j j
j
j j
j
Oleh
Muh. Mey Ade Ansyori
NIM 091910101047
j
c
j
j j j
cc
j
Penulis
c
j
Perkembangan zaman yang disertai oleh perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) yang pesat dewasa ini menciptakan era globalisasi dan
keterbukaan yang menuntut setiap individu untuk ikut serta didalamnya, sehingga
sumber daya manusia harus menguasai IPTEK serta mampu mengaplikasikannya
dalam setiap kehidupan.
Di samping itu proses las dapat juga dipergunakan untuk reparasi misalnya
untuk mengisi lubang-lubang pada coran, membuat lapisan keras pada perkakas,
mempertebal bagian-bagian yang sudah aus dan lain-lain. Pengelasan bukan
tujuan utama dari konstruksi, tetapi merupakan sarana untuk mencapai pembuatan
yang lebih baik. Karena itu rancangan las harus betul-betul memperhatikan
kesesuaian antara sifat-sifat las yaitu kekuatan dari sambungan dan
memperhatikan sambungan yang akan dilas, sehingga hasil dari pengelasan sesuai
dengan yang diharapkan. Dalam memilih proses pengelasan harus dititik beratkan
pada proses yang paling sesuai untuk tiap-tiap sambungan las yang ada pada
konstruksi. Dalam hal ini dasarnya adalah efisiensi yang tinggi, biaya yang murah,
penghematan tenaga dan penghematan energi sejauh mungkin.
c
Mutu dari hasil pengelasan di samping tergantung dari pengerjaan lasnya
sendiri dan juga sangat tergantung dari persiapan sebelum pelaksanaan
pengelasan, karena pengelasan adalah proses penyambungan antara dua bagian
logam atau lebih dengan menggunakan energi panas. Pada penelitian ini
pengelasan yang digunakan las listrik dan asetilin. Hal ini sangat erat
hubungannya dengan arus listrik, ketangguhan, cacat las, serta retak yang pada
umumnya mempunyai pengaruh yang fatal terhadap keamanan dari konstruksi
yang dilas.
Untuk dapat mengetahui pengaruh hasil pengelasan las listrik dan asitilin
pada pelat baja terhadap uji kekerasan, struktur mikro dan uji tarik dari
pengelasan maka perlu dilakukan pengujian terhadap benda uji hasil dari
pengelasan
!
1. Mahsiswa dapat menyalakan busur dan pengelasan alur dengan
menggunakan las busur listrik dan las asetilin.
2. Mahasiswa dapat membuat sambungan I dengan menggunakan las busur
listrik dan las asetilin.
3. Mahasiswa dapat membuat sambungan tumpang dengan las busur listrik
dan las asetilin.
4. Mahasiswa dapat membuat sambungan sudut luar dengan menggunakan
las busur listrik dan las asetilin.
5. Mahasiswa dapat melakukan analisis terhadap hasil dari proses pengelasan
"#
1. Mahasiswa mampu mengaplikasikan dasar teori pengelasan yang
didapatkan dari mata kuliah teknik pengelasan
2. Mahasiswa mampu melakukan proses pengelasan dengan las asetilin
maupun las busur listrik.
3. Mahasiswa mampu menyalakan busur dan membuat alur serta membuat
berbagai sambungan, meliputi sambungan I, sambungan tumpang, dan
sambungan sudut luar dengn menggunakan las busur listrik dan las asetilin
c
4. Mampu menganalisis hasil lasan secara teoritis sesuai dengan apa yang
telah didapat pada mata kuliah teknik pengelasan
$ % &&'
1. Jelaskan tentang teori las busur listrik!
2. Jelaskan tentang teori las asetilin!
3. Jelaskan, apa yang dimaksud dengan diagram CCT dan diagram TTT!
c
j
Ada beberapa macam proses las busur listrik berdasarkan elektroda yang
digunakannya, antara lain:
1. Las busur dengan elektroda karbon, misalnya:
a. Las busur dengan elektroda karbon tunggal
b. Las busur dengan elektroda karbon ganda
c
d. Las Submerged.
