia masih percaya takhyul.
Dulu, dan sekarang juga masih ada yang demikian, manusia Indonesia percaya bahwa batu, gunung,
pantai, sungai, danau, karang, pohon, patung, bangunan, keris, pisau, pedang itu punya kekuatan gaib,
keramat dan manusia harus mengatur hubungan khusus dengan semua ini. Manusia Indonesia sangat
mudah cenderung percaya pada mantera, semboyan dan lambang yang dibuatnya sendiri.
CIRI KELIMA
Ciri kelima utama manusia Indonesia adalah artistik. Sejak dari ratusan tahun lampau sampai
kini hasil daya cipta artistik manusia Indonesia telah diboyong ke luar tanah air kita dan kini di
museum–museum penting di Eropa, Amerika dan berbagai negeri lain koleksi tembaga, tenun, batik,
patung batu dan kayu, ukiran kayu, tenunan Lampung, Batak, Toraja, Sumba, ukiran Bali, kerajinan
perak dan emas, Kalimantan, Maluku merupakan koleksi yang dibanggakan dan amat digemari.
CIRI KEENAM
Ciri keenam manusia Indonesia punya watak yang lemah. Karakter kurang kuat. Manusia
Indonesia kurang kuat mempertahankan atau memperjuangkan keyakinannya. Pada zaman Jepang
dulu almarhum Dr. Prijono umpamanya telah melacurkan diri dengan membuat sebuah buku
propaganda kecil untuk balatentara Jepang guna mengibuli rakyat Indonesia.
CIRI LAINNYA
Manusia Indonesia sekarang itu tidak hemat, dia bukan “economic animal”. Malahan dia
pandai mengeluarkan terlebih dahulu penghasilan yang belum diterimanya atau yang akan
diterimanya, atau yang tidak pernah akan diterimanya. Manusia Indonesia kini sudah jadi orang
kurang sabar. Ciri lain adalah manusia Indonesia kini tukang menggerutu. Tetapi menggerutunya
tidak berani secara terbuka, hanya jika dia dalam rumahnya, atau antara kawan-kawannya yang
sepaham atau sama perasaan dengan dia. Manusia Indonesia juga cepat cemburu dan dengki terhadap
orang lain yang dilihatnya lebih dari dia. Manusia Indonesia juga dapat dikatakan manusia sok. Kalau
berkuasa mudah mabuk berkuasa. Manusia Indonesia juga tukang tiru. Kita harus jujur untuk
menerima bahwa manusia Indonesia juga memiliki berbagai sifat-sifat manusia yang buruk-buruk.
Sifat kita yang lain juga bahwa kita cenderung bermalas-malasan, akibat alam kita yang begini murah
hati. Manusia Indonesia sebenarnya cukup logis. Jika kita teliti pepatah-pepatah nenek moyang kita,
maka kelihatan pikiran mereka cukup tajam dan logis sekali. Hany akibat dari kepercayaan animisme
dan karenanya “scientific inquiry” kita jadi lemah sekali, maka data dan informasi kita untuk
menerapkan logika manusia Indonesia adalah data informasi yang salah. Manusia Indonesia pada
dasarnya juga berhati lembut dan punya rasa humor yang cukup baik. Dia dapat tertawa dalam
kesulitan dan penderitaan. Manusia Indonesia juga cepat belajar, otaknya cukup encer. Dia mudah
dilatih terampil dengan tangan dan jarinya. Pada umumnya dia juga manusia yang sabar, dan
kesabarannya yang seakan tak ada batasnya merupakan kelemahannya pula. Manusia dibentuk oleh
lingkungannya, masyarakatnya, alam hidupnya dan berbagai nilai yang didukung masyarakat dan
anggota masyarakat oleh pendidikan dan tauladan yang didapatnya di sekolah, di rumah, dunia
kawan-kawannya dan lain sebagainya. Kita harus berani mengakui pada diri kita, bahwa sedikitnya
semenjak kedaulatan Indonesia mendapat pengakuan telah timbul jurang yang semakin besar antara
pretensi-pretensi nasional kita (Pancasila, masyarakat Pancasila, menegakkan “rule of law”, keadilan,
kemakmuran yang merata, menjamin hak-hak kebebasan dan kemuliaan insan pembangunan dan lain-
lain yang muluk-muluk) dengan tingkah laku pribadi kita sebagai manusia Indonesia atau sebagai
kelompok dan kenyataan-kenyataan dalam masyarakat kita.
DUNIA KINI
Dunia kita kini ditandai oleh jurang yang semakin melebar antara masyarakat-masyarakat
kaya (negara-negara berindustri maju) dan negara-negara yang sedang berkembang. Dalam
masyarakat berindustri maju dengan teknologi yang menuntut agar segala rupa proses penghitungan,
memproyeksikan ke depan, mengumpul dan menyebar data, perencanaan dan pelaksanaan,
pengontrolan, produksi dan sebagainya, harus dilakukan secara efisien, paling cepat dan paling
ekonomis, maka manusia dianggap merupakan sub-sistem yang paling tidak efektif dan paling
cenderung dapat melakukan berbagai kesalahan dan kealpaan. Jika kita telah menentukan rumusan
“perkembangan ekonomi yang maju” untuk kita sendiri dan jika kita berhasil mencapai taraf
memenuhi “ keperluan minimal manusia Indonesia (deficiency needs)” maka tiba saatnya kita
memikirkan perkembangan seterusnya, yang dapat kita namakan :
1) Sufficiency needs
2) Growth needs
1) Negeri yang kaya sumber daya alam dan kaya, umpamanya Amerika Serikat, Kanada.
2) Negeri yang miskin sumber daya alam, tetapi berindustri dan kaya contohnya Jepang.
3) Negeri yang kaya sumber daya alam tetapi miskin (termasuk negeri dunia ketiga, seperti
Indonesia)
4) Negeri yang miskin sumber alam, dan miskin (kini diberi nama dunia keempat)
Masalah bagi kita sebagai manusia Indonesia adalah untuk berpikir mengapa negeri yang miskin
sumber daya alam seperti Jepang, Hongkong, Singapura, Belanda bisa jadi kaya, tetapi kita yang kaya
dengan sumber alam tetap miskin.
KESIMPULAN
1) Kesatu, di samping wajah buruk yang kita lihat dalam kaca tadi, masih cukup banyak ciri-ciri
manusia Indonesia yang memberi harapan pada kita, asal kita selalu menyadarinya dan dengan
penuh kesadaran mengurangi sifat-sifat kita yang buruk dan mengembangkan yang baik-baik.
2) Kedua, kita harus menciptakan kondisi masyarakat di mana manusia dan masyarakat kita dapat
mendewasakan diri dan melepaskan dirinya dari lingkungan masyarakat semi atau neo-feodalis
lanjutan masyarakat feodalis kita dulu.
3) Ketiga, kita melihat betapa perlunya kita belajar memakai bahasa Indonesia secara lebih murni,
lebih tepat dalam hubungan kata dengan makna yang mengandung pengertian kita harus belajar
menyesuaikan perbuatan kita dengan perkataan kita.
4) Keempat, janganlah kita terus menerus membelakangi sumber-sumber pengucapan artistik
manusia indonesia dari zaman lampau itu. Dia masih mengandung kekayaan besarsebagai
sumber inspirasi dan dapat mendorong serta mengembangkan daya imajinasi dan daya kreatif
artistik manusia Indonesia kini.
Kita harus melepaskan rasa ketakutan dan was-was kita untuk menyampaikan yang kita yakini adalah
kebenaran kepada siapapun juga. Pengucapan budaya dan seni kita dirangsang dengan berbagai cara,
karena dibidang ini bangsa kita akan dapat menyumbang dan memperkaya kebudayaan kita dan lewat
pengucapan seni kita akan dapat mencapai kebenaran secara langsung. Kita perlu menumbuhkan dan
memperkuat etik bangsa kita kembali, mengembangkan tata nilai yang dapat memperkuat
kemampuan untuk membedakan yang benar dan yang salah, antara yang patut dan tidak patut, antara
yang hak dan yang bathil, antara kepentingan sendiri dan masyarakat, antara yang layak dan tidak
layak, antara yang adil dan zalim dan sebagainya. Kita perlu menghidupkan kembali kreativitas seni
dan kerajinan rakyat kita. Kita juga harus mengetahui betapa pentingnya kita mengembangkan sistem
pendidikan yang dapat menjawab tantangan dunia masa kini.
“RINGKASAN MATERI”
DAN
Kondisi Bangsa
Karakter itu perlu dengan sengaja dibangun, dibentuk, ditempa dan dikembangkan serta dimantapkan.