Laporan ini secara khusus akan membahas Las busur listik dengan
elektroda berselaput/ terbungkus atau SMAW (9
Proses las busur ini menggunakan elektroda berselaput sebagai bahan tambah,
busur listrik yang terjadi diantara ujung elektroda dan bahan dasar akan
mencairkan ujung elektroda dan sebagian bahan dasar, selaput elektroda yang
turut terbakar akan mencair dan menghasilkan gas yang melindungi ujung
elektroda, kawah las, busur listrik dan daerah las sekitar busur listrik terhadap
pengaruh udara luar. Di bawah ini gambar las busur dengan elektroda berselaput.
c
Gambar 3. Skema proses SMAW
(Sumber : www.migas-indonesia.com)
Gambar 4. Mesin las dengan arus bolak-balik
(Sumber : www.migas-indonesia.com)
20 ± 30 volt pada posisi datar, dan tegangan ini akan dikurangi antara 2 ± 5 volt
pada posisi diatas kepala. Kestabilan tegangan ini sangat menentukan mutu
pengelasan dan kestabilan juga dapat didengar melalui suara selama pengelasan.
Polaritas listrik mempengaruhi hasil dari busur listrik. Sifat busur listrik
pada arus searah (DC) akan lebih stabil daripada arus bolak-balik (AC). Terdapat
dua jenis polaritas yaitu ë { {dimana benda kerja positif dan elektrode
negatip (DCEN). {
adalah sebaliknya. Karakteristik dari polaritas
balik 6½
½
6½
½
½
6
6
½
[ Dari keterangan diatas dapat disimpulkan seperti pada
½
dibawah ini.
Gambar 6. Karakteristik pengelasan
(Sumber : www.migas.indonesia.com)
c
G ,& '
Caranya yaitu ujung elektroda disentuhkan ke permukaan benda kerja
sehingga menimbulkan busur las, kemudian diangkat sampai jarak sebesar
diameter elektroda.
6 Dibawah Tangan
Posisi bawah tangan merupakan posisi pengelasan yang paling mudah
dilakukan. Oleh sebab itu untuk menyelesaikan setiap pekerjaan pengelasan
sedapat meungkin di usahakan pada posisi dibawah tangan. Kemiringan elektroda
10 derajat ± 20 derajat terhadap garis vertical kearah jalan elektroda dan 70
derajat-80 derajat terhadap benda kerja.
6 Tegak (vertical)
Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas
atau ke bawah. Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena
bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan
kemiringan elektroda sekitar 10 derajat-15 derajat terhadapvertikal dan 70 derajat-
85 derajat terhadap benda kerja.
6 Datar (horizontal)
Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga mengelas merata dimana
kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horizontal.
Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5 derajat ± 10 derajat terhadap
garis vertical dan 70 derajat ± 80 derajat kearah benda kerja.
6 Di atas kepala
Posisi pengelasan ini sangat sulit dan berbahaya karena bahan cair banyak
berjatuhan dapat mengenai juru las, oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang
serba lengkap. Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas
juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5 derajat ± 20 derajat terhadap garis
vertical dan 75 derajat-85 derajat terhadap benda kerja.
Õ Posisi datar (1G)
Pada posisi ini sebaiknya menggunakan metode weaving yaitu zigzag dan
setengah bulan Untuk jenis sambungan ini dapat dilakukan penetrasi pada kedua
sisi, tetapi dapat juga dilakukan penetrasi pada satu sisi saja. Type posisi datar
(1G) didalam pelaksanaannya sangat mudah. Dapat diapplikasikan pada material
pipa dengan jalan pipa diputar.
Pengelaan turun
Biasanya dilakukan pada pipa yang tipis dan pipa saluran minyak serta gas
bumi. Alasan penggunaan las turun lebih menguntungkan dikarenakan lebih cepat
dan lebih ekonomis.
&()&&))
2.2.1 Pengertian Las Oksi Asetilin
Las Oksi asetilin adalah pengelasan yang dilaksanakan dengan
pencampuran 2 jenis gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas.