Dalam membangun karakter sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Kondisi bangsa dipengaruhi
oleh lingkungan strategis,baik yang bersifat nasional,regional maupun internasional.
Kondisi bangsa Indonesia sejak tahun 1997/1998 dilanda krisis multidimensi yang dampaknya sedang
kita rasakan hingga saat ini dan tak kunjung usai. Berawal dari adanya krisis moneter, ekonomi,
politik, hukum kepercayaan, kepemimpinan,dan yang sangat fatal adalah krisis akhlak dan moral.
Krisis yang semula krisis identitas menjadi lebih dalam kerena menyangkut masalah hati nurani yang
mencerminkan adanya krisis karakter. Akar permasalahan keterpurukan bangsa ini adalah manusianya
itu sendiri yaitu bangsa Indonesia itu sendiri yang bermasalah dengan hati nurani yang mencerminkan
karakter dan jati diri bangsa kita. Penampilan manusia Indonesia kebanyakan sosok yang senang
berbasa basi, tidak bersungguh-sungguh, tidak ikhlas bahkan sempat melanggengkan budaya ABS
(Asal Bapak Senang). Hal tersebut dapat merusak karaketr bangsa dan individu itu sendiri.
Penampilan seperti itu mencerminkan manusia Indonesia yang redup bahkan kehilangan jati dirinya.
Kondisi bangsa yang kehilangan akan jati dirinya secara tidak langsung mempunyai dampak pada
kondisi ketahanan nasional Indonesia. Ketahanan bangsa ditumbuhkembangkan dengan mengacu
pada konsepsi ketahanan nasional Indonesia. Konsepsi tersebut mengacu kepada pancasila, UUD’45
dan Wawasan Nusantara. Konsep tersebut mengatur bagaimana memanfaatkan segenap aspek
kehidupan nasional yang terdiri dari delapan gatra(astagatra) yang terdiri atas tiga gatra dan lima gatra
(pancagatra). Kedelapan aspek ini diwujudkan dalam 5 bidang ketahanan yaitu ketahanan dibidang
ideology,politik,ekonomi,social budaya serta pertahanan keamanan. Sesuai dengan kondisi bangsa
yang telah diuraikan maka diperlukan adanya pembinaan yang berawal dari ketahanan pribadi,
keluarga, lingkungan, daerah dan bermuara pada ketahanan nasional Indonesia.
Keterkaitan jati diri, karakter, jati diri bangsa, dan wawasan kebangsaan
Penampilan seseorang seutuhnya dapat digambarkan dengan suatu simbol yang berisi tiga lapis.
Lapisan terluar adalah kepribadian dalam sehari-hari, lapisan kedua adalah karakter dan paling dalam
adalah jati diri.
Jati diri
Pada pengembangannya, jati diri merupakan totalitas penampilan atau kepribadian seseorang yang
akan mencerminkan secara utuh pemikiran, sikap dan perilakunya. Seseorang yang berjati diri bisa
menampilkan siapa dirinya yang sesungguhnya tanpa menggunakan topeng dan mampu secara tegar
dan segar tampil dengan keadaan yang sebenarnya sebagai sinergi antara jati diri, karakter dan
kepribadiannya. Sehingga orang yang berjati diri akan mampu memadukan antara cipta, karsa dan
rasa. Akan tetapi masyarakat Indonesia tidak menampilkan unsur rasa.
Karakter
Menurut DR. Nani Nurachman karakter merupakan suatu sistem daya juang yang menggunakan nilai-
nilai moral yang terpati dalam diri kita yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku. Jadi keterkaitan
antara jati diri, karakter dan pemikiran serta perilaku diibaratkan seperti batu permata yang belum
terbentuk, yang perlu di potong, digosok maupun diasah untuk menjadi batu permata yang indah. dari
perumpamaan tersebut, proses menggosok, mengasah maupun memotong di ibaratkan seperti
pembangunan karakter. Karakter inilah yang akan melandasi pemikiran sikap dan perilaku seperti
budi pekerti maupun akhlak mulia. Orang yang berkarakter tidak cukup hanya dengan bertingkah laku
dengan baik saja akan tetapi orang berkarakter adalah orang yang mampu menggunakan nilai baik
tersebut melalui suatu daya juang mencapai tujuan mulia. Jika seseorang tidak memiliki karakter di
dalam dirinya, maka tempat landasa perilaku dan sikap merupakan hawa nafsu saja.