Dalam proses las gas ini, gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen
(O2) dan gas lain sebagai gas bahan bakar (fuel gas). Gas bahan bakar yang paling
popular dan paling banyak digunakan dibengkel-bengkel adalah gas Asetilen (dari
kata ³acetylene´, dan memiliki rumus kimia C2 H2). Gas ini memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan gas bahan bakar lain. Kelebihan yang dimiliki gas
Asetilen antara lain, menghasilkan temperature nyala api lebih tinggi dari gas
bahan bakar lainya, baik bila dicampur dengan udara ataupun Oksigen.
&))+,-
Asetilena (Nama sistematis: etuna) adalah suatu hidrokarbon yang
tergolongkepada alkuna, dengan rumus C2H2. Asetilena merupakan alkuna yang
paling sederhana, karena hanya terdiri dari dua atom karbon dan dua atom
hidrogen. Pada asetilena, kedua karbon terikat melalui ikatan rangkap tiga, dan
masing-masing atom karbon memiliki hibridisasi orbital sp untuk ikatan sigma.
Hal ini menyebabkan keempat atom pada asetilena terletak pada satu garis lurus,
dengansudut C-C-H sebesar 180°.
G j(/
Propana adalah senyawa alkana tiga karbon (C3H8) yang berwujud gas
dalam keadaan normal, tapi dapat dikompresi menjadi cairan yang mudah
dipindahkan dalam kontainer yang tidak mahal. Senyawa ini diturunkan dari
produk petroleum lain pada pemrosesan minyak bumi atau gas alam. Propana
umumnya digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin, barbeque (pemanggang),
dan di rumah-rumah.
2.2.3 Peralatan Las Oksi Asetilin
G
&
Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi
bertekanan. Umumnya tabung gas dibuat dari Baja, tetapi sekarang ini sudah
banyak tabung-tabung gas yang terbuat dari paduan Alumunium. Tabung gas
tersedia dalam bentuk beragam mulai berukuran kecil hingga besar. Ukuran
tabung ini dibuat berbeda karena disesuaikan dengan kapasitas daya tampung gas
dan juga jenis gas yang ditampung. Untuk membedakan tabung gas apakah
didalamnya berisi gas Oksigen, Asetilen atau gas lainya dapat dilihat dari kode
warna yang ada pada tabung itu.
(
egulator atau lebih tepat dikatakan Katup Penutun Tekan, dipasang pada
katub tabung dengan tujuan untuk mengurangi atau menurunkan tekann hingga
mencapai tekana kerja torch. egulator ini juga berperan untuk mempertahankan
besarnya tekanan kerja selama proses pengelasan atau pemotongan. Bahkan jika
tekanan dalam tabung menurun, tekana kerja harus dipertahankan tetap oleh
regulator. Pada regulator terdapat bagian-bagian seperti saluran masuk, katup
pengaturan tekan kerja, katup pengaman, alat pengukuran tekanan tabung, alat
pengukuran tekanan kerja dan katup pengatur keluar gas menuju selang.
Gambar 9. egulator
(Sumber : www.perkakasku.com)
* &
Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch digunakan
selang gas. Untuk memenuhi persyaratan keamanan, selang harus mampu
menahan tekan kerja dan tidak mudah bocor. Dalam pemakaiannya, selang
dibedakan berdasarkan jenis gas yang dialirkan. Untuk memudahkan bagimana
membedakan selang Oksigen dan selang Asetilen mak cukup memperhatikan
kode warna pada selang. Berikut ini diperlihatkan table yang berisi informasi
tentang perbedaan warna untuk membedakan jenis gas yang mengalir dalam
selang.
( '
Gas yang dialirkan melalui selang selanjutnya diteruskan oleh torch,
tercampur didalamnya dan akhirnya pada ujuang nosel terbentuk nyala api. Dari
keterangan diatas, toch memiliki dua fungsi yaitu :
6 Sebagai pencampur gas oksigen dan gas bahan bakar.
6 Sebagai paembentuk nyala api di ujung nosle
6 6
Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di
antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna
biru. Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut
antara yang berwarna keputih-putihan, yang panjangnya ditentukan oleh jumlah
kelebihan asetilen. Hal ini akan menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam
cair. Nyala ini banyak digunakan dalam pengelasan logam monel, nikel, berbagai
jenis baja dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan non-ferous.
6 6
Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu.
Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar
yang berwarna biru bening. Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara.
Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada ujung nyala
kerucut.
6 6
Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan
nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah
menjadi ungu. Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau
dekarburisasi pada logam cair. Nyala yang bersifat oksidasi ini harus digunakan
dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan
untuk pengelasan lainnya.
G )j&
6 j
6 j
[
6 j
[
6 j
[
6 j
[½
Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan
ke kiri dengan membentuk sudut 60° dan kawat las 30° terhadap benda kerja
sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan. Cara ini
banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan
posisi yang sulit saat mengelas.
6 j
[½
Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke
kiri. Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya
4,5 mm ke atas.
Diagram transformasi semacam ini dinamakan diagram transformasi
pendinginan kontinyu atau diagram CCT (Continuous Cooling Transformation).
Bentuknya agak berbeda dibandingkan dengan diagram IT, lihat gambar di atas.
kurva transformasi tergeser sedikit ke kanan bawah, dan pada baja karbon tidak
terdapat daerah transformasi austenitbainit. Ini disebabkan karana kurva awal
transformasi austenit-bainit terhalang oleh kurva transformasi austenit-perlit.
Kalau baja diaustenitkan, kemudian dicelup dingin pada temperatur di
bawah titik transformasi dan dibiarkan, untuk sementara waktu austenit berada
dalam keadaan metastabil, dan setelah waktu inkubasi tertentu terjadi
transformasi. Dengan merubah-rubah keadaan di atas transformasi dibiarkan pada
temperatur tetap, maka diagram transformasi waktu temperatur. Seperti
ditunjukkan dalam Gambar 4, proses dimana struktur martensit didapat dengan
pencelupan dingin tiba-tiba setelah dibiarkan berada sebagai austenit yang
metastabil, proses ini disebut austenit (
½
)
c
Gambar. Diagram TTT
(Sumber :
Bila baja tersebut kita dinginkan cepat sampai dibawah A1 dan dibiarkan
beberapa saat ( 30 detik pada 1250oF) sedemikian rupa jatuh pada daerah
dimana perlit baru sebagian terjadi, kemudian dilanjutkan segera dengan quench
maka akan terjadi struktur perlit dan martensit sebagian. Martensit ini adalah hasil
transformasi isotermis sebagian austenit pada suhu diatas tadi. Lamanya baja
berada pada suhu dibawah A1 akan menentukan banyaknya pembentukan perlit
atau bainit, dan menentukan jumlah austenit sisa yang membentuk martensit
setelah quench. Dengan kata lain perkataan proses pembentukan perlit/bainit pada
suhu tersebut terhenti pada saat quenching.
Dengan demikian pembentukan martensit bisa terjadi dengan pendinginan
cepat dari setiap suhu tertentu bilamana waktu lama pada suhu-suhu tersebut
berada disebelah kiri garis kurva kanan. Paling cepat terjadinya transformasi ke
phase perlit/bainit adalah pada suhu sekitar 1000°F (merupakan ³nose´dari
kurva).
Makin pendek lamanya baja tersebut dibiarkan pada suhu tertentu, makin
besar jumlah austenit dan makin besar pula jumlah martensit yang terbentuk
setelah quenching. Dari diagram, cenderung tidaklah mungkin memperoleh
martensit dengan membiarkan baja tersebut pada suhu tertentu (konstan) untuk
waktu yang sangat lama.
$ %, j*'&
2.4.1 Klasifikasi etak Las
Daerah lasan yang terjadi akibat proses pelumeran atau pencairan menurut
(Wiryosumarto dan Okumura,2000) dibagi tiga bagian yaitu: daerah terpengaruh
panas atau HAZ (Heat Affected Zone) yaitu logam yang bersebelahan dengan
logam las, Logam las yaitu bagian dari logam yang pada waktu pengelasan
mencair dan membeku dan logam induk yang tidak terpengaruhi yaitu bagian
logam dasar yang tidak terkena panas atau suhu pemanasan tidak menyebabkan
perubahan sifat danstruktur logam induk.