Jati diri manusia merupakan sesuatu yang telah diberi Tuhan sejak lahir dan merupakan fitrah
manusia. Sedangkan jati diri bangsa merupakan cerminan dari bangsa itu sendiri dan karakter bangsa
merupakan akumulasi dari karakter individu anak bangsa yang berproses secara terus menerus yang
mengelompok menjadi bangsa Indonesia. Jati diri bangsa tampil dalam 3 fungsi, yaitu:
Wawasan kebangsaan
Wawasan kebangsaan merupakan cara pandang kita terhadap diri sendiri sebagai bangsa yang harus
mencerminkan rasa dan semangat kebangsaan dan mampu mempertahankan jati diri bangsanya yakni
Pancasila. Wawasan kebangsaan yang dicanangkan atau direncanakan oleh suatu bangsa yang belum
mantap akan jati dirinya, maka wawasan kebangsaannya hanyalah suatu wacana belaka yang tidak
bermanfaat.
Keterkaitan antara jati diri, karakter, jati diri bangsa dan wawasan kebangsaan dapat disimpulkan
bahwa pencanangan wawasan kebangsaan memosisikan bangsa secara futorologis ( jangkauan waktu
jauh ke depan yang harus realistic, credible dan workable)
Peran penting karakter dalam dunia pendidikan sangat penting sebagaimana di utarakan oleh
Prof.Dr.Slamet Iman Santoso bahwa pembinaan watak merupakan tugas utama pendidikan. Akan
tetapi pada kenyataannya, dalam perjalanan pendidikan nasional hanya menitikberatkan pada
pengembangan pengetahuan dan keterampilan dan mengabaikan pembinaan watak. Hal ini yang kita
merasakan bahwa pendidikan hanya mampu menghasilkan dan menampilkan banyak orang pandai
tetapi bermasalah dengan hati nurani.
Dalam pembangunan karakter, paling tidak ada empat koridor yang perlu dilakukan, yaitu:
Karakter merupakan hasil dari kebiasaan yang kita tumbuh kembangkan. Untuk membangun karakter
yang perlu kita lakukan adalah membentuk kebiasaan yang berarti kita harus menanamkan pada diri
kita kebiasaan kebiasaan yang baik. Karakter itu perlu sengaja dibentuk , dibangun dan
dikembangkan.
Kenyataannya, pada tahap pembentukkan dan pengembangan karakter yang berkembang dan tumbuh
justru yang mengarah pada terciptanya low trust society (masyarakat yang saling tidak percay, dan
tidak saling menghargai) yang menunjukkan tidak terbangunnya karakter secara baik dalam
kehidupan berbangsa maupun bernegara. Yang berkembang saat ini adalah perilaku yang senang
melihat orang lain tidak senang dan orang-orang tua yang terlihat apatis.
Dari beberapa permasalahan yang telah di uraikan di atas mengenai jati diri, karakter, jati diri bangsa
dan wawasan kebangsaan, untuk itu dalam membangun karakter dapat dilakukan dengan mengawali
dari diri kita sendiri lalu keluarga dan seterusnya yang bersifat buttom up yang berujung pada
diwujudkannya bangsa yang berkarakter kuat sehingga kondisi ketahanan nasional yang kokoh, kuat
dan tangguh dapat diwujudkan. Langkah-langkah tersebut akan berjalan jika diiringi dengan
keteladanan dan adanya kebijaksanaan pemerintah yang mengatur tentang pembangunan karakter.
Sebagai langkah awal membangun karakter dapat dilakukan dengan 11 (5+3+3)kebiasaan.
3 syarat, yaitu:
3 Cara yaitu:
Rumus 5+3+3 sesuai dengan harapan guru efektif dari Usher (2002). Yakni:
a. Empati : gur yang mampu memahami dan sensitive dengan dunia pribadi siswa
b. Pandangan yang positif terhadap orang lain
c. Pandangan positif terhadap diri sendiri
d. Autentik : guru dapat bersikap apa adanya, terbuka dan jujur terhadap orang lain.
e. Memiliki visi dan tujuan yang bermakna
..TAKWA..
A. Pengertian Takwa
Untuk mengenal hakekat takwa tentunya harus kembali kepada bahasa Arab, karena kata
tersebut memang berasal darinya. Kata takwa ( )ال َّت ْق َوىdalam etimologi bahasa Arab berasal
dari kata kerja ()و َقى
َ yang memiliki pengertian menutupi, menjaga, berhati-hati dan
berlindung. Oleh karena itu imam Al Ashfahani menyatakan: Takwa adalah menjadikan jiwa
berada dalam perlindungan dari sesuatu yang ditakuti, kemudian rasa takut juga dinamakan
takwa. Sehingga takwa dalam istilah syar’i adalah menjaga diri dari perbuatan dosa.Dengan
demikian maka bertakwa kepada Allah adalah rasa takut kepada-Nya dan menjauhi
kemurkaan-Nya. Seakan-akan kita berlindung dari kemarahan dan siksaan-Nya dengan
mentaati-Nya dan mencari keridhoan-Nya.Takwa merupakan ikatan yang mengikat jiwa agar
tidak lepas kontrol mengikuti keinginan dan hawa nafsunya. Dengan ketakwaan seseorang
dapat menjaga dan mengontrol etika dan budi pekertinya dalam detiap saat kehidupannya
karena ketakwaan pada hakikatnya adalah muroqabah dan berusaha keras mencapai
keridhoan Allah serta takut dari adzab-Nya.Sangat pas sekali definisi para ulama yang
menyatakan ketakwaan seorang hamba kepada Allah adalah dengan menjadikan benteng
perlindungan diantara dia dengan yang ditakuti dari kemurkaan dan kemarahan Allah dengan
melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.1
Orang yang bertakwa adalah orang yang taku kepada Allah berdasarkan kesadaran:
mengerjakan suruhan-Nya, tidak melanggar larangan-Nya, takut terjerumus ke dalam
perbuatan dosa. Orang yang takwa adalah orang yang menjaga (membentengi) diri dari
kejahatan; memelihara diri agar tidak melakukan perbuatan yang diridai Alla; bertanggung
jawab mengenai sikap, tingkah laku dan perbuatannya, dan memnuhi kewajibannya.
Allah SWT menyatakan bahwa tanda ketaqwaan mukmin yang ke-dua ialah mereka
dapat mengendalikan amarah. Tanda ke-tiga, selain mengendalikan amarah mereka juga
memaafkan kesalahan orang lain dengan sepenuh hati. Terakhir (ke-empat), yang tidak kalah
pentingnya, mereka bersikap baik terhadap sesama manusia. Ketika Imam Baihaqi RA
menjelaskan ayat ini, ia mengisahkan sebuah peristiwa. Dikatakannya, “Suatu ketika Ali bin
Hussain RA sedang berwudhu dan pelayannya yang menuangkan air ke tangannya
menggunakan bejana. Bejana terlepas dari pegangan pelayan itu dan jatuh mengenai Ali.
Sang pelayan menangkap kekecewaan di wajah Ali. Dengan cerdiknya sang pelayan
membaca ayat diatas kata demi kata. Ketika sampai pada kalimat ‘orang yang taqwa
mengendalikan amarahnya’ Ali RA menelan amarahnya. Ketika sampai pada ‘mereka
memaafkan orang lain’ Ali RA berkata, “Aku memaafkanmu” Dan ketika dibacakan bahwa
Allah SWT mencintai mereka yang bersikap baik kepada orang yang melakukan kesalahan,
Ali memerdekakannya.
Orang yang takwa dalam Al-Quran adalah manusia ideal, kekasih Tuhan. “Ketahuilah,
sungguh para kekasihnya itu adalah orang-orang yang takwa” (Al-Anfal 8:34) Ibadat
diwajibkan agar orang menjadi takwa. Derajat manusia ditentukan oleh ketakwaannya.
Sebagian arifin berkata: Sesungguhnya kebaikan dunia dan akhirat dihimpunkan dalam satu
kata- takwa. Karena itu, banyak ayat Al-Quran yang menjanjikan segala kebaikan “duniwai
2
Prof. H. Mohammad Daud Ali, S.H, “Pendidikan Agama Islam”, (Ed.1; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2006), h.361, 367-371.
dan ukhrawi, lahir dan batin- untuk orang yang takwa. Sayyid Qasim Syubbar1, secara
singkat mendaftar 12 keutamaan orang takwa:
1. Pujian dan penghargaan dari Allah swt: Jika kamu bersabar dan bertakwa maka
demikian itu termasuk perkara yang sangat menentukan (Ali Imran 3:186).
2. Penjagaan dan pemeliharaan: Jika kamu bersabar dan bertakwa, tidak akan
memperdayakan kamu tipuan mereka sedikit pun (Ali Imran 3:120).