Dua kelompok retak las adalah kelompok retak dingin dan kelompok retak
panas. etak dingin adalah retak daerah las yang terjadi pada suhu dibawah suhu
transformasi Martensit kurang lebih pada suhu 300ºC, sedangkan retak panas
adalah retak pada daerah las yang terjadi pada suhu diatas 500°C.
etak dingin dapat terjadi tidak hanya pada daerah HAZ, tetapi juga pada logam
las. etak dingin pada daerah terpengaruh panas adalah retak bawah manik las,
retak akar, dan retak kaki. Sedangkan retak dingin pada logam las biasanya adalah
retak memanjang dan retak melintang.
etak panas dibagi dalam dua kelas yaitu retak karena pembebasan
tegangan pada HAZ yang terjadi pada suhu antara 550°C-700°C dan retak yang
terjadi pada suhu diatas 900°C yang terjadi pada saat pembekuan logam las.
etak panas yang sering terjadi pada logam las karena pembekuan biasanya
berbentuk retak kawah dan retak memanjang. Pada pengelasan baja austenit retak
panas biasanya terjadi pada daerah HAZ dan logam las. etak las karena
pembebasan tegangan pada umumnya terjadi pada kaki daerah HAZ.
Struktur dari daerah HAZ ditentukan oleh komposisi kimia logam induk
dan kecepatan pendinginan daerah las. etak dingin didaerah HAZ pada
pengelasan baja biasanya terjadi pada daerah martensit. Karena kadar unsur
paduan yang mempertinggi sifat mampu keras baja diusahakan serendah mungkin.
listrik dengan elektroda terbungkus dan juga pada pengelasan yang menggunakan
logam las dengan kekuatan lebih dari 75 kg/mm .
etak lintang sama halnya dengan retak dingin terjadi karena adanya
hidrogen difusi yang keluar dari fluks atau pembungkus elektroda. Pada
permukaan manik las hidrogen difusi yang dikandung dapat dilepaskan dengan
mudah bila dibandingkan dengan hydrogen yang ada dibagian dalam. Karena itu
biasanya retak lintang terdapat pada tengah-tengah tebal lasan tanpa menembus
permukaan.
Bila dilihat dari bahan maka baja dengan kekuatan 80 kg/mm dan baja
paduan rendah Cr-Mo-V adalah baj yang sangat peka terhadap retak karena
pembebasan tegangan. Pengaruh komposisi kimia pada kepekaan retak tersebut
dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Dari kedua rumus tersebut bila ǻG atau P mempunyai harga positif maka
terjadi keretakan. Bila baja mengandung karbon kurang dari 0,1% atau krom lebih
dari 1,5% kepekaannya terhadap retak karena pembebasan tegangan menjadi
rendah, sehingga persamaan tersebut tidak berlaku. Hubungan antara P dengan
retak yang terjadi adalah semakin besar harga P semakin meningkat retak beas
tegangannya.
2.4.3 Pengerukan !
Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan
pada benda kerja. Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau
konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang kekuatan
konstruksi meskipun sebelumnya telah dilakukan pengelasan. Sebabsebab
pengerukan las antara lain :
2.4.4 Keropos
Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan.
Keropos ini bila didiamkan, lama kelamaan akan menebar yang diikuti dengan
perkaratan atau korosi pada konstriksi sehingga kontruksi menjadi rapuh karena
korosi tadi. Cacat ini memang kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang
ditirnbulkan oleh cacat ini cukup membahayakan juga. Penyebab keropos ini
yakni :
6Busur pendek.
6Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.
6Kurang waktu pengisian.
6Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja
6Kesalahan memilih jenis elektroda
Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat pengikat lebih dulu)
maka kedua sisi kampuh yang masih bebas akan bergeser, bahkan sampai kedua
sisi tersebut dapat berimpit
Gambar. perubahan bentuk pada kampuh
(Sumber; www.migas-indonesia.com)
0j/&%!
2.5.1 Helm Las
Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan
mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit
maupun mata, Sinar Ias yang sangat terang/kuat itu tidak boleh dilihat dangan
mata langsung sampai jarak 16 meter. Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus
yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut. Ukuran kaca
Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan.
Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut:
1. No. 6. dipakai untuk Ias titik
2. No. 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper.
3. No. 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper.
4. No. 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper.
5. No. 12. untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper.
6. No. 14 untuk pangelasan diatas 400 amper.
Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun
dalam dilapisi dengan kaca putih.