3. Bantuan dan pertolongan: Sesungguhnya Tuhan bersama orang-orang yang takwa
(Al-Nahl 128).
4. Jalan keluar dari segala kesulitan dan rezeki yang halal: Barangsiapa yang bertakwa
kepada Allah, Allah jadikan baginya jalan keluar dan Allah beri dia rezeki dari tempat
yang tidak terduga (Al-Thalaq 2,3)2.
5. Memperbaiki amal: Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada
Allah dan ucapkanlan ucapan yang benar. Nanti Allah memperbaiki amal-amal kamu (Al-
Ahzab 33:70-71).
6. Ampunan dosa: Setelah ayat di atas “dan mengampuni dosa-dosa kamu”
7. Memperoleh dan memastikan kecintaan Allah: Sesungguhnya Allah mencintai orang-
orang yang bertakwa (Al-Tawbah 4,7).
8. Amal-amal diterima: Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang
bertakwa (Al-Maidah 27).
9. Kemuliaan dan ketinggian derajat: Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu
adalah yang paling takwa (Al-Hujurat 13).
10. Diberikan kabar gembira di dunia dan di akhirat: Orang-orang yang beriman dan keadaan
mereka bertakwa. Bagi mereka kabar gembira dalam kehidupan dunia dan di akhirat
(Yunus 63-64).
11. Keselamatan dari neraka: Kemudian kami akanmenyelamatkan orang-orang yang
bertakwa danmembiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan
berlutut (Maryam 19:68).
12. Kekekalan di surga: Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Allah dari Tuhanmu dan
kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang
bertakwa (Ali Imran 3:133).
Berkata Ghawthul A’zham Shaikh Muhyiddin Abdul Qadir Jilani رضي هللا عنهdidalam Al-
Ghunyah ….Taqwa mempunyai beberapa peringkat :
Taqwa merupakan perintah yang wajib atas setiap orang Islam. Setiap orang beriman
diperintahkan oleh Allah dengan benar2 bertaqwa kepada Allah. Dalil2 Al-Qur'an dan Hadis
Nabi berkenaan “TAQWA” serta kewajipan “BERTAQWA” terlalu banyak , diantaranya:
Firman Allah
Firman Allah :
“Katakanlah (wahai Muhammad): Tidak sama yang buruk dengan yang baik,
walaupun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu. Oleh itu bertaqwalah kepada
Allah wahai orang-orang yang berakal fikiran, supaya kamu berjaya.
[Al-Maedah (5) : 100 ]
Firman Allah :
“….Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang
yang paling bertaqwa diantara kalian…” [alHujurat (49) : 13]
Sabda Nabi
Dari Ibnu Mas’ud رضي هللا عنهbahwa Rasulullah صلى هللا عليه وسلم sering mengucapkan,
“Ya Allah aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, penjagaan diri dan
kecukupan.” (Muslim)
Sabda Rasulullah
Wasiat Nabi صلى هللا عليه وسلم kepada Muadz bin Jabal رضي هللا عنه, “Bertaqwalah kamu
kepada Allah di mana pun kamu berada, tampallah keburukan dengan kebaikan
niscaya akan dapat menghapusnya dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.”
(Ahmad, At-Tirmidzi)
Sabda Nabi :
Dari Abu Hurairah , رضي هللا عنه, Nabi صلى هللا عليه وسلم ditanya tentang penyebab
yang paling banyak memasukkan orang ke dalam surga, maka Baginda menjawab,
“Bertaqwa kepada Allah dan akhlak yang baik. Dan ketika ditanya tentang sesuatu
yang paling banyak menjerumuskan orang ke dalam neraka Baginda menjawab,
”Mulut dan Kemaluan.” (at-Tirmidzi,)
Sabda Rasulullah :
Perintah Allah dan dalil2 Hadis Nabi menunjukkan Taqwa membawa kepada kejayaan, serta
kebahagiaan abadi diakhirat kelak. Juga menegaskan kedudukan dan ketinggian seseorang
disisi Allah adalah berdasarkan Taqwanya, bukan rupa paras atau keturunannya.
Daripada semua pendapat-pendapat diatas kita dapat menarik kesimpulan bahawa Taqwa
adalah himpunan segala kebaikan yang dituntut oleh Allah iaitu:
Kadar seseorang dapat melakukan semua perkara diatas adalah ukuran bagi ketaqwaan dan
kehampirannya di sisi Allah Ta’ala. Jika seseorang dapat melakukan semua perkara tersebut
tanpa sedikitpun kecuaian, maka mereka itulah yang paling bertaqwa dan paling mulia di sisi
Allah. Sebagaimana ketegasan Allah didalam KalimatNya yang suci :
Firman Allah :
“….Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang
yang paling bertaqwa diantara kalian…” [alHujurat (49) : 13]
Maka sudah tentunya mereka-mereka yang dapat berbuat demikian adalah manusia-manusia
pilihan Allah dari kalangan Rasul-rasul, Nabi-nabi dan Aulia Allah. Dengan demikian
orang-orang yang paling bertaqwa dan paling mulia di sisi Allah adalah Rasul-rasul, Nabi-
nabi dan Aulia Allah. Kemudian kurang sedikit daripada itu adalah mereka-mereka yang
Mu’minin dan Solihin.
“RANGKUMAN”
BAB I
PENDAHULUAN
1. Dasar Pemikiran
1. Latar Belakang Pedadogis
Pada tahun 1988 unesco berupaya untuk meningkatkan mutu dan hasil pendidikan dengan
mendeklarasikan empat pilar pembelajaran, yaitu :
2. Dasar Yuridis
a) Undang-undang no.20 tahun 2003, pasal 40 ayat 1
b) Skpt dirjen dikti no.34/dikti-kep/ 2003
c) Skpt dirjen dikti no.44/dikti-kep/ 2006
BAB II
A. Manusia
Unsur yang membangun manusia
1. Manusia itu terdiri dari empat unsure yang saling terkait yaitu
A. Jasad : badan kasar manusia yang Nampak dari luar
B. Hayat : mengandung unsur hidup yang ditandai dengan gerak
C. Ruh : daya yang bekerja secara spiritual
D. Nafsu : diri atau keakuan yaitu kesadaran tentang diri sendiri
2. Manusia sebagai atu kepribadian mengandung tiga unsure yaitu:
A. Id : merupakan struktur kepribadian yang paling primitive dan paling
tidak tampak
B. Ego : sebagi kepribadian menghubungkan energy id kedalam saluran social
C. Superego: sruktur kepribadian yang paling akhir dan muncul kira-kira usia 5
tahun
Hakekat Manusia
- Makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan
yang utuh (hanya untuk sementara)
- Makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna jika dibandingkan dengan makhluk
lain
- Makhluk biokultural yaitu makhluk hayati yang budayawi
- Makhluk ciptaan Tuhan yang terkait dengan lingkungan (ekologi) mempunyai
kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja dan berkaya
B. Kebudayaan
Pengertian Kebudayaan
Menutut E.B Taylor, kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hokum, adat istiadat, dan kemampuan lainnya serta
kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Unsur-Unsur Kebudayaan
Menurut Melville J. Herkovits, yaitu alat-alat teknologi, system ekonomi, keluarga,
dan kekuatan politik.
Ciri-Ciri Kebudayaan:
- Produk manusia/ciptaan manusia
- Bersifat social
- Diteruskan melalui proses belajar
- Bersifat simbolik
- Sisem pemenuhan berbagai kebutuhan manusia
Wujud Kebudayaan:
- Wujud ideal
- Sistem sosial
- Kebudayaan fisik
Sifat-Sifat Budaya
- Budaya terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia
- Budaya telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu dan
tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan
- Budaya diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah laku
- Budaya mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban, tindakan-tindakan
yang diterima dan ditolak, dilarang, dan yang diizinkan.
Sistem Budaya
Merupakan komponen dari kebudayaan yang bersifat abstrak yang terdiri dari pikiran,
gagasan, konsep, dan keyakinan.
Pengembangan Sistem Nilai Budaya
Menurut Kluckhohn, system budaya berorientasi pada 5 masalah pokok dalam
kehidupan manusia, yaitu
1. Hidup manusia
2. Karya manusia
3. Kedudukan manusia dalam ruang waktu
4. Hubungan manusia dengan alam
5. Hubungan manusia dengan sesamanya
Problematika Kebudayaan:
- Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup dan sistem
kepercayaan
- Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang
ini dapat terjadi antara masyarakat persepsi pembangunan
- Hambatan budaya yang berkaitan dengan factor psykologi atau kejiwaan
- Masyarakat yang terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar
- Sikap tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru
- Sikap etnosanrisme
- Perkembangan iptek sebagai hasil dari kebudayaan, sering kali disalahgunakan
oleh manusia
Perubahan Kebudayaan
- Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri.
Misalnya: perubahan jumlah dan komposisi penduduk
- Sebab-sebab perubahan lingkunagn alam dan fisik tempat mereka hidup
BAB III
Kebudayaan dan peradaban memiliki arti yang berbeda. Menurut Koentjaraningrat kebudayaan
merupakan keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar beserta
keseluruhan hasil budi dan karyanya itu sedangkan peradaban hanya menekankan pada unsur tertentu
misalnya unsur akal, atau unsur nurani. Peradaban menurut konsep barat, lebih mengutamakan unsur
akal dibandingkan dengan konsep peradaban timur yang mengutamakan unsur nurani. Oleh karena
itu, kalangan orang baratlebih maju dibandingkan orang timur dalam hal kemajuan iptek.
Kebudayaan itu ada karena akal manusia dan diperoleh manusia dari proses belajar pada lingkungan
juga pengamatan langsung. Kebudayaan itu terwujud dan tersalur lewat perilaku manusia, sudah ada
sejak lahirnya generasi dan tetap ada setelah pengganti lahir, diperlukan manusia yang diwujudkan
lewat tingkah laku dan berisi peraturan dan kewajiban tindakan yang diterima atau tidak larangan dan
pantangan.
Peradaban sering digunakan untuk menyebutkan suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi
, ilmu pengetahuan, seni rupa dan sistem kenegaraan dan masyarakat kota yang maju dan kompleks.
Menurut Rohiman Notowidagdo, engapa terjadi perbedaan sikap antara budaya barat dan budaya
timur adalah:
Perubahan Sosial
Perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi dalam masyarakat dan yang telah didukung oleh
sebagian besar anggota masyarakat, merupakan tuntutan dalam mencari kestabilan.
1. Perubahan yang terjadi secara lambat (evolusi) dan perubahan yang terjadi secara cepat
(revolusi)
2. Perubahan yang pengaruhnya kecil (struktur sosial) dan pengaruhnya besar (proses
industrialisasi)
3. Perubahan yang dikehendaki dan perubahan yang tidak dikehendaki
1. faktor intern (bertambahnya penduduk, adanya penemuan baru, konflik dalam masyarakat,
pemberontakkan dalam masyarakat)
2. Faktor ekstern ( factor alam, pengaruh budaya lain)
Modernisasi
Modernisasi menurut yaitu Prof. Koentjaraningrat yaitu usaha penyesuaian hidup dengan konstelasi
dunia sekarang ini. Syarat-syarat modernisasi yaitu:
1. Cara berpikir ilmiah yang institutionalized dalam kelas penguasa maupun masyarakat
2. Sistem administrasi Negara yang baik yang menunjukkan adanya birokrasi
3. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada satu lembaga
tertentu
4. Penciptaan iklim yang baik dan teratur dari masyarakat dengan cara penggunaan alat
komunikasi massa
5. Tingkat organisasi yang tinggi di satu phak disiplin yang tinggi bagi pihak lain
6. Sentralisasi wewenangan dalam pelaksanaannya
Cirri-ciri modernisasi:
Merupakan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan manusia di seluruh dunia
melalui perdagangan,investasi,perjalanan,budaya popular dan bentuk-bentuk interaksi sehingga batas-
batas suatu Negara menjadi biasa.
Cirri globalisasi:
1. Perubahan dalam konsep ruang dan waktu seperti perkembangan barang-barang (telepon
genggam, satelit, dll)
2. Pasar dan produksi ekonomi di Negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung
3. Peningkatan interaksi cultural melalui perkembangan media masa
4. Meningkatnya masalah bersama misalnya pada lingkungan hidup
Peradaban Indonesia berada ditengah modernisasi dan globalisasi dihadapkan pada kewajiban ganda,
yakni di satu pihak melestarikan warisan budaya bangsa dan pihak lain membangunkebudayaan
nasional yang modern. Tujuan akhir dari kedua kewajiban diatas adalah masyarakat modern yang
tidak hanya mampu membangun dirinya sederajat dengan bangsa yang lain tetapi juga tangguh
menghadapi kemerosotan mutu lingkungan hidup akibat ilmu dan teknologi modern maupun tren
global yang membawa daya tarik kuat kearah pola hidup yang bertentangan dengan nilai-nilaibangsa.