Gambar. Helm las
(Sumber: www.perkakasku.com)
Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan
memegang pemegang elektroda. Pada waktu mengelas harus selalu di pakai
sepasang sarung tangan.
Bj
/
Bj l
/ it i lit t i
Bj l
l
t li i
i i Bil l
i
i it
l
i j l
l l
i
i li
tii
c
2.5.4 Sepatu Las
Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api, Bila
tidak ada sepatu las, sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai.
Untuk mengeluarkan gas, sebaiknya kamar las dileng kapi dangan sistim
ventilasi: Didalam kamar las ditempatkan meja Ias. Meja las harus bersih dari
bahan-bahan yang mudah terbakar agar terhindar dari kemungkinan terjadinya
kebakaran oleh percikan terak las dan bunga api.
2.5.6 Masker Las
Jika tidak memungkinkan adanya kamar las dan ventilasi yang baik, maka
gunakanlah masker las, agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun.
Gambar. Maskel las
(Sumber : www.perkakasku.com)
"
"j. & j& +j&)&)-
3.1.1 Alat
1.Mesin electric arc welding 4.Topeng las
2.Sarung tangan 5.Apron
3.Palu las 6.Sikat baja
3.1.2 Bahan
1. Pelat baja karbon ukuran 2,5 x 50 x 120 mm.
2. Elektroda Ø 2,6 AWS E 6013.
Gambar. Penyalaan busur dengan cara diketokkan.
6½
"
1. Jika terjadi las terputus, maka dilakukan penyambungan penyambungan
kembali yang disebut dengan restarting (gambar 3).
2. Nyalakan busur kembali pada jarak kurang lebih 25 mm dimuka las
berhenti.
3. Elwktroda digerakkan kebawah las dan di isi hingga sama besar dengan
jalur sebelumnya.
½
#
Untuk mematikan busur listrik dapat dilakukan dengan dua cara :
1. Elektroda diangkat dan diturunkan sedikit sambil ditarik keluar.
2. Elektroda diangkat sedikit dan diturunkan kembali sambil dilepas
dengan cara mengayunkan ke kiri atas.
Ada tiga macam gerakan elektroda pada manual welding yitu gerakan 1, 2
dan 3 seperti gambar 4.
c
1. Merupakan gerakan feeding kebawah, bila terlalu rapat elektroda akan
melekat pada benda kerja, sehingga pengelasan akan terhenti, tetapi jika
terlalu lambat , maka arus terputus.
2. Bila gerakan tersebut terlalu cepat maka waktu peleburan kurang
sehingga penetrasi kurang. Tetapi jika terlalu lambat maka bias terlalu
tebal. Sehingga kawat las boros, kekuatan dan kecepatan las kurang dan
juga dapat menyebabkan overheating pada benda kerja.
3. Digunakan untuk mengisi kampuh las yang lebar. Gerakan ini ada
beberapa macam :
6 Gerakan a paling sederhana dan banyak dipakai.
6 Gerakan a dan b digunakan pada sambungan butt joint.
6 Gerakan b dan c digunakan pad jenis sambungan filtet joint.
6 Gerakan d digunakan pada kampuh las yang lebar.
5. Pegang pembakar pada posisi 60Û ± 70Û terhadap permukaan benda kerja.
6. Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi.
7. Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah.
8. Jarak inti nyala ± 2 ± 3 mm diatas benda kerja.
9. Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis.
10.Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat.
j
Untuk mendapatkan pengelasan yang baik, dilakukan dengan pemilihan
cara pengelasan yang tepat baik menyangkut : ukuran torch, logam pengisi, cara
gerakan dari torch, dan pengaturan nyala. Torch terdiri dari bermacam-macam
ukuran, makin tebal logam dan konduktivitas panas, makin besar torch yang
digunakan. Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam, yaitu : backhand dan
forehand. Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logam
yang tebalnya lebih besar dari 5 mm, dipakai backhand. Ukuran kawat las dipilih
dengan perhitingan sebagau berikut :
9
å
2
Dimana d = diameter kawat
S = tebal pelat yang di las
½
1. Pegang pembakar terhadap posisi 60Û ± 70Û dan kawat pada posisi 30Û ±
40Û terhadap benda kerja.
2. Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawah
las.
3. Setelah las cukup besar, masukkan ujung kawat las pada tepi kawah
hingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar.
4. Angkat kawat las, atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju.
5. Masukkan dan angkat lagi, begitu seterusnya.
""j.%G +j&)&)-
3.3.1 Alat
7.Mesin electric arc welding 10.Topeng las
8.Sarung tangan 11.Apron
9.Palu las 12.Sikat baja
3.3.2 Bahan
1. Pelat baja karbon ukuran 2,5 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar.
2. Elektroda Ø 2,6 AWS E 6013
3.3.3 Langkah kerja
½½
$
1. Pakailah alat-alat keselamatan kerja.
2. Tempatkan benda kerja diatas meja.
3. Lakukan las catat pada kedua ujungnya dengan jarak bukaan 3 mm.
4. Buat alur las menutupi seluruh panjang sambungan dengan posisi
elektroda 80Û terhadap arah gerakan pengelasan.
5. Bersihkan benda kerja.
c
Gambar. Posisi benda kerja pada sanbungan
"$j.%G +j&&)-
3.4.1 Alat
1. Gas Oksigon (O2). 5. Sikat baja.
2. Gas asetilen (C2H2). 6. Tang penjepit.
3. Palu las. 7. Korek api
4. Penggaris. 8. Kacamata las
3.4.2 Bahan
1. Pelat baja karbon ukuran 0,5 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar
2. Kawat las dengan Ø 2,5 ± 3 mm
c
4. Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnya
hingga turut mencair.
5. Angkat kawat las, atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju.
6. Masukkan dan angkat lagi, begitu seterusnya hingga terbentuk alur
sambungan.
1. Pakailah alat-alat keselamatan kerja.
2. Tempatkan benda kerja diatas meja.
3. Buat las catat pada kedua ujungnya.
4. Sudut elektroda 70Û ± 80Û arah memanjang las dan 90Û arah melintag
las.
5. Jaga busur api dan atyr kescepatan pengelasan.
6. Balikkan benda kerja dan lakukan pengelasan yanag sama.
7. Bersihkan benda kerja.
3.6.3 Langkah kerja
½½
½
Pakailah alat-alat keselamatan kerja.
1. Buat las catat pada kedua ujungnya.
2. Posisi pembakar 60Û- 70Û terhadap sambungan sedangkan posisi kawat
las 30Û - 40Û terhadap bidang horizontal.
3. Arahkan nyala api pada akar sambungan.
4. Panaskan las catat hingga mencair.
5. Jika kawat las sudah lebur masukkan ujung kawat las hingga mencair.
6. Atur kawah dengan nyala api hingga menutupi pelat bawah.
7. Bersihkan benda kerja.
Gambar. Mengelas sambungan tumpang.
3.7.2 Bahan
1. Pelat baja karbon ukuran 2,5 x 50 x 120 mm sebanyak 2 lembar.
2. Elektroda Ø 2,6 AWS E 6013
"üj.%G * j)/)&+j&&)-
3.8.1 Alat
1. Gas Oksigen (O2).
2. Gas Asetilen (C2H2).
3. Palu las.
4. Penggaris.
5. Sikat baja.
6. tang penjepit.
7. korek api.
8. kaca mata las
3.8.2 Bahan
1.Pelat baja karbon ukuran 0,5 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar.
2.Kawat las dengan Ø 2,5 ± 3 mm
3.8.3 Langkah kerja
½½
1. Pakailah alat-alat keselamatan kerja.
2. Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen dan
asetilen masing-masing 5 ± 7 psi.
3. Atur kedua benda kerja seperti pada gambar, dan buat las catat pada
ujung-ujungnya pada kedudukan 90Û terhadap yang lain.
4. Posisi pembakar 60Û- 70Û terhadap sambungan sedangkan posisi kawat
las 30Û - 40Û terhadap bidang horizontal.
5. Lakukan pengelasan, masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawat
ikut mencair.
6. Bersihkan terak.
7. Dinginkan perlahan-lahan.
Gambar. Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis